Dalam kategori ini, Anda dapat menemukan 64 judul artikel yang mengupas tentang siapa remaja dan pemuda serta permasalahan yang dihadapi remaja/pemuda secara umum seperti peran teman dalam kehidupan remaja, peran orang tua dalam pembentukan jati diri remaja, pergolakan rohani remaja, dst.. (Total Durasi: 32 Jam)<<Lihat Direktori>>
1. Masalah Remaja 1 |
|
Masalah remaja itu sangat komplek dan yang paling hakiki atau menjadi dasar munculnya persoalan yang lain adalah terletak pada kerohanian. Kerohanianlah yang menjadi akar dari segalanya.
Masa remaja adalah masa yang selalu ditandai dengan pergolakan. Hampir setiap keluarga mengeluhkan betapa susahnya membesarkan anak-anak remaja. Dan kecenderungan yang terjadi adalah orang tua membandingkan bahwa masa remaja mereka atau masa mereka dahulu jauh lebih baik dibandingkan dengan masa sekarang. Namun yang perlu ditekankan adalah ada hal-hal tertentu yang harus diwaspadai dengan zaman sekarang ini yaitu adanya hal-hal yang unik yang hanya ada pada zaman ini, yang tidak ada pada zaman dahulu. Keunikan zaman sekarang ini adalah globalisasi. Sekarang ini dunia disebut sebagai global village artinya kampung global yang artinya juga adalah suatu permukiman yang dihuni oleh semua penduduk dunia.
Ada beberapa hal yang mempersatukan penduduk dunia dalam satu kampung besar yaitu:
Adanya jaringan komunikasi yang canggih. Sehingga batas antara manusia yang bermukim pada tempat yang berbeda menjadi sangat kabur.
Adanya jaringan transportasi yang makin bertambah canggih, sehingga kita bisa terbang dari satu benua ke benua yang lain.
Jadi memang kita menjadi satu permukiman yang besar sekali, jadi bangsa atau budaya yang dominan akan menjadi budaya yang mempengaruhi budaya-budaya lain di dunia ini. Akhirnya mereka ini mempunyai satu budaya universal di kalangan remaja. Globalisasi memang tidak bisa tidak mentransmisikan atau meneruskan budaya dan didalam budaya ada nilai hidup, ada etika-etika tertentu yang memang menjadi bagian dari budaya itu sendiri. Sebab budaya tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai hidup kita atau nilai-nilai moral kita. Dampak globalisasi dalam banyak aspek positif sekali. Misalnya penyampaian dan penerusan ilmu pengetahuan dan wawasan dunia. Dan itu semua diberikan pada para remaja kita dan itu adalah hal yang bermanfaat bagi mereka.
Namun juga perlu diwaspadai juga adalah bahwa budaya-budaya yang masuk ini membawa bobot moral yang adakalanya berlawanan dengan iman kepercayaan kita sebagai orang Kristen.
Di antara sekian masalah-masalah, sebetulnya ada masalah yang paling hakiki atau masalah yang lebih menjadi landasan munculnya masalah-masalah lain yaitu:
Disintegrasi keluarga atau perpecahan keluarga. Karena inilah banyak keluarga atau banyak anak-anak remaja kehilangan arah. Karena mereka menyaksikan kontradiksi-kontradiksi di dalam keluarga, sehingga akhirnya mempengaruhi nilai hidup dan perilaku mereka. Kontradiksi yang dimaksud adalah ketidakcocokan antara apa yang dikatakan orang tua dan yang diperbuat orang tua.
Dan masalah yang lebih dalam lagi adalah masalah kerohanian. Sebab jika kita hidup dalam terang Firman Tuhan, takut akan Tuhan, mau benar-benar mengamalkan Firman Tuhan dalam hidup, maka akan ada banyak masalah yang dapat diselesaikan.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Remaja Bergolak". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Ini keluhan yang kita dengar setiap hari Pak Gunawan, sebab rupanya ini adalah masalah yang sangat mengganggu. Banyak orang tua sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana harus bersikap kepada aak remaja mereka.
Karena mereka sudah kehilangan kendali atas anak-anak remaja mereka, mereka tidak bisa lagi mengarahkan si anak-anak remaja, tidak bisa meminta mereka melakukan yang si orang tua harapkan nah benar-benar mereka kehilangan kendali dan seolah-olah mereka melihat masa depan anak remaja mereka benar-benar akan sangat hancur. Dan sering kali juga yang terjadi karena masalah dengan anak-anak remaja ini sudah muncul akhirnya masalah ini terbawa ke dalam relasi suami-istri. Sehingga akhirnya mereka pun bisa turut saling bertengkar jadi akhirnya rumah tangga itu seperti kobaran api yang terus menyala.PG : Betul sekali Pak Gunawan, jadi pada masa anak-anak menginjak usia remaja dia akan mengalami transisi, masa transisi yang melepaskan mereka dari masa kanak-kanak dan menghantar mereka masukke masa dewasa.
Dan sebagaimana kita tahu semua masa transisi biasanya masa yang sulit, tidak mudah untuk kita lewati. Mengapa, sebab mereka saat itu tidak lagi kanak-kanak tapi belum dewasa. Salah satu hal yang menjadi bahan pertengkaran biasanya adalah permintaan hak yang lebih lebar dan lebih luas, tapi orang tua tidak begitu saja mau memberikan kepada mereka, karena apa, karena mereka memang orang yang masih belum dewasa jadi akhirnya ada pembatasan-pembatasan. Maka akhirnya yang sering kali terjadi adalah bentrokan, bentrokan karena yang satu ingin lebih bebas sedangkan di pihak orang tua masih terus menerapkan pembatasan. Nah, ini memang tidak ada jalan keluar yang mulus, untuk setiap keluarga pasti ada proses-proses penemuan jalan yang paling cocok untuk mereka. Dan jalan yang paling cocok hari ini belum tentu cocok tahun depan karena bisa jadi akan berlainan pula.PG : Betul sekali, jadi perbedaan-perbedaan ini memang bisa menambah masalah yang muncul karena anak-anak ini di luar bisa tambah liar karena tidak ada yang mengendalikan. Karena di rumah terlau dikuasai oleh orang tuanya, jadi memang susah masalah-masalah seperti ini.
Kadang kala orang tua terpaksa membatasi karena melihat si anak sudah mulai memasuki daerah berbahaya, namun anak-anak tidak menyadarinya. Nah, karena kita adalah orang tua yang lebih bisa melihat bahaya, kita yang melarang si anak. Meskipun saya juga menyadari ada sebagian orang tua yang berlebihan dalam kekhawatirannya sehingga semua itu dianggap ancaman yang bisa merusak anak-anak. Akhirnya mereka lebih sering membatasi si anak, sehingga si anak merasa terlalu dikekang nah dia ke luar, dia akan menjadi lebih bebas lagi daripada yang orang tua ini pikirkan.PG : Betul sekali, jadi salah satu unsur yang memang menjadi dasar pertengkaran orang tua dan remaja selain dari soal pembatasan itu adalah hal percaya. Banyak orang tua yang mengeluhkan bahwa rang tua saya tidak mempercayai saya, kenapa tidak percaya padahal saya tidak berbuat apa-apa, teman-teman saya berbuat saya 'kan tidak.
Nah, di sini memang timbul masalah karena orang tua tidak memberikan kepercayaan itu sebab orang tua menyadari pengaruh luar bisa lebih kuat lagi maka orang tua terpaksa membatasi. Nah, dianggap oleh anak tidak percaya, nah ini masalah-masalah yang umum muncul Pak Gunawan. Sudah tentu orang tua harus lebih siap untuk menerima dan menghadapi semua ini. Tapi saya akan memberikan satu pengamatan saya yang sering kali ini dilakukan oleh orang tua. Orang tua acapkali membandingkan diri mereka dulu sebagai remaja dengan keadaan anak-anaknya sekarang. "Dulu kami tidak perlu diberitahu; kami sudah tahu diri, dulu tidak berani menjawab orang tua saya karena kami hormat; sekarang kamu kok berani menjawab, dulu kami jam 09.00 sudah pulang ke rumah; kamu sekarang jam 09.00 baru mau keluar rumah. Nah saya tidak mengatakan semua pengalaman dulu itu buruk, tapi saya memang harus akui bahwa zaman mempunyai keunikannya masing-masing, tidak sama ada hal-hal yang sudah sangat berbeda, salah satunya misalnya zaman sekarang jauh lebih demokratis artinya orang lebih berani mengungkapkan pendapat termasuk anak-anak kita. Dan bukan saja di luar misalnya di sekolah, anak-anak kita lebih berani mengungkapkan pendapat, di rumah pun dia lebih berani mengungkapkan pendapat, maka ketika dia tidak setuju dengan kita dia lebih berani untuk berbicara. Kita dulu tidak karena memang kita dulu tidak terlalu mempunyai demokrasi yang sebesar dan sebebas sekarang ini.PG : Masih bisa, tapi memang karena adanya perbedaan-perbedaan itu agak susah maka saya kira penting bagi orang tua sebelum menyamakan persepsi perlu juga mengetahui sebetulnya apa itu yang memedakan zaman sekarang ini di mana anak-anak mereka bertumbuh besar dengan zaman mereka.
Apa yang unik tentang zaman sekarang ini. Sekurang-kurangnya ada dua yang mau saya angkat Pak Gunawan, yang pertama adalah sekarang memang zaman komunikasi. Misalkan handphone sudah begitu canggih sehingga orang bisa mengirim gambar bukan hanya kata-kata melalui SMS dengan kata lain jarak antara manusia makin dekat, mereka bisa langsung mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Artinya apa, yang dari luar bisa masuk ke dalam rumah kita jauh lebih mudah sekarang. Dulu tidak bisa diperoleh, sekarang bisa diperoleh dengan sangat mudah contohnya dulu hendak menonton film-film yang porno harus menyewa film-filmnya, sekarang hanya tinggal men-download dari internet, dulu untuk bisa berbicara dengan orang-orang yang mempunyai keanehan-keanehan tertentu tidak bisa karena tidak ada akses, sekarang kita bisa berbicara dengan orang-orang yang seaneh apapun melalui sistem chatting di komputer kita. Berarti apa, yang di luar sekarang hadir di rumah kita, nah anak remaja mesti mempunyai panduan yang jelas dalam hal ini. Apakah kita bisa menutup mereka 100% dari pengaruh luar ini, tidak bisa, tapi kita harus batasi. Misalnya apa yang bisa kita lakukan, misalnya komputer dengan fasilitas modem ke internet ditaruh di luar kamar si anak, kita tidak membiarkan dia bermain komputer berjam-jam di dalam kamar, karena kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan di dalam kamar, kita mesti bisa mempunyai akses melihat dia sedang melihat atau menulis apa di sana.PG : Itu bisa saja dilakukan dan memang itulah yang juga sering dilakukan, bukan hanya di warnet atau yang paling gampang adalah di rumah teman mereka. Tapi dengan kita membatasi dia di rumah, ita setidak-tidaknya sudah menambah kesulitannya untuk mengakses sehingga setidak-tidaknya ada pengurangan.
Sudah tentu di luar itu kita mesti juga berbicara dengan si anak, kenapa ini tidak baik bagimu, kenapa kamu harus berhati-hati. Misalkan chatting, dia berbicara dengan seseorang melalui internet, kita harus tahu dengan siapa dia berbicara, apa yang orang ini tanyakan kepada anak kita, kita juga mau tahu jadi kadang-kadang kita bertanya kepada anak kita. "Apa yang kamu bicarakan?" "Oh.......ini, ini." "Tidak, tidak mungkin kalau hanya itu saja sampai berjam-jam, apa yang kamu lakukan coba kamu beritahu." Nah, kadang-kadang dia lagi menulis kita berjalan di belakangnya dan kita mau baca, jadi sekali-sekali kita lakukan itu. Kenapa, anak-anak kita tahu bahwa kita tetap memantau mereka sebab sekali lagi pertanggungjawaban penting. Anak remaja yang tidak memiliki pertanggungjawaban kepada siapapun karena orang tuanya tidak peduli atau tidak di rumah memang lebih cenderung untuk terlibat dalam hal-hal yang salah ini. Tapi anak remaja yang tahu bahwa dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada orang tua karena mereka memantau perbuatan si anak ini dia akan jauh lebih berhati-hati.PG : Betul, itu yang perlu kita sampaikan kepada anak-anak bahwa hal-hal ini baik untuk kamu, untuk hal-hal yang positif tapi benda yang sama ini bisa menjadi hal yang sangat buruk bagimu karen bisa mempengaruhi hidup kamu.
Nah, misalkan kita berikan penjelasan kenapa dengan melihat gambar-gambar porno ini buruk bagimu, kenapa ini bisa menjadi hal yang tidak positif bagi pertumbuhanmu kita harus jelaskan, kamu mengisi pikiran-pikiran kamu dengan hal-hal porno ini berarti hatimu, pikiranmu, setiap menit akan dikuasai oleh hal-hal yang bersifat seksual. Kamu berbicara dengan orang yang tidak kamu kenal dan dia orang dewasa, kamu masih berumur 12 tahun, dia bisa menaruh hal-hal buruk di benakmu dan akhirnya kamu terpengaruh oleh dia. Dan apa yang dia minta kamu lakukan kamu juga harus bisa membedakan baik atau buruk, jadi gunakanlah kesempatan ini untuk mengajarkan hal-hal yang benar kepada anak.PG : Misalkan apalagi di kota-kota besar saya tahu anak-anak remaja kebanyakan berhandphone, apa dampak positifnya? Kita bisa mengirimkan SMS menanyakan keadaannya, kita di kantor dia mungkin bru pulang sekolah atau dalam perjalanan dengan teman-teman kita bisa saling sapa, kita bisa memberikan ayat firman Tuhan, kita bisa berkata kami mendoakan kamu dalam perjalanan, ada apa-apa mohon hubungi kami.
Jadi dengan kata lain benda-benda komunikasi itu bisa menjadi perlambangan kita di sampingnya kalau kita juga sering-sering menggunakan untuk bersapa dengan anak kita, jadi jangan gunakan handphone terus-menerus untuk memberikan wejangan atau nasihat kepada si anak, si anak lama-lama menjadi kesal juga. Tapi kalau untuk saling bersapa dia akan senang dan dengan kata lain handphone itu menjadi representasi kehadiran kita di sampingnya juga bahwa kita itu masih tetap sekali-sekali bersapa dengan dia dan dia menjawabnya, sehingga bisa mengakrabkan relasi kita dengan anak-anak remaja.PG : Sering kali begitu Pak Gunawan, meskipun saya ingin mengatakan bahwa tidak semua masalah remaja bersumber dari masalah relasi orang tuanya, belum tentu. Tapi ini juga yang bisa saya kataka kalau orang tua mempunyai relasi yang kuat maka relasi yang kuat itu lebih bisa menahan gejolak si remaja yang sedang bermasalah.
Sebaliknya kalau relasi orang tua tidak kuat maka relasi itu tidak akan kuat menahan gejolak permasalahan si remaja, meskipun tidak selalu masalah remaja muncul dari masalah antara orang tua. Tapi kalau orang tua tidak mempunyai relasi yang kuat itu akan lebih menyulitkan relasi mereka menghadapi gejolak si remaja. Contoh yang gampang misalkan si anak mulai malas membersihkan kamar, tidak membersihkan ranjangnya, barangnya tergeletak di mana-mana, akhirnya terjadilah pertengkaran. Nah, si mama yang marah dan meminta anak remajanya membereskan, si papa tidak marah. Nah, kalau di dalam relasi orang tua memang sudah ada masalah ini, si papa tidak suka karena si mama itu sedikit-sedikit maunya bersih, sedikit-sedikit barang ditaruh di sini dimarahi, nah jadi waktu si papa melihat si mama memarahi si anak tidak bisa tidak dia merasa seolah-olah dia yang dimarahi, sebab di masa lampau atau sampai sekarang pun dia pernah mendapat amarah si istri karena hal yang sama. Akhirnya waktu si anak dan si ibu bertengkar, si ayah akhirnya ya terlibat tapi membela si anak. Apa yang terjadi kemudian, si ibu akan marah sekali karena si ibu merasa ayah tidak mendukungnya malah menjatuhkannya di hadapan si anak, masalahnya adalah pada awalnya atau pada dasarnya si ayah sudah marah pada si ibu karena ketidakcocokannya itu akhirnya masalah tambah ruwet.PG : Itu yang sering terjadi Pak Gunawan, karena pada saat-saat ini setiap orang tua merasa khawatir dan mereka mulai bergolak, jadi orang tua seolah-olah itu makin mengeraskan genggaman pada s anak.
Kalau pada masa kanak-kanak justru si anak pergi ke mana, pulang jam berapa dia dijemput, apa yang dimainkan di sana orang tua juga tidak tanya-tanya. Tapi sekarang begitu anak remajan pergi umur 16 tahun atau 15 tahun di pulang orang tua langsung bertanya: "Kamu melakukan apa saja tadi?" Waktu umur 10 tahun, 11 tahun, 12 tahun, pergi-pergi, pulang tidak pernah ditanya: "Kamu melakukan apa saja tadi?" Sekarang umur 15 tahun pergi waktu pulang ditanya: "Kamu melakukan apa tadi?" Nah, apa yang terjadi orang tua memang mulai mengeraskan genggamannya pada si anak. Akhirnya si anak berontak, marah, tidak suka, kenapa saya diperlakukan seperti ini, seolah-olah saya menjadi obyek. Makanya orang tua harus berhati-hati dan salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah orang tua mesti belajar mendengarkan anak remaja, membuka jalinan komunikasi. Seorang pemerhati remaja, seorang hamba Tuhan yang bernama Jay Kessler pernah menulis sebuah buku tentang remaja dan dia mengadakan survey di tengah-tengah remaja. Keluhan apa yang sering diungkapkan oleh anak-anak remaja terhadap orang tuanya. Nomor satu dalam daftar itu adalah keluhan orang tua saya tidak mendengarkan saya, jadi hanya satu arah, hanya sepihak dan kami hanyalah obyek yang harus ikut saja apa yang orang tua inginkan.PG : Saya berikan contoh dari pengalaman hidup saya pribadi Pak Gunawan, waktu saya SMA saya berambut panjang. Nah, saya itu juga senang memakai baju-baju yang sedikit aneh, nah saya masih inga sekali sewaktu hari minggu saya di kelas sekolah minggu saya diajar oleh seorang guru yang lain, biasanya guru saya adalah guru yang biasa tapi sekarang ada guru lain yang menggantikan.
Guru sekolah minggu saya ini rupanya sangat tidak suka melihat rambut saya yang panjang, jadi sedang membahas topik apa saya tidak tahu tiba-tiba dia memunculkan topik tentang kita harus berubah dan tidak boleh sama dengan dunia ini, dan langsung yang dia tegur adalah rambut panjang. Nah, saya tahu dia sedang membicarakan saya karena di dalam kelas saya itu mungkin hanya satu, dua orang yang berambut panjang salah satunya adalah saya. Saya masih ingat sekali saya tidak suka dengan tegurannya itu, teman saya yang berambut pendek membela dan berkata: "Tapi bukankah Tuhan Yesus pun berambut panjang?" Memang tidak ada bukti Tuhan berambut panjang pada saat itu, hanya gambar-gambarNya sajalah yang menggambarkan Tuhan berambut panjang. Tapi intinya adalah saya tidak suka, sebab memang penekanan pada hal-hal yang lahiriah itu tidak mudah diterima oleh remaja. Kebanyakan remaja pada saat-saat ini mereka lebih membutuhkan penjelasan yang lebih bersifat batiniah, yang lebih pribadi, yang lebih ke dalam bukannya yang di luar atau penampakan. Mereka pada saat-saat remaja memang lebih bersifat idealis sehingga mengabaikan yang di luar dan lebih mementingkan yang di dalam, nah waktu guru sekolah minggu saya menekankan penampakan yang di luar yakni rambut saya, saya tidak terima. Kenapa, sebab memang buat saya rambut tidak mencerminkan siapa saya, jiwa saya seperti apa, sama sekali tidak. Jadi hati-hati orang tua jangan terlalu mudah juga akhirnya terkecoh, terlalu memfokuskan pada yang di luar, penampilan-penampilan lahiriah. Kalau tidak suka dengan anak yang tidak membereskan kamarnya dan sebagainya jangan kita menyerangnya kamu orang jorok, kamu orang malas, kamu orang yang tidak bertanggung jawab dan sebagainya, sebab belum tentu. Bisa jadi dalam hal sekolah anak ini sangat bertanggung jawab, jadi kita hanya katakan kamu perlu membereskan, langsung saja minta tapi tidak usah kita tambahkan kamu tidak bertanggung jawab dan kamu tidak mencerminkan kesaksian Kristen yang baik dan sebagainya, tidak perlu sampai seperti itu.PG : Saya kira intinya adalah penjelasan firman Tuhan itulah yang harus kita lakukan dengan lebih baik sehingga tidak terdengar menghakimi dan tidak hanya memfokuskan pada penampakan luar. Jadikita masuk ke lebih dalam, nah daripada mempersoalkan yang lahiriah saya kira lebih penting membangun kehidupan rohani anak-anak remaja kita.
PG : Kita akhirnya frustrasi ya kenapa kita lempar, kita tanam benih-benih firman itu tapi rasanya tidak ada dampaknya pada diri anak remaja kita. Namun sesungguhnya, firman yang telah mereka dngar itu tertanam pada benak mereka dan karena tertanam suatu hari kelak tatkala dibutuhkan itu akan bertunas dan bisa mengingatkan mereka untuk tidak melakukan hal-hal salah yang sedang mereka pikirkan untuk lakukan.
Jadi jangan kita kecewa, putus asa, tidak ada gunanya, tidak. Firman yang kita tebarkan akan ada hasilnya untuk anak-anak remaja kita.PG : Firman Tuhan yang akan saya kutib adalah Roma 12:2, ayat yang sangat kita kenal yaitu "Janganlah kita menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi hendaklah kita berubah oleh embaharuan akal budi kita.
Tujuannya adalah supaya kita mengenal atau mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan." Nah, saya mau menerapkan ayat ini bukan hanya untuk remaja tapi juga untuk kita Pak Gunawan, kita sebagai orang tua kita juga harus rohani, kalau tidak rohani kita juga tidak mungkin akan mengerti inti firman Tuhan, isi hati Tuhan sendiri, tidak mungkin. Akhirnya kita hanya bisa mengutib dan melontarkan ayat-ayat itu tanpa bisa menerapkannya dalam kehidupan anak-anak kita. Kita mesti diperbaharui dulu, kita mesti mempunyai kehidupan rohani yang baik sehingga dilihat oleh anak-anak remaja kita. Akhirnya waktu kita datang kepadanya, berbicara kepadanya kita pun memiliki wibawa rohani. Sehingga ayat yang kita sampaikan, bimbingan yang kita lakukan kepadanya akan lebih efektif dan dia akan lebih tanggap. Dia mendengarkan masukan dari seorang yang rohani, bukan hanya orang yang bisa berbicara tapi orang yang berbuat, nah ini akan jauh lebih menyentuh hatinya. Dan sekali lagi saya tekankan remaja lebih mudah berubah kalau hatinya tersentuh, jadi penjelasan yang bersifat rasional itu tidak terlalu efektif mengubah remaja, kalau hatinya yang tersentuh dia akan lebih mudah untuk berubah.PG : Bisa, dan firman Tuhan kalau sudah masuk menyentuh hatinya akhirnya bisa mengubah perilakunya pula.
PG : Tepat sekali.
GS : Terima kasih banyak Pak Paul, untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih, Anda telah dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja Bergolak." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs atau website kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
2. Masalah Remaja 2 |
|
Dampak kehidupan orangtua dan cara orangtua membesarkan anak benar-benar besar sekali pengaruhnya pada perkembangan anak remaja. Anak remaja membutuhkan kekonsistenan.
Dr. James Dobson, beliau adalah pakar konseling Kristen di Amerika Serikat yang dikenal dengan sindikat radionya Fokus on the Family pernah berujar bahwa, tidak ada jaminan bahwa orang tua yang baik akan menghasilkan anak yang baik. Maksudnya adalah akan ada kasus di mana anak-anak yang dibesarkan dalam rumah tangga yang solid, yang baik, yang mengasihi mereka, yang mendidik mereka dengan baik dan sehat juga akan memilih jalan yang keliru. Contoh cerita di Alkitab mengenai anak yang hilang.
Anak-anak adalah produk langsung dari orang tua, anak-anak produk tidak langsung dari pendidikan atau sekolah, anak-anak juga bukan produk langsung gereja tapi anak-anak produk langsung orang tua. Jadi kita harus mengakui bahwa dampak kehidupan orang tua dan cara orang tua membesarkan anak benar-benar besar sekali pada perkembangan anak remaja.
Dampak yang terjadi antara orang tua pada anak, sehingga anak itu menjadi produk langsung dari orang tua:
Yang kelihatan/yang nampak
Orang tua sebetulnya adalah contoh atau model hidup bagi si anak, maksudnya anak-anak itu sebetulnya sejak kecil belum tahu yang namanya gaya berjalan, gaya bicara seperti apa, tetapi anak itu mengetahui bagaimana berjalan dan berbicara dari orang tua.
Yang tidak nampak
Kalau marah-marah menjadi gaya ekspresi orang tua menghadapi stres, anak tanpa disadari akan mempelajari hal ini, anak akan mengadopsi cara menghadapi stres yakni dengan marah-marah, menggerutu. Misalnya lagi kalau si ibu menangis harus menutup pintu di kamar, tidak mau bertemu dengan ayah atau anak-anak, nah si anak tanpa disadari juga akan mencontoh perilaku itu, yakni kalau lagi sedih, kalau lagi tertekan, mengurung diri di kamar sebab itulah yang mereka saksikan tatkala anak itu masih kecil.
Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi anak-anak remajanya adalah:
Orang tua harus memiliki kehidupan yang konsisten.
Anak-anak remaja menuntut bukti, anak-anak remaja memasuki usia di mana mereka bersifat idealistik. Jadi anak-anak remaja ini membutuhkan kekonsistenan, bukan dalam perkataan tapi dalam hidup itu sendiri. Tatkala anak-anak menemukan kontradiksi dalam keluarga, anak-anak itu akhirnya cenderung untuk membangkang, menolak nilai hidup orang tuanya.
Orang tua harus juga memberikan pengarahan.
Orang tua harus bisa mengontrol anak, memantau perbuatan si anak. Anak-anak remaja akan melihat orang tua sebagai pengarah hidup mereka. Mungkin anak menolak atau berontak, tapi kalau orang tua bisa memberikan kejelasan akan arah yang benar, si anak-anak remaja sedikit banyak tetap akan mempunyai pegangan bahwa inilah yang diharapkan oleh orang tuanya, inilah jalan yang benar, inilah yang seharusnya dia tempuh.
Yang perlu dilakukan oleh remaja sendiri yaitu:
Menerima orang tua sebagai manusia yang tidak sempurna.
Menyadari bahwa orang tua acap kali mengambil tindakan yang tidak disukai oleh anak remaja karena ketakutan orang tua. Yang biasanya dinyatakan dengan melarang berbuat hal itu atau hal ini.
Amsal 23:22-24 berkata: "Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua. Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian. Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia. Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau." Ini adalah nasihat dari firman Tuhan, meski orang tua mungkin kurang benar tapi remaja bertanggung jawab untuk hidup benar sesuai dengan yang Tuhan sudah tunjukkan kepadanya.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini bersama Ibu Wulan, S.Th., kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Hubungan Remaja dengan Orang Tuanya". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Apa yang tadi Pak Gunawan katakan itu juga pernah dikatakan oleh Dr. James Dobson, dia adalah seorang pakar keluarga yang bermukim di Amerika Serikat, dia juga pernah membagikan pengamatanya bahwa dia pernah berjumpa dengan anak-anak Tuhan, orang-orang Kristen yang baik, orang tua yang peduli dengan anak, membesarkan anak dengan teliti dengan sebaik-baiknya, tapi setelah anak-anak itu remaja dan besar ternyata ada yang bermasalah.
Rupanya kita tidak bisa memastikan hasil akhirnya Pak Gunawan, memang kita dituntut untuk memberikan yang terbaik, menjaga anak-anak kita, membesarkan mereka dengan sebaik-baiknya. Tapi sebagai orang tua kita harus mengakui bahwa kita terbatas dan anak-anak itu mempunyai pilihannya dan pilihan itulah yang akan menentukan jalan hidup si anak tatkala dia akil baliq.PG : Betul sekali, jadi begini Pak Gunawan, saya hendak mengakui bahwa adakalanya anak-anak bertumbuh besar tidak sesuai dengan harapan kita, meskipun dia dibesarkan di dalam rumah tangga yang elatif sehat, yang kuat, tidak sempurna tapi relatif sehat.
Tapi si anak akhirnya mengambil pilihan yang salah dan menimbulkan masalah bagi keluarganya tapi setelah saya mengatakan semua itu saya juga ingin mengatakan satu hal yaitu pada umumnya anak-anak bermasalah merupakan wujud atau akibat dari orang tua yang bermasalah. Dengan kata lain lebih seringnya anak-anak itu bukanlah penyebab masalah dalam keluarga, justru mereka merupakan buah dari masalah yang dialami oleh orang tuanya.PG : Kita tidak bisa menyediakan atmosfir rumah yang persis sama untuk setiap anak Ibu Wulan. Adakalanya misalnya begini pada waktu anak pertama sampai anak keempat, si orang tua itu relatif daam kondisi rumah yang lebih sering berada bersama dengan anak-anak, karena misalkan bisnis mereka belum berkembang besar.
Pada waktu anak kelima lahir, bisnis mereka berkembang akibatnya si orang tua jarang di rumah. Apa yang terjadi, si anak yang bungsu ini paling diabaikan, paling sedikit menerima perhatian dari orang tuanya. Sehingga akhirnya paling tidak menerima pengawasan, pengarahan, tingkah lakunya yang bermasalah di rumah luput dari perhatian orang tuanya, tidak ada yang mengerem si anak itu. Nah akhirnya dia seperti banteng yang liar, nabrak sini, nabrak sana orang tuanya terkejut dan berkata apa yang terjadi, anak pertama sampai yang keempat baik-baik saja kok anak yang kelima bisa begini. Nah, karena kondisi rumah yang sudah berbeda. Contoh yang lain lagi Ibu Wulan, anak pertama hingga anak keempat kebetulan mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi, tidak semua anak mempunyai tingkat IQ yang sama. Misalkan anak pertama hingga keempat nilai sekolahnya selalu bagus, karena si orang tua menganggap anak kelima juga pasti sama dengan anak-anak yang sebelumnya, dia akhirnya memasukkan si anak kelima ke sekolah yang menuntut tinggi, nah akibatnya si anak menderita luar biasa. Masalahnya juga adalah si anak menderita tekanan karena tanpa disadarinya si orang tua itu membanding-bandingkan dengan kakak-kakaknya. Kenapa kamu tidak bisa sementara kakakmu bisa, belum lagi di sekolah mungkin saja guru-guru membandingkan si anak bungsu ini dengan kakak-kakaknya, akibatnya dia tertekan. Dialah yang akhirnya menyimpang dalam pertumbuhannya dan menciptakan masalah.PG : Ada dua kategori Pak Gunawan, dampak orang tua pada anak-anaknya. Yang saya sebut yang nampak dan tidak nampak. Yang nampak adalah orang tua itu sebetulnya contoh atau model hidup bagi si nak.
Si anak itu akhirnya akan meniru segalanya yang dilihat pada orang tuanya, cara jalannya, cara bicaranya, cara dia menyampaikan sesuatu, wajahnya, gerak-gerik tangannya, itu hal-hal yang jelas nampak dan itu juga yang akan ditiru oleh si anak. Selain dari yang nampak dan yang jelas itu anak juga sebetulnya akan meniru yang tidak nampak atau yang tidak terlalu langsung. Yaitu apa, si orang tua itu kalau ada masalah dalam waktu sekejab meledak marah, mungkin saja tidak marah dengan si anak tapi marah dengan orang yang sedang bermasalah dengannya. Dia mungkin berteriak, dia mungkin membanting telepon, nah tindakan-tindakan ini juga dilihat oleh si anak dan tidak bisa tidak anak sedikit banyak terpengaruh oleh tindakan orang tua ini. Akibatnya ada hal-hal yang orang tua sebetulnya tidak ingin sampaikan atau berikan kepada si anak, tapi sudah terlanjur diterima oleh si anak karena terlihat oleh si anak. Jadi tanpa disadari hal-hal yang buruk itu menjadi bagian dari si anak, waktu dia sudah mulai besar kalau dia misalkan stres karena sekolah atau apa atau ada urusan dengan temannya, di rumah dia juga uring-uringan dan kalau dia uring-uringan juga banting pintu, banting telepon dan berteriak marah, meledak, nah dari manakah itu dari yang dilihat sebelumnya.PG : Maksud saya begini, yang jelas nampak itu maksud saya yang lebih kelihatan sehari-hari, cara jalan, cara bicara dan sebagainya. Yang namanya marah itu tidak terlihat langsung setiap hari krena si tidak marah setiap hari.
Namun si orang tua baru menyadari bahwa sebetulnya si anak itu sudah mengadopsi gerak marahnya si orang tua. Kapan tahunya, yaitu waktu orang tua melihat si anak marah. Sebelum-sebelumnya si anak tidak marah, biasa-biasa saja sehingga tidak nampak, baru terlihat jelas sewaktu ada masalah.PG : Benar sekali, jadi ada orang tua yang sedikit-sedikit memperingati anaknya, kamu itu jangan percaya dengan si ini, jangan percaya dengan si itu nah akhirnya si anak bertumbuh besar penuh dngan ketidakpercayaan kepada orang yang di sekitarnya.
Nah, orang tua mungkin tidak mengharapkan si anak menjadi orang yang sama sekali tidak bisa percaya kepada manusia, tapi karena itulah yang disuguhkan oleh orang tuanya dan cukup sering, akhirnya si anak bertumbuh besar tidak mempunyai percaya pada orang jadi justru relasi dengan orang-orang sangat dangkal dan sangat sedikit. Nah, orang tuanya yang berbicara seperti itu mungkin masih tetap banyak teman, tetap mempunyai sahabat meskipun ada sebagian yang tidak terlalu dekat dengannya, tapi si anak sama sekali tidak mempunyai sahabat.PG : Anak sendiri memang akan juga berinteraksi dengan lingkungannya dan akan menetapkan pilihan-pilihannya. Tapi justru ini yang harus kita sadari Pak Gunawan, si anak itu sering kali tidak meetapkan pilihannya dalam kefakuman nilai, dia sudah mempunyai nilai-nilai tertentu.
Dari manakah dia memperoleh nilai-nilai tersebut? Dari orang tuanya, nah justru nilai-nilai itu yang sudah menggenangi benaknya atau hati nuraninya itu yang nanti akan memandu dia waktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi kalau dalam dirinya sudah ada modal tidak percaya pada orang, dia memang cenderung menafsir perilaku teman-temannya itu sebagai tindakan-tindakan yang tidak bisa dipercaya, janjinya tidak bisa ditepati, kata-katanya tidak konsisten dan sebagainya. Jadi akhirnya si anak makin mengkonfirmasi yang dikatakan oleh orang tuanya bahwa manusia tidak bisa dipercaya. Dengan kata lain apa yang telah tertanam itu cenderung memandu kita waktu kita berinteraksi dengan kehidupan ini.PG : Betul, jadi selain orang tua pada akhirnya anak-anak itu akan sangat dipengaruhi oleh para pendidik, maka ya dapat saya simpulkan orang yang berpengaruh besar dalam kehidupan anak sebetulna selain dari orang tua pada akhirnya para pendidik, para guru.
Karena dia akan bertemu dan berinteraksi dengan pendidik berjam-jam setiap hari, jadi benar-benar pendidik mempunyai kesempatan emas untuk bisa menanamkan nilai dan pengaruh yang positif pada diri anak.PG : Faktor pertama adalah orang tua sudah terlibat pada kehidupan anak sejak usia dini. Secara umum dapat kita katakan bahwa semua yang terjadi di usia dini itu cenderung mempunyai efek mencetk.
Efek mencetak itu artinya efek yang benar-benar menggenggam dan susah dilepaskan. Jadi misalkan ketakutan yang kita alami pada masa dini, kita menonton film misalnya film horor pada usia misalkan baru 4 tahun dan belum bisa memahami bahwa ini sebuah film dan fantasi tapi karena kita mau menonton akhirnya kita mau melihat adegan yang menyeramkan itu. Bisa jadi hal-hal seperti ini yang akhirnya sangat mempengaruhi kita, kita sangat takut dengan ketegangan. Berbeda sekali kalau misalnya kita tidak mengalami hal seperti itu, kemudian pada usia 20 tahun kita menonton film horor nah untuk kita menonton kita akan berkata ini film dan tidak terganggu sedikit pun. Jadi sekali lagi efek yang ditimbulkan pada masa dini biasanya lebih mencetak, lebih menggenggam dan si anak itu akan lebih sukar untuk lepas darinya. Nah orang tua berada di posisi mencetak karena orang tua sudah berada bersama anak sejak awal. Dan yang kedua adalah kenapa pengaruh orang tua lebih besar daripada pengaruh orang-orang di luar rumah, karena orang tua berada dengan anak jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang lain. Dia yang mengurusi anak, dia yang bersama anak pada malam hari atau siang hari dan sebagainya. Dan yang ketiga adalah kenapa pengaruhnya lebih besar, karena justru mereka orang tua jadi si anak mempunyai ikatan batiniah. Dia dimarahi, dia disakiti hati oleh orang lain tidak akan sama dampaknya dengan kalau dia disakiti oleh orang tuanya sendiri. Dia dikatakan bodoh oleh orang di luar ya pasti tidak enak tapi dampaknya tidak akan sama kalau orang tuanya yang menghina dia dan berkata kamu bodoh dan sebagainya. Jadi karena justru ini orang tua adanya ikatan batiniah itu, nah apa yang orang tua lakukan biasanya efeknya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan orang lain.PG : Pada akhirnya si anak remaja akan mendapatkan kesempatan untuk memilih, ini yang tadi saya sudah singgung dari awalnya. Kadang-kadang si anak remaja mengambil pilihan yang keliru karena fator teman-teman, tidak mau kehilangan muka, mau dianggap berani dan sebagainya.
Akhirnya memutuskan dengan keliru dan itulah yang terjadi pada cukup banyak anak-anak kita.PG : Si anak memang sebelumnya dia bisa lepas dari ini semua, saya memang juga harus kembalikan lagi pada orang tua. Sebab sekali lagi orang tua berpengaruh terlalu besar kepada si anak dan nani saya akan masuk pada apa yang bisa anak-anak lakukan.
