Penetapan Perjamuan Malam (Matius 26:23-75) Matius 26:23-75 menyajikan satu rangkaian peristiwa penting dalam kisah hidup Yesus menjelang penyaliban-Nya. Awalnya, kita menyaksikan perjamuan terakhir, di mana Yesus memberikan simbol tubuh dan darah-Nya melalui roti dan anggur. Namun, perhatian segera bergeser ke pengkhianatan dramatis oleh Yudas Iskariot, salah satu murid setia Yesus. Dengan tiga puluh keping perak, Yudas menjual Guru-Nya kepada imam-imam kepala, menyoroti bagaimana pengkhianatan dapat merusak hubungan yang seharusnya penuh kepercayaan. Pertemuan Yesus dengan Sanhedrin dan Pontius Pilatus menggambarkan pengadilan yang tidak adil dan tekanan opini publik yang mengakibatkan penyerahan-Nya untuk disalibkan. Sementara Pilatus enggan, tekanan dari pemimpin agama dan orang banyak membuatnya menyerahkan Yesus. Ini mencerminkan realitas bahwa keadilan seringkali tertindas oleh kekuatan politik dan sosial. Bagi guru sekolah minggu, pengajaran tentang keberanian dan keadilan dapat muncul dari keputusan Yesus untuk menghadapi pengadilan yang tidak adil. Klimaks dari Matius 26:23-75 adalah saat Yesus menggantung di kayu salib. Dalam pengorbanan-Nya, kita melihat betapa dalamnya kasih dan pengampunan Allah. Ungkapan-Nya, "Eli, Eli, lama sabakhtani," mencerminkan kesendirian dan pemisahan-Nya dari Bapa surgawi karena Ia menanggung dosa-dosa dunia. Kematian Yesus bukan hanya akhir dari kehidupan-Nya, tetapi juga puncak dari rencana keselamatan Allah bagi umat manusia. Bagi guru sekolah minggu, pengajaran tentang penebusan, pengampunan, dan kasih tanpa syarat dalam kematian Yesus menjadi landasan iman Kristen. Matius 26:23-75 memberikan gambaran menyeluruh tentang peristiwa yang membawa kita menuju penyaliban dan penebusan. Melalui pengkhianatan, pengadilan tidak adil, dan pengorbanan Yesus, kita memahami lebih dalam akan rencana kasih Allah bagi umat-Nya. Dalam pengajaran ini, kita mengajarkan anak-anak tentang integritas, keberanian, keadilan, dan penebusan melalui iman dalam Yesus Kristus.