Rencana untuk Membunuh Yesus (Markus 14:22-72) Markus 14:22-72 menggambarkan peristiwa bersejarah dalam kehidupan Yesus Kristus yang memadukan momen sakral perjamuan terakhir dengan pengkhianatan tragis yang menyertainya. Perjamuan terakhir itu sendiri menjadi momen penuh keagungan ketika Yesus, di tengah makan Paskah, memperkenalkan roti dan cawan sebagai simbol tubuh dan darah-Nya yang akan diserahkan untuk penebusan dosa manusia. Suasana keramat dari peristiwa ini menjadi dasar spiritual bagi umat Kristiani hingga hari ini, mengingatkan akan pengorbanan agung yang Yesus lakukan di kayu salib. Namun, keheningan perjamuan terakhir segera diikuti oleh pengkhianatan yang mengejutkan. Yudas Iskariot, salah satu murid Yesus, memutuskan untuk menyerahkan Guru-Nya kepada para penentang-Nya dengan ciuman. Peristiwa ini menunjukkan ketegangan dramatis antara kekudusan perjamuan dan tindakan tragis yang menyertainya. Yesus, meski tahu akan nasib-Nya, menerima takdir dengan penuh kasih dan ketenangan. Sebaliknya, murid yang paling setia, Simon Petrus, malah menyangkal Yesus tiga kali, mencerminkan ketidaksempurnaan dan kelemahan manusia. Dalam konteks pengajaran di sekolah minggu, kisah ini menyiratkan pelajaran mendalam tentang kesetiaan, pengkhianatan, dan kelemahan manusia. Perjamuan kudus mengajarkan kita untuk merayakan pengorbanan Yesus, sementara pengkhianatan dan penyangkalan menyoroti betapa rapuhnya kesetiaan manusia tanpa rahmat Tuhan. Guru sekolah minggu dapat memanfaatkan narasi ini untuk mendiskusikan nilai-nilai seperti kesetiaan, kejujuran, dan perlunya pertobatan. Semoga melalui pemahaman ini, anak-anak dapat menemukan kedalaman kasih Kristus dan membangun fondasi iman yang kukuh dalam hidup mereka.