Tetapi ada satu hal yang ingin saya tinggalkan pada orang tua yaitu orang tua harus memiliki kehidupan yang konsisten, kalau tidak konsisten itu akan membuka peluang munculnya masalah di rumah. Anak-anak remaja meminta orang tuanya konsisten, apa yang dikatakan mohon itu yang diperbuat, jangan sampai orang tua hanya bisa mengatakan tapi tidak bisa melakukannya. Wah.....itu benar-benar mengurangi wibawa orang tua sehingga anak-anak tidak bisa lagi menghormati, begitu anak-anak remaja tidak lagi menghormati orang tuanya gugurlah otoritas orang tua, gugurlah kemampuan orang tua untuk bisa mengerem tindakan-tindakan si anak yang salah. Jadi jangan sampai kehilangan wibawa karena kehidupan yang tidak konsisten.PG : Memang yang sering terjadi adalah ini Ibu Wulan, mereka para orang tua tidak menyadarinya sampai anaknya menimbulkan masalah di luar. Tidak mau sekolah, memakai narkoba, baru orang tua terangun dan berkata oh......anak
saya bermasalah. Nah sering kali orang tua berkata kami tidak tahu anak kami bermasalah, masalahnya bukannya orang tua tidak tahu tapi orang tua memang tidak melakukan fungsi kontrol yang seharusnya. Si orang tua tidak bisa hanya mendiamkan anaknya semaunya pergi dengan siapapun juga, orang tua memang harus terlibat dan melihat semua ini, sehingga tanda-tanda anak-anak mulai bermasalah bisa ditangkap langsung oleh orang tua kalau itu terjadi. Jadi orang tua mesti melakukan fungsinya, tadi saya sudah katakan jangan sampai tidak konsisten, jangan sampai kontradiksi, apalagi kontradiksi antara ayah dan ibu itu akan semakin mempersulit masalah. Yang kedua yang ingin saya tekankan pada orang tua adalah orang tua harus juga memberikan pengarahan, tadi saya sudah singgung fungsi kontrol nah orang tua harus bisa mengontrol anak, memantau perbuatan si anak. Jadi kalau dia mulai melenceng, orang tua bisa langsung melihatnya. Berikutnya orang tua juga harus memberikan pengarahan. Saya tahu ada sebagian orang tua yang begitu demokratis dan berkesimpulan bahwa kami tidak perlu memberikan pengarahan, anak ini bisa memutuskan sendiri. Oh....tidak, kalau kita memberikan pengarahan kepada anak untuk sikat gigi, ya kita harus memberikan pengarahan untuk hal-hal yang lebih penting dari sikat gigi. Kalau untuk mandi kita suruh mandi sehari dua kali, mengapakah untuk yang lebih penting dari mandi kita tidak mau berikan pengarahan, jadi orang tua mesti memberikan pengarahan. Dan anak-anak termasuk anak remaja akan melihat orang tua sebagai pengarah hidup mereka. Mungkin anak menolak, mungkin anak berontak tapi kalau orang tua bisa memberikan kejelasan akan arah yang benar itu si anak-anak remaja sedikit banyak tetap akan mempunyai pegangan itu bahwa inilah yang diharapkan oleh orang tuanya, inilah jalan yang benar, inilah yang seharusnya dia tempuh. Jangan sampai rumah kita menjadi rumah yang vakum pengarahan, anak-anak dibiarkan hidup dan memutuskan sendiri tanpa bimbingan dari kita.PG : Nah, sekarang kita masuk ke anak remajanya Pak Gunawan, tadi Pak Gunawan sudah menyinggung orang tua tidak ideal, tidak sempurna, anak-anak remaja harus menerima itu bahwa orang tua merekatidak sempurna, tidak seperti yang mereka harapkan, tidak sebaik yang mereka dambakan, tidak sesabar yang mereka impikan, tidak terlalu mempunyai pengertian seperti yang mereka inginkan, nah ini adalah point pertama.
Point yang kedua adalah anak-anak remaja menyadari bahwa orang tua acapkali mengambil tindakan yang tidak disukai oleh anak remaja, tapi orang tua mengambil tindakan itu karena sering kali orang tua mengasihi anak remaja. Mereka takut hal-hal yang buruk itu akan menimpa anak mereka, jadi karena itulah orang tua kadang-kadang misalkan terlalu khawatir, terlalu mau mencampuri urusan anak, nah itu motivasinya adalah karena memang orang tua takut pada hal-hal buruk yang akan menimpa anak-anaknya.PG : Itu tepat sekali, dan itulah yang terjadi dalam rumah tangga saya juga Ibu Wulan. Istri saya jauh lebih bisa berbicara dengan anak-anak dan saya itu kalau sedang emosi dan marah benar-bena lebih bersifat metodik, 1, 2, 3, ini.
Nah, anak saya kurang bisa terima, istri sayalah yang menjadi penyambung lidah, menjadi penerjemah, dia yang menjelaskan kepada anak-anak kenapa tadi papa begini, kenapa tadi papa begitu. Nah saya sendiri menyadari kalau suhu saya sudah turun baru saya bisa ngomong dengan lebih baik kepada anak-anak, baru saya bisa menjelaskan, baru saya bisa meminta mereka juga berbicara kepada saya. Jadi betul sekali anak-anak memang membutuhkan penjelasan dari orang tua bukan saja pengarahan.PG : Ada Pak Gunawan, saya akan bacakan dari Amsal 23:22-25, "Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua. Belilah kebenarandan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.
Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena dia. Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, biarlah dia beria-ria dia yang melahirkan engkau." Ini adalah nasihat firman Tuhan, meski orang tua mungkin kurang sempurna, kurang tepat, kurang benar tapi remaja bertanggung jawab untuk hidup benar sesuai dengan yang Tuhan telah tunjukkan kepadanya. Anak remaja tidak bisa berkata karena orang tua saya tidak benar, maka sekarang saya akan hidup tidak benar, oh..tidak, pilihan untuk hidup benar sekarang tetap berada di tangan si remaja, dia tidak bisa melimpahkan tanggung jawab itu kepada orang tuanya.GS : Dan juga orang tua tidak bisa menuntut anak remajanya tanpa dia memberikan pengarahan dan contoh atau teladan yang baik. Terima kasih sekali Pak Paul dan juga Ibu Wulan untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih, Anda telah dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Hubungan Remaja dengan Orang Tuanya." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id dan perkenankan kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
3. Masalah Orangtua dan Remaja |
|
Remaja adalah masa yang sedang mengalami pergolakan dan disinilah orangtua harus mengarahkan remaja pada rel yang telah ditetapkan.
Dr. James Dobson pernah mengeluarkan satu kalimat bahwa anak yang dibesarkan di keluarga yang baik, sehat belum tentu akan bertumbuh besar menjadi anak yang baik-baik. Sebagai orang tua kita menyadari bahwa kita bukanlah orang tua yang sempurna namun dalam keterbatasan pengakuan kita, kita berupaya sebaik-baiknya menanamkan nilai moral kristiani yang baik kepada anak-anak kita. Tapi tatkala mereka menginjak usia remaja atau dewasa awal mereka berbalik arah. Hal-hal dibawah inilah yang sangat perlu diketahui oleh orang tua, kenapa itu bisa terjadi:
Orang tua harus memahami dinamika pertumbuhan remaja. Remaja adalah usia yang penuh pergolakan, karenanya remaja akan mengalami pergumulan untuk bisa berjalan di rel yang benar atau yang telah ditetapkan oleh orang tuanya. Secara rasional dia sudah sadar apa yang harus dia lakukan, namun gejolak internal dalam dirinya cenderung menghasilkan letupan-letupan keinginan untuk bereksperimen. Kalau dalam hal ini orang tua tidak bisa memahami, bisa terjadi tabrakan muka denga muka, artinya apa, ibarat kambing yang sedang berkelahi, dua-duanya akan mengadukan kepala mereka dan membenturkannya dengan keras. Timbullah sikap memberontak anak. Salah satu kebutuhan hakiki pada diri kita manusia adalah kebutuhan untuk dimengerti. Demikian juga dengan anak, anak butuh dimengerti. Sewaktu dia merasa tidak dimengerti oleh orang tua dia akan mencari orang yang bisa mengertinya, biasanya teman- temannya. Masalahnya adalah kalau dia berteman dengan anak yang kurang baik, dia pasti akan menerima pengaruh atau nilai-nilai moral yang tidak baik juga.
Anak bisa mengalami frustrasi, sewaktu dia merasa ada salah satu orang tuanya yang tidak memahami dirinya dan terus beradu tanduk dengan dia. Dalam hal ini anak cenderung lebih tergoda untuk mengekspresikan rasa frustrasinya di luar.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh kita sebagai orang tua.
Rasul Paulus juga menghimbau kepada kaum ayah agar "jangan membangkitkan amarah pada diri anak." Jadi memang harus ada keseimbangan, artinya adalah jangan kita itu segan untuk tegas kepada anak, anak yang perlu dihukum; dihukum. Tapi waktu menghukum jangan menghina sehingga itu membangkitkan kebencian anak kepada kita.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini bersama Ibu Wulan, S.Th., akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Masalah Orang Tua dan Remaja". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Sebetulnya pada masa remaja, memang hubungan orang tua-anak itu mengalami ujian. Saya sebut ujian sebab seolah-olah kalau sebelum masa remaja itu hubungan orang tua-anak tidak terlalu kat atau tidak kokoh, pada masa remaja mudah sekali untuk retak.
Karena apa, karena akan ada masalah-masalah yang timbul yang terkait dengan dinamika pertumbuhan si anak itu sendiri sebagai seorang remaja. Nah jadi apa nantinya yang sangat diperlukan oleh orang tua supaya anak remajanya bisa melewati masa remaja ini dengan baik tanpa harus mengorbankan si anak remaja ini maupun relasinya dengan orang tuanya. Saya kira yang pertama adalah orang tua harus memahami dinamika pertumbuhan anaknya, apa sebetulnya yang terjadi pada diri anak-anaknya ini. Nah sesungguhnya orang tua tidak perlu belajar karena mereka pernah remaja dulu, tapi saya perhatikan cukup banyak orang tua setelah mereka menjadi orang tua, mereka lupa bahwa mereka pernah remaja. Misalkan pada masa remaja, apakah anak-anak akan lebih senang belajar atau lebih senang ngobrol dengan temannya? Ya hampir semua anak remaja akan lebih senang ngrumpi, ngobrol dengan teman-temannya, apalagi sekarang sudah ada fasilitas chating di komputer walaupun tadi selama 8 jam di sekolah sama-sama dengan temannya. Tapi memang mereka tidak bisa berbicara banyak hanya pada masa istirahat saja. Pulang ke rumah mau ngomong lagi di telepon atau di internet. Jadi kalau orang tuanya memarahi si anak, ya boleh memarahi tapi jangan memberikan kesan kepada si anak bahwa si orang tua itu tidak pernah remaja. Dia pernah remaja, pahamilah bahwa anak-anak pada masa remaja memang akan begini, menaruh barang sembarangan, tidak mau menaruh di tempatnya, diberitahu, diberitahu tetap saja begitu. Contoh, saya beri tahu anak saya, setiap pagi tolong gorden jendelamu dibuka supaya matahari bisa masuk, saya tidak bisa menghitung lagi saya berbicara seperti itu, dan apa yang terjadi? Sering kali tidak pernah dibuka, jadi sembilan dari sepuluh hari saya yang harus membuka gorden itu. Tapi ada juga yang berhasil, misalkan anak saya dulu memakai kacamata sekarang tidak lagi. Waktu itu dia pakai kacamata saya perhatikan kacamatanya jarang dia cuci, jadi saya saja dari luar bisa melihat kacamata itu berkabut, kotor, mulut saya sampai rasanya capek beritahu dia cuci, cuci, bersihkan kacamatamu. Saya biasakan diri setiap pagi mencuci kacamata saya dan saya ajarkan dia untuk melakukan hal yang sama, tapi tidak dilakukannya. Akhirnya apa yang saya lakukan, saya ambil saya cucikan, saya cucikan sampai bersih sekali. Nah lama-kelamaan apa yang dia alami, ya..ya..kalau dicuci bisa melihat dengan jelas, kalau tidak dicuci berkabut, jadi lama-lama dia sadar tidak enak berkabut, nah lama-lama dia cuci sendiri. Tapi apakah dalam segala hal saya beritahu apa, berhasil dituruti oleh anak saya? Ya tidak, nah orang tua harus menerima hal itu. Kalau hal itu bukan hal yang primer, orang tua hendaknya memahami itulah remaja. Kalau Sabtu maunya pergi dengan teman-teman, tidak mau diajak pergi oleh orang tua, itu pun dinamika remaja. Kita pun waktu masih remaja dulu sudah umur 15, 16 tahun ya lebih senang pergi dengan teman daripada pergi dengan orang tua. Jadi point pertama orang tua harus memahami, kalau tidak mau belajar dari buku-buku ya ingat-ingat saja dulu waktu masih remaja. Tapi saya juga sadari ada sebagian orang tua memang kehidupannya dulu terlalu baik, sehingga tidak mengerti seolah-olah dia sendiri tidak pernah mengalami hal ini. Atau dia hidup di bawah orang tuanya yang luar biasa keras sehingga tidak boleh melakukan apa-apa, jadi akibatnya dia juga memang tidak pernah berbuat apa-apa, bukannya tidak mau mau tapi tidak boleh. Jadi sekarang dia menuntut anaknya juga harus seperti itu, tuntutan yang kurang realistis.PG : Ada beberapa kriteria yang bisa kita gunakan Bu Wulan, pertama kita bisa menggunakan kriteria apakah ini akan membahayakan jiwanya. Misalkan akan kita mempunyai kecenderungan untuk panaan, ngebut-ngebutan, kalau naik mobil dengan kita saja maunya ngebut-ngebutan, sudah orangnya tidak bisa diam, panasan.
Nah saya kira sebisanya kalau kita memang mampu jangan ijinkan dia naik motor, jangan belikan dia motor, kita paksa dia untuk menunggu, "nanti kamu setelah dewasa kamu bisa naik mobil, kami ajarkan kamu untuk mengendarai mobil," kalau misalkan itu memungkinkan. Kenapa, sebab kita tahu kalau kita berikan motor dia ngebut-ngebutan itu bisa membahayakan jiwanya. Misalkan dia mau pergi dengan teman-temannya, jam berapa, jam 12 malam dia baru mau keluar nah kita gunakan prinsip yang kedua. Kalau tadi yang pertama apakah itu membahayakan jiwanya, yang kedua kita bisa berkata apakah ini bisa merusakkan jiwanya. Kalau dia pergi dengan teman-temannya jam 12 malam dan kita mulai sadari bahwa dunia gemerlap atau dugem itu yang sekarang sering dikunjungi oleh anak-anak remaja atau pemuda itu tempat atau sarang obat ekstasi dan sebagainya, nah kita juga harus berkata tidak. Nah kalau kita tahu itu akan merusakkan jiwanya kita juga akan larang. Dan yang ketiga adalah apakah itu akan menjauhkan dia dari Tuhan, kalau hal-hal yang dia lakukan ini menjauhkan dia dari Tuhan kita larang. Meskipun kita mungkin akan mengalami pergumulan dengan dia, perdebatan dengan dia, salahnya apa, kenapa ini tidak boleh, tidak, kamu melakukan seperti ini misalnya kamu berbohong dan waktu kamu berbohong kamu berdosa dan pada waktu kamu berdosa kamu mengambil jarak dengan Tuhan, jangan. Jadi kita harus bertindak, kita harus interfensi kalau anak-anak kita memang akan melakukan hal-hal yang membahayakan jiwanya, merusakkan jiwanya atau menjauhkan jiwanya dari Tuhan, nah kita mau jaga ketiga hal itu secara pokok.PG : Kadang-kadang kita akan berkata memang kami tidak percaya, jujur, tidak percaya. Untuk hal yang ini, ini, kami tidak percaya. Mereka akan berkata kenapa tidak percaya? Sebab saya pun atu papa pun atau mama pun kalau dalam posisi kamu tidak percaya dengan diri kami.
Misalkan anak kita umur 18 tahun berkata: "Kami mau ke villa ramai-ramai ke puncak gunung dengan teman-teman perempuan," kita tanya: "Dengan siapa?" "Teman-teman perempuan," jawabnya. Siapa? Disebutkan beberapa teman-temannya, "terus tinggalnya?" "Ya satu villa ramai-ramai." Kita berkata: "Tidak!" "Kenapa tidak, Papa-Mama tidak percaya dengan saya?" "Tidak" "Kenapa?" "Sebab papa-mama pun kalau dalam situasi yang sama tidak percaya dengan diri kami, sebab kami ini manusia, tercemar oleh dosa dan kami bisa dicobai oleh iblis dan oleh nafsu kami sendiri. Nah apakah kamu bebas dari semua itu, kalau kamu bebas dari semua itu ya kamu bisa tidak digodai. Tapi kalau kamu masih terbuat dari daging yang tercemar oleh dosa, bisa digoda oleh pencobaan, nah kamu berarti sama rawannya seperti kami." Kita bisa memberikan pengertian dengan berkata: "Apakah kamu percaya kepada papa, kalau papa berkata kepada kamu papa mau pergi dengan tante ini berduaan ke villa ya kamu percaya tidak papa tidak melakukan apa-apa?" Nah si anak untuk membela diri mungkin berkata: "Saya percaya." Nah kita akan berkata: "Kalau kamu percaya, kamu terlalu polos, kamu tidak mengenal bahwa kita ini manusia yang mempunyai kandungan dosa, kita bisa jatuh ke dalam pencobaan." Nah jadi ada hal-hal dengan jelas yang akan kita katakan seperti itu, "Ya, memang kami tidak percaya, sebab bukan kamunya yang kami tidak percaya, kami tidak percaya pada kemampuan kamu seperti kami tidak percaya pada kemampuan kami untuk terus-menerus bisa melawan dosa atau mengontrol diri kami."PG : Kalau kita tidak tahu ya tidak tahu, memang itu tidak bisa dihindari namun kita mesti bisa melihat tanda-tanda awal, tanda-tanda dini pada diri anak kita. Misalkan kita mulai melihat degan siapa dia bergaul, itu penting sekali.
Kalau kita mulai melihat anak kita bergaul dengan orang-orang yang rasanya ini mendatangkan pengaruh buruk buat anak kita, o....kita harus interfensi, kita harus kerasi sikap bahwa kita tidak setuju dia main dengan teman-teman ini. Kita jangan sampai di depan teman-temannya manis-manis, tidak apa-apa, teman-temannya pulang kita marah-marah, tidak, kita katakan jelas kami tidak suka teman kamu datang ke sini, dan mungkin anak kita akan berkata kenapa? Dan kita akan katakan teman kamu tidak benar, teman kamu begini, begini kita berikan bukti-buktinya juga. Nah kita bisa juga mengajarkan anak-anak kita perbedaan antara teman yang baik dan orang yang baik, teman yang baik belum tentu orang yang baik. Nah orang yang baik belum tentu teman kita yang baik juga, tapi yang merupakan bagian dari kebenaran adalah orang yang baik bukan teman yang baik. Sebab sesama perampok pun akan baik dengan sesama perampok. Apakah mereka orang yang baik? Tidak, mereka merampok orang, tapi mereka mungkin sekali teman yang baik. Nah hal seperti ini yang kita mesti jelaskan kepada anak-anak remaja kita. Sebab mungkin sekali mereka juga tidak tahu bagaimana membedakan teman yang baik dengan teman yang tidak baik.PG : Misalkan ini yang dilakukan oleh anak-anak saya, mereka itu pernah beberapa kali bertanya-tanya kepada saya tentang minuman beralkohol seperti bir atau anggur. Terus saya berkata kepadamereka: "Suatu hari Papa akan belikan dan saya akan minta kamu coba minum," dan saya benar-benar membeli suatu hari ini mungkin 2 tahun atau 3 tahun yang lalu dan saya suruh mereka minum.
Mereka mulai minum tiba-tiba ada satu yang berkata pahit ya, ada yang bilang lagi ya....ya.....tidak enak, pahit. Saya bilang ya memang pahit. Nah kalau anggur saja kamu rasa pahit tunggu sampai kamu minum bir lebih pahit lagi. O.....gitu, mereka tahu. Bahkan kalau anak saya berkata: "Saya ingin cobai rokok seperti apa sih rasanya," saya akan bersedia belikan 1 batang rokok terus dia cobai, daripada dia coba di luar lebih baik dia coba di depan saya. Sebab saya yakin kesan pertamanya waktu dia merokok akan berkata tidak ada enaknya biasa saja dan saya akan berkata ya betul memang biasa saja. Tapi kalau dia mencoba di luar, teman-temannya semua merokok dan dia coba-coba meskipun tidak enak dia mesti bersikap seolah-olah itu enak, itu yang terjadi pada diri saya. Waktu saya merokok begitu tidak enak di mulut saya panas, saya telan asapnya saya batuk-batuk tapi teman-teman semua merokok, ya saya bersikap seolah-olah saya menikmati rokok ini akhirnya benar-benar jadi merokok. Jadi akhirnya ada hal-hal yang kita ijinkan tapi ada batasnya, jangan sampai orang tua berkata: "Kalau begitu supaya anak saya tahu apa itu seks, saya bawa ke pelacur." Kalau itu kebangetan, jangan berdosa, boleh bereksprerimen tapi jangan berdosa itu prinsip yang kita coba tekankan pada anak-anak kita. Kalau mau mencoba silakan, papa di sini ajarkan, bagaimana rasanya anggur, bagaimana rasanya bir, bagaimana rasanya rokok. Tapi kalau dia bilang film porno atau pelacur, kita berkata tidak. Film porno kenapa, kita katakan ini akan meracuni pikiranmu dan apa yang telah kamu tonton hari ini akan tinggal di benakmu mungkin sampai 20 tahun mendatang tidak hilang-hilang dan akan mengotori dirimu. Sehingga waktu engkau melihat wanita, engkau tidak lagi melihat sebagai manusia tapi hanya melihat objek seksual. Jadi ada hal-hal yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak dalam batas-batas eksperimen yang masih wajar, tapi kalau sudah menyangkut dosa kita katakan stop, tidak boleh.PG : Ini sebenarnya konsep yang telah berkembang di kalangan masyarakat bahwa anak-anak itu pada masa remaja sebetulnya lebih senang bersama-sama dengan teman-teman sebayanya karena apa, karna mereka sebaya.
Sebenarnya belum tentu itu benar, sebab pada kenyataannya anak remaja sebetulnya tidak berkeberatan dan bahkan cukup senang berteman dengan orang-orang yang lebih tua darinya bahkan ada perasaan bangga dan sebagainya. Saya kira akhirnya yang membedakaan bukan usianya tapi kemampuan orang mengerti si anak. Kenapa remaja senang bersama-sama dengan temannya karena teman-temannya bisa mengertinya dan sama-sama remaja. Ada seorang penulis Kristen yang bernama Jay Kessler dia pernah menulis buku tentang remaja, dan yang dia tekankan adalah ternyata remaja mengeluhkan nomor satu tentang orang tuanya adalah orang tua tidak mengerti mereka. Jadi mengertilah, mengertilah, sebab anak-anak remaja kalau tahu orang tuanya mau mengertinya akan lebih banyak berbicara dengan kita dan terbuka. Kalau dia tahu orang tuanya sedikit-sedikit bilang tidak, tidak mau mengerti kondisinya dia juga akan malas berbicara dengan orang tuanya.PG : Ada anak-anak remaja yang memang pas sesuai dengan harapan orang tuanya. Misalkan orang tuanya itu mengharapkan anaknya itu rajin belajar, nah si anak memang kebetulan anaknya pandai, dn perhatiannya terhadap buku sangat tinggi, nah itu tidak ada masalah.
Tapi kadang-kadang kebalikannya, orang tua mengharapkan anaknya rajin belajar, di rumah belajar, tapi anak ini energinya terlalu banyak, senangnya sport, senangnya di luar main sepak bola atau apa, nah orang tua menjadi sering marah kepada si anak, lebih banyak konflik. Jadi memang sekali lagi di sini diperlukan kemampuan orang tua memahami si anak, mengerti si anak, bukan saja mengerti dinamika pertumbuhan sebagai remaja yang akan melewati fase-fase ini tapi juga mengerti apa yang dipikirkan oleh si anak, keunikannya dan salah satunya adalah frustrasinya si anak. Anak-anak remaja itu sering kali adalah kelompok masyarakat yang paling banyak tekanan, mereka sebetulnya cukup menderita banyak tekanan. Nomor satu, sekolah itu sudah memberikan beban yang sangat tinggi kepada anak-anak kita dan jangan kita orang tua berpikir beban sekolah itu lebih ringan daripada bekerja, tidak. Saya sudah pernah sekolah, saya sudah pernah bekerja dan sekarang pun saya bekerja, dan saya katakan lebih gampang bekerja daripada bersekolah. Sekolah ada jatuh tempo ujian yang harus kita pelajari tidak ada ampun tidak bisa berkata besok, makalah harus dikumpulkan dan sebagainya. Tekanan itu tinggi sekali dan kita senantiasa dibandingkan dengan sesama kita, nah itu berarti tekanan yang harus dihadapi oleh remaja. Itu sebabnya mereka pun perlu rekreasi, perlu untuk merilekskan mereka, nah kadang-kadang orang tua tidak bisa mengerti itu. Waktu anak-anak di rumah lagi diam-diam mendengarkan musik, orang tuanya marah: "bukannya belajar," dari jam 7 pagi sampai jam 3 sudah di sekolah untuk belajar, setelah mereka pulang mereka harus belajar lagi. Nah di tengah-tengah belajar mereka mau diam-diam mendengarkan musik, dimarahi oleh orang tuanya, "Kenapa buang-buang waktu dengarkan musik, kok tidak belajar!" seolah-olah anak-anak diharapkan dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam belajar terus. Nah celakanya sebagai orang tua akan berbangga hati dan berkata kepada teman-temannya: "Anak saya belajar sampai jam 12 malam." Siapa yang akan mengatakan itu hal yang sehat kalau anak dari jam 7 pagi sampai jam 12 malam hanya mengurung diri di kamar dan belajar, itu justru hal yang tidak sehat. Nah orang tua perlu mengerti bahwa anak-anak perlu rekreasi, berikan waktu untuk dia mendengarkan musik, dia memerlukan sosialisasi berarti biarkan dia pergi dengan teman-temannya asalkan kita pantau dengan siapa dan kemananya kita tahu. Kita berikan dia kebebasan, dia perlu juga mengembangkan dirinya berarti dia sekali-sekali akan berbeda pendapat dengan kita dan kita biarkan itu terjadi, dia perlu juga belajar bertanggung jawab kita biarkan dia mengambil keputusan tapi kita katakan kamu tanggung resikonya. Nah dengan cara-cara seperti itulah anak-anak akhirnya mengembangkan dirinya.
PG : Ada dua hal yang akan saya petik dari ayat firman Tuhan, yang pertama
PG : Dalam pengertian ya kurang memahami si anak, dinamika pertumbuhannya dan kurang bekerja keras untuk mengerti pikiran si anak, maka akhirnya konflik makin sering terjadi.
PG : Betul, dan kita pun juga dengan jujur harus akui kita pun tidak suka berteman dengan orang yang sedikit-sedikit memberi kita nasihat.
GS : Jadi saya rasa perbincangan ini cukup membekali para orang tua yang mempunyai anak-anak remaja yang tentunya tidak gampang pada saat ini. Terima kasih Pak Paul dan Ibu Wulan. Saudara-saudara pendengar, kami mengucapkan banyak terima kasih, Anda telah dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Masalah Orang Tua dan Remaja." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id dan kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
4. Remaja yang Lari |
|
Usia remaja berada atau dia sedang pada tahap percobaan yaitu mulai mengambil tindakan yang mengandung resiko. Kemudian apa dan bagaimana orangtua menyikapinya?
Berikut adalah kasus seorang remaja putri yang pergi dengan seorang pria, tanpa sepengetahuan orang tua. Ada beberapa kemungkinan kenapa si anak remaja begitu berani melakukan suatu tindakan yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya.
Anak remaja berada pada tahap yang disebut eksperimentasi, tahap percobaan. Maksudnya anak-anak pada usia remaja cenderung melakukan hal-hal yang dapat dikategorikan bermain dengan api atau mulai mengambil tindakan yang mengandung resiko. Dengan alasan sebetulnya adalah mencoba-coba berapa jauh dia bisa melangkah tanpa dia harus mengalami masalah, berapa jauh dia bisa merenggangkan dirinya dan melangkah sehingga dia benar-benar melihat apa yang bisa dia lakukan dan apa yang tidak bisa dilakukan. Faktor lingkungan juga berpengaruh di sini.
Reaksi orang tua yang biasanya muncul ketika menghadapi anak remajanya ini adalah:
Yang harus dilakukan orang tua adalah:
Yang paling tepat pada saat anak baru melakukan untuk pertama kali kita ajak dia bicara, karena anak ini sudah remaja, kita mencari tahu siapa pria itu, mengapa pria itu penting baginya sehingga dia rela pergi tanpa memberitahu, kenapa dia rela melanggar perintah atau permintaan kita hanya karena pria tersebut.
Kita juga perlu tahu apa yang dia lakukan dengan pria tersebut. Mungkin dia akan menutupi, itu reaksi yang natural. Tetapi kita perlu tanya secara spesifik, tujuannya adalah agar kita mendapatkan gambaran dengan jelas apa itu yang dia lakukan.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun saudara berada, saya Ibu Idajanti Raharjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen selama ± 30 menit akan menemani saudara dalam acara perbincangan seputar kehidupan keluarga. Telah hadir bersama saya Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang bimbingan dan atif mengajar di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Juga telah hadir bersama kami Ibu Melany salah seorang pengurus di LBKK. Ikutilah perbincangan kami, karena kami percaya acara Telaga ini pasti sangat menarik dan bermanfaat bagi kita semua.
PG : Saya ingin menggarisbawahi akan apa yang tadi Ibu sudah katakan yakni bahwa ini adalah surat dari para pendengar Ibu Melany ya. Saya merasa sangat senang sekali karena kami mendapatkan resons dari pendengar dan ternyata ada beberapa surat yang memang sudah masuk ya Bu dan kami akan berusaha untuk membalasnya.
Surat itu pun saya percaya sudah dibalas secara langsung ya dan melalui radio ini atau acara hari ini memang kami berniat untuk mencoba membahasnya agar para keluarga yang lain bisa menimba manfaat. Dalam membahas masalah yang disajikan pada kami melalui surat, kami akan menyamarkan identitas sehingga tidak dapat dikenali lagi agar kerahasiaan tetap terjamin. Namun kasusnya memang kami akan ungkap secara umum agar teman-teman yang lain juga bisa belajar dari masalah ini. Sudah tentu kasus yang tadi Ibu katakan kasus yang cukup sering terjadi pada masa sekarang ini yakni adanya anak-anak yang memasuki tahap pemberontakan, kalau saya boleh katakan itu. Dalam pengertian anak-anak remaja ini yang tadinya penurut dan mendengarkan nasihat dan permintaan orang tuanya tiba-tiba mulai menunjukkan sikap memberontak, tidak lagi mendengarkan apa yang diminta atau nasihat orang tuanya. Dugaan saya remaja putri ini terlibat dalam hubungan kasih dengan seorang pria, jadi dalam hubungan cinta itu si anak remaja rupanya lebih berat terhadap pacarnya dibanding dengan orang tuanya. Nah pertanyaan yang mungkin timbul dalam benak ibu itu adalah mengapa anak saya sebelumnya tidak pernah melakukan hal seperti ini yakni keluar dari tempat tinggalnya tanpa memberitahu orang tua dan pergi dengan pria lain, kenapa dia sekarang melakukan hal yang seperti ini. Nah ini memang pertanyaan yang harus kita semua mencoba untuk menjawabnya. Saya kira ada beberapa kemungkinan kenapa si anak remaja ini begitu berani melakukan suatu tindakan yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Pertama-tama adalah memang anak remaja berada pada tahap yang disebut eksperimentasi, tahap percobaan. Maksudnya adalah anak-anak pada usia remaja cenderung melakukan hal-hal yang dapat dikategorikan bermain dengan api atau mulai mengambil tindakan yang mengandung resiko, resiko yang tidak pernah dia ambil sebelumnya, tapi sekarang dia mulai ambil. Nah saya mulai melihat ini juga pada diri anak saya yang menginjak usia remaja, di mana sebetulnya dia selalu menurut apa yang kami minta namun sekarang misalnya dia sudah mulai berani melawan orang tua dan misalnya ingin pergi dengan teman-temannya, jalan-jalan pada hal usianya baru sekitar 12 tahun dan kami sangat khawatir. Tapi dia berkata teman-temannya juga pergi kenapa saya kok tidak boleh. Jadi pada usia remaja anak-anak memang cenderung mengambil tindakan yang beresiko, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Mengapa dia begitu, mengapa dia mengambil justru tindakan yang beresiko, tidak yang aman-aman seperti yang kita harapkan, nah alasannya adalah karena memang dia sedang bereksperimentasi dalam pengertian dia sedang sebetulnya mencoba-coba berapa jauh dia bisa melangkah tanpa dia harus mengalami masalah, berapa jauh dia bisa merenggangkan dirinya dan melangkah sehingga dia bisa benar-benar melihat apa yang bisa dia lakukan dan apa yang dia tidak bisa lakukan. Sebelumnya pada usia anak-anak dia tidak berpikir seperti itu, dia senantiasa mencoba melakukan yang diminta oleh orang tuanya dia mempercayai perkataan orang tuanya secara mutlak. Jadi yang aman itulah yang dia lakukan, tapi pada usia remaja dia ingin tahu apa itu yang dia bisa lakukan dan yang tidak bisa dia lakukan, oleh karena itulah pada saat ini mulailah dia mengambil tindakan-tindakan yang memang bermain-main dengan resiko. Itulah sebabnya si anak putri ini akhirnya memutuskan untuk pergi tanpa memberitahu orang tuanya, pergi dengan diam-diam dan pergi dengan pria lain, suatu tindakan yang memang sangat berani. Nah saya bisa menafsir tindakannya adalah sebagai tindakan mengambil resiko atau bereksperimen, kira-kira itulah yang pertama yang muncul dalam benak saya tatkala mendengar kasus ini.PG : Saya kira memang pengaruh lingkungan sangat besar di sini Bu Ida, jadi tidak tertutup kemungkinan sebelum dia melakukan hal ini yakni pergi dengan pria lain tanpa memberitahu orang tuanya,saya duga kemungkinan besar remaja putri ini telah melihat kawannya melakukan hal yang serupa, jadi dia sudah melihat contohnya ada temannya yang pergi dengan pacarnya tanpa memberitahu orang tuanya dan OK tidak apa-apa, tidak mendapatkan kecelakaan atau musibah apa-apa.
Dan mungkin dalam kasus temannya, temannya juga kembali dengan keadaan yang utuh dalam pengertian tidak berbuat hal-hal yang melanggar susila atau melanggar Firman Tuhan. Nah mungkin sekali dia melihat contoh-contoh seperti ini kasus yang lain yang lebih mungkin buruk adalah teman-teman yang lain melakukan hal yang memang sudah melanggar Firman Tuhan yaitu pergi dengan pacarnya menginap dan berbuat hal-hal yang tidak senonoh atau berhubungan seksual misalnya. Nah dia terjepit di dalam situasi yang seperti ini, tidak bisa tidak rasa ingin tahunya muncul. Dia mungkin mulai berpikir apa salahnya ya saya coba, bukankah teman saya juga melakukan hal yang sama dan ia tidak apa-apa, nah akhirnya terdorong. Jadi mungkin sekali tadi yang Ibu katakan terjadi pada anak remaja putri ini, dia melihat contoh dan contoh-contoh dari luar dari temannya itu akhirnya membangkitkan keingintahuannya. Dan akhirnya dia memutuskan untuk mencobanya.PG : Sudah pasti saya percaya Ibu Ida sikap kita ksebagai orang tua remaja putri ini nomor 1 akan kaget, panik sebab kita tidak pernah menduga bahwa anak kita akan berbuat seperti ini. Apalagi alau kita percaya bahwa kita telah mendidik anak kita dalam Tuhan dan kita menganggap anak itu anak yang lumayan baik kok tiba-tiba pergi dengan pria lain tanpa memberitahu kita wah.....saya
hampir yakin reaksi natural yang akan kita tunjukkan adalah panik, panik sekali. Dan setelah panik saya kira reaksi yang berikutnya menyusul adalah marah ya Ibu Ida, jadi kita ini marah sekali karena si anak melakukan hal yang bagi kita sangat melewati batas, sangat salah. Nah sekarang apa sikap kita, apa yang harus kita lakukan terhadap anak kita ini. Saya bisa menyarankan yang paling tepat adalah pada saat anak ini baru melakukannya untuk pertama kali kita ajak dia bicara, kita ajak dia bicara karena anak ini sudah remaja, kita mencari tahu siapa pria itu, mengapa pria itu begitu penting baginya sehingga dia rela untuk pergi dengan pria itu tanpa memberitahu kita. Kalau kita tanyakan apa alasannya engkau pergi tanpa memberitahu kami sebagai orang tua, saya kira alasannya sudah sangat jelas ya, yaitu dia tahu kalau dia beritahu kita dia tidak akan mendapatkan izin kita. Jadi saya kira alasannya adalah ya dia ingin melakukannya, dia ingin pergi bebas dan dia tahu kalau dia minta izin dia tidak akan mendapatkannya, jadi daripada dia terhalang tidak bisa mewujudkan keinginannya ya dia pergi tanpa memberitahu kita. Nah jadi yang perlu kita tanyakan bukan kenapa tidak memberitahu kami sebagai orang tua dan sebagainya, yang perlu kita ketahui adalah kenapa dia rela melanggar perintah kita atau permintaan kita hanya karena pria tersebut, jadi kita mesti tahu juga siapa pria itu, kenapa pria itu begitu penting baginya. Dan kita juga perlu tahu apa yang dia lakukan dengan pria itu, jadi kita perlu mengecek apa saja yang dia lakukan. Mungkin sekali dia akan menutupi sebab itu reaksi yang natural, dan jangan menyerah pada jawaban kami tidak berbuat apa-apa, tanyakan secara spesifik, apakah dia menciummu misalnya seperti itu, apakah dia memegang tubuhmu, bagian tubuh yang mana yang dia pegang dan sebagainya. Kita tanya sespesifik itu tujuannya adalah agar kita mendapatkan gambaran dengan jelas apa itu yang dia lakukan. Nah adakalanya si anak wanita itu sendiri tidak begitu memikirkan perbuatannya secara grafik, secara jelas, karena mungkin terbawa emosi, saat itu dia tidak begitu melihat perbuatannya. Namun tatkala kita memintanya untuk mengakui apa yang dia lakukan secara konkret, itu juga menolong dia untuk melihat dirinya, bahwa dia yang misalnya dari kecil sudah mengenal Tuhan, sudah ke gereja dan sebagainya kok bisa membiarkan dirinya melakukan hal seperti itu. Nah jadi saya pikir ada baiknya kita memang menanyakan dengan spesifik agar dia pun berkesempatan untuk melihat dirinya o......waktu si mama tanya, waktu si papa tanya, apakah engkau membiarkan dia memegang tubuhmu yang privat yang tidak boleh dipegang oleh orang lain misalnya dia akhirnya mengakui, nah pada waktu dia berkata ya tidak bisa tidak dalam benaknya langsung akan terbersit peristiwa itu sendiri dan dia seolah-olah diberikan cermin untuk mengaca bahwa itulah yang dia lakukan. Nah setelah kita menanyakan itu semua baru kita berikan dia kesempatan untuk menjawab pertanyaan kita: "Menurut kamu apakah yang kamu lakukan itu terpuji, apakah yang kamu perbuat itu terpuji?" Dan kita tanya lagi yang keduanya: "Apa yang Tuhan Yesus akan katakan kalau Dia bersama di sana bersama dengan engkau dan pacarmu?" Jadi kita tanya dia seperti itu agar kita kembalikan tanggung jawab kepada dia bahwa dia bertanggung jawab kepada Tuhan. Sebab memang kita harus sadari kita tidak bisa senantiasa mengawasi dia.PG : Kemungkinan yang besar sekali Bu Ida ya, dia pasti atau kemungkinan besar berbohong. Kalau sampai dia berbohong, kalau kita tidak ada jawaban lain ya sudah kita tidak usah paksakan. Misalkn kita tanya dia apa yang engkau perbuat, apakah dia menyentuh tubuhmu dan sebagainya, dia terus menyangkal berkata: "Tidak! saya tidak melakukan itu semua."
