Yesus di Hadapan Pilatus (Markus 15:1-37) Dalam Injil Markus pasal 15, kita menyaksikan peristiwa penyaliban Tuhan Yesus Kristus, yang merupakan puncak dari misi penyelamatan-Nya. Peristiwa ini menggambarkan bagaimana Tuhan Yesus menderita dan disalibkan sebagai gantinya untuk dosa manusia. Penyaliban ini merupakan titik puncak sejarah keselamatan yang dihadirkan melalui kasih dan pengorbanan-Nya. Pada awal pasal 15, kita melihat bahwa pemimpin-pemimpin agama Yahudi menyerahkan Yesus kepada Pilatus. Mereka memutuskan untuk menyerahkan-Nya kepada otoritas Romawi karena hanya Roma yang memiliki kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman mati. Pilatus, sebagai gubernur Romawi, mencoba melepaskan Yesus karena ia menemukan bahwa Yesus tidak bersalah. Namun, di hadapan tekanan dan desakan rakyat, Pilatus memutuskan untuk menyerahkan Yesus untuk disalibkan. Dalam perjalanan menuju salib, Yesus mengalami penyiksaan yang mengerikan. Ia dipukuli, dicemooh, dan diolok-olok oleh para prajurit Romawi. Mereka bahkan membuat mahkota duri dan menempatkannya di kepala-Nya, memperolok-olok sebagai "Raja orang Yahudi." Tuhan Yesus menerima penderitaan ini tanpa membela diri. Pilatus, meskipun tahu bahwa Yesus tidak bersalah, menyerahkan-Nya kepada kehendak rakyat, membebaskan Barabas, seorang narapidana, sebagai gantinya. Ketika Yesus disalibkan, orang banyak dan para pemimpin agama menyindir-Nya. Mereka mencemooh dan mengolok-olok-Nya, mengatakan bahwa jika Ia adalah Mesias, Ia harus turun dari salib. Di tengah derita ini, pada jam 3 sore, kegelapan meliputi seluruh daerah itu. Yesus berseru dengan keras, "Eloi, Eloi, lama sabaktani," yang berarti, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Dalam penyaliban ini, kita melihat pengorbanan yang tak terbayangkan dari Yesus. Ia, yang tidak berdosa, menerima hukuman mati sebagai gantinya untuk dosa-dosa kita. Kegelapan yang meliputi bumi mencerminkan beratnya dosa manusia yang diambil oleh Yesus. Dalam 3 jam terakhir, Yesus membayar dosa-dosa kita dengan menyerahkan nyawa-Nya. Penyaliban ini bukan hanya sebuah kisah sejarah, tetapi sebuah realitas penyelamatan yang menuntun kita untuk bersyukur dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Guru sekolah minggu dapat menggunakan kisah ini untuk mengajar anak-anak tentang kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus. Peristiwa penyaliban ini mengingatkan kita akan pentingnya menerima keselamatan yang ditawarkan melalui karya salib Kristus.