Nah sebaiknya dalam keadaan seperti itu kita tidak memaksakan, kita berkata: "Saya tidak tahu jawaban yang paling benar karena saya tidak ada di situ dengan engkau, tapi engkau harus ingat satu hal bahwa di mana pun engkau berada di situ Tuhan berada, kalau engkau mengatakan hal yang benar saya senang, papa atau mama senang tapi kalau engkau tidak mengatakan hal yang betul engkau ingat satu hal, engkau bukan saja sedang berbohong kepada mama atau papa tapi engkau sedang berbohong kepada Tuhan." Nah kita bisa berikan dia contoh tentang Ananias dan Safira Bu Ida dan Bu Melany, di mana mereka berdua berbohong tentang jumlah persembahan yang mereka berikan kepada Tuhan, dan mereka langsung mendapatkan hukuman Tuhan seketika. Nah kita bisa ingatkan dia tentang cerita itu juga tapi terus kita berkata kepadanya: "Sudah mama atau papa tidak akan memaksa kamu memberikan jawaban yang lain, kalau memang itu jawaban kamu sudah, kami percaya tapi engkau yang bertanggung jawab kepada Tuhan." Jadi biarkan dia itu lebih bertanggung jawab, kalau tidak saya takut dia makin mengelak dan mengelak, dan akhirnya tidak ada habisnya.PG : Ini memang sering terjadi Ibu Melany, jadi sering saya temukan juga memang masalah yang serupa yakni cukup banyak ibu yang merasa tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari suami mereka daam menghadapi masalah anak-anak mereka.
Saya kira ini memang muncul dari konsep yang tidak tepat yaitu cukup banyak pria atau suami yang beranggapan bahwa tugas mengurus rumah tangga adalah tugas istri atau ibu bukan tugas ayah atau suami. Saya kira ini memang tidak tepat sama sekali sebab Firman Tuhan dengan jelas meminta agar pria itu mendidik anak-anak di dalam Tuhan. Nah justru yang diberikan perintah bukanlah ibu, tapi ayah jadi ayahlah yang ditugasi Tuhan justru untuk mendidik anak-anak dalam rumah. Nah dalam kasus ini mungkin si ayah bukanlah seperti yang tadi saya katakan, dia adalah orang yang memang mencoba untuk mengurus anak-anak dan dalam kasus ini dia sangat frustrasi karena usahanya untuk membenarkan, mengoreksi perbuatan ayahnya tidak membuahkan hasil. Apa yang harus dikerjakan oleh si ibu, si ibu bisa sekali lagi mencoba mengutarakan kelelahannya, nah ini penting sekali saya garis bawahi kata kelelahannya. Si ibu jangan menuntut si ayah untuk bertanggung jawab, untuk mengurus lagi saya kira sering kali tuntutan-tuntutan seperti ini justru berdampak seperti bumerang, tidak membawa hasil, si ayah mungkin makin rasanya ingin lari. Nah jadi saya bisa sarankan sebaiknya si ibu ini hanya meminta si ayah untuk mendengarkannya, bilang saja kepada suaminya: "Saya ingin bicara dengan kamu bisa tidak engkau tolong dengarkan saja keluh kesahku. Aku merasa lelah sekali mencoba mengatasi masalah dengan anak kita ini, aku mengerti engkaupun juga lelah, aku paham engkau pun juga frustrasi tapi bagaimana pun ini anak kita," atau ada yang bisa kita kerjakan misalkan kita bisa memulai dengan mengajak suami itu untuk berdoa, meminta agar Tuhan menolong lagi. Jadi saya kira dengan cara-cara seperti ini si ayah akan lebih siap untuk memberikan bantuannya, kalau dia didesak lagi dan diberikan tuntutan lagi saya khawatir dia malah akan lari.PG : Ya ada kecenderungan memang kita ini malas Bu Ida harus saya akui ya, kalau mungkin orang lainlah yang menangani kita lebih. Jadi memang saya harus akui dalam hal mengurus anak, pria atau uami seperti saya ini cenderung memang berdalih ini 'kan urusan rumah tangga urusanmu bukan urusanku, aku 'kan urusannya di luar bekerja dan sebagainya.
Namun saya pikir dalih itu tidaklah Alkitabiah nomor 1 sebab Tuhan memerintahkan suami atau ayah untuk mendidik anak. Itu tidak diberikan kepada istri atau ibu tapi kepada ayah. Jadi nomor 1 tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, nomor 2 juga kalau kita melihat secara sosial Bu Ida dan Bu Melany bukankah sekarang ini banyak sekali ibu yang bekerja di luar tapi toh tetap waktu pulang ke rumah ibulah yang dituntut untuk mengurus rumah tangga, untuk mengawasi anak dan sebagainya. Jadi konsep ini saya kira tidak tepat ya tugas membesarkan anak, mendidik anak lebih besar sebetulnya diembankan pada ayah. Nah usulan ibu Ida itu baik sekali, adakalanya memang suami kurang tanggap terhadap permintaan istri dan sudah merasa defensif, merasa disudutkan, merasa disalahkan dan sebagainya, jadi kalau ada orang ketiga yang tepat yang bisa diajak masuk ke dalam masalah ini ya tidak ada salahnya Bu Ida. Jadi untuk kasus ini Ibu Melany dan Ibu Ida sudah diketahui bahwa LBKK sudah membalas suratnya dan mencoba menolong, jadi kami juga membuka kesempatan pada para pendengar yang lain kalau memiliki masalah jangan ragu-ragu untuk menulis kepada kami, kami akan mencoba menolong bapak/ibu sekalian. Kami di sini semuanya adalah satu perahu dengan saudara-saudara ya, kami semuanya satu penderitaan, kami semua sama-sama belajar.IR : Nah demikianlah tadi telah kami persembahkan ke hadapan saudara sebuah perbincangan seputar kehidupan keluarga bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, silakan Anda menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan dan tanggapan Anda sangat kami nantikan. Terima kasih untuk perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
5. Berbicara dengan Anak Remaja Kita |
|
Anak remaja cenderung menyempitkan lingkungan mereka karena ini merupakan pembentukan jati dirinya. Dan dalam hal ini orangtua harus benar-benar dapat memahami dan mengerti bagaimana orangtua harus bersikap dan berperan dengan tepat.
Ada kecenderungan di dalam diri remaja lebih banyak berdiam diri di hadapan orangtua dibandingkan pada masa kecilnya.
Karena pada masa remaja anak-anak mulai melihat tempat dia, bahwa dia adalah di dalam lingkungan remaja, kesadaran akan identitasnya mulai terbentuk. Sehingga dia akan lebih nyaman kalau dia bicara dengan sebaya.
Dalam proses ini anak remaja sedang membentuk jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama dengan dia. Tidak sama di sini bukan saja menyangkut masalah usia, kadangkala juga berkaitan dengan cara hidup. Misalnya anak remaja yang baik, yang alim disuruh main dengan anak-anak yang lebih badung, lebih nakal misalnya dia tidak mau, begitu juga kebalikannya anak-anak yang merasa dirinya itu badung, dianggap anak nakal di sekolah, disuruh main dengan anak-anak yang lain yang alim tidak mau. Jadi sering kali anak remaja itu akan menyempitkan lingkup mereka dan memang itu adalah gejala yang wajar.
Sikap kita sebagai orangtua dalam menghadapi remaja adalah:
Menerima, menerima bahwa inilah proses dia menjadi seorang dewasa. Semua yang dilakukannya ini merupakan bagian dari pendewasaan dia dan memang harus dilaluinya.
Memantaunya, jadi peranan kita yang paling-paling krusial adalah bagaimana kita bisa melihat dengan jelas di mana dia pergi, dengan siapa dia pergi, apa yang dia terima dari lingkungannya. Kita juga pantau apa yang dia lakukan kepada orang lain. Kalau kita memang melihat dia mulai bergaul dengan orang-orang yang tidak benar kita mesti memberikan batas meskipun dilawan olehnya. Memantau di sini dalam artian bukan secara aktif memata-matai, namun yang perlu kita lakukan adalah sebisanya membuka pintu rumah, izinkan anak-anak membawa teman-teman ke rumah.
Komunikasi, di sini orang tua yang harus proaktif untuk mencari titik kesamaan dengan remaja tersebut, jadi kitalah yang seharusnya terjun ke dalam dunia dia. Salah satu prinsip yang penting dalam berkomunikasi bukan berapa banyak kata yang diucapkan tapi berapa terbukanya si pembicara itu. Jadi keterbukaan melebihi berapa banyak kata-kata yang diucapkan.
Berkomunikasi dengan remaja lebih tepat secara informal dibandingkan formal. Informal maksudnya adalah dengan ngobrol-ngobrol, cerita-cerita sedikit dan sebagainya. Misalnya kita lihat anak kita sendu, sedih, kita hampiri dia dan kita tanya: "Engkau nampak sendu hari ini, ada yang membuat kau sedih? Nah perhatian kecil seperti itu membuat anak akhirnya sadar bahwa dia diperhatikan.
Kita bisa membicarakan hal yang relevan untuk kehidupan dia, selama itu relevan dan bisa membantu dia kita ceritakan. Salah satu aset atau harta kekayaan yang bisa kita bagikan kepada dia adalah pengalaman hidup kita. kalau kita bisa bagikan dengan cara yang dia bisa terima akan sangat bermanfaat. Dan yang tidak bisa dia terima adalah apabila kita membagikannya seperti seorang guru.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso beserta Ibu Idajanti Rahardjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang bimbingan dan konseling dan juga seorang dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang masalah bagaimana "Berbicara dengan Anak Remaja Kita" atau para remaja kita. Kami percaya acara ini pasti akan bermanfaat bagi kita sekalian. Dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Ada Pak Gunawan, jadi anak-anak remaja cenderung memang berdiam diri lebih banyak di hadapan orang tua dibandingkan pada masa kecilnya. Karena apa? Karena pada masa remaja anak-anak mulai elihat tempat dia, bahwa tempat dia adalah di dalam lingkungan remaja.
Anak kecil masih belum mempunyai perasaan tempat itu, jadi anak kecil diajak ngomong oleh orang dewasa, ya dia jawab, diajak ngomong oleh êmpek-êmpek, kakek-kakek dia jawab, diajak main oleh tante-tante umur 50 dia juga main tapi begitu anak-anak remaja diajak main oleh tante-tante umur 50 dia tidak main lagi, malu dia. Diajak pergi oleh orang tuanya, dia juga enggan, jadi perasaan tempat saya itu di sini mulai muncul pada masa remaja.PG : Betul mulai terbentuk di situ, akibatnya memang dia itu akan merasa lebih nyaman bicara dengan yang sebaya, bahkan yang lebih sempit lagi adalah anak-anak remaja karena dalam proses ini di memang sedang membentuk jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama dengan dia.
Tidak sama bukan saja menyangkut masalah usia, kadang kala juga ini berkaitan dengan cara hidup, misalnya anak remaja yang baik, yang alim disuruh main dengan anak-anak yang lebih badung/lebih nakal misalnya tidak mau. Kebalikannya anak-anak yang merasa dirinya itu badung/dianggap anak nakal di sekolah, disuruh main dengan anak-anak yang lain yang alim, tidak mau. Jadi sering kali anak remaja itu akan menyempitkan lingkup mereka dan memang itu adalah gejala yang wajar. Karena pada tahap inilah mereka membentuk jati diri itu dan jati diri dibentuk secara spesifik bahwa saya ini termasuk anak baik/anak nakal, saya termasuk orang yang suka ngebut naik motor atau naik motornya perlahan-lahan, saya anak yang merokok atau saya anak yang tidak merokok, saya anak yang berani terhadap otoritas sekolah, saya anak yang tidak berani, itu adalah sebetulnya guntingan-guntingan untuk akhirnya mencetak siapa dia itu. Maka orang tua merasa kesulitan berkomunikasi dengan anak remaja karena orang tua itu benar-benar tiba-tiba menjadi orang lain bagi si anak remaja.PG : Nomor satu kita mesti menerima Bu Ida, bahwa inilah proses dia menjadi seorang dewasa. Bahwa dia ini bukannya sedang melenceng pergi dan akan menjadi seperti penduduk planet Mars gara-garadia bersikap seperti ini, tidak! Semua yang dilakukannya ini merupakan bagian proses pendewasaan dia dan memang harus dilangkahi semuanya ini.
Nah yang paling penting adalah kita memantaunya, jadi peranan kita yang paling-paling krusial saya kira adalah bagaimana bisa melihat dia dengan jelas. Ke mana dia pergi, dengan siapa dia pergi dan apa yang dia terima dari lingkungannya, setelah itu baru kita juga pantau apa yang dia lakukan kepada orang lain, nah hal-hal itu perlu kita pantau dengan teliti sekali. Kalau kita melihat memang dia mulai bergaul dengan orang-orang yang tidak benar, nah kita mesti memberikan batas meskipun dilawan olehnya. Nah jadi adakalanya masa remaja memang masa pertempuran antara orang tua dan anak, karena anak tidak akan dengan mudah tunduk. Di sini memang anak-anak mulai membentuk juga kehendak diri, pilihan. Manusia adalah manusia yang memang memiliki pilihan dan anak remaja saat-saat ini mulai menyadari dia punya pilihan dalam pengertian dia tidak harus tunduk kepada orang tuanya. Waktu masih kecil anak-anak tidak mempunyai pilihan untuk melawan, sebab dia melawanpun orang tua bisa angkat dia dan langsung memaksakan kehendak orang tua padanya. Waktu anak remaja dia baru sadar o.....saya punya pilihan melawan, begitu Ibu Ida.PG : OK! Bagus sekali Pak Gunawan, yang saya maksud dengan memantau adalah bukan secara aktif memata-matai, bukan secara aktif dan terus-menerus dengan sering kali menanyakan dengan siapa engka pergi? Di mana? Apa saja yang kamu lakukan? Nah anak-anak pasti akan akhirnya terlatih memberikan jawaban klise alias bohong, supaya mereka lepas, dan orang tuanya senang.
Jadi yang perlu kita lakukan adalah sebisanya membuka pintu rumah, jangan setiap hari, kita juga pusing tapi ijinkan anak-anak membawa teman-teman ke rumah. Ada orang tua yang tidak suka anak-anak main-main di rumah, justru yang paling penting adalah pada usia remaja kita menyadari atau mengetahui jelas dengan siapa dia berteman. Nah waktu anak-anak di rumah sebetulnya kita bisa tahu banyak hal, sebab kita bisa melihat cara mereka menyapa kita (yang saya maksud teman-temannya itu) cara mereka makan, cara mereka bercakap-cakap dengan kita, kita bisa ajak mereka bicara juga, ngobrol-ngobrol dengan mereka. Dan kadang-kadang kita bisa sedikit banyak nguping/mendengar, kita tidak usah taruh kuping kita di pintu kamarnya tapi kadang-kadang dari percakapan mereka di pelataran rumah dan sebagainya kita mulai bisa mendengar apa yang mereka percakapkan. Nah informasi inilah yang saya maksud dengan pantauan itu Pak Gunawan.PG : Tepat sekali Pak Gunawan, karena komunikasi itu sangat bergantung pada pengalaman hidup, semakin banyak kesamaan antara pengalaman si pihak yang satu dengan pihak yang satunya makin lebih emudahkan terjadinya komunikasi.
Kalau pengalaman hidup sangat berbeda berarti tidak ada lagi yang bisa dipercakapkan, hilanglah titik kesamaan itu. Nah orang tua di sini yang memang harus proaktif untuk mencari titik kesamaan ini, anak remaja kalau dipaksa untuk memahami pikiran kita dan dia yang disuruh harus berubah supaya sama dengan kita dia kehilangan hal yang paling penting yaitu dia kehilangan kesempatan membentuk jati dirinya. Yang memang seperti tadi saya singgung harus melalui tahapan tadi Pak Gunawan, jadi kitalah yang seharusnya terjun ke dalam dunia dia. Hal-hal kecil yang bisa kita lakukan yang sebetulnya tidak terlalu susah Pak Gunawan misalkan sekarang anak saya sudah menginjak remaja, dia mendengarkan kaset-kaset yang juga modern dan saya belikan. Nah saya belikan tapi waktu beli mendengarkan sama-sama dengan dia, saya berikan juga ini bagus, ini tidak bagus, nah bagi saya bagus tidak bagusnya terus-terang bukan dari kata-kata atau liriknya karena saya kira anak-anak juga tidak begitu perhatikan lirik saat-saat ini. Kecuali mereka itu memang berbahasa Inggris terus-menerus baru perhatikan liriknya kalau tidak, anak-anak remaja itu biasanya mendengarkan musik atau memilih musik karena lagunya atau nadanya. Nah waktu saya mendengar lagu-lagu misalnya seperti saya juga sering dengarkan juga misalnya "New Kids on the Block", "Michael Learns to Rock", nah bagi saya misalnya "Michael Learns to Rock" saya cukup senang, meskipun itu bukan lagi selera musik saya, tapi saya senang sebab saya melihat musik ini bagus, dinyanyikan dengan 3, 4 suara secara harmonis waktu saya melihat di video clipnya di televisi juga cukup sopan. Nah jadi waktu anak-anak saya ingin membeli saya ijinkan dan saya tawarkan bagaimana kalau membeli "Michael Learns to Rock" atau misalnya yang sekarang dia suka dengarkan adalah "Barbie Doll" ya tidak apa-apa. Waktu dia mendengar kita juga dengar, sehingga dia tahu ada yang sama antara dia dengan kita.PG : Betul Pak Gunaawan.
PG : Dalam prinsip komunikasi, salah satu prinsip yang penting adalah bukan berapa banyak kata yang diucapkan tapi berapa terbukanya si pembicara itu. Jadi keterbukaan melebihi berapa banyak kaa-kata yang diucapkan.
Nah bagi anak yang memang dasarnya pendiam, yang kita mau arahkan adalah atau yang kita mau cari adalah keterbukaannya. Kalau anak itu terbuka, kalau kita tanya dia jawab jujur, bagi saya itu sudah penting. Sebab ada anak-anak yang begini, cerita dengan mamanya atau papanya, ngomong banyak, tapi dia juga melakukan hal-hal lain yang dia tidak pernah cerita kepada orang tuanya. Jadi dia hanya cerita hal-hal yang ingin dia ceritakan saja tapi di samping itu dia melakukan hal-hal yang tersembunyi dari mata orang tua, itu lebih berbahaya.PG : Betul, dan mungkin orang tua merasa sangat senang anak-anak sering cerita dengan saya, baik dengan saya, terbuka dengan saya padahalnya banyak hal lain yang dia tidak ketahui.
PG : Betul.
PG : OK! Memang Sangat sulit mengharapkan anak remaja itu jujur, terbuka sepenuhnya kepada kita, sulit sekali. Karena ada kecenderungan anak remaja akan melakukan hal yang dilarang oleh kita, jdi salah satu ciri remaja adalah bereksperimen pasif, mencoba hal-hal yang baru.
Sebab apa, anak remaja itu sebetulnya ingin tahu berapa jauh saya bisa melangkah, berapa jauh saya melakukan hal yang dilarang oleh orang tua saya, begitu. Jadi dia akan melakukan atau cenderung melakukan hal-hal yang dia tahu tidak diijinkan oleh orang tuanya, maka hal bohong menjadi hal yang cukup sering terjadi pada anak-anak remaja. Tujuannya adalah untuk membuat orang tua itu tetap mengijinkan dia keluar karena kalau dia jujur dia tidak bisa lagi mendapatkan yang dia inginkan itu. Nah jadi kita mesti sadari anak-anak remaja akan cenderung menutupi yang kita sebetulnya larang tapi dia akan tetap lakukan. Nah kembali lagi pada yang tadi Ibu tanyakan bagaimana kita menyikapi kalau misalnya anak kita ini berteman dengan orang yang keliru, kita sadari ini keliru tapi dia tetap ngotot mau main dengan anak itu. Nah saya kalau sudah mencoba bicara dan dia melawan, OK! Saya tahu dia memang tidak mau dengar, selanjutnya yang saya akan lakukan adalah saya tidak akan sebut nama orang itu lagi, sebisanya saya akan justru lebih menyodorkan kepada dia karakteristik orang yang baik, teman yang baik atau karakteristik manusia yang berkenan kepada Tuhan dan sebagainya, itu yang menjadi tekanan utama saya. Sebab kalau saya sodorkan atau saya sebut-sebut nama temannya itu dia akan bereaksi membela diri dan malah menyalahkan kita. Jadi saya akan hindarkan menyebut-nyebut nama temannya itu tapi lebih berbicara tentang karakteristik teman yang baik, orang yang benar dan sebagainya dengan harapan melalui semua itu si anak perlahan-lahan mulai sadar bahwa temannya itu tidak baik. Namun kalau kita tahu bahwa anak kita sedang berteman dengan orang yang sangat tidak baik, sangat berbahaya saya akan ambil tindakan yang lebih tegas, saya akan melarang dia keluar, saya akan pantau dia baik-baik supaya dia jangan bermain lagi dengan orang tersebut. Jadi kita memang harus menilai berapa seriusnya keburukan tersebut.PG : Misalnya dengan teman yang tidak baik tersebut, kita bisa mulai mencari titik temu yaitu kita mulai dengan menanyakan apa yang baik tentang teman tersebut. Sebab ada yang dia sukai dari tean tersebut, nah, kita mulai dari situ.
Titik pijaknya kalau sudah mulai terbentuk kita bisa mulai menjalin komunikasi, kita misalnya bisa berkata o....dia itu orangnya setia kawan ya, itu sebabnya kamu senang berteman dengan dia misalnya anak kita bilang "Ya, sebab saya percuma berteman dengan si A, si B yang di luarnya baik tapi padahalnya orangnya tidak setia kawan, tidak membela saya waktu saya ada masalah di sekolah dengan teman saya yang lain mereka diam-diam saja, justru teman saya yang ini yang membela saya." Nah hal-hal itu kita komentari, kita bisa beritahu dia "Ya, dia anaknya baik ya, dia itu bisa membela kamu seperti itu," nah kalau bisa kalau memungkinkan memang kita ajak orang itu ke rumah kita, ajak ngomong, ajak bicara-bicara dengan kita supaya kita juga bisa komunikasi langsung dengan dia, lebih mengenal teman anak kita. Nah perlahan-lahan kalau anak itu sudah sadar bahwa kita di pihak dia mungkin dia akan lebih terbuka melihat dengan jelas temannya itu, sisi negatif dan sisi positifnya. Sebab tidak ada persahabatan yang murni 100% menyenangkan hati anak atau hati kita tidak ada. Mungkin hari ini tidak, tapi mungkin minggu depan akan muncul hal-hal yang si anak tidak sukai tentang temannya itu, nah di situ baru kita bisa mengajarkan dia karakteristik teman yang baik atau orang yang berkenan kepada Tuhan. Misalnya teman kita itu membohongi orang lain, meskipun dia tidak membohongi kita, nah kita bisa beritahu dia bahwa berbohong kepada orang lain tidak diperkenankan oleh Tuhan, maksudnya begitu.PG : Sebetulnya tidak ada pengaruhnya, pada usia remaja sebetulnya anak-anak itu memberikan kesempatan yang sama kepada orang tua untuk mengenalnya. Sebab pada masa-masa remaja, anak-anak itu basanya pulang sekolah sudah jam 03.00
sekarang ini. Jam 03.00 mungkin dia les atau apa, jam 04.00, jam 05.00 jadi sebetulnya anak-anak remaja baru bersama-sama orang tua pada malam hari setelah PR selesai dan sebagainya. Nah justru pada usia remaja, suami dan istri sudah memiliki kesempatan yang sama sebetulnya, nah siapa yang bisa lebih dianggap dekat oleh anak adalah dia yang mencoba mengerti si anak dengan lebih baik. Kalau si anak merasa berbicara dengan papa kena/nyambung dia akan berbicara dengan Papanya. Kalau berbicara dengan papa justru dimarahi, dikoreksi, dipersalahkan, dia tidak berbicara lagi dengan Papanya. Kalau dia berbicara dengan Mamanya justru diterima, diberikan nasihat yang baik, dia akan berbicara lagi, begitu.PG : Ke temannya betul, bahkan didengarkan pun oleh orang tua tetap akan berbicara dengan teman juga. Jadi kita mesti menyadari kebanyakan anak-anak remaja akan lebih percaya pada temannya dibading dengan kita.
PG : Saya akan sarankan agar kita menetapkan hukum atau aturan dalam rumah tangga kita, misalkan hari-hari biasa kita larang anak kita keluar, pokoknya pulang sekolah pulang ke rumah sebab tugamu adalah belajar.
Nah akhir pekan, Sabtu dan Minggu baru kita ijinkan dia keluar, ada jam-jam tertentu dia boleh keluar.PG : Dan saya pikir komunikasi dengan remaja lebih tepat secara informal dibandingkan formal. Ada orang yang berkata begini, ya saya akan ajak anak saya makan, saya khawatir si orang tua merasasenang seolah-olah telah melakukan tanggung jawabnya bersama-sama dengan keluarga makan, namun tujuan akhirnya tidak tercapai.
Jadi informal yang saya maksud adalah dengan ngobrol-ngobrol, ketok pintu anak kita, masuk ke kamarnya ngobrol-ngobrol, cerita-cerita sedikit. Contoh yang gampang adalah misalkan kita melihat anak kita sendu, sedih, nah kita hampiri dia kita tanya: "Kok engkau nampaknya sendu hari ini, ada yang membuat kau sedih?" Nah perhatian kecil seperti itu membawa anak akhirnya sadar bahwa dia diperhatikan. Nah mungkin hari ini kita tanya dia, dia tidak menjawab, tapi mungkin minggu depan waktu dia sangat tertekan dan kita tanya, dia menjawab begitu.PG : Apa saja dalam pengertian hal yang memang relevan untuk kehidupan dia, selama itu relevan dan bisa membantu dia kita ceritakan. Salah satu asset ya, harta kekayaan yang bisa kita bagikan kpada dia adalah pengalaman hidup kita.
Kalau kita membagikannya dengan cara yang bisa dia terima, sangat bermanfaat, yang tidak bisa dia terima adalah kalau kita membagikannya seperti seorang guru. "Saya dulu waktu masih muda harus kerja keras makanya kamu juga harus kerja keras", itu tidak akan didengar oleh si anak. Tapi misalkan kita menceritakan kegagalan kita "Saya dulu juga pernah patah hati," dia akan kaget "O....Mama pernah patah hati?" Sebab dia tidak menyangka mamanya itu juga sama seperti dia dulu. Jadi kalau Mamanya dulu berkata: "Mama dari dulu hati-hati pilih teman, Mama tidak mau pria yang seperti begini, seperti begini, seperti begini," nah si anak justru tidak bisa dekat dengan si Mama, nah itu boleh disambung, itu boleh diberitahukan kepada si Mama. Tapi bukan berarti melulu itu saja yang diberitahu.PG : OK! Saya anjurkan begini, kalau Papa itu cenderungnya memang berorientasi pada program aktifitas. Ajak anak untuk pergi berdua, misalkan ajak kencan, misalnya waktu itu saya ajak anak sayayang paling besar untuk saya bilang kencan.
Kami berdua pergi makan es, ngobrol-ngobrol, terus setelah pulang saya bilang saya tadi berkencan denganmu saya bilang, sebab saya ingin mengajarkan kamu berkencan itu seperti apa. Dan supaya nanti lain kali waktu kamu berkencan dengan teman kamu, kamu tahu itulah yang kamu lakukan. Jadi saya pikir itu bisa dilakukan, ajak anak itu pergi berdua misalkan anak perempuan dengan si ayah bisa atau anak laki dengan si ayah juga tidak apa-apa pergi berdua, terus di sana bisa ngobrol-ngobrol, tukar pikiran tentang film yang ditonton misalnya. Bagaimana menurut pandanganmu, ajak dia ngomong nah anak-anak biasanya apalagi anak laki kalau ditanya tentang hal-hal pribadi dia tidak mau ngomong, akhirnya ya film itu menjadi jembatan, bahan percakapan nah itu bisa juga menolong ayah akhirnya dekat dengan si anak begitu. Dan si anak pun belajar mengenal si ayah, karena mungkin di rumah dia dimarahi, ditegur dia tidak begitu kenal si ayah siapa, tapi waktu dia bicara tentang film yang ditontonnya itu o....dia sadar ayahnya itu pikirannya luas dan sebagainya.PG : Kalau seks, saya punya prinsip ya kita ini secara proaktif memberitahu dia, sebab kalau kita menunggu dia bertanya pada usia remaja tidak bakalan terjadi. Anak hanya bertanya tentang seks ada masa dia kecil, setelah itu dia stop bertanya, sudah remaja kita yang mesti beritahu dia.
PG : Baik topik yang penting sekali Pak Gunawan.
GS : Jadi para pendengar sekalian, demikianlah tadi telah kami persembahkan sebuah perbincangan seputar masalah keluarga khususnya masalah berbicara dengan para remaja kita. Anda tadi telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga) dan kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, silakan Anda menghubungi kami melalui surat. Alamatkan surat anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
6. Mendisiplin Remaja |
|
Pukulan bukanlah cara disiplin yang seharusnya diberikan pada remaja. Dan apa yang pantas dilakukan orangtua untuk mendisiplin remajanya? Topik ini akan menjelaskannya.
Disiplin dengan pukulan seharusnya dilakukan sampai batas anak berusia 10, 11 tahun. Melewati usia itu anak tidak lagi tepat untuk didisiplin dengan pukulan, sebab pukulan tidak akan menimbulkan reaksi yang diinginkan yaitu kepatuhan dan perubahan perilaku, malah seringkali menimbulkan perasaan benci anak terhadap orang tua. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kejiwaannya.
Pada masa kecil kalau diperlukan kita mendisiplin anak dengan pukulan tapi setelah anak mulai remaja tidak lagi. Waktu anak kecil boleh dipukul juga dalam pengertian kita menyadari atau memahami tindakan apa yang boleh menerima disiplin dengan pemukulan sebab tidak semua tindakan anak boleh didisiplin dengan pemukulan. Pemukulan boleh dilakukan untuk hal yang memang tepat. Dr. James Dobson menekankan bahwa disiplin dengan pemukulan hanya dilakukan untuk tindakan yang memberontak atau membangkang.
Untuk anak-anak remaja pendisiplinan dapat dilakukan dengan :
Dengan dialog, berarti kita mesti sering berbicara dengan anak-anak sebelum ada pendisiplinan. Jadi kita mesti membuka ruang komunikasi yang luas dengan anak-anak sehingga dia bisa bebas mengutarakan dirinya kepada kita. anak-anak remaja cenderung responship terhadap upaya untuk menjangkaunya melalui dialog, sebab mereka merasa adanya penghargaan. Komunikasi antara anak dan orang tua sangat dipengaruhi oleh adanya keterbukaan di antara mereka. Semakin orang tua nyaman membuka diri kepada anak semakin anak akan merasa dekat dengan orang tua
Cara sanksi, sanksi adalah memberikan konsekuensi atas perbuatannya tatkala dia melanggar larangan kita. Contoh bentuk sanksi : tidak memberikan uang jajan selama dua hari. Untuk memberikan sanksi dengan efektif atau menjalankan metode sanksi dengan efektif kita perlu memberitahukan dia terlebih dahulu sebelum sanksi itu diberikan.
Disiplin sangat perlu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara ayah dan ibu. Sebab disiplin kalau memang disetujui atau disepakati oleh kedua orang tua menjadi disiplin yang sangat solid, sangat kuat. Sedangkan disiplin yang hanya diberikan oleh satu saja oknum tidak akan menjadi disiplin yang kuat atau yang solid.
Kemarahan yang efektif adalah kemarahan yang tidak diulang-ulang.
Di sini ditekankan bahwa orang yang berpengertian atau orang yang bijaksana, berhikmat, akan bisa menghargai satu hardikan tapi orang yang bebal atau orang yang tidak bijaksana meski seratus pukulan sekalipun tidak bisa membuat dia berubah. Kalau kita terapkan dalam rumah tangga, tugas utama kita adalah kita harus menjadikan anak-anak kita orang yang berhikmat, yang berpengertian. Sehingga lain kali kita hanya cukup memberikan dia satu hardikan dan dia sudah langsung tanggap, salah satu cara membuat anak itu berhikmat adalah dengan kitanya sendiri memulai menjadi orangtua yang berhikmat. Karena anak akan mencontoh, meniru semua perilaku orang tuanya baik yang positif maupun yang negatif.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Rahardjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang bagaimana mendisiplin anak remaja kita. Kami percaya acara ini pasti akan bermanfaat bagi kita sekalian. Dari studio kami ucapkan selamat mengikuti.
PG : Secara garis besar anak-anak itu masih bisa kita disiplin dengan pukulan dalam batas yang wajar Pak Gunawan, sampai kira-kira usia 10, 11 tahun. Melewati usia itu anak-anak sebetulnya tdak lagi tepat untuk didisiplin dengan pukulan, sebab pukulan tidak akan menimbulkan reaksi yang diinginkan yaitu kepatuhan dan perubahan perilaku, justru sering kali menimbulkan perasaan benci pada si anak terhadap kita orang tuanya.
PG : Pertumbuhan kejiwaannya, jadi begini Pak Gunawan, kita ini sebetulnya mempunyai (saya gunakan istilah) daerah jadi kita ini mempunyai rasa kepemilikan atas daerah hidup kita. Misalkan kta berbicara dengan seseorang, biasanya dibatasi atau dalam jarak sekitar 1 meter.
Kalau kita bicara dengan seseorang dalam jarak 30 cm kita akan merasa terlalu dekat/tidak nyaman. Dengan kata lain memang kita mempunyai teritori atau rasa akan daerah yang kita miliki itu, termasuk juga dengan tubuh kita Pak Gun, jadi kita tidak akan terlalu suka misalkan orang memukul atau menepuk pundak kita dan kita menganggap orang itu tidak terlalu akrab dengan kita. Jadi tubuh kita pun tidak untuk disentuh oleh orang dengan sembarangan. Nah, anak-anak kecil belum memiliki rasa teritori ini secara jelas, namun makin dewasa anak makin menyadari dan mempunyai perasaan memiliki akan teritori tubuhnya ini. Dan biasanya pada waktu anak usia pra remaja dan remaja 11, 12 tahun mulailah dia merasakan teritori tubuhnya ini, oleh sebab itulah sewaktu orang tua memukul dia (dan sudah tentu memukul itu 'kan tanpa seizin si anak) dia akan merasa adanya suatu insansi, adanya suatu penyerangan terhadap tubuhnya atau teritorinya. Itu sebabnya anak-anak yang sudah usia remaja kalau dipukul bereaksi, meskipun tidak langsung misalnya dengan mengeluarkan kemarahan di hadapan si orang tua tapi dalam hati dia biasanya menyimpan rasa sakit hati yang berat, karena rasa teritorinya sudah dilanggar oleh si orang tua, di mana tanpa seizinnya orang tua menggunakan pukulan yang keras untuk mendisiplin dia.PG : Pada masa kecil kalau diperlukan memang kita menggunakan disiplin dengan pukulan, tapi setelah anak mulai remaja tidak lagi. Nah, saya akan menjelaskan kategorinya atau penjabarannya. Tdi saya berkata, waktu anak kecil boleh dipukul itu juga dalam pengertian kita menyadari atau memahami tindakan apa yang boleh menerima disiplin dengan pemukulan, sebab tidak semua tindakan anak boleh didisiplin dengan pemukulan.
Contohnya, anak menumpahkan segelas air sewaktu dia sedang makan, misalkan anak itu berusia sekitar 8 tahun. Nah, saya tidak menganjurkan orang tua memarahinya dengan keras atau memukulnya, karena menumpahkan segelas air. Karena apa? Karena memang itulah anak-anak, jadi menumpahkan segelas air adalah hal yang memang dikaitkan dengan sifat kekanak-kanakan. Ya kita saja yang usianya sudah puluhan tahun ini kadang kala menyenggol gelas dan menumpahkan air, apalagi anak kecil yang rasa koordinasinya belum begitu bertumbuh dengan matang, adakalanya anak-anak itu memang sukar mengendalikan perasaannya sewaktu dia sedang senang, dia sedang bercerita tangannya bergerak akhirnya gelas tumpah. Ada orang tua yang tidak menyadari hal ini, dia melihat anaknya menumpahkan gelas langsung dia marah dan memukulnya, jadi itu tidak tepat. Memang pemukulan boleh dilakukan untuk hal yang tepat, nah yang tepat itu seperti apa, saya di sini mengutib perkataan Dr. James Dobson seorang psikologi Kristen yang memang dikenal luas di Amerika Serikat. Dr. James Dobson menekankan bahwa disiplin dengan pemukulan hanya dilakukan untuk tindakan yang memberontak atau membangkang. Jadi misalkan anak itu meski umur 4 tahun pun kalau dengan jelas-jelas membangkang kita misalnya matanya menyoroti kita dan mukanya marah terhadap kita dan langsung melakukan lagi dengan sengaja hal yang kita larang, meski dia usianya hanya 4 tahun kita boleh pukul, misalnya kita pukul pantatnya atau kita pukul tangannya supaya dia sadar bahwa kita tidak menyetujui tindakannya itu. Jadi saya setuju sekali dengan Dr. Dobson yaitu anak yang membangkang boleh diberikan pukulan, kalau tidak membangkang sebetulnya tidak usah, teguran pun sudah cukup, nah itu untuk kasus anak-anak. Untuk menjawab yang tadi Pak Gunawan tanyakan, kalau sudah remaja bagaimana? Nah, saya menawarkan 2 istilah untuk anak-anak remaja, yang pertama adalah dialog dan yang kedua adalah sanksi. Yang pertama dialog, dialog berarti kita mesti sering berbicara dengan anak-anak sebelum ada pendisiplinan. Jadi kita mesti membuka ruang komunikasi yang luas dengan anak-anak, sehingga dia bisa bebas mengutarakan dirinya kepada kita. Sampai titik di mana kita harus mendisiplin dia nah kita juga menggunakan dialog yaitu berbicara untuk membujuk dia supaya dia jangan melakukan hal yang dia lakukan atau dia akan lakukan. Nah, anak-anak remaja cenderung responship terhadap upaya untuk menjangkaunya melalui dialog, sebab apa? Sebab dia merasa adanya penghargaan. Kita saja yang sudah dewasa misalkan atasan kita di tempat pekerjaan langsung memarahi kita, kita akan merasa tidak suka, namun kalau dia itu mencoba berdialog dengan kita dan menjelaskan apa yang dia inginkan dan di mana letak kesalahan kita, kita cenderung lebih bisa menerimanya. Nah, salah satu faktor kenapa kita bisa menerimanya adalah faktor penghargaan dan anak remaja sudah mempunyai kebutuhan untuk penghargaan seperti itu.PG : Itu bisa menjadi masalah, meskipun tidak harus selalu akhirnya menjadi masalah. Yang saya maksud adalah tidak semua orang berkepribadian sama yaitu komunikatif, suka berbicara. Ada memag di antara kita yang lebih pendiam daripada yang lainnya, yang penting adalah bukannya berapa banyak tetapi berapa terbukanya.
Jadi komunikasi antara orang tua-anak sangat dipengaruhi oleh keterbukaan si orang tua terhadap si anak. Semakin orang tua nyaman membuka diri kepada anak, semakin anak akan merasa dekat dengan orang tua. Saya berikan contoh misalkan si anak sedang mulai bertumbuh dewasa dan kita mulai meraba-raba bahwa dia mungkin mengalami tekanan-tekanan dari teman atau yang biasa disebut peer pressure. Nah, ada baiknya kita memanggil si anak meskipun kita pendiam, kita memanggil si anak dan berkata: "Ayah ingin bicara dengan engkau," "Apa Pa?" Terus kita beritahu: "Saya menyadari engkau sekarang mulai menginjak usia remaja dan ayah menyadari adakalanya sebagai remaja kita terpaksa melakukan hal-hal yang kita sebetulnya tidak ingin lakukan, tapi tetap kita lakukan karena kita tidak mau dianggap seperti banci atau penakut oleh teman-teman kita, apakah kamu juga merasakan hal yang sama?" Nah, misalkan si anak berkata: "Tidak, saya tidak merasa begitu." Ayah bisa berkata: "Baik, bagus kalau misalnya engkau tidak merasakan hal itu." Tapi terus si ayah menyambung dengan berkata: "Ayah pernah mengalami hal-hal itu sewaktu ayah seusia engkau, ayah pun adakalanya melakukan hal yang sebetulnya tidak ayah sukai tapi terpaksa ayah lakukan. Misalkan sebetulnya ayah tidak mau merokok karena ayah tahu itu tidak baik tapi terpaksa ikut merokok, awal-awalnya karena apa? Karena semua teman-teman merokok. Jadi daripada ayah dikatakan penakut atau banci ayah ikut merokok, nah akhirnya setelah ayah lebih dewasa ayah sadari kenapa ayah harus ikut-ikutan mereka, jadi akhirnya ayah stop merokok. Nah, mungkin engkau juga akan melalui masa seperti itu dan ayah hanya ingin memberitahu engkau. Kalau sampai engkau mengalami hal seperti itu ayah ingin engkau merasa bebas bicara dengan ayah, sebab mungkin ayah bisa memberikan masukan-masukan karena ayah pun mengalami hal-hal yang seperti itu dulu." Nah, saya kira keterbukaan seperti ini merupakan tanda, merupakan suatu sinyal yang menyambut si anak atau membuka pintu kepada si anak untuk masuk ke dalam hidup si ayah. Sehingga lain kali si anak merasa lebih bebas sebab sudah diundang untuk masuk ke dalam kehidupan si ayah.PG : Untuk anak-anak tertentu itu betul, jadi akan ada anak-anak yang bisa tanggap dan tunduk kepada kita melalui dialog tapi ada juga anak-anak remaja yang keras kepala, jadi setelah kita brdialog dengan dia pun tidak ada hasilnya, dia tetap melakukan hal yang kita larang.
Nah untuk anak seperti itu saya kira ada cara yang lain yaitu cara sanksi, sanksi adalah memberikan konsekuensi atas perbuatannya tatkala dia melanggar larangan kita. Sanksinya seperti apa, saya bisa berikan contoh misalkan kita tidak memberikan dia uang jajan selama dua hari, nah untuk memberikan sanksi dengan efektif atau menjalankan metode sanksi dengan efektif ini kita perlu memberitahu dia terlebih dahulu sebelum sanksi itu diberikan. Jadi misalnya kita meminta anak kita pulang sebelum jam 11.00 atau paling lama jam 11.00 malam pada hari Sabtu misalnya. Kemudian dia tetap pulang jam 12.00, jam 12.30 pagi nah kita beritahu dia tetap dia melakukan hal yang sama, nah kita berikan dia sanksi. Kita beritahu dia hari Sabtu ini jikalau engkau tetap pulang di atas jam 11.00, selama 3 hari setelah hari Sabtu engkau tidak akan mendapatkan uang jajan sama sekali. Nah, sanksi seperti itu memang bertujuan untuk membuat anak dirugikan, nah ini lain lagi dengan anak-anak kecil. Anak kecil memang perlu sedikit banyak merasakan sakit, sakit secara fisik misalnya pada waktu dia nakal dipukul pantatnya. Tapi setelah anak-anak remaja, yang lebih efektif adalah waktu anak merasa dirugikan, dibatasi, sehingga yang dia bisa nikmati tidak bisa lagi dia nikmati karena telah diambil. Jadi 3 hari tidak dapat uang jajan itu sudah lumayan menyakiti dia atau merugikan dia. Misalkan dia melakukannya lagi setelah itu, nah kita bisa beritahu kalau engkau melakukannya lagi selama seminggu engkau tidak dapat uang jajan. Jadi kita berikan dia waktu yang lebih lama agar dia merasakan sulitnya seminggu sekolah tanpa uang jajan sama sekali. Nah, selain dari sanksi ini waktu kita memarahi dia kita memang tidak usah lagi memukul dia tapi kita perlu memarahi dia dengan nada yang tegas, nah di sinilah ayah berperan besar. Waktu anak remaja terutama pada masa remaja yang lebih harus terlibat dalam mendisiplin anak adalah si ayah jadi firman Tuhan yang kita ketahui di Efesus 6:4 itu memang menugaskan ayah untuk mendisiplin anak, terutama anak remaja. Sebab anak remaja pada umumnya lebih takut kepada ayah daripada ibu.PG : Ibu harus bertindak, jadi saya tidak setuju dengan metode yang mendelegesikan kepada ayah, maksud saya begini ada ibu yang misalnya berkata kepada anaknya: "Nanti setelah ayah pulang kau akan dimarahi," nah bagi saya kalimat itu justru melemahkan posisi si ibu di hadapan si anak.
Sebab seolah-olah si ibu itu tahu bahwa dia lemah dan tidak lagi berpengaruh untuk menegur atau menangani si anak. Jadi saran saya kalau misalkan anak itu berbuat kesalahan di depan mata si ibu tetap si ibu memarahi, harus bertindak dan tidak usah berkata: "Nanti ayahmu pulang kamu akan kena," tidak usah tapi setelah ayah pulang malam nanti memang ibu harus berbicara dengan ayah tentang tindakan itu kalau misalnya memang perlu diketahui oleh si ayah. Dan si ayah langsung bebicara dengan si anak juga dan memberikan teguran yang keras kepada si anak. Jadi dengan kata lain si anak akhirnya tahu bahwa waktu dia salah mama atau ibu akan menegur dan nanti setelah ayah pulang dia juga akan kena teguran. Nah, di situ dia akan melihat kekompakan ayah dan ibu dan ini penting sekali, sebab disiplin kalau memang disetujui atau disepakati oleh kedua orang tua menjadi disiplin yang sangat solid, sangat kuat. Sedangkan disiplin yang hanya diberikan oleh satu oknum saja tidak akan menjadi disiplin yang kuat atau yang solid, jadi sebaiknya memang dua-dua menyepakati dan si anak akan merasa tidak berkutik lagi.PG : Ya bicara dalam pengertian memang lebih banyak waktu daripada si ayah yang pulang sore atau malam kita tidak bisa berkompetisi maksudnya ayah-ayah ini dengan para ibu karena cukup banya di antara ibu yang menjadi ibu rumah tangga secara penuh waktu.
Jadi saran saya adalah meskipun tidak banyak waktu tapi si ayah menyempatkan diri secara berkala untuk duduk-duduk dan berbincang-bincang dengan si anak, mencari tahu tentang si anak, tentang minatnya, hobynya dan sekali-sekali mengajak si anak pergi berdua. Waktu saya remaja, ayah saya hampir setiap minggu suka mengajak saya nonton film, mungkin 2 minggu sekali atau kadang-kadang seminggu sekali dan berdua saja dengan saya nonton terus pulang lagi. Dan saya menyadari bahwa itu adalah caranya dia untuk mendekatkan diri dengan saya, sudah tentu itu tidak saya sadari waktu saya remaja, saya hanya menikmati saja diajak nonton. Tapi akhirnya baru saya sadari itulah upayanya dia untuk dekat dengan saya.PG : Nah, terbuka atau tidaknya anak tergantung pada terbuka atau tidaknya kita terhadap anak, jadi sering kali anak itu tidak mendahului kita pada masa remaja. Pada masa kecil anak-anak ituterbuka cerita apa saja tapi setelah remaja anak-anak memang cenderung menyembunyikan informasi-informasi tertentu tentang kehidupannya dan itu adalah hal yang wajar, tidak apa-apa.
Namun kalau kitanya terbuka dengan mereka, mereka pun akan lebih merasa nyaman terbuka dengan kita, semakin kitanya enggan membicarakan topik-topik tertentu, mereka juga akan enggan.
PG : Yang efektif adalah kemarahan itu tidak diulang-ulang jadi memang kebetulan ada firman Tuhan yang saya kutib dari kitab
PG : Sering kali begitu, jadi ibu perlu menghardik langsung, menegur langsung tapi sekali saja, jangan diulang-ulang. Dan setelah pulang, ayah bisa memanggil si anak dan menegurnya kembali aas kesalahan yang tadi itu.
Jadi misalkan ayah berkata: "Tadi ibu sudah menceritakan kepada saya apa yang engkau lakukan, ayah ingin tahu kenapa engkau berbuat itu?" Jadi tanya lagi, sebaiknya memang ayah sebelum memarahi atau menegur memberikan kesempatan kepada si anak untuk menjelaskan, jadi jangan sampai belum apa-apa langsung memarahi dia. Ada kalanya kita lupa kita langsung memarahi, sebaiknya tidak, memang sebaiknya kita memberikan dia kesempatan, dengan cara itu si anak juga merasa diperlakukan adil. Bahwa dia diberi kesempatan untuk menyajikan sisinya, sisi ceritanya itu sebelum akhirnya kita memarahi dia. Dan yang kedua kenapa penting kita meminta dia menyajikan ceritanya kepada kita, supaya kita pun sebagai ayah tidak dilihat anak sebagai aparat ibu atau antek ibu yang menurut saja, ibu bilang apa ikut terus. Sebab kalau kita dilihat anak (kita maksudnya ayah) dilihat anak sebagai ayah yang menurut saja apa yang ibu mau kita sebetulnya akan dianggap remeh olehnya, kita akan dilecehkan. Dan itu justru akan merugikan kita tatkala kita harus mendisiplin dia.PG : Kalau masalahnya jelas dia salah meskipun dia telah menyajikan ceritanya kita tetap tekankan tanggung jawabnya itu. Namun kenapa saya toh lebih menyetujui adanya dialog atau argumentasidibandingkan tidak ada sama sekali.
Sebab memang pada usia remaja anak-anak itu ingin sekali diberikan kesempatan untuk menyajikan argumennya, dia ingin sekali dimengerti dan dia akan merasa lebih dihargai kalau kesempatan itu diberikan kepadanya, jadi itu adalah hal yang sehat saya kira.PG : Bisa terjadi, kalau memang si ibu misalnya overact, bereaksi berlebihan. Nah, dalam hal itu kita sebaiknya tetap berdiri di atas kebenaran, sebab istri kita bukanlah manusia yang sempura dan bisa salah.
Untuk kesalahan yang sangat kecil istri kita bisa sangat marah karena lagi tertekan dan sebagainya, dan kita bisa berkata kepada si anak "OK! Ayah sudah mendengar dan ayah memang melihat mama bereaksi berlebihan terhadap kamu, saya tadi kebetulan tahu kenapa mama begitu. Mama lagi ada sedikit masalah dengan ini, ini, dan adakalanya kita berbuat hal yang sama kalau kita lagi tertekan akhirnya menumpahkan kemarahan kita pada orang lain. Jadi dalam hal ini saya kira memang keliru dan mungkin saya akan berbicara dengan mama supaya mama mungkin bisa berbicara dengan kamu dan kalau perlu meminta maaf kepada kamu. Nah, tapi selain dari pihak mama yang memang salah, dari pihak kamu sendiri apa tanggung jawabmu," misalkan dia memang juga berbuat kesalahan meskipun kecil, nah kita bisa tekankan: "meskipun sebetulnya kesalahanmu sangat kecil tapi tetap itu adalah suatu pelanggaran, nah bagaimana kalau engkau juga meminta maaf." Jadi saya kira jangan sampai kita membabi buta membela pasangan kita jadi kalau memang kita sadari yang benar adalah anak kita, kita harus berkata hal yang benar juga. Dari situlah respek anak terhadap orang tua bertumbuh begitu.GS : Ya, saya percaya sekali bahwa ada banyak anak remaja yang mendambakan orang tua yang mau bicara dengan mereka Pak Paul, khususnya pada saat-saat ini yang bukan cuma dimarahi tetapi juga mau didengar. Demikianlah tadi para pendengar telah kami persembahkan sebuah perbincangan seputar kehidupan keluarga bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK dengan alamat Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
7. Ketergantungan Remaja pada Obat-Obatan |
|
Buah dari masalah yang beredar di masyarakat yaitu mulai pecahnya atau rapuhnya pernikahan atau keluarga. Dan hal ini lahir dari sistem dari keluarga yang bermasalah. Dalam materi ini juga dijelaskan tentang jenis-jenis obat yang biasa dipakai.
Dewasa ini banyak anak-anak remaja, anak muda yang hidupnya tergantung dengan obat-obatan terlarang. Ini merupakan salah satu buah dari masalah yang beredar di masyarakat yaitu mulai pecahnya atau rapuhnya pernikahan atau keluarga.
Tahap-tahap seorang anak bisa menjadi pecandu obat-obatan, yaitu:
Tahap coba-coba, pada tahap ini anak remaja mencoba karena melihat teman-temannya menggunakan atau ditantang oleh temannya sehingga dia coba.
Tahap pemakaian sosial atau rekreasional, jadi orang-orang mulai menggunakan obat-obat ini bukan untuk coba-coba lagi tapi untuk konteks atau suasana yang bersifat rekreasi, pesta dengan teman.
Sudah mulai ada usaha untuk mendapatkan, namun tetap pada tahap ketiga ini sebetulnya pemakaiannya belum begitu kronis dan akut sehingga pemakaiannya lebih dari sosial tapi mulai membeli untuk kepentingan sendiri.
Yang lebih serius adalah orang ini mulai mecandu dan pada nuansa dia tidak mendapatkan obat, hidupnya akan sangat terpengaruh, dia tidak bisa tenang, terganggu sekali.
Ada beberapa jenis obat adalah sebagai berikut:
Halusinogen, adalah obat-obat yang bisa menimbulkan efek halusinasi yaitu membayangkan sesuatu yang tidak nyata. Waktu orang memakainya dia seolah-olah merasakah hidup di dalam dunia yang lain merupakan visi, impian yang tiba-tiba sangat indah sekali, jadi dia dibawa ke dunia impian. Misalnya LSD, PCP, Angel dust atau debu-debu malaikat.
Opiet, termasuk morfin. Opiet membuat kita rasanya tidak lagi merasakan perasaan-perasaan kita yang tidak enak, yang menyakitkan, yang menyedihkan. Kita itu dibuat seolah-olah kebal tidak lagi merasakan kehidupan yang nyata.
Stimulan, misalnya kokain. Kokain ini efeknya adalah membuat kita lebih bersemangat, berenergi, kokain ini juga membuat kita terangsang lagi untuk mencipta, memikirkan hal-hal yang harus diciptakan.
Yang cukup terkenal adalah heroin, heroin sebetulnya mempunyai efek seperti opiet yaitu membawa kita tidak lagi terlalu merasakan perasaan-perasaan, kita menjadi tenang. Dan yang sejenis, mempunyai efek yang serupa adalah ganja atau yang lebih terkenal dengan nama mariwana, mariwana juga membawa kita menerawang tapi efeknya tidak seperti halusinasi atau yang ditimbulkan halusinogen.
Yang paling umum dipakai adalah obat-obat ekstasi, biasanya obat ini dikonsumsi oleh orang-orang yang berada, yang punya uang sebab ekstasi mahal.
Ciri-ciri anak yang terkena obat-obatan, sbb:
Adanya perubahan perilaku, tiba-tiba anak ini tidak suka bergaul dengan teman-temannya yang dulu.
Mereka lebih banyak meminta uang, biasanya kalau tiba-tiba anak remaja membutuhkan uang yang banyak ada kecenderungan dia mulai menggunakan obat.
Mereka mulai berbohong
Perilakunya mulai melawan kita kalau keinginannya tidak dituruti.
Hal yang perlu dilakukan oleh kita sebagai orangtua adalah:
Kita paksa dia mengaku, kemungkinan dia nggak akan mengaku jadi cara terampuh adalah tidak memberikan uang lagi.
Membawanya ke seseorang untuk dibimbing secara pribadi, dan kalau dia sudah mecandu perlu dilakukan ditoksifikasi yaitu pelepasan dari ketergantungan.
Setelah pelepasan, kita masuk ke akar masalahnya misalnya masalah dengan keluarga, dia tidak diterima atau dia terlalu diberikan kebebasan yang berlebihan jadi kita koreksi.
Merehabilitasi dia kembali terjun ke masyarakat. Untuk hal ini kita harus melengkapi diri dengan keterampilan hidup yang lain, keterampilan mengatasi stres yang lain.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso beserta Ibu Idajanti Rahardjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Kali ini kami akan mengajak Anda berbincang-bincang tentang ketergantungan obat di kalangan remaja. Kami percaya acara ini pasti akan bermanfaat bagi kita sekalian. Dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Sebetulnya ini merupakan buah dari masalah yang beredar di masyarakat yaitu mulai pecahnya atau rapuhnya pernikahan di keluarga, Pak Gunawan. Jadi sering kali kasus-kasus penggunaan alkoho atau obat-obat terlarang itu muncul dalam sistem keluarga yang bermasalah, di mana akhirnya pengawasan orang tua terhadap anak menjadi tidak efektif atau berkurang dan anak-anak itu akhirnya mulai bisa melakukan hal-hal yang melanggar hukum.
Jadi saya kira masalah ini akan menjadi masalah yang lebih serius di tahun-tahun mendatang, karena kita menyaksikan juga makin banyak keluarga yang bermasalah dan makin sedikit waktu yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka.PG : Betul, jadi sebetulnya pemakaian obat-obat ini mempunyai tahapannya, Pak Gunawan, tahapan yang pertama adalah yang disebut tahap coba-coba, jadi seperti yang tadi, Pak Gunawan katakan. Pad tahap coba-coba ini anak remaja mencoba karena melihat teman-temannya menggunakan atau ditantang oleh teman-temannya sehingga dia coba.
Biasanya kalau hanya pada tahap coba, ini tidak menjadi suatu ketergantungan yang permanen. Tahapan yang berikutnya adalah tahap pemakaian sosial atau rekreasional, jadi orang-orang mulai menggunakan obat-obat ini bukan untuk coba-coba lagi tapi untuk konteks atau suasana yang bersifat rekreasi, pesta dengan teman, nah mulailah mereka memakan ekstasi pada waktu pesta bersama-sama dengan teman. Mungkin mereka hanya pakai seminggu sekali dan kalaupun makan paling hanya satu pil, pada tahap ini memang belum terjadi ketergantungan. Nah, pada level berikutnya di sini sudah mulai ada usaha untuk mendapatkan itu, namun tetap pada tahap ketiga ini sebetulnya pemakaiannya belum begitu kronis dan akut sehingga pemakaiannya lebih dari sosial tapi mulai membeli untuk kepentingan sendiri. Tahap yang berikutnya atau tahap keempat yang lebih serius adalah di mana orang mulai mencandu dan pada nuansa dia tidak mendapatkan obat untuk hidupnya itu akan sangat terpengaruh, dia tidak bisa tenang, terganggu sekali. Jadi obat bius atau alkohol menjadi bagian hidupnya yang sangat sentral, tidak bisa tidak, dia harus mendapatkan obat itu.PG : Betul, itu tahap yang sudah sangat serius.
PG : OK! Rupanya di setiap negara lain-lain dan di setiap status sosial juga berbeda. Jadi misalkan kita ini mengenal ada beberapa jenis obat yang disebut pertama adalah halusinogen. Halusinoge ini adalah obat-obat yang bisa menimbulkan efek halusinasi, apa itu halusinasi? Membayangkan sesuatu yang tidak nyata, jadi mendengar suara yang sebetulnya tidak nyata itu yang kita sebut halusinasi.
Ada obat-obat tertentu yang menimbulkan efek halusinasi, jadi waktu orang memakainya dia seolah-olah merasakan hidup di dalam dunia yang lain mendapatkan visi, impian yang tiba-tiba sangat indah sekali dan sebagainya, jadi dia dibawa ke dunia impian. Waktu tahun 60-an mungkin, Pak Gunawan dan Ibu Ida, mungkin pernah mendengar nama obat yang disebut LSD, itu yang dipakai pada tahun 60-an yang populer sekali. Dan biasanya ini dipakai oleh generasi 60 tahunan di Amerika Serikat. LSD itu termasuk halusinogen. Sekarang kalau di Amerika yang terkenal disebutnya PCP itu istilah medis sebetulnya (saya juga tidak bisa mengingat namanya sekarang) tapi biasanya disebut dengan bermacam-macam nama misalnya "Angel Dust" atau debu-debu malaikat, namanya bagus-bagus, itu efeknya adalah halusinasi, bisa membuat orang menerawang ke mana-mana. Ada jenis yang berikutnya yang disebut jenis opiet, itu termasuk dalamnya morfin, jadi kita mengenal morfin sebagai obat sebetulnya yang digunakan pada operasi atau perawatan medis untuk menghilangkan rasa sakit. Tapi akhirnya morfin yang harusnya digunakan di rumah sakit, dibocorkan keluar dan dipakai oleh banyak orang di luar rumah sakit. Efeknya tadi kita sudah sebut opiet itu memang membuat kita rasanya tidak lagi merasakan perasaan-perasaan kita yang tidak enak, menyakitkan, menyedihkan dan lain-lain. Seolah-olah orang dibuat kebal, tidak lagi merasakan kehidupan yang nyata ini,namun efekya tidak seperti halusinasi yang disebabkan oleh halusinogen tadi. Jenis berikutnya yang disebut stimulans misalnya kokain, kokain itu salah satu obat yang termahal sebetulnya, maka kokain itu sebetulnya dinikmati oleh kalangan ekonomi ke atas bukan yang di bawah, kokain ini efeknya adalah membuat kita lebih bersemangat, berenergi. Maka para bintang film, penyanyi-penyanyi di negeri Barat yang saya tahu ya banyak sekali yang menggunakan kokain karena mereka itu harus performa, harus tampil sedangkan tubuh mereka capek, ide-ide mereka sudah habis kokain itu membuat mereka terangsang lagi untuk mencipta, untuk memikirkan hal-hal yang mereka harus ciptakan, membuat lagu dan sebagainya; jadi kokain yang mereka gunakan. Berikutnya lyang cukup terkenal adalah heroin, jadi heroin itu sebetulnya mempunyai efek seperti opiet, yaitu membawa kita tidak lagi terlalu merasakan perasaan-perasaan, kita menjadi lebih tenang. Dan yang sejenis dan mempunyai efek yang serupa juga adalah ganja atau yang lebih terkenal dengan nama mariyuana, mariyuana juga memang membawa kita menerawang tapi efeknya tidak seperti halusinasi atau yang ditimbulkan halusinogen tadi. Di sini yang umum apa yang saya kira paling umum adalah obat-obat seperti ekstasi itu sekarang ini yang paling umum dipakai orang, dan juga pil-pil lain. Nah, selain dari itu yang cukup umum digunakan di kalangan mungkin yang tidak terlalu atas adalah ganja sebab ekstasi tetap mahal, jadi biasanya orang mengkonsumsi ekstasi adalah orang-orang yang punya uang, yang tidak punya uang kebanyakan akan menggunakan seperti yang saya sebut tadi ganja/mariyuana karena memang lebih murah.PG : Saya kira ya, saya kira mereka itu menggunakan obat ya, pada akhirnya untuk melarikan diri. Memang awalnya mencoba, semua awalnya mencoba, tapi kalau sampai tergantung saya kira tema utamaya adalah mereka melarikan diri dari dunia yang tidak nyaman, tidak tenteram sebab mereka bisa hidup untuk sementara dalam dunia yang relatif aman, tenang, bebas dari problem jadi itu.
PG : Betul karena tubuh kita itu akan mengembangkan toleransi, jadi misalkan kita pada awalnya menggunakan dosis yang kecil, lama-lama dosis tersebut tidak cukup untuk menimbulkan efek yang sam oleh karena itu harus dikonsumsi lagi dengan dosis yang lebih besar.
Jadi biasanya ketergantungan itu akhirnya mempengaruhi segenap sendi kehidupan orang tersebut, bukan saja secara emosional dia membutuhkan obat itu untuk melarikan diri dari kefrustrasian hidupnya. Dia juga membutuhkan obat tersebut karena tubuhnya pun membutuhkan, karena tubuhnya itu sudah biasa berfungsi dengan obat-obat itu. Sehingga kalau tidak diberikan dia akan terganggu sekali begitu.PG : Pada anak-anak remaja kita akan melihat perubahan perilaku Bu Ida, jadi tiba-tiba anak ini tidak suka bergaul dengan teman-temannya yang dulu. Misalkan dia sebelumnya aktif di gereja, tibatiba sekarang tidak mau lagi ke gereja dan teman-temannya pun mulai berubah.
Kita harus perhatikan kalau berubah ke arah yang baik tidak apa-apa, tapi misalkan berubah dia mulai berteman dengan teman-teman yang kita lihat tidak benar, itu kita harus waspadai. Kedua, misalnya dia lebih banyak meminta uang, kita pikir untuk apa ya kita tanya, jawabannya untuk beli ini, beli itu dan sebagainya. Biasanya kalau tiba-tiba anak remaja itu membutuhkan uang yang banyak ada kecenderungan dia mulai menggunakan obat. Karena memang obat-obat itu mahal sekali, secara realistik satu minggu kalau mereka pakai cukup sering, bisa habis ratusan ribu, jadi biaya yang sangat besar. Jadi kalau dia mulai minta uang, mulai minta uang kita harus mulai berpikir untuk apa ini dan biasanya yang ketiga adalah mereka mulai berbohong. Mereka berkata mau pergi ke mana tapi terus tidak ke sana, dan tentang uang misalnya kita tanya "Mana benda yang engkau akan beli, mana barang yang engkau akan beli?" Tidak jadilah, tadi dicuri tidak beres ini, ada yang bohong, jadi itu yang ketiga. Yang keempat adalah kita melihat perilakunya itu mulai melawan kita kalau keinginannya tidak dituruti. Dulu tidak, dulu biasa-biasa saja tapi sekarang kalau kita tolak permintaannya terutama yang berkaitan dengan uang, dia marah sekali, dia harus mendapatkan uang itu. Keempat hal ini saya kira cukup baik untuk kita gunakan guna menilai apakah anak kita ini mulai bermain-main dengan obat terlarang itu. Biasanya orang tua itu baru menyadari anaknya itu memakai sampai anaknya itu sudah benar-benar mencandu obat-obat ini, baru akhirnya ketahuan anak ini sudah mencandu, dan biasanya kalau sudah cukup parah.PG : Biasanya karena nafsu makannya itu akan terganti dengan kebutuhan dia untuk mengkonsumsi obat-obat itu.
PG : Ya, ya contoh lainnya lagi adalah pada waktu dia tidak pakai, dia sering ingusan. Nah antara masa pakai ke pakai yang berikutnya mereka sering ingusan, jadi hal ini kita harus waspadai kenpa ingusan dua hari sekali atau 3 hari sekali ingusan.
Hari ini ingusan nanti hilang tapi dua hari kemudian muncul lagi ingusan.PG : Betul, jadi seringkali kalau mereka menyuntik mereka menyembunyikan tanda suntikan itu. Namun sekarang masalahnya ya Pak Gunawan, yang menyuntik mungkin dugaan saya tidak sebanyak yang mengunakan cara lain (GS : Karena itu membekas ya Pak Paul, mereka tidak menyukai rupanya).
Dan efeknya lamban, jadi disuntikan masuk ke dalam tubuh itu sampai ke otak perlu waktu. Makanya kebanyakan orang itu kalau di Amerika digunakan istilah snort, snort itu seperti disedot dari hidung. Jadi hidung itu ditutup sebagian, terus yang satunya dimasukkan bubuknya sedot langsung ke otak. Mula-mula orang tidak bisa begitu, bisa benar-benar dia pingsan tapi kalau sudah kecanduan akhirnya dihisap dengan rokok tidak lagi berfungsi, disuntik juga masih terlalu lama, harus disedot waktu di 'snort' memang langsung ke otak cepat sekali efeknya. Itu memang bahaya, bahayanya adalah tidak ketahuan, snort itu tidak ada dampak apa-apa. Dirokokpun, dihisap dengan rokokpun tidak ada dampaknya maksudnya tidak ada bekasnya. Jadi sekarang memang orang tidak terlalu menggunakan suntikan juga ya karena efeknya juga tidak terlalu cepat dan bisa kelihatan orang lain.PG : Ya bagus sekali, Pak Gunawan, jadi mereka cenderung akhirnya tidak lagi berkonsentrasi untuk belajar, mutu pelajarannya menurun sekali.
PG : Pertama adalah kita harus paksa dia mengaku, kemungkinan besar dia tidak akan mengaku, jadi cara terampuh adalah tidak memberikan dia uang lagi. Waktu dia tidak ada uang, dia akan mulai meberikan reaksi karena dia itu butuh uang, Waktu uang itu kita pegang, kita tidak berikan kepada dia misalnya sebulan dia akan bereaksi sekali, dia akan mulai marah, melawan kita, dia akan menuntut kita memberikan uang.
Di saat itulah kita paksa dia mengaku. Kamu sudah makan obat, kamu sudah mencandu ya agar dia mengaku, nah biasanya orang tidak akan mengaku dengan langsung.PG : Penting sekali ya tidak, dalam pengertian kalau kita tahu dia sudah pakai. Penting secara emosional buat dia ada, yaitu dia perlu mengakui bahwa dia mempunyai masalah bahwa dia memang bergntung pada obat-obat ini.
Jadi untuk menyelesaikan masalah (GS: Biar sadar dulu ya akan keadaannya pada waktu itu, langkah berikutnya apa Pak Paul?) Dia itu tidak bisa dirawat dengan pembimbingan biasa, jadi kita tidak bisa bawa dia ke seseorang untuk dibimbing secara pribadi. Jadi kalau dia sudah mencandu, dia harus dilepaskan dulu, istilahnya adalah ditoksifikasi. Ditoksifikasi adalah pelepasan dari ketergantungan itu, dia harus dibawa ke rumah sakit jiwa atau rumah-rumah perawatan dan di sana kebanyakan yang dilakukan adalah menurunkan kadar ketergantungannya secara bertahap sehingga mungkin setelah 4, 5 hari atau seminggu dirawat di rumah sakit itu dia benar-benar bisa lepas, tapi itu bagian pertama dari perawatan. Setelah dia lepas dari ketergantungan barulah harus dibimbing secara lebih intensif apa duduk masalahnya. Sebab dari jenis obat yang dia gunakan sebetulnya kita bisa mengetahui juga apa yang sedang menjadi pergumulan hidupnya. Misalkan orang menggunakan kokain, kokain itu adalah stimulans membuat orang itu tiba-tiba bersemangat, kemungkinan besarnya memang mempunyai hidup yang begitu menjenuhkan, tidak ada lagi semangat hidup dia. Sehingga kokain dia butuhkan untuk memberikan variasi atau semangat dalam hidupnya. Kebalikannya orang-orang yang menggunakan misalnya mariyuana atau heroin atau opiet-opiet, opium-opium seperti morfin dan sebagainya, mereka adalah orang-orang yang memang mau tenang, melarikan diri dari masalah-masalah hidupnya. Sama juga dengan alkohol saya tadi lupa menyebut di sini saya kurang tahu ya, tapi di Amerika Serikat obat yang paling banyak digunakan drugs jadinya banyak digunakan adalah alkohol, minum-minum alkohol itu. Sebab alkohol itu yang terkandung dalam bir atau minuman keras itu mempunyai efek melumpuhkan daya kesiagaan dalam otak kita, makanya itu orang yang minum alkohol terus menabrak orang ya tidak bisa cepat mengerem, sebab daya reaksinya lambat sekali. Nah untuk apa? Ya untuk membuat dirinya itu tidak terlalu merasakan penderitaannya, kefrustrasiannya, jadi alkohol itu melumpuhkan. Jadi dari jenis obat yang dia pakai kita bisa tahu kira-kira apa yang menjadi pergumulan hidupnya, dia melarikan diri dari apa sekarang. Nah setelah dia mulai lepas dari obat itu baru kita masuk ke akar masalahnya, misalkan masalahnya dengan keluarga dia tidak diterima atau dia terlalu diberikan kebebasan yang berlebihan dan sebagainya itu yang kita coba koreksi. Dan langkah yang terakhir adalah kita mau merehabilitasi dia kembali terjun ke dalam masyarakat. Untuk ini kita harus memang melengkapi diri dengan ketrampilan hidup yang lain, ketrampilan mengatasi stress yang lain. Karena selama ini dia kalau stress obat, kita harus melatih dia bagaimana bisa menggunakan cara lain yang sehat. Dan bagaimana akhirnya memisahkan diri dari teman-temannya karena faktor teman, faktor lingkungan luar biasa kuatnya. Biasanya orang-orang ini begitu keluar kembali ke lingkungan yang sama, kembali memakai obat begitu.PG : Ada, jadi memang sangat dibutuhkan, Pak Gunawan, ada beberapa model perawatan dari yang berobat jalan, sampai ½ rawat inap, sampai rawat inap dan bahkan ada yang harus masuk ke rumah sakitjiwa yang ada unit untuk ketergantungan obat itu.
Tapi sekarang di Amerika Serikat ada model yang baru yang ini bagi saya sangat menarik yaitu yang disebut "ranch". "Ranch" itu sebetulnya adalah rumah di pedesaan di mana misalnya ada hewan atau kuda, ada ladang untuk gandum dan sebagainya. Anak-anak ini ditempatkan di tempat seperti itu dan dalam rumah itu ada bapak dan ibu yang merawat mereka tetapi bukan orang tua kandungnya. Jadi mereka itu diintegrasikan dalam kehidupan keluarga dan model perawatannya pun lebih manusiawi karena tidak lagi seperti rumah sakit dan sebagainya, benar-benar rumah biasa, namun memang jauh dari keluarganya. Dan di sana dia dilatih misalnya merawat binatang, karena ada yang belum pernah bagaimana rasanya merawat, mencurahkan kasih sayang pada anak-anak yang memang sudah mempunyai bakat untuk antisosial, tidak ada perasaan tenggang rasa dan sebagainya. Mereka dilatih untuk memberi makan hewan atau bekerja di ladang. Hal itu akhirnya menumbuhkan hal-hal yang kurang dalam diri mereka. Kasih sayang, kelembutan, memperhatikan orang dan juga karena hidup dalam keluarga akhirnya mereka belajar juga untuk mengerti tanggung jawab dan sebagainya.PG : Tetap, tetap namun saya harus akui, Pak Gunawan, bahwa tingkat keberhasilan untuk mengurus orang-orang yang tergantung pada obat, agak kecil. (GS : Masalahnya apa Pak?) lingkungan. Dulu saa bekerja di rumah sakit jiwa dan memang ada unit yang merawat (GS :anak-anak yang tergantung pada obat bius) luar biasa susahnya.
Jadi alkoholik atau yang kami sebut di sana drugs abuses itu seringkali (GS :kembali lagi)PG : Para remaja yang memakai obat-obatan dan akhirnya tergantung adalah para remaja yang sudah tidak peduli lagi dengan tubuh mereka, keluarga mereka, dengan reputasi keluarganya, dengan pandagan masyarakat.
Mereka dapat kita simpulkan adalah orang-orang yang tidak peduli.PG : Tidak peduli, mereka hanya memikirkan bagaimana bisa mendapatkan obat agar hidup mereka bisa berjalan lagi hari lepas hari, hanya itu saja. Kalau mereka ingin sembuh memang harus ada kemaun dalam diri mereka untuk hidup berbeda, itu penting sekali,.
Dan bagi yang belum terlibat, kita harus benar-benar memperhatikan perintah Tuhan. Jadi misalkan saya bacakan dari Mazmur 119:9 "Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih, dengan menjaganya sesuai dengan FirmanMu." Jadi artinya apa, kita dari awalnya tidak mencoba dari awalnya kita mau melakukan jalan Tuhan, firman Tuhan, jadi kita menjaga kelakuan kita bersih. Sekali kita kotori kemungkinan kita kotori kedua kalinya, sangat besar, itu yang terjadi.PG : Dan cari jalan pintas akhirnya, bagaimana bisa nikmat dan lega dengan semudah mungkin.
PG : Betul, karena tubuhnya sangat membutuhkan.
PG : Betul, bisa keringat dingin, gemeteran, ingusan, emosinya mudah meledak.
PG : Remaja, jadi biasanya pengguna pertama itu sekitar usia 14, 15 tahun.
PG : Betul.
PG : Kalau sudah pakai secara teratur biasanya ya, maksudnya teratur itu kalau setiap hari memakainya dalam dosis yang besar, nafsu makannya juga akan sangat terganggu.
Demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah mempersembahkan sebuah perbincangan tentang ketergantungan anak remaja terhadap obat-obat bius, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Terima kasih atas perhatian Anda dan dari studio kami sampaikan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
8. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Mencari Pasangan Hidup 1 |
|
Pertanyaan-pertanyaan untuk mencari & menolong untuk menemukan seorang pendamping atau pasangan hidup yang tepat yaitu yang diperkenan oleh Tuhan. Dengan beberapa pedoman atau tolok ukur yang dapat digunakan.
Kita semua menyadari betapa pentingnya menemukan seorang pendamping atau pasangan hidup yang tepat, dan tentunya yang diperkenan oleh Tuhan. Tetapi masalah yang sering dihadapi adalah bagaimana kita menemukan pasangan itu. Berulang kali saya menemukan kasus-kasus mana masalah yang terjadi di antara suami-istri adalah masalah yang mereka bawa dari awal pernikahan dan seharusnya hal-hal itu sudah mereka sadari sebelum mereka menginjak ke jenjang pernikahan. Tapi karena tak terselesaikan akhirnya mereka harus bergumul dengan masalah yang sama tahun demi tahun.
Kalau kita mendefinisikan pernikahan secara praktis, sebetulnya pernikahan adalah hidup bersama, karena mencintai hidup bersama, kita ingin membagi hidup dan sukacita dengan seseorang. Jadi kalau orang bertanya apa tujuan berpacaran, tujuannya adalah menjajaki apakah kita bisa hidup bersama atau tidak, itu intinya berpacaran. Pacaran bukanlah untuk menikmati satu sama lain, pacaran bukanlah untuk menikmati malam yang indah, pacaran bukanlah agar ada orang yang kita kunjungi pada hari Sabtu malam atau Minggu malam. Pacaran bukanlah untuk membagi sukacita kita dengan seseorang, pacaran bukanlah supaya kita dicintai oleh orang lain. Tapi masa pacaran adalah masa kita menjajaki, belajar dan melihat dengan baik-baik apakah kita bisa hidup bersama dengan dia untuk selama-lamanya atau tidak.
Beberapa pertanyaan yang patut dijadikan tolok ukur atau pedoman untuk menemukan pasangan hidup.
Apakah waktu kita berpacaran justru kita ini merasa didekatkan dengan Tuhan? Apakah kedua belah pihak itu saling menolong untuk bertumbuh dan hidup lebih dekat dengan Tuhan? Kalau kita makin hari makin jauh dari Tuhan gara-gara berpacaran, maka jelas itu bukan suatu hubungan yang diperkenan Tuhan. Sebab prinsipnya ialah segala hal yang kita lakukan haruslah memuliakan Tuhan. Jadi kalau dalam berpacaran kita tidak memuliakan Tuhan, yaitu terbukti dengan makin menjauhnya kita dari Tuhan, dapat kita pastikan bahwa hubungan itu bukanlah hubungan yang Tuhan restui.
Seberapa banyakkah perbedaan yang membuat kita semakin sulit berkomunikasi? Berkomunikasi adalah aspek yang sangat penting. Karena berbicara satu sama lain akan menunjukkan banyak hal. Misalnya: Kesamaan minat, kalau keduanya tidak memiliki kesamaan minat mereka akan susah bicara panjang lebar.
Seberapa mampukah kita bekerja sama? Salah satu wujud kerjasama bisa dilihat dari kemampuan pasangan mengambil keputusan bersama pada waktu menghadapi masalah. Kalau mungkin yang sering timbul justru adalah perbedaan pendapat, berarti mereka harus mampu mengambil keputusan bersama. Dengan demikian berarti mereka "lulus" dalam faktor kebersamaan.
Apakah kita mampu untuk berekreasi atau menikmati waktu luang bersama? Jangan sampai pasangan kita itu sangat berbeda dengan kita, sehingga benar- benar tidak ada titik temu untuk menikmati hidup bersama. Misalkan yang satu senangnya nonton bola, yang satu senangnya dengar lagu-lagu rock and roll, yang satu senangnya ramai dan berkumpul, yang satu senangnya diam di rumah, akhirnya apa yang terjadi tidak pernah menikmati hidup bersama. Yang penting adalah bukan memulai kesamaan, tetapi bagaimana mencocokkan diri dalam perbedaan itu dan saling menghargai perbedaan yang ada.
Apakah teman-teman kita bisa diterima oleh pasangan kita dan apakah kita juga bisa menerima teman-teman pasangan kita? Salah satu dari pasangan pada suatu saat harus mengajak calonnya untuk diperkenalkan kepada sahabat-sahabatnya. Jadi masing-masing harus melihat dengan jelas siapakah teman-teman pasangannya, karena itu mencerminkan siapa dia sebenarnya. Prinsipnya adalah kita harus berpasangan dengan orang yang bisa kita presentasikan ke hadapan orang lain. Kita tidak bisa berpasangan dengan seseorang yang ingin kita sembunyikan dari khalayak ramai karena kita merasa malu. Kita harus memiliki kebanggaan waktu bersanding dengan dia, jalan dengan dia, dan mempresentasikan dia di hadapan lingkungan kita, entah ditengah-tengah teman-teman, keluarga, maupun kolega kita.
Apakah kita berdua mempunyai nilai moral yang sama? Sebab nilai moral itu sebetulnya merupakan poros dan keputusan-keputusan kita dalam hidup adalah jari-jarinya. Sama seperti poros, nilai moral itu sangat penting sekali. Itu akan menentukan apakah misalnya kita akan membeli rumah yang besar atau yang kecil.
Apakah kita bisa menerima dan menghargai keluarga masing-masing? Ini merupakan salah satu pertanyaan yang penting sekali, apalagi dalam konteks kita di Timur. Kita yang menikah tidak bisa berkata, saya hanya menikahimu dan sebodoh amat dengan keluargamu.
Apakah faktor ekonomi kita mempunyai perbedaan yang terlalu jauh? Perbedaan kemampuan ekonomi yang terlalu jauh akan mempengaruhi kehidupan pernikahan.
Apakah masalah-masalah di masa lalu kita sudah diselesaikan dan dituntaskan? Sebaiknya pasangan kita mengetahui dengan jelas siapa kita, termasuk masa lalu kita. Kalau masa lalu kita sangat kelam, misalnya sebelum kita bertobat kita hidup dalam kehidupan seksual yang sangat bebas. Kita harus mengakui semuanya dengan jujur karena itu penting untuk diketahui oleh pasangan atau calon kita.
Apakah kita bisa menghadapi dan menyelesaikan pertengkaran bersama-sama? Dalam masa berpacaran pertengkaran tidak harus dihindari. Sebab ada orang berkonsep bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan yang bebas dari pertengkaran. Sebetulnya hubungan yang sehat bukanlah hubungan yang bebas pertengkaran, tapi hubungan yang sehat juga bukanlah yang sarat dengan pertengkaran, itu sama-sama tidak sehatnya. Indikasi hubungan yang sehat adalah hubungan yang kadang-kadang ada pertengkaran tapi yang pasti bisa diselesaikan. Jadi kata kuncinya justru adalah bisa diselesaikan bersama-sama.
Apakah kita mau membicarakan dan bisa merencanakan masa depan bersama? Masa depan bersama adalah hal yang baik untuk dibicarakan, jadi dua-duanya harus membicarakan aspirasi ke depan. Saling bertanya dan membahas nanti ke depan mau apa, apa yang kau rindukan dalam hidup ini, apa yang dikejar dalam hidup. Itu penting.
Dua hal dalam ayat ini akan saya kaitkan dengan hubungan berpacaran:
Yang pertama adalah janganlah memuji diri karena esok hari, jadi jangan terlalu bermegah akan esok hari. Banyak orang yang berpacaran terlalu positif akan hari esok, bahwa hubungan mereka itu akan cemerlang, pasti cocok, pasti tidak ada masalah, karena kami saling mencintai. Tidak, jangan terlalu memuji diri akan hari esok. Lihatlah hari esok dengan realistik.
Yang kedua, biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu. Ini akan saya artikan jangan kita ini sebagai pasangan berkata bahwa hubungan kita paling kuat, paling sehat karena kita saling mencintai. Biar orang lain yang memuji kita, jadi artinya terimalah dan mintalah tanggapan-tanggapan dari orang lain. Semakin sehat suatu hubungan, semakin berani mereka menerima masukan dari orang lain. Suatu hubungan semakin tidak sehat dan rapuh bila mereka takut menerima masukan dari orang lain.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan pedoman untuk mencari pasangan hidup. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian. Dan dari studio kami ucapkan selamat menikmati.
PG : Sebelum saya menjawab, saya akan menggarisbawahi apa yang tadi Pak Gunawan sudah sampaikan. Betul sekali Pak Gunawan, bahwa perlu bagi para pemuda-pemudi menyadari hal-hal yang harus meeka perhatikan di dalam memilih pasangan hidup.
Dalam praktek konseling saya berulang kali menemukan kasus-kasus di mana masalahnya adalah masalah yang mereka bawa dari awal pernikahan. Seharusnya hal-hal itu sudah mereka sadari sebelum mereka menginjak ke pernikahan, tapi karena tidak terselesaikan akhirnya mereka harus bergumul dengan masalah yang sama tahun demi tahun. Dan biasanya kalau masalah yang sama terus-menerus menghiasi rumah tangga kita, biasanya makin lama akan makin berakar dan makin susah untuk dibereskan. Maka saya kira yang Pak Gunawan akan tanyakan ini sangat bermanfaat dan mudah-mudahan para pendengar menjadikannya panduan bagi mereka untuk mencari pasangan hidup. Yang pertama tadi apakah waktu kita berpacaran justru kita ini merasa didekatkan dengan Tuhan atau tidak, saya kira itu salah satu pertanyaan yang baik untuk dijadikan tolok ukur. Kalau kita makin hari makin jauh dari Tuhan, karena berpacaran dengan dia, saya berani berkata bahwa itu bukan suatu hubungan yang diperkenankan Tuhan sebab prinsipnya adalah segala hal yang kita lakukan haruslah memuliakan Tuhan. Jadi kalau dalam berpacaran, kita tidak memuliakan Tuhan dengan makin menjauhnya kita dari Tuhan, dapat kita pastikan bahwa hubungan itu bukanlah hubungan yang Tuhan restui. Itu kira-kira jawabannya, Pak Gunawan.PG : Kalau rutin tidak apa-apa, yang lebih baik adalah dimana saling menguatkan, saling mendorong, saling membangun sehingga makin hari hubungan ini bertumbuh kepada Tuhan, makin ada ketergatungan kepada Tuhan.
Contoh : Mendorong satu dengan yang lain, saling menguatkan, saling memberikan teguran rohani, memberikan dorongan rohani untuk terus percaya kepada Tuhan, untuk melihat suatu masalah dari sudut Tuhan, untuk melihat apakah hal yang dilakukan itu memuliakan Tuhan atau tidak. Jadi segala hal kalau memang ada dalam suatu hubungan berpacaran saya kira akan memperkokoh kerohanian individu itu. Tapi kalau misalnya salah satu, pacarnya bukan anak Tuhan, dapat kita pastikan hubungan itu tidak akan memuliakan Tuhan dan mereka tidak akan bertemu dalam Tuhan. Sebab yang satunya otomatis tidak akan bisa memberikan dorongan-dorongan rohani kepada pasangannya. Misalkan kalau hari Minggu, yang percaya ke gereja, yang tidak percaya mengajak pacarnya jalan-jalan rekreasi dll. Jadi hal-hal seperti itu bisa menjauhkan orang yang percaya itu dari Tuhan. Maka di Perjanjian Lama dengan jelas Tuhan memerintahkan kepada bangsa Israel untuk tidak menikah dengan bangsa-bangsa yang tidak seiman, karena hati mereka bisa dibawa pergi jauh.PG : Otomatis topik rohani tidak bisa lagi mereka bahas.
PG : Betul, saya mengingat perkataan James Dobson seorang psikolog dari AS yang mengatakan bahwa sebaiknya hubungan pacaran itu dilandasi oleh dua cinta yang sama, jangan sampai yang satu sagat mencintai dan sangat bergantung pada pasangannya dibandingkan sebaliknya.
Saya kira pasangan seperti itu pasangan yang tidak seimbang, kalau cintanya yang satu melebihi, secara berlebihan dari pasangan yang satunya otomatis kebergantungan sangat kuat sehingga tadi kata Pak Gunawan dia akan cenderung mengikuti kehendak pasangannya untuk menyelamatkan hubungannya itu. Jangan sampai dia kehilangan pacarnya dan itu sangat berbahaya, sebab suatu hubungan nikah haruslah didasari oleh kesetaraan. Di mana dua-duanya itu sama.PG : Betul, saya kira aspek dalam berkomunikasi sangat penting. Berbicara satu sama lain itu menunjukkan banyak hal, misalnya kesamaan minat. Kalau kita tidak memiliki kesamaan minat susah bcara panjang lebar, kesamaan berpikir, pola pikir yang sama kecenderungan kita untuk bisa berbicara dengan panjang lebar.
Yang berikutnya lagi adalah kemampuan untuk memahami apa yang dibicarakan oleh pasangannya, itu juga ditunjukkan oleh berapa mampunya mereka berbicara sehingga hal-hal itu akan dapat menambah keakraban mereka. Sebab kenyataannya di lapangan, ada pasangan-pasangan yang benar-benar sangat susah berbicara dan kalau ditanya kenapa tidak berbicara, tidak ada yang dibicarakan.PG : Faktor pendidikan, faktor IQ akan berpengaruh Pak Gunawan, jadi jangan sampai terlalu berbeda jauh karena kalau terlalu berbeda jauh tidak akan menemukan kesamaan atau titik temu di antra mereka.
PG : Betul, semakin sulit mereka mencapai titik temu di dalam komunikasi.
PG : Ya salah satu hal penting yang juga harus menjadi tolok ukur adalah berapa mampunya mereka bekerja sama. Sudah tentu kalau tidak seiman akan membawa dampak dalam kerjasama mereka. Memutskan suatu masalah memerlukan kesamaan nilai-nilai hidup apabila hidupnya sudah berbeda akan mengganggu nantinya dalam memutuskan masalah.
PG : Betul sekali, yang satu rela memberikan persepuluhan kepada Tuhan, yang satunya sangat mungkin keberatan. Yang satu ingin melayani Tuhan lebih aktif lagi, yang satunya enggan sekali melpaskan pasangannya ke gereja.
PG : Betul sekali.
PG : Salah satu wujud kerjasamanya adalah pengambilan keputusan, jadi salah satu hal yang perlu dilihat adalah berapa mampunya mereka mengambil keputusan. Tadi Pak Gunawan sudah singgung adapasangan yang tidak mengalami masalah karena yang satu menuruti secara total kehendak pasangannya.
Sudah tentu hal itu tidak sehat, jadi yang lebih sehat adalah dua-dua harus berani mengemukakan pendapat. Kemudian berikan kesempatan untuk mengambil keputusan bersama, apakah mereka mampu bekerja sama dalam pengambilan keputusan itu, apakah yang mungkin sering timbul justru adalah perbedaan pendapat. Kalau yang sering timbul adalah perbedaan pendapat berarti mereka lulus dalam faktor kebersamaan ini.PG : Tepat sekali, sebab masalah itu mengundang kita atau bahkan mengharuskan kita mengambil keputusan. Jadi masalah timbul, bagaimana kita harus menghadapinya, keputusan apa yang kita ambil mereka harus mengambilnya berdua.
Saya temukan bahwa banyak orang bisa mengambil keputusan sendiri, tapi sulit mengambil keputusan berdua, akhirnya banyak pasangan yang tidak melalui tahapan yang sehat ini. Mereka mengambil jalan pintas yaitu yang satu memaksakan kehendak dan yang satunya menerima kehendaknya. Nah, seolah-olah kita melihat dari luar aman, tentram, harmonis namun sebetulnya ada unsur keterpaksaan, memang menyelesaikan sedikit, banyak masalah tidak dengan ribut, tetapi ada yang menderita, ada yang tertekan. Yang lebih sehat justru memang mensinkronkan sehingga akhirnya bisa belajar bekerjasama. Memang jauh lebih susah, Pak Gunawan dan Ibu Ida, justru jauh lebih mudah yang satu memaksakan dan yang satunya hanya menuruti.PG : Betul.
PG : Betul, salah satu tolok ukurnya adalah apakah pasangan itu mampu untuk berekreasi bersama artinya menikmati waktu luang bersama. Jangan sampai pasangan kita itu sangat berbeda dengan kia sehingga benar-benar tidak ada titik temu untuk menikmati hidup bersama.
Misalkan yang satu senangnya nonton bola, yang satu senangnya mendengar lagu-lagu 'rock and role', yang satu senangnya ramai, yang satu senangnya diam di rumah, akhirnya apa yang terjadi tidak pernah menikmati hidup bersama, yang penting bukan memulai kesamaan, yang penting adalah bagaimana mencocokkan diri dalam keperbedaan itu dan saling menghargai perbedaan itu. Waktu saya baru menikah dengan istri saya, kami mempunyai perbedaan yang cukup besar dalam hal menikmati hidup rekreasi ini. Istri saya senang sekali dengan lautan, pantai, saya senang dengan gunung, berbeda sekali itu. Sebab memang tidak banyak yang ada dua-duanya (laut dan gunung), tapi akhirnya setelah menikah belasan tahun sekarang saya menikmati pantai, saya tahu dia suka ke pantai jadi saya juga memberikan waktu untuk pergi ke pantai dan karena memberikan saya kesempatan sering-sering ke pantai lama-lama sangat menikmati pantai dan dia pun lama-lama sangat menikmati pegunungan. Jadi sekali lagi intinya bukan mencari yang persis sama dengan kita, tapi kita mencari yang bisa memahami dan menyesuaikan hidupnya dengan kita.PG : Betul sekali Bu Ida, jadi salah satu tolok ukur lain yang perlu kita juga camkan adalah masa pertemanan ini ya, apakah teman-teman kita bisa diterima oleh pasangan kita, apakah kita jug bisa menerima teman-teman pasangan kita.
Acap kali itu memang terjadi. Kalau memang ada perbedaan iman, sebab yang satu biasa bermain, bergaul dengan teman-teman di gereja, yang satu mungkin tidak merasa cocok dengan teman-teman di gereja karena percakapannya pun, tadi sudah kita bahas, akan berbeda pula sehingga tidak ada titik temu dan mungkin pasangan yang satunya merasa orang asing di tengah-tengah teman-teman orang gereja. Sebaliknya yang memang orang percaya juga mungkin tidak nyaman kalau temannya membawa dia ke disko, night club. Sebab itu bukan jiwanya, nah orang yang berpacaran harus melihat faktor ini, kadang mereka berkata tidak apa-apa yang paling penting kita berdua, bisa hidup berdua. Kita yang sudah menikah menyadari bahwa kita hidup di tengah-tengah masyarakat dan tidak bisa lepas dari orang lain yaitu teman-teman kita sendiri, jadi penting kita bertanya dapatkah pasangan kita masuk dalam lingkungan, diterima oleh teman-teman kita dan sebaliknya.PG : Betul, yang penting bukan lagi kesamaan teman, tapi bisa menerima tidak, bisa mencocokkan diri atau tidak? Pasti akan bertemu dengan sekelompok teman yang baru, tapi bisa tidak masuk daam kesamaan iman misalnya sama-sama orang percaya dia akan mudah masuk ke dalam satu kelompok bersama orang Kristen.
Faktor itu memang sangat penting.PG : Betul, sebab pendapat saya, siapa teman-teman kita sebetulnya mencerminkan siapa kita, siapa yang kita pilih menjadi sahabat kita sedikit banyak mencerminkan siapa diri kita. Jadi seseoang itu harus melihat dengan jelas siapakah teman-teman pasangannya karena itu mencerminkan siapa dia.
Misalnya teman-temannya ini benar-benar orang yang hidupnya tidak benar, brengsek dan lain sebagainya tapi ia mengaku dia hidupnya benar, mungkin sekali dia hidupnya benar tapi kalau dia bersahabat dengan orang-orang yang seperti itu, yang brengsek, sedikit banyak mencerminkan siapa dia bahwa dia masih menyenangi kehidupan seperti itu. Dia harus melihat apakah cocok misalnya teman-temannya adalah orang yang pulang kerja suka main ke night club atau karaoke dsb. Nah dia harus melihat apakah dia mau hidup dalam lingkungan yang seperti itu, karena pada akhirnya dia tidak bisa memisahkan pasangannya dari lingkup teman-temannya.PG : Saya kira kalau sampai mempengaruhi mereka, sampai benar-benar mereka tidak bisa masuk ke dalam lingkup sosial, pasangannya harus berani karena itu pertanda sebetulnya, meskipun tidak nmpak, mereka itu tidak cocok, tapi secara permukaan tampaknya cocok.
Saya mengenal seseorang yang kuat dalam Tuhan, tapi akhirnya menyukai seorang pria, teman yang bukan dalam Tuhan. Akhirnya dia bersedia untuk menguji coba apakah dia cocok dengan pasangannya ini. Kebetulan pasangannya yang tidak seiman tinggal di kota yang lain. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke kota di mana pria itu tinggal, tidak tinggal bersama dengan pria itu tapi tinggal dengan temannya yang lain dan dia mengunjungi pria itu selama seminggu atau dua minggu. Di situ dia baru melihat gaya hidup temannya itu yaitu pulang kerja tidak ke rumah, pulang kerja main-main dulu ke night club sampai malam jam 11, 12 malam baru pulang ke rumah. Nah melihat gaya hidup seperti itu, dia pulang kembali ke kotanya dengan suatu keputusan yang sangat jelas, dia harus putus.PG : Betul sekali.
PG : Prinsipnya adalah kita berpasangan dengan orang yang bisa kita presentasikan ke hadapan orang lain. Kita tidak bisa berpasangan dengan seseorang yang ingin kita sembunyikan dari khalaya ramai karena merasa malu.
Kita harus memiliki kebanggaan waktu bersanding dengan dia, untuk jalan dengan dia, dan mempresentasikan dia di hadapan lingkungan kita, teman-teman, keluarga dan lain-lain. Tidak sehat sekali kalau belum menikah kita sudah merasa malu berjalan dengan dia dan menyembunyikan dia.PG : Betul pada awalnya.
PG : Sebab kalau kita sampai malu, maka yang terjadi adalah kita akan menjadikan hubungan kita ini tidak seimbang. Hubungan kita ini nomor satu akan menjadi terlalu eksklusif, kalau kita hana berani berduaan di luar khalayak ramai.
Yang lebih serius lagi adalah kita tidak berani mempresentasikan dia di depan orang lain, karena sebetulnya kita menyadari banyak hal tentang dirinya yang tidak dapat diterima oleh orang dan sebetulnya kita pun tidak bisa menerimanya. Sebab kalau kita bisa menerimanya kita akan berani berjalan dengan dia, masalahnya walaupun tidak nampak dengan jelas, ya kita sendiri tidak terima, kita sendiri tidak suka akan hal itu. Jadi dengan perkataan lain, kita harus memilih orang yang bisa kita terima dan kita tidak malu menerimanya, itu penting sekali.PG : Betul, dia tidak harus menjadi orang yang paling tampan atau paling cantik, tapi yang penting kita tidak malu berjalan dengan dia dan kita tidak malu dikenal sebagai suami atau istrinyananti.
PG : Betul, bisa kualitas kehidupannya, bisa juga status sosialnya, macam-macam itu, bisa keterampilannya.
PG : Betul, justru itu adalah hubungan yang tidak sehat, tapi sangat sulit untuk bisa lepas antara satu sama lain, karena apa? Karena dia tidak bisa mempresentasikan pasangannya di hadapan oang-orang.
Mereka berdua menjadi orang yang sangat saling bergantung pada satu sama lain. Seolah-olah kebutuhan mereka tidak bisa dipenuhi oleh orang lain, hanya oleh pasangannya. Ini berbahaya, sebab kita harus menyadari bahwa setelah kita menikah, pasangan kita tidak bisa memenuhi setiap kebutuhan kita, tidak realistis dan kalaupun itu terjadi sangat membebani pasangan kita. Kita menjadi seperti orang yang benar-benar bersandar sepenuhnya kepada pasangan kita. Itu tidak sehat sebab tidak memberikan kepada pasangan kita kesempatan untuk bergerak. Ini yang bahaya sebab hubungan itu menjadi sangat eksklusif, sangat bergantung pada satu sama lain, sehingga tidak bisa menerima masukan-masukan, membuka diri terhadap masukan orang lain.PG : Sama sekali tidak. Sebetulnya kita menyadari kita hidup di tengah-tengah orang lain kita harus berelasi dengan orang lain. Betapa banyaknya kita melihat hal seperti itu sekarang, misalna dia seolah-olah merasa cocok dengan istrinya, tetapi istrinya tidak bisa cocok dengan satu manusia pun di luar atau suaminya tidak bisa cocok dengan satu manusia pun di luar.
Setiap kali berkumpul dengan orang, selalu ribut, selalu tidak cocok dan sebagainya. Nah siapa yang menderita? Pasangan kita, dia tidak cocok dengan orang tuanya, dengan adik iparnyalah, yang menderita adalah pasangan itu sendiri.PG : Seringnya begitu, sudah terlambat.
PG : Saya akan bacakan
Saya sering menasihati orang yang sedang berpacaran bahwa salah satu doa yang harus mereka panjatkan, minta kepadaTuhan adalah hikmat, hikmat untuk bisa melihat. Saya kira pertanyaan-pertanyaan yang tadi Pak Gunawan dan Ibu Ida ajukan adalah pertanyaan yang baik dan seringkali terpikirkan oleh banyak pasangan, tapi mereka tidak bisa melihat jawabannya karena mata mereka kabur, seolah-olah terbutakan oleh amuk cinta. Jadi mintalah hikmat sehingga hikmat itu bisa menjernihkan mata mereka agar mereka dapat melihat dengan jelas jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang tadi Ibu Ida dan Pak Gunawan tanyakan.
PG : Dan Tuhan akan membisikkan jawaban-jawaban itu.
PERTANYAAN KASET T 40 A
9. Pertanyaan-Pertanyaan untuk Mencari Pasangan Hidup 2 |
|
Lanjutan dari T40A
Kita semua menyadari betapa pentingnya menemukan seorang pendamping atau pasangan hidup yang tepat, dan tentunya yang diperkenan oleh Tuhan. Tetapi masalah yang sering dihadapi adalah bagaimana kita menemukan pasangan itu. Berulang kali saya menemukan kasus-kasus mana masalah yang terjadi di antara suami-istri adalah masalah yang mereka bawa dari awal pernikahan dan seharusnya hal-hal itu sudah mereka sadari sebelum mereka menginjak ke jenjang pernikahan. Tapi karena tak terselesaikan akhirnya mereka harus bergumul dengan masalah yang sama tahun demi tahun.
Kalau kita mendefinisikan pernikahan secara praktis, sebetulnya pernikahan adalah hidup bersama, karena mencintai hidup bersama, kita ingin membagi hidup dan sukacita dengan seseorang. Jadi kalau orang bertanya apa tujuan berpacaran, tujuannya adalah menjajaki apakah kita bisa hidup bersama atau tidak, itu intinya berpacaran. Pacaran bukanlah untuk menikmati satu sama lain, pacaran bukanlah untuk menikmati malam yang indah, pacaran bukanlah agar ada orang yang kita kunjungi pada hari Sabtu malam atau Minggu malam. Pacaran bukanlah untuk membagi sukacita kita dengan seseorang, pacaran bukanlah supaya kita dicintai oleh orang lain. Tapi masa pacaran adalah masa kita menjajaki, belajar dan melihat dengan baik-baik apakah kita bisa hidup bersama dengan dia untuk selama-lamanya atau tidak.
Beberapa pertanyaan yang patut dijadikan tolok ukur atau pedoman untuk menemukan pasangan hidup.
Apakah waktu kita berpacaran justru kita ini merasa didekatkan dengan Tuhan? Apakah kedua belah pihak itu saling menolong untuk bertumbuh dan hidup lebih dekat dengan Tuhan? Kalau kita makin hari makin jauh dari Tuhan gara-gara berpacaran, maka jelas itu bukan suatu hubungan yang diperkenan Tuhan. Sebab prinsipnya ialah segala hal yang kita lakukan haruslah memuliakan Tuhan. Jadi kalau dalam berpacaran kita tidak memuliakan Tuhan, yaitu terbukti dengan makin menjauhnya kita dari Tuhan, dapat kita pastikan bahwa hubungan itu bukanlah hubungan yang Tuhan restui.
Seberapa banyakkah perbedaan yang membuat kita semakin sulit berkomunikasi? Berkomunikasi adalah aspek yang sangat penting. Karena berbicara satu sama lain akan menunjukkan banyak hal. Misalnya: Kesamaan minat, kalau keduanya tidak memiliki kesamaan minat mereka akan susah bicara panjang lebar.
Seberapa mampukah kita bekerja sama? Salah satu wujud kerjasama bisa dilihat dari kemampuan pasangan mengambil keputusan bersama pada waktu menghadapi masalah. Kalau mungkin yang sering timbul justru adalah perbedaan pendapat, berarti mereka harus mampu mengambil keputusan bersama. Dengan demikian berarti mereka "lulus" dalam faktor kebersamaan.
Apakah kita mampu untuk berekreasi atau menikmati waktu luang bersama? Jangan sampai pasangan kita itu sangat berbeda dengan kita, sehingga benar- benar tidak ada titik temu untuk menikmati hidup bersama. Misalkan yang satu senangnya nonton bola, yang satu senangnya dengar lagu-lagu rock and roll, yang satu senangnya ramai dan berkumpul, yang satu senangnya diam di rumah, akhirnya apa yang terjadi tidak pernah menikmati hidup bersama. Yang penting adalah bukan memulai kesamaan, tetapi bagaimana mencocokkan diri dalam perbedaan itu dan saling menghargai perbedaan yang ada.
Apakah teman-teman kita bisa diterima oleh pasangan kita dan apakah kita juga bisa menerima teman-teman pasangan kita? Salah satu dari pasangan pada suatu saat harus mengajak calonnya untuk diperkenalkan kepada sahabat-sahabatnya. Jadi masing-masing harus melihat dengan jelas siapakah teman-teman pasangannya, karena itu mencerminkan siapa dia sebenarnya. Prinsipnya adalah kita harus berpasangan dengan orang yang bisa kita presentasikan ke hadapan orang lain. Kita tidak bisa berpasangan dengan seseorang yang ingin kita sembunyikan dari khalayak ramai karena kita merasa malu. Kita harus memiliki kebanggaan waktu bersanding dengan dia, jalan dengan dia, dan mempresentasikan dia di hadapan lingkungan kita, entah ditengah-tengah teman-teman, keluarga, maupun kolega kita.
Apakah kita berdua mempunyai nilai moral yang sama? Sebab nilai moral itu sebetulnya merupakan poros dan keputusan-keputusan kita dalam hidup adalah jari-jarinya. Sama seperti poros, nilai moral itu sangat penting sekali. Itu akan menentukan apakah misalnya kita akan membeli rumah yang besar atau yang kecil.
Apakah kita bisa menerima dan menghargai keluarga masing-masing? Ini merupakan salah satu pertanyaan yang penting sekali, apalagi dalam konteks kita di Timur. Kita yang menikah tidak bisa berkata, saya hanya menikahimu dan sebodoh amat dengan keluargamu.
Apakah faktor ekonomi kita mempunyai perbedaan yang terlalu jauh? Perbedaan kemampuan ekonomi yang terlalu jauh akan mempengaruhi kehidupan pernikahan.
Apakah masalah-masalah di masa lalu kita sudah diselesaikan dan dituntaskan? Sebaiknya pasangan kita mengetahui dengan jelas siapa kita, termasuk masa lalu kita. Kalau masa lalu kita sangat kelam, misalnya sebelum kita bertobat kita hidup dalam kehidupan seksual yang sangat bebas. Kita harus mengakui semuanya dengan jujur karena itu penting untuk diketahui oleh pasangan atau calon kita.
Apakah kita bisa menghadapi dan menyelesaikan pertengkaran bersama-sama? Dalam masa berpacaran pertengkaran tidak harus dihindari. Sebab ada orang berkonsep bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan yang bebas dari pertengkaran. Sebetulnya hubungan yang sehat bukanlah hubungan yang bebas pertengkaran, tapi hubungan yang sehat juga bukanlah yang sarat dengan pertengkaran, itu sama-sama tidak sehatnya. Indikasi hubungan yang sehat adalah hubungan yang kadang-kadang ada pertengkaran tapi yang pasti bisa diselesaikan. Jadi kata kuncinya justru adalah bisa diselesaikan bersama-sama.
Apakah kita mau membicarakan dan bisa merencanakan masa depan bersama? Masa depan bersama adalah hal yang baik untuk dibicarakan, jadi dua-duanya harus membicarakan aspirasi ke depan. Saling bertanya dan membahas nanti ke depan mau apa, apa yang kau rindukan dalam hidup ini, apa yang dikejar dalam hidup. Itu penting.
Dua hal dalam ayat ini akan saya kaitkan dengan hubungan berpacaran:
Yang pertama adalah janganlah memuji diri karena esok hari, jadi jangan terlalu bermegah akan esok hari. Banyak orang yang berpacaran terlalu positif akan hari esok, bahwa hubungan mereka itu akan cemerlang, pasti cocok, pasti tidak ada masalah, karena kami saling mencintai. Tidak, jangan terlalu memuji diri akan hari esok. Lihatlah hari esok dengan realistik.
Yang kedua, biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu. Ini akan saya artikan jangan kita ini sebagai pasangan berkata bahwa hubungan kita paling kuat, paling sehat karena kita saling mencintai. Biar orang lain yang memuji kita, jadi artinya terimalah dan mintalah tanggapan-tanggapan dari orang lain. Semakin sehat suatu hubungan, semakin berani mereka menerima masukan dari orang lain. Suatu hubungan semakin tidak sehat dan rapuh bila mereka takut menerima masukan dari orang lain.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga ). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari Lembaga Bina Keluarga Kristen. Kali ini kami akan melanjutkan bincang-bincang kita beberapa waktu yang lalu tentang pertanyaan-pertanyaan untuk mencari pasangan hidup dan kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian. Dari studio kami ucapkan selamat mengikuti.
PG : OK! Kalau kita mendefinisikan pernikahan secara praktis sebetulnya pernikahan adalah hidup bersama. Jadi praktisnya pernikahan adalah hidup bersama, karena mencintai maka hidup bersama,kita ingin membagi hidup, sukacita hidup ini dengan orang itu.
Jadi intinya adalah hidup bersama. Kalau orang bertanya apa tujuan berpacaran, jawaban saya adalah untuk menjajaki apakah kita bisa hidup bersama atau tidak. Jangan sampai pada waktu masa pacaran kita kehilangan arah atau tujuan hakiki ini. Pacaran bukanlah untuk menikmati satu sama lain, pacaran bukanlah untuk menikmati malam yang indah, pacaran bukanlah agar ada orang yang kita kunjungi pada hari Sabtu malam atau Minggu malam. Pacaran bukanlah untuk membagi sukacita kita dengan seseorang, pacaran bukanlah supaya kita dicintai oleh orang lain. Tapi masa pacaran adalah masa kita menjajaki, belajar dan melihat dengan baik, apakah kita bisa hidup bersama dengan dia atau tidak, untuk selama-lamanya. Dalam konteks inilah kita juga perlu melihat apakah kita berdua mempunyai nilai moral yang sama. Sebab nilai moral itu sebetulnya adalah poros dan keputusan-keputusan kita dalam hidup adalah jari-jarinya. Sehingga kalau porosnya itu sudah tidak ada atau porosnya itu tidak lagi sama untuk berimbang, sudah tentu jari-jarinya juga akan kacau.PG : Betul, jadi poros itu sangat penting. Nilai moral itu yang akan menentukan misalnya, kita akan membeli rumah yang besar atau yang kecil. Kebetulan kita mempunyai orang tua yang juga memutuhkan rumah, kita berkata orang tua saya juga memerlukan uang ini, bagaimana kalau kita membeli rumah yang sedang dulu, jangan yang terlalu besar nanti kalau ada uang yang lebih banyak kita beli yang lebih besar.
Lalu pasangan kita bertanya untuk apa uang itu? Kita berkata mau saya berikan kepada orang tua saya, karena ini penting buat mereka. Pasangan kita kalau tidak mempunyai nilai hidup yang sama akan bisa menolak dan marah. Jadi sekali lagi nilai moral atau nilai kehidupan itu sangat luas sekali jangkauannya.PG : Betul, itu disebut kumpul kebo, dan hasilnya tidak pernah efektif. Jadi saya pernah membaca suatu hasil studi di AS yang memperlihatkan justru tingkatan perceraian dengan pasangan yang ernah kumpul kebo lebih tinggi dari pasangan yang tidak pernah kumpul kebo.
Sangat menarik sekali kenapa mereka yang kumpul kebo, hidup bersama akhirnya lebih rawan terhadap perceraian dibandingkan mereka yang tidak pernah hidup bersama. Saya kira salah satu jawaban hakikinya adalah karena pernikahan merupakan sesuatu yang sakral, suci, dan kalau dicemar-cemarkan, diremeh-remehkan, dibuang-buang seperti sampah akhirnya mereka berdua melihat masing-masing seperti sampah juga dan kurang sekali penghargaan terhadap satu sama lain. Sudah pasti hidup bersama tidak dikehendaki Tuhan dan Tuhan tidak memberkatinya karena itu melanggar firman Tuhan, yaitu jangan kita bercabul atau berzinah.PG : Betul sekali, kalau mereka tidak takut untuk kumpul kebo berarti tidak takut juga untuk bercerai.
PG : Betul sekali, dan adakalanya memang yang satu sangat tidak berkeberatan untuk melakukannya. Dulu kita beranggapan bahwa sudah pasti yang akan berinisiatif untuk kumpul kebo atau berhubugan seksual sebelum menikah, adalah pria tapi kenyataan di lapangan sekarang mulai berbeda.
Mulai terdengar dan cukup banyak di mana wanita berani sekali meminta untuk berhubungan seksual sebelum menikah.PG : Bisa sekali, jadi hubungan yang terlalu ditandai dengan kontak fisik akan menjadi hubungan yang tidak sehat, tidak seimbang karena mereka berdua tidak akan berkesempatan melihat problemproblem lain dengan obyektif.
Seks itu membawa kenikmatan, sehingga kalau seks sudah menjadi pusat hubungan itu, seks akan menutupi masalah-masalah yang sebetulnya ada dalam hubungan mereka berdua. Itu faktor yang pertama. Faktor kedua, kalau mereka sudah berhubungan seks dan hubungan mereka itu terjadi karena yang satu kurang bisa menguasai diri. Saya kira hal itu akan membuat pasangannya bertanya-tanya kalau nanti dia bersama orang lain. Setelah saya menikah dengan dia dan kebetulan harus berdua dengan orang lain apakah mampu atau tidak dia menguasai dirinya, dengan kata lain ketidakmampuan dia menguasai diri bisa mengurangi rasa percaya, belum lagi mengurangi rasa hormat atau respek karena kita harus jujur dengan diri kita. Kita sebetulnya menghormati pasangan kita yang justru bersikeras menjaga kesuciannya. Kita memang akan menikmati pasangan yang sepertinya sembarangan dengan tubuhnya, tapi tidak terlalu kita hormati. Kita jauh lebih menghormati pasangan yang berani konsekuen dengan kekudusannya.PG : Secara umum saya akan meminta sebaiknya jangan sampai berciuman di bibir, sebab bibir itu adalah organ tubuh yang sangat erotis. Kalau sudah masuk pada ciuman-ciuman di bibir, biasanya kan mengundang tindakan-tindakan lain yang lebih serius.
Jadi kalau bisa berpegangan tangan, berpelukan dari samping. Sebaiknya juga jangan berpelukan dari depan karena akan mengundang reaksi birahi pula. Memang kita berbicara begini akan terdengar sangat kolot ya, Pak Gunawan dan Bu Ida, oleh banyak pemuda. Tapi saya kira, saya mengatakan begini dari pengalaman saya sendiri yang harus bergumul dengan hal-hal seperti itu waktu saya masih berpacaran. Selain itu saya ingin supaya mereka yang mendengarkan kita, akhirnya tidak harus jatuh ke dalam dosa dan merasa mereka telah melakukan hal yang salah.PG : Hal itu bisa dihindari dengan komunikasi yang terbuka ya, yaitu masing-masing mengatakan baiklah kita menjaga diri, langkah-langkah inilah yang kita berdua ambil. Kalau sudah ada pengerian seperti itu, seharusnya tidak ada lagi tempat untuk salah paham di situ.
Justru mereka akan lebih bangga dengan hubungan yang seperti itu.PG : Betul sekali.
PG : Betul dan itu patut dijadikan tolok ukur, Pak Gunawan. Karena misalkan dari pihak wanita yang terutama sewaktu dia melihat pasangan prianya terlalu bernafsu kepadanya, setidak-tidaknya ia akan bertanya-tanya, pacarku ini mencintaiku atau mencintai tubuhku, itu dua hal yang berbeda.
PG : Ini penting sekali Ibu Ida, apalagi dalam konteks kita di Timur ya. Kita menikah tidak bisa berkata saya hanya menikahimu dan masa bodoh dengan keluargamu. Sekali lagi saya berbicara dai pengalaman, hal ini seringkali menjadi duri dalam hubungan pernikahan mereka.
Berkali-kali saya menyaksikan ini dalam praktek saya juga yaitu akhirnya hubungan suami istri sangat terganggu karena masalah keluarga masing- masing. Dan yang biasanya terjadi adalah yang satu tidak menghargai keluarga pasangannya. Memang tidak berarti kita harus dengan buta menghargai keluarga pasangan kita, ada orang yang bermasalah misalnya, ada papa mertua yang bermasalah, ibu mertua yang bermasalah, tapi kita harus menyadari juga bahwa bagaimanapun mereka bermasalah, mereka adalah bagian dari kehidupan pasangan kita. Dan pasangan kita itu pasti tetap akan mau sedikit banyak menghargai mereka, sebab penghinaan terhadap keluarganya sama juga merupakan penghinaan terhadap dirinya. Jadi sebaiknya kita memang menikah dengan seseorang yang keluarganya dapat kita hargai itu jauh lebih baik.PG : Ini sering ditanyakan, Pak Gunawan, saya selalu bertanya begini apakah orang tuamu jelas melihat pasanganmu. Sebab adakalanya orang tua mempunyai frase posisi atau anggapan-anggapan yan kurang jelas, kita harus tahu dulu apakah orang tua jelas melihat pasangan kita.
Tugas kitalah memberikan penjelasan itu selengkap-lengkapnya, seobyektif mungkin. Kedua, kita selalu harus memberikan penghargaan terhadap masukan orang tua, sebab apa? Kita harus selalu kembali pada fakta motivasi. Saya kira ada orang tua yang susah melepaskan anaknya untuk menikah sehingga siapapun yang menjadi pasangan si anak akan dicelanya, sepertinya tidak cukup baik. Tapi pada umumnya orang tua tidak seperti itu dan pada umumnya orang tua menginginkan agar anak-anak mereka bahagia. Jadi kalau sampai orang tua menentang, biasanya karena keprihatinan orang tua bahwa pasangan itu tidak cocok dengan anak dan mungkin ini yang tidak bisa dilihat oleh si anak. Jadi anak perlu menghargai masukan orang tua sebab pada umumnya orang tua tidak berniat jahat, justru berniat untuk kebaikan si anak. Ini yang perlu dipelajari oleh si anak kenapa orang tuanya menentang dia, harus melihat dengan obyektif hal-hal itu.PG : Saya akan menceritakan sebuah kesaksian yang saya dengar dari seorang pendeta berkulit putih di AS. Suatu hari putrinya datang kepadanya dan berkata : "Papa saya akan menikah", si papa ilang ya baik, bagus dengan siapa? Terus putrinya berkata : "dengan seorang berkulit hitam, seorang Negro".
Si papa itu bijaksana sekali, dia berkata : "Silahkan tidak apa-apa, tapi saya minta kamu melakukan suatu hal, saya minta kamu selama (saya lupa ya dalam jangka waktu 6 bulan atau setahun) saya minta engkau tinggal bersama dengan keluarga pria itu, orang tua pria itu", anak itu menyetujui dia tinggal berbulan-bulan dengan keluarga si pria itu. Setelah berbulan-bulan, dia kembali ke rumah papanya dan berkata : "Papa saya batal, tidak jadi menikahi pasangan saya". "Kenapa?" "Sebab ternyata perbedaan etnis memang berdampak pada suatu hubungan, bukan masalah etnisnya tapi masalah gaya hidup dan cara-cara hidup, nilai-nilai hidup, kebiasaan-kebiasaan hidup semua itu perlu diperhitungkan". Secara Alkitab tidak boleh seorang Kristen melarang anaknya menikah dengan orang yang berlainan etnis karena memang Tuhan tidak menghendaki hal itu. Tuhan melihat semua orang sama. Yang Tuhan bedakan adalah seiman atau tidak. Tuhan meminta itu dengan jelas, kalau masalah etnis yang berbeda Tuhan tidak akan mempersoalkan karena semua adalah ciptaan Tuhan. Namun disamping itu kita harus menyadari bahwa setiap golongan masyarakat mempunyai pola hidup, kebiasaan hidup yang unik untuk masing-masing kelompok itu. Bahkan status ekonomi tinggi dengan status ekonomi rendah, mempunyai gaya hidup yang sangat berlainan meskipun satu etnis. Jadi kalau anak mereka menikah, mereka juga harus melihat dengan jelas, hal-hal apa yang mungkin bisa menjadi duri dalam pernikahan mereka. Jadi saran saya atau masukan saya sama, untuk yang berbeda etnis bukan masalah etnisnya, tapi dia harus menyadari perbedaan-perbedaan gaya hidup itu dan bagaimana dia bisa menyesuaikannya.PG : Ya, betul.
PG : Biasanya mempengaruhi apalagi kalau yang lebih rendah yang pria, sebab pria cenderung mengukur harga dirinya dari segi keberhasilan ekonominya. Sewaktu dia menikah dengan wanita yang jah melampaui status ekonominya, biasanya dia akan merasa minder.
Orang minder bisa mempunyai dua perilaku yang berbeda atau yang ekstrim. Yang pertama menjadi penurut sekali, mengikuti semua kehendak si istri dan kehendak keluarga si istri. Perilaku yang kedua justru kebalikannya, melarang si istri dekat dengan keluarganya, memerintah si istri, menjadi bos dan orang Jakarta mengatakan 'memoroti' uang si istri, misalnya ada yang seperti itu juga.PG : Bisa sekali Ibu Ida, sungguh menyedihkan ya kalau akhirnya seperti itu.
PG : Rupanya dia menyimpan dendam, dan otomatis dia akan merasa peka, cepat tersinggung, sebab mungkin saja si keluarga wanita tidak menghina. Tapi kadang-kadang ada perkataan yang agak senstif mungkin ya, karena dia sudah peka mungkin mudah dendam akhirnya.
PG : Sebaiknya demikian Ibu Ida, jadi sebaiknya pasangan kita mengetahui dengan jelas siapa kita, termasuk masa lalu kita. Kalau masa lalu kita sangat kelam misalkan sebelum kita bertobat, kta hidup dalam kehidupan seksual yang sangat bebas misalnya.
Kita tidak perlu menjelaskan dengan detail apa-apa saja dalam perbuatan kita yang kita lakukan, kita bisa secara garis besar mengatakan apa yang telah kita lakukan, perbuatan-perbuatan kita yang tidak baik itu. Namun tidak harus menjelaskan sedetail-detailnya. Karena itu bisa mengganggu memori atau ingatan pasangan kita untuk waktu yang lama, tapi yang penting dia harus tahu dengan jujur semuanya itu. Jangan sampai setelah menikah baru istrinya tahu kalau itu bekas pacarnya dulu. Jadi istri bingung berapa banyak 'koleksi' si suami itu dulu.PG : Saya kira kalau misalkan hubungan-hubungan yang tidak senonoh seperti itu sebaiknya jangan. Jadi beri tahu saja secara garis besar apa yang telah terjadi dulu sebelum berhubungan, sebelm berkenalan dengan pasangannya ini.
Tapi tidak perlu membangkit-bangkitkan semuanya, saya kira itu tidak bijaksana.PG : Betul.
PG : Pertanyaan yang bagus Pak Gunawan, sebab ada orang berkonsep bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan yang bebas dari pertengkaran. Sebetulnya hubungan yang sehat bukanlah hubungan yan bebas dari pertengkaran, dan hubungan yang sehat juga bukanlah hubungan yang sarat dengan pertengkaran, itu sama-sama tidak sehatnya.
Yang sehat adalah hubungan yang kadang-kadang ada pertengkaran, tapi yang pasti bisa diselesaikan, jadi kata kuncinya adalah bisa diselesaikan.PG : Ya, akhirnya dituntaskan dengan pengampunan dan penerimaan.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi hubungan yang tidak mampu menyelesaikan masalah, hubungan yang sebetulnya sangat lemah. Kadangkala orang menganggap selesai masalah karena dua-duanya sudh terlalu capek bertengkar, ya sudah, terserah kamu sudah terserah.
Terus 2, 3 hari lupa masalahnya, baik lagi. Sebetulnya itu tidak sehat, harus ada kemampuan untuk mencari jalan keluar, solusi itu selalu harus ada dalam hubungan yang sehat. Ini salah satu yang paling penting di antara pertanyaan-pertanyaan yang tadi kita telah bahas, Pak Gunawan.PG : Itu adalah hal yang baik untuk dibicarakan, jadi dua-dua harus membicarakan aspirasi ke depannya mau apa, apa yang kau rindukan dalam hidup ini, hidup seperti apa, apa yang kaurindukan,itu penting.
Misalnya yang satu merindukan rumah dan terus diam di rumah untuk waktu yang sama, tidak perlu pindah-pindah, pekerjaan asal memadai ya cukup tidak apa-apa. Yang satu tidak terima, yang satu pokoknya mau mengejar jenjang-jenjang karier yang lebih tinggi. Kalau perlu pindah rumah, kalau perlu pindah kota, ya tidak apa-apa, hal-hal seperti itu memang harus dibicarakan. Apa itu yang akan dikejar dalam hidup?PG : Pribadi sangat diperlukan, secara pribadi saya harus berkata begitu, karena adanya bina pranikah saya kira jemaat lebih diperlengkapi dengan pengetahuan-pengetahuan sebab memang tidak aa kuliah pernikahan.
Berhitung kita dipersiapkan, menikah tidak. Padahal kita lebih banyak menikah daripada berhitung, tapi justru tidak dipersiapkan. Jadi saya kira program bina pranikah di gereja sangat dibutuhkan.PG : Betul, salah satu cara yang terbaik dan sebetulnya sangat efisien adalah mendayagunakan para anak-anak Tuhan sendiri, majelis, atau tua-tua gereja yang mempunyai hubungan nikah yang bai, yang sehat.
Mereka sajalah yang diminta untuk memberikan bimbingan, memberikan masukan-masukan dari pengalaman hidup mereka, itu sangat bermanfaat.PG : Betul.
PG : Saya akan bacakan dari
"Janganlah memuji diri, karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu. Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kau kenal dan bukan bibirmu sendiri."
Dua hal ini saya akan kaitkan dengan hubungan berpacaran Pak Gunawan. Yang pertama adalah janganlah memuji diri karena esok hari, jadi jangan terlalu bermegah akan esok hari. Banyak orang yang berpacaran terlalu positif akan hari esok, bahwa hubungan mereka itu akan cemerlang, pasti cocok, tidak ada masalah karena kami saling mencintai. Tidak, jangan terlalu memuji diri akan hari esok. Lihatlah hari esok dengan realistik. Kedua, biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu. Ini saya artikan jangan kita sebagai pasangan berkata hubungan kita paling kuat, sehat karena kita saling mencintai. Biar orang lain yang memuji kita, jadi artinya terimalah dan mintalah tanggapan-tanggapan dari orang lain. Semakin sehat suatu hubungan, semakin berani mereka menerima masukan dari orang lain. Semakin tidak sehat dan rapuh hubungan itu, semakin takut mereka menerima masukan dari orang lain. Jadi itu prinsipnya.
Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan ke hadapan Anda, sebuah percakapan seputar pertanyaan-pertanyaan untuk mempersiapkan pernikahan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Sekali lagi bagi Anda yang berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda untuk menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan dan tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami ucapkan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
PERTANYAAN KASET T 40 B
10. Peran Teman dalam Kehidupan Remaja |
|
Secara alamiah seorang anak membutuhkan teman. Untuk bermain bersama bila waktu masih kecil dan membutuhkan teman untuk berdialog, mencurahkan isi hati ketika sudah menginjak remaja. Sedikitnya ada tiga hal yang dapat kita pelajari peranan teman dalam tema ini. Baik sebagai pembanding, pemantul, maupun penguji.
Anak-anak secara natural atau secara alamiah memang membutuhkan teman. Pada masa kecil teman itu lebih berfungsi sebagai teman main, mereka sebetulnya jarang berdialog atau berinteraksi secara rasional. Namun begitu dia beranjak dewasa mulailah teman berganti peran atau dengan kata lain mulailah teman-teman itu mempunyai suatu misi khusus dalam pertumbuhan remaja.
Sekurang-kurangnya ada 3 peranan yang penting sekali, yang dimainkan oleh teman dalam kehidupan remaja, terutama dalam hal pembentukan jati dirinya:
Teman berfungsi sebagai pembanding, artinya dengan adanya teman si anak remaja itu mulai membandingkan diri dengan sesamanya.
Teman berfungsi sebagai pemantul atau reflektor, yang merefleksikan siapa diri kita. Kalau kita hidup sendiri, dinding di sekitar kita tidak bisa merefleksikan siapa kita. Tapi teman-teman bisa merefleksikan atau memberi cerminan siapa kita. Yang paling penting adalah anak remaja ini memproses semua masukan itu untuk menciptakan pendapatnya sendiri tentang siapa dirinya. Dan komentar-komentar yang ia perlukan itu hanya bisa diperoleh kalau dia bergaul dengan teman-temannya. Di sinilah teman-teman bersumbangsih besar dalam memberikan dia pantulan atau cerminan yang memang dia butuhkan. Remaja itu memang sudah memiliki suatu konsep diri tentang siapa dia dan tidak lagi mendengarkan masukan dari orang lain, sikap ini bisa positif dan juga negatif. Positif dalam arti, dia tidak mudah diombang-ambingkan, dia sudah mempunyai gambaran yang jelas. Negatif dalam arti, kalau dia menutup diri terus-menerus itu tidak baik.
Teman berfungsi sebagai penguji. Penguji artinya, teman-teman ini akan memberikan tantangan pada si remaja.
Peran teman sebagai pembanding, reflektor, dan penguji juga harus didapatkan oleh si remaja di tengah-tengah keluarga. Keluarga adalah titik atau 'basis' pertama dimana dia mendapatkan ketiga hal itu.
Salah satu pedoman untuk berteman yang bisa digunakan khususnya oleh para remaja:
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang Peran Teman Dalam Kehidupan Remaja. Kami percaya Anda semua ingin tahu apa yang akan kami bicarakan pada saat ini, karenanya dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Saya akan membawa kita kembali ke masa yang lebih awal Pak Gunawan, sebetulnya anak-anak itu secara natural, secara alamiah memang sudah membutuhkan teman. Jadi kalau sampai ada anak yag tidak mau berteman, yang maunya menyendiri itu bukanlah sesuatu yang alamiah, itu adalah suatu penyimpangan.
Jadi yang lebih alamiah adalah anak-anak membutuhkan teman. Peranan teman dalam kehidupan remaja memang tidak selalu sama Pak Gunawan, pada masa kecil teman-teman itu lebih berfungsi sebagai teman main, jadi mereka sebetulnya jarang berdialog atau berinteraksi secara relasional, secara hubungan. Sebab mereka itu lebih sering bergerak bersama atau memainkan mainan bersama, tapi memang itulah yang dibutuhkan pada masa kecil. Anak-anak pada masa kecil tidak terlalu membutuhkan teman dialog, teman untuk mencurahkan hati dan sebagainya, tidak terlalu memerlukan hal itu. Nah, Tuhan sudah mendesain kehidupan ini dengan begitu sempurnanya, maka anak-anak yang memang belum begitu fasih mengungkapkan perasaannya, dalam membentuk atau mengkonsepkan pikirannya supaya bisa disampaikan kepada temannya. Nah, dalam kekurangmampuannya itu Tuhan memang melihat dan mendesain bahwa yang dibutuhkan anak-anak kecil adalah teman main. Begitu dia menginjak dewasa mulailah teman berganti peran atau dengan kata lain mulailah teman-teman itu mempunyai suatu misi khusus dalam pertumbuhan remaja itu. Sekurang-kurangnya ada 3 peranan yang penting sekali yang dimainkan oleh teman dalam kehidupan si remaja, terutama dalam hal pembentukan jati dirinya. Yang pertama adalah teman itu berfungsi sebagai pembanding Pak Gunawan, artinya dengan adanya teman si anak remaja itu mulai membandingkan diri dengan sesamanya, nah ini tidak sama dengan misalkan dia membandingkan diri dengan adik atau kakaknya atau bahkan dengan orang tuanya, tidak sama, sebab dia perlu membandingkan diri dengan teman sebayanya.PG : Ya pada masa remaja awal mereka cenderung berkelompok dengan yang sejenis, tapi memasuki masa remaja pertengahan serta remaja akhir. Remaja awal itu kira-kira usia 11 - 13, 14, tengah skitar 15 - 16, 17, remaja akhir adalah mulai usia 17 - 18 hingga 20 tahun.
Nah, pada usia remaja tengah dan akhir mulailah masuk lawan jenis, nah itu menambah kekomplekan usia remaja dengan sesamanya. Tapi yang penting adalah baik itu secara sejenis maupun lawan jenis dia mempunyai rekan untuk membandingkan dirinya.PG : Tetap dibutuhkan, misalnya dia melihat bahwa dia tidak setinggi temannya atau dia tidaklah seramping temannya atau dia tidaklah seatletik temannya dalam cabang- cabang olah raga atau tiaklah sepandai atau seganteng temannya.
Nah, informasi- informasi ini dia perlukan, supaya dari informasi-informasi yang dia temukan melalui perbandingan diri dengan orang-orang lain itu, dia akan mempunyai gambaran tentang siapa dia, gambaran inilah yang membentuk jati dirinya atau konsep tentang siapa dirinya.PG : Nah, di sini peranan orang tua memang sangat penting, untuk bisa mengkomunikasikan penerimaan. Sebab anak yang sejak kecil diterima oleh orang tua apa adanya, orang tua memang menuntut emacu anak, tapi yang paling penting anak tahu bahwa dia diterima apa adanya oleh orang tua.
Nah dalam keadaan seperti itu dia diterima sepenuhnya oleh orang tua meskipun dia menemukan dirinya kurang dibandingkan dengan teman-teman yang lain, perasaan atau pengetahuan bahwa dia kurang ini tidaklah akan menghancurkan dirinya, sebab dia tahu dia masih mempunyai suatu basis di rumah; makanya penting sekali basis itu di rumah yang bisa benar-benar membuka tangan dan merangkul dia. Atau dia tahu dia kurang dalam hal-hal tertentu tapi dia menyadari dia kuat juga dalam hal-hal yang lainnya, nah ini akan menyeimbangkan perasaannya tapi yang Pak Gunawan katakan memang betul, itu sebabnya adakalanya remaja pada masa tertentu seolah-olah merasa tidak bersemangat, dirundung kesedihan karena apa, karena dia melihat temannya kok lebih pandai, lebih bagus; dia diterima lebih populer di kalangan teman-temannya, nah ini membuat perasaannya menjadi kecil hati dan sebagainya.PG : Begini Ibu Ida, yang Ibu Ida katakan memang itu betul pengamatan yang tepat sekali, setiap kita sebetulnya mempunyai milik yang dapat kita katakan milikku, jadi waktu masih kecil mainanmainanlah yang kita sebut sebagai milikku, baik itu boneka, kuda-kudaan, mobil-mobilan, itu menjadi milikku.
Begitu menginjak usia remaja, memang masih ada benda yang kita kaitkan dengan diri kita sebagai milik kita. Tapi dengan bertambahnya usia si anak dan memasuki usia remaja ini si remaja sebetulnya mulai memindahkan atau mengalihkan kepemilikannya, dari memiliki benda ke memiliki teman. Dulu dia dikenal sebagai yang punya playstation, yang punya video, yang punya sepeda, waktu dia menginjak usia dewasa akan dikenal sebagai temannya si Amir, temannya si Ina. Nah jadi pada usia remaja, anak-anak remaja ini mengaitkan diri dengan teman dan mereka seolah-olah menjadi miliknya, bukan kepunyaan tapi maksudnya milik kepanjangan dirinya, itu sebabnya teman menjadi sangat penting.PG : Nah ini yang sering terjadi, betul Ibu Ida kenapa kok remaja itu kurang selektif ini yang sering menjadi pertanyaan kita. Begini Bu Ida, kebanyakan anak remaja itu belum bisa mendefiniskan teman yang baik secara betul.
Kebanyakan mereka mendefinisikan teman yang baik adalah seseorang yang baik kepadaku. Dia belum bisa menilai bahwa seseorang itu baik kepadaku, tapi sangat tidak baik kepada orang tuanya, sangat tidak baik kepada gurunya, sangat tidak baik kepada teman-temannya yang lain, nah anak-anak remaja belum bisa melihat sekomprehensif itu secara menyeluruh, sehingga akhirnya dia hanya akan menilai seseorang ini baik kepada saya sebagai dasar ini adalah teman yang baik. Itu sebabnya Ibu Ida punya anak remaja juga, Pak Gunawan juga punya anak remaja yang juga pasti pasti bergumul dalam hal ini. Upaya kita untuk memberitahu si anak, jauhilah dia, temanmu ini bukan orang yang baik, tidak bisa diterima oleh si anak sebab definisinya dia adalah dia baik kepadaku.PG : Yang kedua, teman juga berfungsi sebagai pemantul, sebagai reflektor yang merefleksikan siapa kita, kalau kita hidup sendiri dinding di sekitar kita tidak bisa merefleksikan siapa kita.Tapi teman-teman bisa merefleksikan atau memberi cerminan siapa kita, misalnya teman berkata kamu kok orangnya cepat tersinggung ya, masa baru begitu saja kamu sudah marah atau teman memberikan komentar kamu pantang menyerah itu sikap yang bagus, memang seharusnyalah orang itu pantang menyerah.
Atau teman berujar saya kagum kepada kamu, kamu orangnya disiplin, belajarnya tekun, kamu orangnya lurus kalau bicara tidak berbelit-belit, tidak bengkok-bengkok nah informasi-informasi yang dilontarkan teman sebetulnya saat itu berfungsi sebagai pemantul, merefleksikan siapa kita, nah akhirnya dari informasi ini sekali lagi, kita mencatat secara tidak sadar data-data pribadi kita dan data inilah yang akan kita gunakan menyusun kerangka jati diri kita. O.......saya ini orang yang lurus, saya ini adalah orang yang disiplin dan sebagainya.PG : Bisa jadi menimbulkan kebingungan, itupun baik, itupun tidak apa-apa, karena apa? Itulah bagian dari kehidupan, dia akan mendapatkan penilaian tertentu dari sebagian teman tapi ada sebaian orang yang memberikan penilaian yang berlawanan, yang berbeda.
Apa yang terjadi, yang Pak Gunawan katakan dia mungkin bingung, nah dalam kebingungannya dia mungkin akan mencari orang tua atau pembimbing atau gurunya dan akan bertanya menurut engkau saya ini orangnya seperti apa, atau dia akan mencari teman yang lain yang netral bukan dari 2 kelompok itu dan bertanya, saya ini menurut kamu seperti apa, nah yang terjadi adalah bisa-bisa 2 kelompok sudah memberikan penilaian yang berbeda, jadi dia bertanya ke kelompok ketiga, eh..... kelompok ketiga memberikan penilaian yang sama sekali berlainan dari dua kelompok tadi, itu membuat tambah bingung. Tapi inilah indahnya kehidupan yaitu apa, di dalam kebingungan dan di tengah tarik-menarik ini dia akhirnya harus kembali kepada dirinya, dia akhirnya harus menyimpulkan saya tidak begitu ah, ah saya tidak setuju dengan penilaian kelompok A, saya juga tidak begitu pas dengan penilaian kelompok B, dengan penilaian kelompok C ada yang saya setuju ada yang saya tidak setuju juga, tapi yang paling penting dia memproses semua masukan ini untuk menciptakan pendapatnya sendiri tentang siapa dia. Tapi dia memerlukan komentar-komentar itu yang hanya dia bisa peroleh kalau dia bergaul dengan teman-teman, nah di sinilah teman-teman bersumbangsih besar, memberikan dia pantulan atau cerminan yang memang dia butuhkan.PG : Tergantung ya, kalau dia memang sudah memiliki suatu konsep diri siapa dia dan tidak lagi mendengarkan masukan yang lain, bisa positif, bisa negatif. Bisa positif berarti dia tidak muda diombang-ambingkan, dia sudah mempunyai gambaran yang jelas.
Sering kali anak-anak yang dibesarkan di rumah tangga yang kuat memiliki konsep diri yang lumayan baik bahkan sebelum dia terjun berteman dengan rekan-rekan sebayanya. Tapi kalau dia menutup diri juga terus-menerus itupun tidak baik karena apa, karena dia juga tetap memerlukan masukan, diri adalah sesuatu yang dinamis, yang tidak permanen, yang kaku yang mati. Diri itu senantiasa akhirnya diperbaharui dengan bertambahnya usia.PG : Yang ketiga adalah teman-teman itu berfungsi sebagai penguji. Penguji artinya apa, teman-teman ini akan memberikan tantangan pada si remaja, kamu sanggup atau tidak mengerjakan ini, kam berani atau tidak melakukan itu, nah secara positifnya tantangan teman-teman ini akan memaksanya membuktikan diri yang yang positif yang bisa keluar dari proses ini adalah keyakinan diri.
Dari keyakinan diri inilah si remaja akan mulai berani melangkah masuk ke dalam kehidupan, sebab dia tahu batas kemampuannya. Anak yang tidak bergaul dengan teman-teman remajanya, tidak bisa mengembangkan batas kemampuannya secara maksimal dan secara meluas dalam konteks teman-temannya itu. Dia mungkin membuktikan dirinya sebatas pelajaran sekolah, nah sebatas di rumah dengan orang tuanya, tapi kita tahu bahwa untuk hidup di masyarakat, dia memerlukan lebih banyak ujian-ujian, tantangan-tantangan dan itu seyogyanya dia peroleh dari teman-teman sebayanya. Misalnya yang negatif, kau berani tidak dengan saya naik motor, ya kita di Jawa Timur tahu yang namanya Trawas atau Tretes. Nah kalau si remaja berkata berani saya naik motor sama yuk ikut rame-rame nah mereka akan pergi. Nah waktu pulang memang ada rasa takut, orang tua tidak tahu, kalau tahu pasti dimarahi, tapi di pihak yang sama ada rasa bangga bahwa saya berhasil naik motor ke Tretes.PG : Kadang kala hal-hal ini memang tidak bisa dihindarkan oleh remaja, karena apa, memang mereka sangat membutuhkan pengakuan dari teman-temannya. Meskipun teman-temannya tidak menantang pu waktu dia berhadapan dengan teman-teman yang sedang merokok itu sudah menjadi tantangan bagi si remaja, saya berani tidak merokok.
Waktu dia mulai merokok nah dia merasa bahwa dirinya berani. Atau yang negatif yang lain adalah di Jawa Timur kita tahu trek-trekan, balapan motor. Nah balapan motor memang akan membawa perasaan bangga, dia sanggup naik motor dengan kecepatan yang tinggi tapi kita tahu itu memang beresiko tinggi sekali, bisa membahayakan jiwanya. Jadi di sinilah peranan orang tua sangat dibutuhkan, waktu orang tua melihat dia sering naik motor dan kalau naik motornya mulai kelihatan cepat-cepat orang tua harus mulai memberitahu si anak. Ada hal-hal yang boleh kamu lakukan untuk menguji batas kemampuanmu, tapi ada hal-hal jangan kau coba, sebab kalau engkau terus coba resikonya sangat besar, bisa suatu kali kau akan cedera atau bahkan kehilangan nyawamu dan di sini orang tua memang harus berperan lebih aktif.PG : Dia harus mendapatkannya dari keluarga, itu adalah titik pertama, basis pertama dia sebetulnya harus mendapatkan ketiga hal itu dari keluarganya dulu. Dan dari keluarga ini dia sudah muai memiliki sedikit banyak konsep tentang siapa dia, baru terjun ke teman-temannya.
Maka kalau orang tua baru mau dekat dengan anak waktu anak usia 16 tahun sudah mulai terlambat karena apa, seharusnya orang tua sudah terlibat dalam kehidupan si anak pada usia yang masih lebih kecil sehingga si orang tua sudah memasukkan ke dalam diri si anak, menanamkan pada diri si anak, pengetahuan-pengetahuan atau informasi-informasi tentang siapa dia dan apalagi dibungkus dengan penerimaan yang penuh, yang orang tua bisa berikan kepada si anak. Itu menimbulkan rasa aman dan kemantapan pada diri si anak, waktu dia terjun ke arah teman-teman atau ke dalam teman-temannya dia tidak terjun dalam kehampaan dan kekosongan. Yang bahaya adalah anak-anak yang di rumah tidak akrab dengan orang tua atau orang tua dua-dua tidak punya waktu untuk diberikan kepada anak-anak, sehingga anak-anak bertumbuh besar dari umur 0 sampai usia 14 tahun itu relatif kekurangan masukan tentang siapa dia itu, sebab orang tuanya tidak memberikan kepadanya. Waktu dia terjun ke kancah teman-teman sebayanya, teman-temannya memberikan masukan, kalau masukannya betul dan positif ya baik, tapi kalau kebetulan tidak positif pengujiannya juga negatif, dia terseret arus.PG : Ada kecenderungan demikian meskipun tidak harus begitu, sebab kalau orang tua ini pandai-pandai membawa si anak ke teman-teman sejak kecil ke saudara misalnya itu akan mengkompensasi, tpi kalau tidak si anak akan kehilangan kesempatan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain.
Kalau dia ada adik atau ada kakak dia terpaksa ya misalkan meminjamkan mainannya, dia terpaksa untuk tidak memakai kamar mandi karena sedang dipakai oleh adiknya, nah hal-hal ini baik buat pertumbuhan si anak. Kalau tidak ada itu semuanya dia akan kehilangan kesempatan tersebut, nah biasanya karena dia tidak biasa membagi dirinya atau miliknya dengan orang lain waktu nanti berhadapan dengan teman-teman dia juga menerapkan perilaku yang sama, tidak mau membagi, mau menang sendiri akhirnya teman-temannya tidak cocok dengan dia. Diapun tidak cocok dengan teman-teman karena tidak biasa membagi hidup dengan orang lain.PG : Ada yang introvert ada juga anak yang ekstrovert. Kecenderungannya memang introvert itu tidak memiliki banyak teman namun tidak apa-apa yang penting dia berteman, jadi tidak semua anak ama.
Yang berteman banyak biarlah dia berteman banyak, yang tidak berteman banyak biarlah dia berteman dengan beberapa. Kita sebagai orang tua harus mengambil inisiatif, jadi sejak ia kecil kita mengajak dia ke rumah temannya atau membawa temannya ke rumah kita, sehingga mereka bisa bermain bersama. Jadi yang paling penting bukan soal kwantitas berapa banyak jumlah temannya, tapi dia berteman atau tidak, bahkan dengan beberapa pun itu sudah cukup baik.PG : Yang ideal adalah untuk misalkan 1 periode remaja misalkan kita bagi dalam 2 kategori besar, usia SMP dan usia SMA. Sebaiknya selama 3 tahun itu ada beberapa teman yang menjadi teman pemanen kemudian tahap berikutnya waktu SMA akan ada lagi beberapa teman yang menjadi teman-teman yang lumayan permanen, saya kira itu yang baik.
Di luar teman-teman yang permanen ini yang biasanya hanya 2, 3 orang silakan dia bergonta-ganti teman karena itu memang bagian dari kehidupan dan pertumbuhan itu akan muncul dari gonta-ganti teman. Kadang-kadang mereka dipaksa berganti teman karena perselisihan atau mereka ditinggalkan oleh teman yang sekarang, mau main dengan teman-teman yang lain itu pun baik meskipun bisa rasa kecewalah, tertolaklah, tapi dalam kehidupan si anak remaja itu justru itu hal yang positif asalkan dia bisa bicara dengan orang tua, orang tua bisa mengarahkan sehingga dia bisa mengatasi rasa kecewanya karena ditinggalkan teman.PG : Betul sekali Bu Ida, pada usia remaja itu menjadi penentu harga dirinya, jadi penilaian dari orang tua tetap mereka hargai tapi tidaklah memiliki bobot sebesar pendapat teman-temannya. an itu hal yang memang sudah Tuhan desain pula, sebab masa remaja masa persiapan si anak itu memasuki usia akil baliq.
Memasuki usia di mana dia akhirnya akan terlepas dari orang tua. Jadi memang si anak remaja harus mulai menggali sumber dayanya sendiri di luar orang tuanya, waktu dia sudah dewasa dia akan lebih banyak memanfaatkan atau mendayagunakan nara sumber atau sumber-sumber kekuatan dari lingkungannya bukan dari orang tuanya. Dan demikianlah memang alur kehidupan yang alamiah.
PG : Saya akan kutip
PERTANYAAN KASET T 48 A
11. Peran Orangtua dalam Pembentukan Jati Diri Remaja |
|
Jati diri di dalam anak tidak terjadi sewaktu anak menginjak usia remaja, tetapi itu harus terjadi sewaktu anak mulai usia dini. Jadi orangtualah yang harus berperan aktif baik sebagai pemberitahu, sebagai pemberi tanggapan, sebagai cermin maupun sebagai pihak yang memberikan pengarahan pada anak.
Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita ini. Pengetahuan seperti ini sangat penting sekali dan perlu dimiliki oleh remaja. Sebab anak-anak remaja yang memasuki kancah usia remaja tanpa memiliki bekal sama sekali tentang siapa dia, dan yang tidak berdaya untuk mengevaluasi masukan atau bujukan teman-temannya, akan cenderung mengikuti saja yang dikatakan temannya.
Supaya anak remaja memiliki konsep diri yang jelas, diperlukan masukan yang terutama dari pihak orang tua sendiri atau dari keluarga. Ini tidak bisa otomatis terjadi sewaktu anak sudah menginjak usia remaja, melainkan harus terjadi mulai dari usia yang paling dini. Contoh, sewaktu anak pada masa bayi digendong oleh orang tua, orang tua berkata aduh senyummu bagus, atau aduh ketawanya kok lucu. Nah ini adalah masukan, si bayi belum tahu apa yang dikatakan oleh orang tuanya tapi ia bisa merasakan bahwa yang dikatakan orang tuanya itu sesuatu yang baik dan menyenangkan. Karena meskipun bayi itu belum bisa memahami perkataan, dia sudah bisa merasakan ungkapan perasaan, jadi perasaan yang baik yang disalurkan kepada si bayi membuat si bayi juga merasa tenang. Sejak bayi dia harus mulai mendapatkan suatu perasaan bahwa orang tua menerimanya.
Beberapa hal yang bisa dan seharusnya dimasukkan oleh orang tua ke dalam diri anak:
Orang tua perlu menanamkan kepada anak bahwa anak adalah seseorang yang mereka kasihi, yang bukan saja mereka sambut tapi sangat mereka kasihi. Dengan kata lain, mereka ini adalah anak-anak yang berharga di mata orang tua. Anak-anak perlu mengetahui bahwa mereka itu penting dan berharga.
Orang tua juga perlu mengarahkan anak ke mana dia harus pergi, dengan siapa dia harus bergaul, bagaimana dia harus bertindak, hidup seperti apa yang baik. Kita perlu mengkomunikasikan pada anak, engkau ini sebetulnya siapa dan engkau seharusnya menjadi seperti apa. Yang menarik untuk diperhatikan adalah, ada anak yang pada waktu memasuki usia remaja mempunyai 2 sisi yang berbeda. Di rumah dia kelihatan manis sehingga menyukakan hati orang tua, tapi kemudian orang tua mendapat laporan yang bertolak belakang dari gurunya atau teman-teman mereka.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya hal ini:
Kemungkinan pertama adalah dia kebetulan berkumpul dengan teman-teman yang mempunyai gaya atau nilai hidup yang sangat berbeda dengan yang dianut oleh orang tuanya.
Anak-anak remaja memang sedang memasuki usia di mana dia mulai berpikir sendiri.
Orang tua perlu memberitahukan pada anak-anak bahwa mereka mempunyai kemampuan atau keunikan tertentu. Di sinilah orang tua berfungsi sebagai pemberitahu, sebagai pemberi tanggapan, atau sebagai cermin yang bisa memberitahukan anak: "Inilah yang seharusnya kamu miliki dan inilah keadaanmu sekarang." Anak-anak perlu mengetahui apa kesanggupan, kebiasaan, keunikan, dan kekhususan yang dimilikinya.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso bersama Ibu Idajanti Raharjo dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang Peran Orang Tua dalam Pembentukan Jati Diri Remaja. Kami percaya Anda semua ingin tahu apa yang akan kami bicarakan pada saat ini, karenanya dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Suatu pengetahuan tentang siapa kita ini, jadi setiap kita mesti mempunyai gambaran siapa kita ini. Memang gambaran ini tidak selalu sama, karena akan dipengaruhi juga oleh hal-hal yang kia alami pada masa yang akan datang.
Tapi kita mesti mempunyai gambaran bahwa kita adalah orang yang seperti ini dan yang seperti ininya itu cukup permanen.PG : Sebetulnya sangat penting sekali, seperti yang sudah kita bahas pada siaran TELAGA yang lampau, anak-anak remaja yang memasuki kancah usia remaja tanpa memiliki bekal sama sekali tentang sapa dia, niscaya bisa langsung dipengaruhi oleh teman-temannya, dan dia tidak berdaya untuk mengevaluasi masukan teman-temannya atau bujukan teman-temannya, dia akan cenderung mengikuti saja yang dikatakan oleh teman-temannya.
PG : Jadi yang diperlukan di sini adalah masukan dari orang tua sendiri atau dari keluarga terutama yang saya maksud keluarga adalah dari pihak orang tua. Nah, otomatis ini tidak bisa terjadi swaktu anak sudah menginjak usia remaja.
Ini harus terjadi bahkan pada usia yang paling dini. Contoh sewaktu anak digendong oleh orang tua pada masa bayi, orang tua berkata aduh senyummu bagus, aduh ketawanya kok lucu, nah ini adalah masukan, si bayi belum tahu apa yang dikatakan orang tuanya tapi si bayi bisa merasakan bahwa yang dikatakan orang tuanya itu sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan. Karena bayi itu meskipun belum bisa memahami perkataan, dia sudah bisa merasakan ungkapan perasaan, jadi perasaan yang baik yang disalurkan kepada si bayi membuat si bayi juga merasa tenang. Itu sebabnya kalau anak-anak menangis waktu masih bayi seorang ibu biasanya akan mencoba menenangkan si bayi dengan bernyanyi lagu yang lembut atau mengajaknya bicara atau bersenandung. Tidak ada bayi yang sedang menangis dicoba ditenangkan dengan hardikan-hardikan atau dengan suara yang lantang-lantang, keras-keras tidak karena anak bisa menangkap getaran, emosi si ibu itu. Nah, dari hal-hal kecil seperti itu sebetulnya orang tua sudah mulai berkomunikasi dengan si anak meskipun ini komunikasi yang sepihak dan belum melibatkan kemampuan berpikir yang canggih, tapi ini pun penting.PG : Itu cikal bakalnya, dia harus mulai mendapatkan suatu perasaan bahwa orang tuanya menyambut dia, orang tuanya menerima dia. Berbeda dengan yang kalau mulai menangis yang diperolehnya bukanah pelukan, bukanlah suara yang lembut malah hardikan, kemarahan, karena si orang tua merasa terganggu.
Nah, meskipun si anak belum bisa mengerti apa yang dikatakan si orang tua dia sudah bisa merasakan bahwa orang tuanya tidak menyambutnya, tidak sabar terhadap anaknya. Sekali lagi ini hal-hal yang tidak bisa diungkapkan karena belum mempunyai kemampuan mengekspresikan seperti kita ini orang dewasa. Tapi pesan-pesan ini yang diterimanya itu sedikit banyak mulai mempengaruhi sikap si anak pada orang tua, maksud saya begini kalau si anak mendapatkan pelukan atau kata-kata yang tenang dan menyejukkan waktu dia menangis waktu dia mulai besar kalau dia merasa susah atau sedih dia akan mencari ayah atau ibunya. Tapi kalau dari kecil dia terlalu sering mendengarkan hardikan, waktu dia menangis dia akan menciptakan rasa takut. Dalam dirinya yang timbul bukan rasa rindu dan ingin dekat dengan orang tua, justru sejak kecil dia tidak mau terlalu dekat dengan orang tua, karena secara naluriah dia tidak ingin berdekatan dengan seseorang yang justru membuatnya merasa takut atau tegang, justru dia akan mencoba menghindarkan. Nah interaksi seperti ini menjadi interaksi yang tidak positif, interaksi yang justru membuat jarak antara si anak dan orang tua dan yang paling penting adalah orang tua mulai kehilangan kesempatan untuk memberikan masukan-masukan kepada si anak, karena anak sudah mulai menjaga jarak darinya.PG : Betul, misalkan dia bicara, dia bertanya, ibu atau bapaknya mendengarkan kemudian menjawab, lain kali dia akan bertanya sebab dia tahu dia akan didengarkan dan dijawab. Tapi kebalikannya jga betul, kalau dia bertanya orang tua tidak memperhatikan apalagi menjawabnya 2, 3 kali terjadi lama-lama dia akan enggan bertanya, sebab yang dia inginkan tidak dia peroleh, orang tua tidak mendengarkan apalagi menjawabnya.
Kalau komunikasi sudah tercipta dari kecil, komunikasi sudah ada jalurnya, sudah tersedia, nah orang tua sudah mulai bisa memberikan masukan-masukan atau gizi-gizi kepada si anak, memasukkan informasi, nasihat, kata-kata tanggapan supaya si anak mulai mengerti siapa dia. Nah, saya kira ada beberapa hal yang orang tua bisa dan seharusnya memasukkan ke dalam diri anak. Yang pertama adalah orang tua perlu menanamkan kepada anak bahwa anak adalah seseorang yang mereka kasihi, yang bukan saja mereka sambut tapi sangat mereka kasihi. Dengan kata lain anak-anak ini adalah anak-anak yang berharga di mata orang tua, anak-anak perlu mengetahui bahwa mereka itu penting, mereka itu berharga. Waktu mereka berkata saya ikut, orang tua tidak selalu berkata di rumah jangan ikut, tapi kadang kala orang tua bisa berkata yuk silakan ikut, orang tua misalnya berkata yuk kita pergi rekreasi, yuk kita pergi beli mainan untukmu, yuk kita rayakan hari ulang tahunmu. Jadi hal-hal yang kecil, aktifitas-aktifitas kehidupan seperti itu sebetulnya merupakan berita, pesan kepada si anak bahwa engkau itu kami kasihi dan engkau itu penting serta berharga bagi kami. Nah, inilah cikal bakal secara generik atau umum, nanti secara lebih spesifik anak-anak mulai membutuhkan tanggapan yang juga lebih spesifik untuk kehidupannya, tapi dasar ini harus anak peroleh.PG : Saya kira olok-olokan seperti itu lebih banyak dampak negatif daripada positifnya, ada anak-anak yang misalkan dipanggil si gendut. Waktu ia masih kecil umur 3 tahun dia belum bisa mengert, tapi pada waktu dia usia 8, 9 tahun di saat dia baru mulai mengerti apa itu namanya malu, saya kira dipanggil gundul-gundul itu atau gendut-gendut itu akan menciptakan rasa malu padanya dan bahwa dia itu bukanlah seorang anak yang menarik.
Jadi orang tua perlu memberikan masukan yang mengkonfirmasikan bahwa si anak itu baik, anak itu berharga, bukannya bahan lelucon atau ejekan.PG : Dia mulai membutuhkan serius pada masa dia memasuki usia remaja, jadi pada masa usia sekitar 12 tahun, di situlah anak-anak sebetulnya sudah harus memiliki secara mendasar gambaran tentangsiapa dia barulah dia bisa masuk ke dalam usia remajanya dengan lebih aman.
Kalau ada masukan-masukan dari teman yang bertolak belakang dari yang dia sudah terima dari orang tuanya, dia berkesempatan untuk membandingkan dan mengevaluasi mana yang benar. Kalau orang tua tidak memberikan sama sekali masukan kepadanya, dia akan mencaplok yang dia terima dari teman-temannya.PG : Selain dari tetap mengkomunikasikan bahwa mereka penting, mereka berharga dan mereka dikasihi, orang tua juga perlu memberikan dasar yang kedua kepada anak-anak, peranannya di sini adalah ahwa kamu baik, tetapi kamu bisa lebih baik.
Di sini maksudnya adalah orang tua perlu mengarahkan anak ke mana dia harus bertindak atau pergi dengan siapa dia bergaul, hidup seperti apa yang baik. Nah, engkau ini sebetulnya siapa dan engkau seharusnyalah menjadi seperti apa, nah inilah hal-hal yang perlu dikomunikasikan pada si anak dan ini bisa disampaikannya dengan cara yang sangat informal orang tua mulai memasukkan kata-kata yang membuat anak mengerti seharusnya dia itu seperti apa. Jadi kalau yang tadi yang pertama mengasihi anak supaya anak tahu bahwa dirinya adalah seorang yang dikasihi, seseorang yang berharga. Disiplin, teguran atau nasihat dan pengarahan itu sebetulnya merupakan upaya orang tua untuk mengatakan kepada si anak, engkau baik tapi engkau masih bisa lebih baik lagi, engkau lebih bisa menjadi orang yang seharusnya Tuhan kehendaki bagimu. Nah, di sini peranan orang tua untuk mulai mengarahkan si anak melakukan hal yang benar.PG : Saya mengibaratkan anak-anak itu seperti anak-anak yang berenang di kolam renang yang kecil, dia akan berkata saya bisa berenang, saya bisa berenang dan kita memang sudah mengajarkan dia brenang dengan gayanya dia berenang.
Tapi waktu kita taruh dia di lautan, di tepi laut dan menyuruhnya berenang di tengah gelombang, saya kira ceritanya akan lain, dia akan diombang-ambing oleh gelombang tersebut. Jadi saya mau katakan di rumah si anak memang sama-sama di air, seperti dia di lautan tapi di rumah itu seperti kolam kecil yang boleh dikata tidak ada gelombangnya begitu diterjunkan di tepi laut di mana ada gelombang besar kemampuan berenangnya tiba-tiba diuji ulang dan akan ada waktu di mana dia akan dihempaskan oleh gelombang itu. Namun kalau dia memang sudah bisa berenang pada akhirnya dia akan berenang lagi melalui ombak-ombak itu sehingga tidak diseret oleh ombak.PG : Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah dia kebetulan berkumpul dengan teman-teman yang mempunyai gaya hidup atau nilai hidup sangat berbeda dengan yang dianut oleh orang tuana.
Nah, kalau kebetulan mirip atau sama biasanya gejolaknya tidak terlalu besar, tapi kalau teman mempunyai nilai hidup atau gaya hidup yang sangat berlainan dengan orang tua, si anak cenderung akan mulai terseret-seret. Contoh orang tua hemat, orang tua mengajarkan untuk hanya membeli barang yang baru kalau barang yang lama sudah rusak. Tapi teman-teman di sekolah misalkan mempunyai filsafat kehidupan belilah barang yang menjadi modenya atau trendnya, nah yang mana dia harus ikuti menunggu baju yang sama yang dia pakai 3 tahun yang lalu sampai rusak baru beli baju baru atau dia beli baju baru meskipun dia belum perlu baju baru. Kenapa dia beli, karena memang trendnya, nah ini saja biasanya menimbulkan suatu konflik; masalahnya kalau dia tidak memakai baju baru trend yang sekarang ini, dia akan dilihat kuno dan itu sangat memalukannya, dia merasa di luar dari kelompoknya. Jadi adakalanya kita mesti waspada untuk mengerti anak juga bahwa memang teman-teman tidak mempunyai gaya hidup atau nilai hidup yang sama dengan kita.PG : Tidak jadi ada waktu memang si anak ini seperti tadi berenang di laut, sehingga mulai dihempaskan oleh ombak, tapi kok saya percaya kalau orang tua terus memantau, terus memberikan masukanini tidak benar, kamu baru beli baju sekarang mau beli baju lagi dan baju ini begini mahal bukan harga yang murah, mama sendiri, papa sendiri tidak membeli baju yang begini mahal, saya tidak keberatan membeli baju yang mahal tapi jangan sekarang, tunggu sebulan lagi misalnya seperti itu.
Nah, si anak sedikit banyak akan mendapatkan rem dan dia tidak terlalu terhempas oleh teman-temannya.PG : Betul dan bekas-bekasnya tidak menguap begitu saja Ibu Ida, sebetulnya masih ada tapi memang dia harus bergumul untuk mengikuti kehendak orang tuanya sebab dia memang harus melawan arus ditengah-tengah temannya itu.
Jadi adakalanya memang sikap anak bertolak-belakang karena lingkungan atau teman-temannya mempunyai gaya hidup yang terlalu jauh berbeda dengan kehidupan kita orang tua. Tapi ada yang lain juga kenapa anak-anak akhirnya bisa bertolak belakang. Yang kedua anak-anak remaja memang sedang memasuki usia di mana dia mulai berpikir sendiri, sebelumnya mereka berpikir melalui pikiran orang tua, apa yang dikatakan orang tua itulah yang dianggap paling benar. Pada usia remaja dia sudah mulai berpikir abstrak dan kritis dan mulailah dia mempertanyakan yang sudah digariskan orang tuanya, nah ini adalah suatu bagian yang normal, alamiah dalam pertumbuhan remaja. Dia mulai mempertanyakan, mulailah dia berdebat memang, mulailah dia seolah-olah tidak mau terima apa yang dikatakan orang tuanya, tapi sampai batas yang wajar ini adalah hal yang sehat karena dia benar-benar mulai mengepakkan sayapnya. Mulai mau berpikir sendiri, nah orang tua perlu menghadapinya dengan bijaksana, jangan menggempur dia, engkau mau mengkhianati kami, engkau mau membuang nilai-nilai iman kami, atau cara-cara hidup kami, engkau sekarang berubah, engkau sudah dirusak oleh teman-temanmu; jangan kita menggempurnya seperti itu. Lebih baik kita dengarkan kenapa dia mempertanyakan, kita harus menjawabnya selogis mungkin sebab jawaban yang pokoknya inilah yang saya maksud, saya minta itu sudah diterima oleh si anak. Jadi kita juga harus menjawab dengan logis dan kita juga memasuki jiwanya dengan berkata ya sayapun juga kadang kala misalnya mempertanyakan kenapa kok begini ya, kenapa kok begitu ya, kenapa misalnya kalau Tuhan mengasihi kita kok Tuhan membiarkan kita menderita, saya pun kadang-kadang tidak mengerti itu. Jadi kita pun harus mulai berani mengidentifikasi diri dengan mereka, sehingga mereka bisa melihat orang tua bukanlah seperti Hitler, seperti tirani yang memaksakan kehendaknya tapi bisa juga memahami pergumulan mereka, sebab memang dia akan mulai mempertanyakan. Sehingga kadang-kadang membuat orang tua merasa aduh yang saya ajarkan kok hilang.PG : Tapi sebetulnya, saya harus tekankan tidak hilang begitu saja dan jangan bosan, jangan sampai memberikan pantauan. Sebab di tengah-tengah kancah mereka kancah kehidupan remaja, suara kita etap harus bisa mereka dengar, jangan sampai kita tidak berdengung.
PG : Secara spesifik, selain dari memberitahukan bahwa mereka yang dikasihi, mereka adalah anak yang penting buat kita terus kemudian mereka adalah anak-anak yang bisa lebih baik lagi dengan meberikan pengarahan, kita mulai bisa memberitahukan kepada mereka bahwa mereka mempunyai kemampuan-kemampuan atau keunikan-keunikan tertentu.
Jadi di sinilah fungsi orang tua yaitu sebagai pemberitahu, sebagai pemberi tanggapan, sebagai cermin yang bisa memberitahukan anak inilah yang seharusnya kamu miliki dan inilah keadaanmu sekarang. Jadi kesanggupan apa, kebiasaan apa, keunikan apa, apa yang spesial tentang tubuhnya, tentang caranya dia bicara, tentang cara dia bergaul dengan orang, inilah anak-anak yang perlu ketahui. Sebagai contoh saya pernah berkata kepada salah satu anak saya, bahwa dia akan menjadi seorang guru yang baik, ini saya katakan pada beberapa tahun yang lalu, dia bertanya kenapa papa berkata demikian, saya bilang kamu orang yang sangat ramah, dan kamu orang yang senang menolong, nah seorang guru perlu mempunyai sikap ramah dan mau menolong, dia pasti disenangi muridnya. Kedua kamu adalah seorang anak yang kreatif kamu bisa menggambar dengan baik, itu adalah kemampuan yang dihargai oleh seorang anak-anak didik, mereka akan senang kalau gurunya itu bisa menggambar, bisa kreatif. Nah, yang saya lakukan adalah saya mulai menanamkan arah hidupnya, saya tidak tahu pasti dia akan menjadi apa nanti itu urusan Tuhan, tapi sebagai orang tua kita perlu mulai menanamkan secara spesifik arah hidupnya dengan membukakan kepada si anak, kemampuannya, keunikan yang khusus itu. Sehingga anak mulai melihat o.....ini nanti bisa menjadi guru, kadang-kadang waktu saya bicara dengan dia, dia berkata nanti saya mau jadi guru. Nantinya dia mau jadi guru atau tidak, itu sekali lagi di tangan Tuhan, yang paling penting dia mengerti bahwa hidupnya itu menuju pada suatu titik atau arah tertentu nah itu yang penting. Jangan sampai anak-anak kita itu tidak tahu tentang keunikan dirinya, sehingga juga hidupnya seperti layang-layang yang sudah putus.PG : Saya kira kita bisa mendeteksinya dengan cara berapa mudahnya dia terombang-ambing. Anak yang mudah terombang-ambing dan misalkan dia terombang-ambing oleh temannya bertahun-tahun itu sayakira memperlihatkan bahwa proses pembentukan jati dirinya memakan waktu yang lebih lama, tidak semua anak sama, ada yang lebih lamban, ada yang lebih cepat.
Ada yang lebih lamban, mungkin saja karena kecenderungannya memang untuk sedikit lebih nakal, lebih badung dan sebagainya. Sehingga membuat dia lebih banyak bergumul untuk menggabungkan masukan dari orang tua dan masukan dari teman-temannya.PG : Seharusnya tidak, seolah-olah karena biasanya yang menunjukkan problem atau perilaku bermasalah adalah anak-anak pria, tapi sebetulnya bisa dikatakan sama, semua orang tidak bisa sama tapisaya kira pria dan wanita sama.
PG : Dia akan mempertahankan kira-kira bagian dasar dari dirinya itu tapi dia akan terus memolesnya dan menambahkannya dengan masukan yang baru, yang tidak relevan lagi dia akan tinggalkan, kemdian dia masukkan lagi yang baru terus-menerus menjadi suatu proses yang dinamis.
PG :
PG : Kita bisa melakukannya dengan cara yang sederhana yaitu mulailah melihat kualitas si anak yang sederhana, yang simpel-simpel misalkan kesabarannya, ketekunannya, dari situlah kita mulai, kta berikan tanggapan kamu anak yang tekun, kamu anak yang rajin ya, saya tahu pasti kau anak yang rajin, anak yang tekun kebanyakan bisa mencapai banyak dalam hidupnya.
Nah, itu jati diri o....saya tekun ya, o....saya rajin ya jadi mulailah dengan hal-hal sederhana seperti itu namun sangat bermakna bagi pertumbuhan si anak.PG : Betul.
Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah mempersembahkan ke hadapan Anda sebuah perbincangan tentang Peranan Orang Tua di dalam Pembentukan Jati Diri Remajanya, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
PERTANYAAN KASET T 48 B
12. Perkembangan Remaja Putra Putri 1 |
|
Remaja adalah suatu dunia yang agak terpisah dari dunia dewasa dan dunia anak-anak. Dunia remaja adalah dunia tersendiri yang mempunyai kekhasannya. Di sinilah masa terjadinya perubahan secara fisik maupun secara hormonal, hal-hal unik lah yang terjadi pada masa remaja.
Yang disebut remaja adalah anak-anak yang berusia sekitar 11 hingga 20 tahun. Masa remaja adalah masa pertumbuhan, jadi anak-anak remaja ini belum mencapai bentuk akhir dari tubuhnya.
Bagi remaja pria, ada waktu-waktu tertentu suaranya akan berubah, itu bagian dari perubahan fisik yang khas bagi pria. Yang penting hal ini dirayakan, dalam pengertian dimengerti dan disambuti. Jangan sampai si anak pria ini menjadi malu karena dilolok-olok oleh orangtuanya, suaramu kok jadi begini sebentar kecil, sebentar keras, sebentar tinggi, sebentar rendah, sebentar seperti perempuan, kok tidak pecah seperti pria lainnya. Hal seperti ini sebaiknya jangan dipermasalahkan oleh orangtua.
Remaja putri pun juga mengalami suatu perubahan yang besar, ketika dia mengalami masa haidnya yang pertama. Perubahan yang paling utama dan yang pasti terjadi dalam diri remaja, baik yang putra atau putri adalah terjadi perubahan hormonal. Di mana mulailah diproduksi hormon-hormon pria pada diri si anak atau remaja pria. Misalnya hormon testosteron, akibat hormon ini remaja pria mengalami perubahan pada suaranya juga perubahan pada bentuk tubuh akan muncul bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tidak ada pada remaja putra. Tanda jelas lainnya adalah pada umumnya dengan adanya perubahan hormon tersebut si remaja putra mulai mengembangkan rasa ketertarikan kepada lawan jenisnya, yaitu wanita. Dan rasa ingin dikagumi serta disukai oleh wanita, ini adalah salah satu ciri yang dominan dalam perkembangan remaja putra. Sebenarnya ini merupakan suatu masa yang unik bagi manusia yang menginjak remaja putri dan remaja putra. Karena menurut teori dan memang kenyataannya kita lihat, secara fisik perempuan itu pada masa ini tingginya, ukuran badannya bisa jauh lebih tinggi duluan dari remaja putra.
Ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal siapa yang akan disukai. Remaja putri, cenderung menyukai remaja putra yang matang, lebih besar dan suaranya lebih berat serta pikirannya juga lebih matang, dia akan memiliki daya tarik yang kuat. Karena kebanyakan remaja putri menyenangi figur-figur pria yang seperti itu.
Yang mungkin menjadi masalah adalah tidak semua remaja pria itu bisa bertumbuh tinggi dan juga tidak semua remaja putri itu tubuhnya langsing-langsing. Di sini peranan orangtua cukup penting:
Pertama, mereka harus peka, bahwa hal-hal yang bersifat fisik itu sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa si remaja.
Kedua, yang kita tekankan kepadanya adalah bahwa yang akhirnya menjadi kunci keberhasilan dia diterima, bukanlah bentuk tubuhnya tapi isi hatinya.
Anak-anak remaja penting sekali mempunyai konsep diri yang benar dan konsep yang benar itu berasal dari pengenalan yang benar akan siapa Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang mendatangkan kita atau mendatangi kita dengan kebaikan-Nya. Tuhan yang mengasihi kita dan menciptakan kita. Jadi konsep diri itu jangan sampai berkisar dari firman Tuhan sehingga dikatakan aku bisa memberi jawab kepada orang yang mencela aku. Pada masa remaja saya kira banyak celaan-celaan terhadap diri sendiri, maka ia harus percaya pada yang Firman Tuhan katakan.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan juga Ibu Dr. Rahmiati Tanudjaya dan mereka adalah dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Dan juga banyak melayani konseling, bimbingan kepada para remaja. Dan kali ini kami akan berbincang-bincang tentang remaja, baik remaja putra maupun remaja putri. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Yang pertama adalah bahwa remaja itu adalah anak-anak yang berusia sekitar 11 hingga 20 tahun. Memang ada yang membagi remaja di usia sekitar 13 atau 14 tahun, tapi sebetulnya sejak anak-aak hingga memasuki usia remaja itu berlangsung kira-kira sampai usia 20 tahun.
PG : Pada dasarnya masa remaja adalah masa pertumbuhan, jadi anak-anak remaja ini belum mencapai bentuk akhir dari tubuhnya. Misalkan ada kecenderungan pada masa-masa pertumbuhan ini bentuk tubhnya itu tidak proporsional, di mana kadang-kadang kita melihat badannya sedikit lebih kurus dan kepalanya lebih besar, misalkan seperti itu.
Karena dengan adanya latihan atau olah raga dan sebagainya, bentuk tubuh remaja itu akan lebih disempurnakan, jadi kita mulai melihat produk akhir bentuk tubuh remaja itu di sekitar 20 tahun.RT : Saya pikir itu merupakan satu produk daripada budaya yang memang kalau dilihat kebanyakan budaya ini menghendaki seseorang itu bertubuh langsing. Saya pikir bukan hanya putri, putra juga. aya ingat saya mempunyai teman yang anaknya tadinya tidak terlalu perhatian tentang tubuh, tapi begitu mencapai remaja dia mulai melihat teman-temannya dan apa yang didengarnya mengenai budaya langsing ini, dia langsung hati-hati sekali dengan apa yang dia makan.
PG : Ya, saya kira tadi yang dikatakan Ibu Rahmiati betul, bahwa remaja itu sasaran atau target dari produk-produk yang ditawarkan dalam tayangan-tayangan televisi, kita akan melihat begitu banaknya produk-produk yang sebetulnya disasarkan untuk para remaja.
Dan kita melihat tipe-tipe orang atau remaja yang digunakan biasanya yang bertubuh atletis, yang tidak gemuk, yang langsing. Bahkan sekarang banyak sekali sinetron, hampir kita tidak pernah melihat bintang sinetron yang agak gemuk tidak pernah, apalagi yang masih muda-muda dan yang menjadi idola remaja umumnya yang pria bertubuh atletis, yang wanita bertubuh langsing.PG : Betul sekali, ini adalah bagian yang khas pria, saya kira wanita tidak terlalu mengalaminya. Wanita biasanya mempunyai suara yang memang khas wanita sejak masa kecil, memang akan terjadi prubahan dari suara kanak-kanak wanita kemudian suara remaja wanita dan akhirnya suara dewasa wanita.
Kalau pria akan terjadi perubahan yang sangat drastis, dari suara kanak-kanak yang kewanita-wanitaan akhirnya berubah menjadi lebih berat. Nah pada masa peralihan itu yang terjadi adalah suatu bentuk transisi di mana kadang-kadang waktu dia berbicara, suaranya tinggi tapi dalam waktu sekejab suaranya turun menjadi lebih rendah. Jadi hal-hal seperti itu biasanya dialami pada remaja pria usia sekitar 11 sampai 13 tahun.RT : Ya, saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Pak Paul, karena saya melihat dari segi teori, kalau berhubungan dengan suara biasanya laki-laki yang dibicarakan. Dan dari prakteknya ternyaa pengalaman dari melihat perempuan tidak mengalami perubahan seperti yang dialami oleh laki-laki.
RT : Waduh.... kalau itu saya tidak tahu.
PG : Saya sendiri kurang tahu Pak Gunawan, tapi memang yang berubah pada putri bukan jenis suaranya tapi memang warna suaranya.
PG : Pengaruh buah yang dimakan oleh Adam itu ya.
RT : Nanti kapan-kapan mesti memanggil dokter THT sebagai nara sumber.
PG : Dan yang penting hal-hal ini dirayakan, saya menggunakan istilah dirayakan dalam pengertian dimengerti dan disambuti. Jangan sampai si anak pria ini menjadi malu karena diolok-olok oleh orng tuanya, suaramu kok menjadi begini sebentar kecil, sebentar keras, sebentar tinggi, sebentar rendah, sebentar seperti perempuan, kok seperti perempuan, kok tidak pecah seperti orang-orang pria lainnya.
Nah saya kira hal-hal seperti ini tidak perlu dipermasalahkan oleh orang tua atau oleh adik atau kakaknya. Jadi sewaktu orang tua melihat kakaknya atau adiknya menertawakan dia karena suaranya mulai turun naik atau mulai pecah-pecah sebaiknya orang tua melarang dan orang tua mengatakan kepada mereka justru kita harus syukuri Tuhan memimpin anak kita ini sehingga dia melewati masa atau mulai memasuki remajanya, dan ini ditandai dengan perubahan suara. Jadi sebaiknya orang tua bersikap seperti itu menyambuti dan kalau misalkan si anak tidak pecah-pecah suaranya juga jangan dikritik. Jangan sampai orang tua terlalu khawatir kok anak saya suaranya masih seperti dulu, seperti kanak-kanak, sedangkan usianya sudah 13 tahun tidak apa-apa, sebab kita tahu tidak semua pria akan mengembangkan suara berat atau suara bas. Ada pria yang tetap suaranya tenor dan sangat tinggi, jadi sambutlah suara anak kita apa adanya.RT : Berhubung masa datangnya haid yang pertama ini beragam pada putri ya, tidak sama pada setiap putri, itu juga tidak bisa dipakai sebagai penentuan, saya melihat kadang masih kanak-kanak tap sudah mengalami haid.
PG : Betul, biasanya suara itu dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur meskipun tidak senantiasa. Karena adanya anak-anak yang sudah mencapai usia 11 tahun, 12 tahun suaranya tetap kanak-anak dan belum pecah.
Tentang haid saya setuju dengan Ibu Atik bahwa sekarang ini susah sekali digunakan sebagai tolok ukur. Pada mungkin 20 tahun yang lalu anak-anak remaja putri biasa mengalami masa haid pertamanya sekitar usia 11 hingga 12 tahun. Tapi sekarang biasanya anak-anak remaja mulai mengalami haid pertama pada usia 9 tahun.PG : Yang paling utama adalah terjadi perubahan yang kita sebut hormonal, jadi mulailah diproduksi hormon-hormon pria pada diri si anak atau si remaja pria ini. Misalkan hormon-hormon yang kitatahu adalah testosteron, jadi akibatnya perubahan hormon inilah yang membawa perubahan juga pada suaranya dan juga pada bentuk tubuhnya dan akan memunculkan bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tidak ada pada si remaja putra ini.
PG : Yang jelas adalah pada umumnya pada masa remaja ini, karena adanya perubahan hormon tersebut si remaja putra mulai mengembangkan rasa ketertarikan kepada lawan jenisnya, yaitu wanita. Dan asa ingin dikagumi serta disukai oleh wanita, nah ini adalah salah satu ciri yang dominan dalam perkembangan remaja putra.
Seolah-olah dulu wanita itu tidak begitu menjadi pusat perhatiannya, namun tiba-tiba sekarang pada masa remaja si anak wanita menjadi begitu penting bagi si anak pria dan mulai menjadi pusat perhatiannya. Dan si pria itu akan mulai berulah di hadapan si wanita untuk mendapatkan perhatian si wanita. Dan yang kita juga harus ketahui kesukaan wanita atau ketertarikan pada si remaja putra itu sebetulnya berperan besar dalam pengembangan jati diri si pria itu. Rasa kepercayaan dirinya kalau dia adalah seorang pria yang ok! Yang bisa menarik hati remaja putri. Sedangkan pria yang pada masa remajanya merasa tidak pernah mengalami hal itu, anak putri tidak tertarik kepadanya, sering kali mengalami keragu-raguan tentang dirinya. Jadi kalau sampai masa remaja itu dilewati tanpa rasa ketertarikan dari putri terhadap dirinya, ada kecenderungan dia akan mempertanyakan akan keyakinan dirinya, apakah saya seseorang yang ok! Atau tidak. Jadi dalam pergaulan dengan lawan jenis kalau dia mendapatkan sinyal-sinyal bahwa si wanita tertarik kepadanya itu biasanya berpengaruh positif pada pengembangan dirinya.RT : Ini sebenarnya, sungguh ini merupakan suatu masa yang unik bagi remaja putri atau bagi manusia yang menginjak remaja putri dan remaja putra. Karena menurut teori dan memang kenyataannya kia lihat ya, secara fisik perempuan itu pada masa ini tingginya, ukuran badannya bisa jauh lebih tinggi duluan dari laki-laki, dari remaja putra.
Sehingga akhirnya mengakibatkan si remaja putri ini tentu akan mencari idealnya yang lebih tinggi dari dirinya, jadi mau tidak mau dia akan mencari yang lebih tua. Karena kalau teman-teman sebayanya kelihatannya masih kecil-kecil, jadi dia melihat ke atas akhirnya teman-temannya ini yang juga butuh perhatian dari teman-teman putrinya, jadi remaja putra yang butuh remaja putri sepertinya betul-betul tersaingi oleh kakak-kakaknya, jadi mereka biasanya remaja-remaja putri ini kalau lmelihat ihat bisa lihat yang sudah mahasiswa, kelihatannya sudah lebih mapan dan kemudian lebih bisa jadi idola daripada kelihatan teman-temannya kok masih kecil-kecil secara fisik.PG : Ya karena biasanya pada masa-masa SMP itu tidak tertarik pada yang SD, sebab yang SD khususnya yang putri ini belum berkembang. Jadi benar-benar kita belum bisa tertarik pada mereka, karen mereka masih kanak-kanak.
Tapi dugaan saya waktu si remaja putra sudah menginjak usia 16, 17 tahun dia bisa tertarik pada remaja putri yang berusia 14 atau 15 tahun. Karena pada saat itu si remaja putri sudah berkembang sebagai seorang wanita, jadi sudah kelihatan bentuknya. Nah kita harus sadari bahwa remaja putra atau putri pada umumnya mudah sekali tertarik pada yang nampak, yang bersifat fisik. Itulah sebabnya pada SMP dia susah tertarik pada yang masih SD, karena yang SD itu memang masih kanak-kanak. Tentang yang tadi Pak Gunawan tanyakan memang rupanya ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal siapa yang akan disukai. Yang tadi disinggung oleh Bu Atik memang betul, remaja putri cenderung menyukai remaja putra yang matang, lebih besar dan suaranya lebih berat misalnya serta pikirannya juga bisa lebih matang, dia akan memiliki daya tarik yang kuat. Karena kebanyakan remaja putri menyenangi figur-figur pria yang seperti itu, tapi kebalikannya tidak sama Pak Gunawan, ternyata remaja putri yang matang lebih dulu lebih cenderung mendapatkan kesulitan dalam pergaulannya. Maksudnya misalkan dia mulai mengembangkan bagian-bagian tubuh diatasnya yaitu payudaranya dan sebagainya. Nah pada saat misalnya dia baru berumur sekitar 10 tahun tapi sudah mengembangkan bagian tubuh seperti itu dan tampak sekali dia itu seperti wanita, nah dia akan mengalami kesulitan. Karena di hadapan teman-teman sebayanya dia cenderung menjadi obyek ledekan karena tubuhnya yang sudah matang itu. Dan untuk bermain, remaja putri seusianya dia merasa agak canggung, karena yang lain usia 9, 10 tahun masih seperti kanak-kanak sedangkan dia nampaknya kok seperti gadis, jadi dia merasa canggung. Dia akhirnya cenderung mau bergaul dengan yang lebih tua darinya itu misalnya 4, 3 tahun di atasnya. Nah kalau dia sendiri belum mantap, belum mempunyai kematangan dan bergaul dengan yang lebih tua bisa dipengaruhi secara negatif. Jadi memang tidak sama, kebalikannya memang juga ini kita harus ketahui, kalau pria misalkan matangnya lebih dini dari yang kita katakan dia mempunyai banyak keuntungan menjadi daya tarik yang khusus bagi para wanita. Bagaimana kebalikannya kalau justru dia itu matangnya terlambat, jadi badannya kecil suaranya seperti suara kanak-kanak, teman-teman pria sebayanya sudah berbentuk seperti pria nah inilah masalah bagi si remaja putra. Karena dia justru akan menjadi ledekan teman-teman prianya atau bahkan teman-teman wanitanya yang akan meledek dia, kok tubuhnya kecil, kok suaranya seperti suara wanita. Jadi memang yang lebih dulu atau yang lebih belakang memang kita perlu perhatikan, sebab kadang-kadang mempunyai dampak yang berbeda bagi perkembangan jiwanya.RT : Mungkin juga ya, jadi jawabannya bisa ya dan tidak dalam arti kalau memang dia dari latar belakang kehidupan yang memang membutuhkan figur-figur yang seperti itu bisa juga oleh karena hal tu maka dia mencari.
Tapi kalau secara umum dia sendiri sudah cukup mendapatkan figur-figur yang seperti itu, tapi secara normal seorang remaja putri saya pikir dia tentu saja ingin seperti tadi. Sekarang kalau suatu produk yang ditawarkan di budaya itu memberikan suatu idola atau suatu panutan seorang laki-laki yang hebat. Ini remaja 'kan masih mencari suatu yang ideal, yang istilahnya bisa menjadi suatu idola dia, nah sekarang kalau laki-laki terus yang namanya idola adalah laki-laki yang kemudian tubuhnya atletis, tinggi, lalu tidak punya sifat kekanak-kanakan, seperti remaja putra yang belum berkembang, akhirnya dia mengikuti, istilahnya arus daripada trend ini.RT : Betul, karena dia ingin dianggap sama dan dia ingin mendapatkan pengakuan ya dari yang menganggap bahwa dia mempunyai pacar yang keren.
PG : Orangtua harus pertama-tama peka, bahwa hal-hal yang bersifat fisik itu sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa si remaja. Mungkin sekali si remaja tidak membicarakannya, tapi kalau orag tua melihat bahwa anaknya tidak sama dengan anak-anak lain dalam hal perkembangan tubuhnya.
Nah hal ini perlu diperhatikan, baik yang matang lebih pagi atau pun yang matang terlambat, dua-duanya perlu mendapat perhatian dari orang tua. Nah anak-anak jarang sekali mengambil inisiatif untuk berbicara pada orang tuanya dan membeberkan keluh kesahnya tentang tubuh mereka ini; nah di sinilah orang tua perlu peka dan mulai berbicara kepada si anak. Bahwa kami mengerti engkau mempunyai pergumulan seperti ini dan kami mau menekankan bahwa ini tidak apa-apa. Dulu saya pernah mengalami hal yang sama untuk hal yang mungkin berbeda, tapi kebanyakan anak-anak remaja memiliki karagu-raguan terhadap bagian-bagian tertentu dari tubuhnya, itu hal yang sangat normal sekali. Dan yang kedua kita tekankan kepadanya adalah bahwa yang akhirnya menjadi kunci keberhasilan dia diterima bukanlah bentuk tubuhnya tapi isi hatinya. Sebab kita bisa contohkan kepada dia seindah-indahnya tubuh seseorang kalau mempunyai hati yang sangat hitam tidak akan diterima oleh lingkungannya, malah akan dijauhi. Tapi seseorang yang berbentuk tubuh yang tidak terlalu menarik tapi mempunyai hati yang sangat indah, akhirnya dia justru menjadi orang yang ingin didekati oleh teman-temannya. Nah hal-hal seperti ini kita sering kali harus munculkan dalam percakapan dengan anak-anak remaja.RT : Seperti tadi yang sudah diulas oleh Pak Paul, saya juga akan mengajak mereka untuk melihat pertama pengakuan siapa yang jauh lebih penting di dalam kehidupan ini, kita semua butuh pengakuan. Tapi pengakuan siapa yang terpenting dan kemudian kita arahkan juga tentang perbedaan antara pengakuan yang didasarkan pada suatu dasar yang benar dengan pengakuan yang palsu. Jadi kalau dia katakan, tapi teman-teman juga penting, nah sekarang kita jelaskan kepada dia perbedaan antara teman yang baik dan teman yang tidak baik. Kalau teman yang baik tentu akan menghargai dia apa adanya, tapi kalau teman hanya menghargai dia secara fisik saja, berarti dia teman semacam itu jadi berdasarkan penilaian kita bisa tahu orang ini orang yang seperti apa. Jadi kita ajak dia bahwa di mata Tuhan dia dinilai karena dia adalah gambar Allah. Nah sebagai gambar Allah, nilai Allah itu ada pada citra Allah itu sendiri, jadi bukan karena fisiknya, karena apa yang dia pakai itu sangat berpengaruh pada remaja mengenai pakaian.
RT : Tergantung, ada yang saya dengar secara umum itu kepada ayah, perempuan senang bicara pada ayahnya, tapi saya lihat ada juga yang putri kepada ibunya. Jadi begini pengalaman saya ada yang ibicarakan dengan ayah, ada yang dibicarakan dengan Ibu.
RT : Ya tergantung topiknya.
PG : Betul sekali, ada anak-anak yang memang menyenangi, membicarakan hal tertentu dengan ibunya dan hal-hal yang lain dengan ayahnya. Itu dengan catatan hubungan dia dengan ayah dan ibu relati baik, kalau misalkan tidak, ya bisa juga anak-anak wanita itu lebih cenderung berbicara dengan ibunya karena faktor ayahnya lebih absen di rumah.
Jadi yang tersedia yang ada di rumah adalah ibu, dengan sendirinya dia akan berbicara dengan ibunya.RT : Kalau dia tahu ayahnya akan kurang menyetujui ya lewat ibunya, supaya ibunya yang berbicara kepada ayahnya.
PG : Remaja putra mulai memiliki ketakutan karena dia mulai merasa bahwa ada hal-hal tentang dirinya yang tidak dia mengerti, tidak semua tentang dirinya dia pahami. Jadi sangat umum sekali pad masa remaja ini anak-anak remaja putra mengalami kebingungan-kebingungan, yang sebetulnya dia ingin sekali mendapatkan jawabannya dari orang dewasa, tapi takut.
Takut nanti dicela, takut nanti dikatai apa atau apa, jadi akhirnya mereka membicarakannya di kalangan teman-teman. Nah ketakutan apa yang biasanya mereka alami, ketakutan misalnya apakah mereka itu nanti bisa menghidupi keluarganya, nah hal-hal ini mulai muncul di benak para remaja pria meskipun sebelumnya itu tidak pernah dipikirkan, nah pada masa remaja tiba-tiba pikiran ini bisa muncul. Atau mulai membicarakan tentang nanti engkau mau menjadi apa, apa cita-citamu, nah tiba-tiba anak remaja ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa ada masa depan. Pada masa kanak-kanak, anak-anak itu cenderung belum mengerti konsep masa depan atau masa yang akan datang, anak-anak kecil mulai bisa melihat adanya masa sekarang dan masa lalu. Meskipun juga masa lalu itu kurang begitu segar dalam ingatannya, tapi pada masa remaja anak-anak ini mulai mengembangkan kemampuan untuk melihat yang namanya masa depan. Nah waktu melihat masa depan dan mulai membicarakan tentang mau menjadi apa dan sebagainya, si anak yang belum mengerti mau menjadi apa biasanya mulai mengembangkan kecemasan-kecemasan. Nanti saya menjadi apa ya, saya bisanya apa ya, kemampuan saya di mana ya, nah hal-hal itu adalah bagian-bagian hidup para remaja. Selain itu mereka juga merasa aneh dengan dirinya karena emosi mereka yang turun naik Pak Gunawan, jadi adakalanya mereka ingin bisa menyendiri, tidak mau dengan teman-teman, adakalanya mereka butuh sekali berbicara dengan teman-teman. Nah mereka mulai bisa mengintrospeksi, melihat diri mereka dengan jelas. Sebetulnya kemampuan melihat diri itu sudah mulai berkembang sekitar usia 9 tahun. Tapi memasuki usia remaja mereka lebih mampu melihat diri dan pada waktu melihat diri mereka mulai bingung kok saya seperti ini, kok tidak konsisten, dulu begini, sekarang kok begini. Nah semua itu adalah bagian perkembangan dan gejolak remaja.RT : Itu tadi waktu saya dengar Pak Paul bicara, saya juga berpikir apakah ketakutannya itu sama, kalau kita melihat jarak dari usia remaja yakni 11 sampai 20 tahun, saya pikir kalau bisa dibag mungkin remaja yang usia lanjut yang mulai berpikir ke sana.
Jadi pada akhir-akhir masa remajanya itu maka remaja putri pun mulai berpikir. Namun saya pikir bobotnya karena kembali soal budaya tadi, pria tekanannya lebih besar dari perempuan. Bukan saya tidak menghargai soal persamaan derajat perempuan dan laki-laki, tapi tuntutan daripada masyarakat, laki-laki yang harus bekerja, kalau perempuan tidak juga tidak apa-apa. Jadi saya pikir tekanannya itu lebih berat kepada laki-laki, jadi si perempuan itu jadi bebas. Jadi biasa kalau pertandingan itu tidak ada beban mental.
PG : Saya akan bacakan dari
PERTANYAAN KASET T 56 A
13. Perkembangan Remaja Putra Putri 2 |
|
Lanjutan dari T56A
Ada beberapa hal yang terjadi pada remaja:
Yang pertama adalah perubahan-perubahan fisik. Secara fisik dia akan mengembangkan tubuhnya dan akan memakan waktu kira-kira dari usia 11 tahun hingga 20 tahun hingga akhirnya dia mencapai bentuk akhir atau bentuk final tubuhnya.
Juga akan ada perubahan hormonal, akan ada hormon-hormon seksual yang diproduksi oleh tubuhnya, sehingga dia mulai sekarang mengembangkan ketertarikan kepada lawan jenis.
Orang tua sering kali mengalami kebingungan menghadapinya, maka yang harus dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi remaja mereka adalah mengajak anak remaja itu tetap berkomunikasi dengan dia. Dengan catatan komunikasi ini sudah mulai berjalan dengan baik sejak anak-anak. Jadi jalinan kepercayaan bahwa orang tua bisa menyimpan rahasia, jalinan kepercayaan bahwa orang tua bisa memahami saya, jalinan kepercayaan bahwa orang tua akan menerima saya tanpa harus mencela-cela saya. Itu sudah harus terbentuk pada masa kanak-kanak, sehingga sewaktu si anak memasuki usia remaja dia hanya perlu meneruskan yang sudah dibina pada masa kanak-kanaknya. Kalau baru dimulai pada usia remaja saya kira kurang begitu efektif.
Untuk menghadapi remaja putri yang suka menyendiri kalau sedang bermasalah, orang tua perlu memberi waktu kepada remaja itu. Kalau kelihatannya emosinya sudah mulai reda atau dia sudah dalam suasana yang akan mau berbicara bisa kemudian ditanya, tapi jangan dipaksa untuk berbicara. Karena kadang ada suatu rasa daripada remaja putri di mana dia tidak mau 'privacy' nya diganggu. Di sini orang tua juga perlu belajar untuk menghargai 'privacy' dari si anak. Kuncinya ialah orang tua perlu menghargai interest daripada anak. Semua perkembangan itu juga bisa mempengaruhi kerohaniannya, bergantung apakah remaja ini siap atau tidak menghadapi tekanan-tekanan ini. Maka kalau orang tuanya lalai, remaja ini bisa dipersiapkan di gereja. Misalnya pendidikan seks yang juga diadakan di gereja, sehingga paling tidak kemudian si remaja ini siap dan bisa menilai dari sudut pandang Firman Tuhan. Dengan kata lain dia mendapatkan suatu pengertian yang benar. Remaja penting sekali mengetahui konsep diri yang benar.
Ada beberapa ketakutan remaja pria yang harus disadari oleh orang tua:
Remaja putra takut sekali ditolak.
Kedua, remaja putra itu takut sekali dihina.
Dihina ini bisa muncul dari beberapa sumber. Adakalanya remaja putra takut dihina, karena misalkan dia dianggap seperti banci, jadi pria itu takut dikatakan kamu seperti wanita, kamu banci. Artinya dia tidak bisa melakukan sesuatu yang diharapkan oleh teman-temannya, nah remaja putra itu peka dengan perkataan engkau tidak bisa, engkau tidak sanggup, engkau itu banci. Baginya itu merupakan suatu penghinaan yang besar sekali.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dan juga Ibu Dr. Rahmiati Tanudjaya dan mereka adalah dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Dan juga banyak melayani konseling, bimbingan kepada para remaja. Dan kali ini kami akan melanjutkan perbincangan kita tentang remaja, baik remaja putra maupun remaja putri. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Saya kira remaja adalah suatu dunia yang agak terpisah dari dunia dewasa dan dunia anak-anak, dengan kata lain dunia remaja adalah dunia tersendiri yang mempunyai kekhasannya. Nah orang tu kadang kala mengalami kesulitan mengerti si anak remaja ini, karena tiba-tiba komunikasi antara orang tua dan anak mulai terputus sehingga pengenalan si orang tua akan apa yang dilakukan oleh si anak remaja makin terbatas.
Ada beberapa hal yang terjadi pada remaja, yang pertama adalah perubahan-perubahan fisik. Nah secara fisik dia akan mengembangkan tubuhnya tapi ini akan memakan waktu yang panjang, kira-kira dari usia 11 tahun hingga 20 tahun, hingga akhirnya dia mencapai bentuk akhir atau bentuk final dari tubuhnya itu. Juga akan ada perubahan hormonal, akan ada hormon-hormon seksual yang diproduksi oleh tubuhnya, sehingga dia mulai sekarang mengembangkan ketertarikan kepada lawan jenis. Nah oleh karena adanya ketertarikan tersebut, dan tahu bahwa diapun menjadi obyek ketertarikan dari lawan jenisnya, perilakunya pun mulai terpengaruh. Dia akan mulai melakukan hal-hal tertentu agar diperhatikan oleh lawan jenisnya dan sebagainya, jadi hal-hal ini adalah hal-hal yang unik sekali pada masa remaja.PG : Saya kira salah satu yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah mengajak anak remaja itu tetap berkomunikasi dengan dia. Dengan catatan komunikasi ini sudah mulai berjalan, dan berjalan denan baik sejak anak-anak, kalau baru dimulai pada masa remaja, pada umumnya tidak berhasil.
Jadi jalinan kepercayaan bahwa orang tua bisa menyimpan rahasia, jalinan kepercayaan bahwa orang tua bisa memahami saya, jalinan kepercayaan bahwa orang tua akan menerima saya tanpa harus mencela-cela saya. Nah itu sudah harus terbentuk pada masa kanak-kanak, sehingga sewaktu si anak memasuki usia remaja dia hanya perlu meneruskan yang sudah dibina pada masa kanak-kanaknya. Kalau baru dimulai pada usia remaja saya kira kurang begitu efektif.PG : Menjauhnya mereka dari kita sebetulnya bukanlah sesuatu yang keliru atau yang salah, justru adalah sesuatu yang seharusnya. Jadi anak-anak remaja itu mulai mengembangkan hidup terpisah dar orang tua, dalam konteks itulah si anak remaja akan mulai menyimpan rahasia-rahasia tertentu, mulai tidak membicarakan hal-hal yang dialaminya, mulai menutupi sesuatu yang menimpa dirinya.
Karena apa, karena dia merasa ini adalah yang terjadi pada hidupku, jadi konsep hidupku mulai berkembang pada usia remaja. Pada masa kanak-kanak konsep yang dikenal adalah hidup kita, hidup antara si orang tua dan si anak-anak secara bersamaan. Nah waktu dia mengembangkan konsep hidupku inilah, si anak remaja mulai memisahkan dirinya dari orang tua dan kecenderungannya adalah memang menjauhkan diri dari orang tua.RT : Ya saya pikir itu secara umum berlaku pada remaja baik putra maupun putri, karena ada satu saat bukan anak kecil lagi. Jadi ada saat di mana saya ingin dihargai sebagai manusia yang mandir, tidak ingin lagi bergantung istilahnya "bergantung" ya waktu masih remaja kepada orangtua, jadi itu yang terjadi memang.
RT : Biasanya, kalau tadinya orang tuanya pergi ke mana kita diajak selalu ikut, tidak diajak malah nangis begitu ya, nah sekarang diajak tidak mau, dipaksa-paksa pun tidak mau ikut. Dia bilangah...
saya mau di rumah saja, saya ingin baca buku saja sendiri, saya ingin dengar radio saja, melihat TV saja.PG : Waktu anak-anak remaja menyendiri atau tidak mau ikut dengan orang tuanya, memang di satu pihak kita bisa melihat itu adalah wujud keinginannya terpisah dari orang tua. Namun di pihak lainorang tua juga jangan terlalu cepat menginterpretasi bahwa si anak ini tidak suka dengan mereka, si anak ini kok sekarang mulai melawan mereka, belum tentu.
Sebab yang terjadi biasanya adalah si anak akan melihat ke mana orang tua akan pergi. Pada masa kanak-kanak si anak belum bisa membayangkan atau memproyeksi sesuatu yang belum terjadi dengan jelas. Tapi pada masa remaja kemampuan berpikir anak sudah abstrak, sehingga dia mulai bisa memproyeksi o....mau ke rumah si paman itu, di sana ada anak siapa ya, tidak ada atau ada anak, anak kecil wah....saya tidak bisa main dengan dia, mainannya apa ya, o....mainannya mainan anak-anak kecil, mainan anak-anak remaja ada tidak, tidak ada. Atau mau pergi ke sana, di sana ada apa ya, o....adanya hanya kolam renang, setelah itu ya sudah tidak ada apa-apa lagi. Nah si anak mulai mengembangkan kemampuan memproyeksikan dirinya ke masa depan, ke hal-hal yang akan dilakukan bersama dengan orang tuanya. Dan otomatis dia akan merasa tidak ada yang menarik, buat apa saya ke sana, dengan siapa saya berbicara, nah kitapun juga begitu, nah inilah skill atau keterampilan yang kita miliki sekarang, tapi sebetulnya kita mulai kembangkan pada masa remaja. Jadi tidak selalu anak remaja itu menolak pergi dengan orang tua, karena tidak suka pergi dengan orang tuanya, belum tentu, kemungkinan sekali dia senang pergi dengan orang tua, tapi tidak senang pergi ke tujuan tersebut. Kalau orang tua berkata, dulu kamu senang pergi, ya dulu waktu masih kanak-kanak dia masih bermain ayunan misalnya tapi sekarang tidak lagi. Kalau orang tua berkata 'kan ada si itu, umurnya sama kamu hampir sama, hampir sebaya, kamu bisa bicara, si anak mulai berpikir memproyeksikan ke depan lagi o....anak itu kuper, saya tidak bisa berbicara dengan dia, mau apa saya pergi. Nah orang tua kadang-kadang tidak mengerti dan di sini perlu komunikasi, apa yang membuat engkau tidak mau pergi ke sana, tolong beritahu. Nah si anak remaja juga berkewajiban untuk memberikan penjelasan kepada orang tua sehingga orang tua tidak salah paham.RT : Kembali bergantung pada si remaja putrinya ya, tidak bisa dipukul rata. Ada remaja putri yang tersinggung, langsung berbicara, tapi ada tipe yang seperti itu, terus masuk kamar menyendiri.Nah kalau yang begitu, dari si orang tua yang pada saat yang tepat perlu aktif, tapi kalau remaja putrinya yang terbuka, tidak ada masalah.
RT : Saya pikir pada saat-saat seperti itu, kita perlu memberi waktu kepada remaja putri itu sehingga kalau kelihatannya emosinya sudah mulai mereda atau bagaimana, dia kelihatannya sudah ada dlam suasana yang akan berbicara, tapi jangan dipaksa untuk berbicara.
Karena kadang ada suatu rasa daripada remaja putri juga atau remaja itu di mana dia tidak mau "privacynya" diganggu. Karena ada hal-hal tertentu yang sedang berkecamuk di mana dia tidak mau orang tuanya tahu. Jadi saya pikir di sini orang tua juga perlu belajar juga untuk menghargai "privacy" daripada si anak, sama juga dengan tadi hubungannya dengan anak yang tidak mau pergi dengan orang tuanya. Saya pikir kuncinya orang tua juga perlu menghargai interest daripada anak. Kadang orang tua suka mengakatan kamu pokoknya harus begitu ya, padahal kita juga akan memilih dan memutuskan kalau mau pergi ke mana dan saya pikir kita juga perlu menghargai interest dari si anak.PG : Saya kira tidak semua remaja, tapi ada kecenderungan pada masa remaja si anak remaja akan lebih peka daripada biasanya. Pekanya remaja itu sebetulnya bukannya berarti bahwa perasaannya itumenjadi lain, tapi kepekaannya lebih berkaitan dengan kesadaran dia akan penilaian orang terhadap dirinya.
Pada masa kanak-kanak mereka acuh saja, lari ke sana pakai baju compang-camping, kotor tidak merasa apa-apa karena kurang begitu menyadari penilaian orang terhadapnya. Namun pada masa remaja dia mulai sangat menyadari apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, nah pada masa remaja yang terjadi adalah bukan saja si remaja menyadari apa yang dipikirkan orang terhadapnya, dia terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Sesuatu terjadi temannya tidak mengajak dia pergi misalnya, tapi mengajak teman yang lainnya, dia sudah merasa ditolak, dikhianati dan sebagainya, tanpa perlu mencari tahu kok sampai temannya tidak mengajak dia. Jadi kepekaan perasaan remaja itu lebih bersumber dari kesadaran yang terlalu berlebihan, akan penilaian orang terhadap dirinya. Nah orang tua kadang kala di sini perlu mengerti, kalau kurang mengerti juga bisa menjadi masalah. Kadang kala orang tua yang kurang mengerti akan berkata, jangan pusingkan orang lain, apa yang mereka pikirkan tidak usah kau dengarkan. Nah masalahnya adalah tidak semudah itu, karena justru pada masa usia remaja mereka sangat butuh tahu bahwa mereka itu ok! Di mata teman-temannya. Dan waktu mereka merasakan bahwa teman-temannya tidak memandang mereka ok! Itu sangat menggoncangkan mereka. Itu sebabnya perasaan-perasaan remaja bisa turun naik dengan cepat. Yang lainnya lagi yang membuat kepekaan itu bertambah ialah remaja merasa bahwa mereka itu unik, dan tidak bisa dimengerti oleh orang dewasa, nah ini perasaan remaja, hanya merasa bisa dimengerti oleh teman-teman sebayanya. Oleh karena itulah sewaktu orang tua mengeluarkan komentar atau guru mengeluarkan komentar yang dirasakan menyakiti hatinya, wah.....si remaja bisa sangat tersinggung luar biasa. Padahal komentarnya tidak terlalu menyakitkan hati atau apa, tapi dianggap sudah melecehkan dia, tidak menghargai dia dan sebagainya. Sebab memang sudah ada frase posisi itu, sudah ada konsep bahwa orang dewasa tidak mengertinya, jadi kalau tidak mengerti jangan berbicara apa-apa. Nah sudah tidak mengerti, berbicara apa-apa hal ini akan memicu kemarahan dia, pasalnya dia langsung melawan orang tuanya, melabrak orang tuanya, menganggap engkau tak mengerti tapi engkau sekarang berkata-kata seperti ini. Maka sering kali terjadi pertengkaran antara orang tua dan anak remaja di sini.RT : Nah itu juga bisa mempengaruhi kerohaniannya, bergantung apakah remaja ini siap atau tidak menghadapi tekanan-tekanan ini. Makanya kalau istilahnya remaja ini bisa dipersiapkan misalnya pedidikan seks yang juga diadakan di gereja kalau orang tuanya lalai, sehingga paling tidak si remaja ini siap dari sudut pandang firman Tuhan.
Dengan kata lain dia mendapatkan suatu pengertian yang benar seperti yang tadi Pak Paul katakan, remaja ini penting sekali mengetahui konsep diri yang benar. Nah konsep diri yang benar ini sekarang kita dapatkan dari mana, kalau akhirnya kemudian kita abaikan. Saya melihat kecenderungan sekarang misalnya, orang tua lebih prihatin kalau remajanya dapat matematika 5, nilai merah, mereka langsung sibuk mencari guru les, untuk supaya angka ini naik. Tapi apakah mereka juga seprihatin itu, sekuatir itu kalau anaknya kemudian salah mengerti tentang Alkitab, tidak apa-apalah kamu tidak tahu Alkitab ya tidak apa-apalah, asal matematika kamu 10 begitu 'kan. Nah sering akhirnya karena perhatian yang seperti ini dan kemudian dari segi kerohanian dia tidak dibina atau kemudian memberikan satu modal konsep diri yang jelas dari sudut terang firman Tuhan, nah akhirnya yang sering saya lihat terjadi, remaja-remaja yang konsultasi atau orang tua-orang tua yang konsultasi kepada saya menjadi terlambat, karena memang si remaja ini tidak dipersiapkan oleh orang tuanya, oleh gereja untuk mengerti tentang siapa dirinya, dari sudut pandang firman Tuhan dan apa pengertian pengakuan yang benar dari sudut pandang firman Tuhan. Jadi saya pikir sebaiknya itu dipersiapkan, jadi pada waktu anak ini meningkat atau harus menghadapi hal yang seperti itu sudah siap. Yang sudah siap pun tidak mudah, apalagi yang nggak siap.PG : Pertama adalah orang tua perlu mengerti perkembangan remaja secara rohani, begini ada kecenderungan pada masa remaja anak-anak itu mulai menunjukkan perubahan minat. Dulunya disuruh ke seklah minggu datang, ayo saja, tapi tiba-tiba memasuki usia remaja si anak ini mulai menunjukkan sedikit sekali minat terhadap hal-hal rohani.
Misalkan disuruh berdoa enggan, disuruh baca Alkitab tidak mau, jadi ada kecenderungan pada masa remaja memang anak-anak ini berubah, tidak seperti dulu rajin ke sekolah minggu, sekarang disuruh ke persekutuan remaja dia malas. Kita harus mengerti mengapa ini penting sekali, sebab kita tidak bisa menggeneralisasi, menyimpulkan bahwa penyebabnya anak kita sekarang ini murtad, belum tentu. Jadi kekurangan minat ini bisa dipicu oleh beberapa penyebab, pertama adakalanya bagi anak remaja konsep tentang Tuhan menjadi sesuatu yang asing. Sebelumnya karena dia percaya pada omongan orang tua, dia hanya melaksanakan apa yang dia percayai oleh orang tuanya, dia hanya meneruskan apa yang diyakini oleh mereka. Tapi pada usia remaja kemampuan berpikir abstraknya sudah berkembang si anak remaja mulai mempertanyakan apakah benar ada Tuhan misalnya seperti itu. Kenapa saya harus percaya kepada Tuhan, bagaimana Tuhan menolong saya, saya tidak melihat dia menolong saya, atau kami sudah berdoa kok orang ini atau anak ini tidak disembuhkan, katanya Tuhan menyembuhkan seperti yang dikatakan di Alkitab, kenapa tidak terjadi? Jadi pada masa ini anak-anak remaja mulai bertanya dan tindakan orang tua adalah mengertinya bukan memadamkan semangat si anak. Kadang kala orang tua langsung memarahi si anak, kamu ini kurang beriman, kamu jangan bicara seperti itu kepada Tuhan dan sebagainya, tidak, justru orang tua harus bergumul bersama dengan si anak. Ya...ya...mama juga tidak mengerti, kenapa Tuhan tidak menyembuhkan seperti yang kita doakan, nah kita terus bisa berkata, memang ternyata Tuhan tidak menyembuhkan semua orang, sebagian Tuhan sembuhkan, sebagian tidak Tuhan sembuhkan. Nah kalau kamu tanya kenapa kok tidak, sedangkan anak itu anak yang baik, akhirnya Tuhan kok membiarkan, misalnya sampai meninggal dunia, tidak tahu. Dan jangan kita menjawab karena Tuhan sayang kepada dia maka Tuhan ambil dia pulang ke Surga, si anak remaja akan berpikir wah.....Tuhan ini kalau Dia sayang Dia akan cabut nyawanya. Jadi menimbulkan konsep yang tambah keliru, nah lebih baik kita memberikan jawaban yang apa adanya sesuai dengan taraf pemikirannya. Bahwa kita pun tidak mempunyai jawaban terhadap hal ini, tapi yang kita tahu adalah kita sampaikan, Tuhan mendengar doa kita ini yang dikatakan dalam firman-Nya di Alkitab. Tuhan juga akan menjawab kita sesuai dengan kehendak-Nya dan pada waktu-Nya, nah kapan itu waktu-Nya sering kali juga kita tidak tahu. Nah jadi saya pikir pengertian kita sampaikan dan jawaban-jawaban yang jujur tanpa embel-embel, kita ini seolah-olah mempunyai jawaban semuanya, itu kita perlu sampaikan kepada si anak, sehingga dia akhirnya mengerti ini adalah bagian pertumbuhan iman, bagian pergumulan hidup sebagai seseorang yang percaya pada Tuhan Yesus.RT : Saya setuju tadi yang dikatakan oleh Pak Paul, jadi kita mengangkat tema-tema yang memang menjadi interest mereka pada waktu itu. Yang saya pernah lakukan justru saya meminta mereka, jadi aya membuat suatu pertanyaan buat mereka apa yang menjadi unek-unek atau yang ada dipikiran mereka tentang apa yang mereka percaya selama ini, Kekristenan dan Tuhan Yesus.
Sehingga dari apa yang mereka tanyakan itu yang menjadi kebingungan lalu kita angkat tema-tema itu sehingga mereka sungguh menantikan, karena itu ditanyakan mereka coba kaitkan dengan pelajaran di sekolah juga sekarang sudah dipelajari banyak hal, entah mereka juga diajarkan teori evolusi, sehingga pada waktu itu diangkat, mereka menjadi tertarik. Mereka ingin tahu menurut firman Tuhan bagaimana ini dengan teori ini, menurut firman Tuhan bagaimana dengan yang disebut "bank theory" ini yaitu seperti itu. Jadi ada baiknya kalau pengurus daripada remaja ini sungguh mencoba menggali apa yang menjadi interest daripada remaja dan apa trendnya sekarang sehingga acara-acara, dibuatlah acara-acara yang tidak bertentangan dengan firman Tuhan, tapi bisa dijadikan suatu sarana 'kan itu ada cara-cara yang sifatnya tidak mutlak, memang harus begitu mengikuti pola tertentu dan itu bisa menarik remaja untuk datang, karena itu sesuai dengan trend yang ada.RT : Yang selama ini dalam pengalaman pelayanan saya yaitu mereka sekarang sudah mulai belajar misalnya matematika segala macam lalu mereka mulai ingin membandingkan antara apa yang dikatakan d Alkitab dengan ilmu pengetahuan.
Jadi mereka ingin melihat keabsahan Alkitab, apalagi mereka sekarang sudah anak SMA, sudah masuk ke laboratorium, mereka bisa kemudian membuat percobaan-percobaan, mereka lalu ingin melihat bagaimana dengan Alkitab. Dan juga tema seperti apakah Allah ada, bagaimana Allah ada, bagaimana Alkitab ini bisa kita percaya dan sebagainya.RT : Betul, dan satu hal yang ingin saya tambahkan, hal-hal yang mereka hadapi dalam realita kehidupan, bukankah dalam setiap zaman ada arusnya yang berbeda, trendnya berbeda, itu harus dimengeti oleh pengurus remaja dan itu perlu diangkat karena mereka perlu menghadapinya.
Seperti sekarang ini kasus narkoba, nah itu perlu diangkat hal yang seperti itu.PG : Terutama remaja pria Pak Gunawan, jadi ada beberapa ketakutan remaja pria yang harus disadari oleh orang tua. Pertama saya kira mungkin ini wanita juga sama, Ibu Atik bisa memberikan inforasi, remaja putra itu takut sekali ditolak.
Kedua remaja putra itu takut sekali dihina, nah dihina ini bisa muncul dari beberapa sumber. Adakalanya remaja putra takut dihina, karena misalkan dia dianggap seperti banci, jadi pria itu takut dikatakan kamu seperti wanita, kamu banci. Artinya apa dia tidak bisa melakukan sesuatu yang diharapkan oleh teman-temannya, nah remaja putra itu peka dengan perkataan engkau tidak bisa, engkau tidak sanggup, engkau itu banci, nah itu suatu penghinaan yang besar sekali. Jadi saya tekankan remaja pria itu mempunyai dua ketakutan besar tersebut, takut ditolak oleh teman-temannya dan takut dihina. Nah supaya tidak ditolak dan supaya tidak dihina, akhirnya dia akan melakukan hal-hal yang dia tahu salah, yang dia tahu orang tua melarangnya. Tapi dia akan mencoba melakukannya supaya mendapatkan penerimaan dan penghargaan, tidak dihina oleh teman-temannya termasuk memakai obat-obat terlarang tadi. Sebab sekarang yang menjadi trend obat-obat tersebut, seolah-olah kalau tidak memakai obat itu tidak jantan, seolah-olah kalau dia tidak memakai obat itu dia menjadi orang yang tidak lagi berani. Nah pria atau remaja pria kadang-kadang terjebak, tergoda oleh tantangan seperti ini dan untuk membuktikan dirinya akhirnya dia memakai. Nah hal ini perlu kita bahas di rumah, jangan atau tidak cukup orang tua hanya berkata engkau tidak boleh memakai ini, orang tua harus menjelaskan kenapa tidak boleh pakai. Sama dengan hal-hal rohani yang tadi Pak Gunawan sudah diskusikan dengan Ibu Atik, saya kira sebetulnya tidak terlalu susah orang tua menjalankan tugas sebagai pembimbing rohani bagi anak-anak. Orang tua sendiri harus mempertanyakan dirinya dan kerohaniannya, harus menerapkannya sedetail mungkin. Misalkan gampang orang tua berkata percaya pada Tuhan, artinya apa percaya itu, nah bagikan pergumulan dia, waktu dia misalkan mencari pekerjaan dan sebagainya. Nah hal-hal itulah yang perlu dikomunikasikan sehingga anak mengerti artinya apa itu percaya.
PG : Saya akan bacakan dari
PERTANYAAN KASET T 56 B
14. Pembentukan Jati Diri |
|
Ini adalah proses pembentukan diri remaja, suatu proses yang alamiah, yang seharusnya terjadi dan itu baik. Secara natural remaja mulai banyak mempertanyakan keputusan yang kita yakini dan itu adalah untuk membangun dirinya dengan melewati fase tertentu baik fase pembedaan maupun fase perbandingan.
Biasanya kita menggolongkan remaja pada usia sekitar 11-12 tahun hingga 20 tahun, ada yang menyebut usia 11-12 sebagai pra remaja, ada yang sudah memasukkan sebagai kategori remaja.
Ciri remaja:
Berbeda dengan anak-anak, dalam pegertian kemampuan berpikirnya jauh lebih abstrak dibandingkan pada masa kanak-kanak yang sangat konkret.
Berteman juga merupakan ciri yang khas pasa masa remaja, di mana sebelumnya remaja menggantungkan konsep dirinya pada anggapan yang diberikan orang tua sedangkan pada masa remaja sangat menggantungnya konsep dirinya pada penilaian yang diberikan oleh teman-temannya. Sehingga kita melihat pada masa remaja mereka lebih mementingkan teman daripada orangtua.
Dalam pembentukan jati dirinya, remaja harus melalui sekurang-kurangnya dua fase:
Dalam menghadapi remaja melalui proses yang berat seperti itu, orang tua harus berperan dengan bijaksana.
Kita harus memahami apa yang sedang dilewati oleh remaja. Misalkan remaja mulai memberontak, jangan lekas-lekas kita mau menggilasnya, melarangnya, makin mengencangkan genggaman kita pada dia, itu makin merusakkan si remaja. Makin membuat si remaja itu tertekan dan ciut. Jadi orang tua harus menerima fakta bahwa remaja akan mulai melawan mereka, mempertanyakan, memberontak dan kalau kita bisa sesuaikan justru merupakan hal yang sehat bagi si remaja, menjadikan dia sebagai seorang yang dewasa.
Bimbingan rohani harus kita berikan pada mereka. Yang penting adalah anak-anak remaja perlu tahu bahwa dia bertanggung jawab langsung kepada Tuhan.
Masa remaja masa yang bisa berpotensi menimbulkan kecemasan karena remaja mulai memikirkan masa depan, mulai memikirkan hal-hal yang biasanya mereka yakini. Ditandai dengan banyak pergumulan, pergolakan, kecemasan, pertanyaan, dan kekhawatiran. Kita bisa menegaskan terus-menerus kepada anak remaja, bahwa tugas utamanya adalah mencari kerajaan Tuhan dan kebenarannya, maka semua yang mereka khawatirkan, pikirkan nanti akan Tuhan atur dan akan Tuhan jawab. Jadi penting sekali bagi orang tua membimbing anak remaja untuk mulai menyerahkan hidupnya kepada Tuhan di mana kecemasan dan kekhawatiran adalah bagian dari hidup ini.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang pembentukan jati diri. Kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Biasanya kita menggolongkan remaja pada usia sekitar 11-12 tahun hingga 20 tahun, ada yang menyebut usia 11-12 sebagai pra remaja dan ada yang sudah memasukkannya sebagai kategori remaja.
PG : Secara fisik remaja memang dibedakan dari anak-anak yaitu kita bisa melihat dari pertumbuhan yang cukup pesat pada usia-usia sekitar 11-12 tahun, terus sampai usia sekitar 18 hingga 20 tahn.
Jadi pada usia sebelumnya tidak melihat perbedaan yang terlalu mencolok namun tatkala memasuki usia sekitar 11-12, tiba-tiba kita melihat anak kita seperti menggelembung, makin membesar dengan begitu cepat, itulah salah satu ciri fisiknya. Dari pertumbuhan yang pesat itu remaja dibedakan dari anak-anak dalam pengertian, kemampuan berpikirnya jauh lebih abstrak dibandingkan pada masa kanak-kanak yang sangat konkret. Pada masa ini anak-anak remaja mampu untuk melihat ke depan, membayangkan apa yang terjadi di masa yang akan datang. Mulai bisa bercita-cita, kalau anak kecil memang bisa bicara atau berkata saya mau jadi dokter, menjadi insinyur namun sebetulnya belum mempunyai gambaran yang begitu pasti atau jelas tentang yang dikatakannya itu. Berbeda dengan anak-anak remaja pada usia belasan tahun, waktu dia berkata saya akan menjadi apa atau apa, dia sudah mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang apa yang diinginkannya pada masa depan. Selain itu masa remaja diidentikkan dengan masa mempertanyakan nilai-nilai kepercayaannya, nilai-nilai moralnya, mempertanyakan yang sudah diwariskan kepadanya, kenapa harus seperti ini, kenapa bukan seperti itu, nah itu adalah bagian kehidupan remaja yang relatif wajar. Berteman juga merupakan ciri yang khas pada masa remaja di mana sebelumnya remaja menggantungkan konsep dirinya pada anggapan yang diberikan orang tua, sedangkan pada masa remaja anak-anak sangat menggantungkan konsep dirinya pada penilaian yang diberikan oleh teman-temannya. Sehingga kita melihat pada masa remaja mereka lebih mementingkan teman daripada orang tua. Ada banyak hal lain yang saya kira bisa kita ungkap tentang masa remaja, Pak Gunawan.PG : Apa yang Pak Gunawan katakan memang tepat sekali, pada masa remaja orang tua memasuki suatu fase yang sangat berbeda dari fase sebelumnya. Jadi memang pernikahan itu dibagi dalam fase-fase fase sebelum mempunyai anak, fase tatkala anak berusia balita hingga 12 tahun, dan fase berikutnya adalah pada waktu anak-anak berusia remaja.
Fase anak-anak berusia remaja merupakan fase yang sangat menantang bagi orang tua, karena orang tua akan menerima tantangan dari remaja, mereka akan mempertanyakan kenapa saya tidak boleh pergi. Pada usia sebelumnya, anak-anak kecil tidak akan bertanya seperti itu, kenapa saya harus di rumah, kenapa saya tidak boleh ke rumah si ini dan sebagainya. Orang tua yang tidak terbiasa dengan sikap remaja akan mempertanyakan apa yang mereka telah putuskan, biasanya bereaksi dengan cukup keras ya, bisa-bisa remaja itu ditekan supaya tidak mempunyai suara atau kalau sudah kehilangan akal ada orang tua yang akhirnya lepas tangan, membiarkan anak remaja berbuat semaunya. Nah, kita tahu kedua sikap yang ekstrim itu tidak tepat, Pak Gunawan. Jadi penting sekali agar orang tua mampu berdiri di tengah, mengatur agar remaja itu mulai bisa mengembangkan sayap, belajar mandiri, atau otonom di pihak lain tapi tetap tunduk pada instruksi atau permintaan orang tuanya.PG : Saya kira demikian Pak Gunawan, jadi orang tua maupun remaja tiba-tiba merasakan bahwa mereka tidak siap untuk hidup dengan satu sama lain. Tiba-tiba baik anak maupun orang tua merasakan bhwa di pihak yang satu, maksudnya di pihak yang lainnya mereka merasa tidak dimengerti.
Jadi anak-anak remaja merasakan orang tua tidak mengerti diri mereka dan tidak mau mengerti tentang mereka. Saya pernah membaca satu buku yang ditulis kalau tidak salah oleh Jay Cassler menekankan bahwa remaja mempunyai satu keluhan utama. Dan keluhan itu, keluhan utama remaja namun di pihak lain saya sekarang sebagai orang tua anak remaja bisa berkata bahwa kita-kita pun sebagai orang tua tidak merasa dimengerti oleh anak remaja kita.PG : Sebetulnya semua itu adalah proses pembentukan dirinya, Pak Gunawan dan itu justru adalah suatu proses yang alamiah, yang seharusnya terjadi dan yang baik. Justru kalau tidak terjadi, sebeulnya itu bukanlah gejala yang kita harapkan.
Jadi pada masa ini remaja secara natural akan mulai banyak mempertanyakan, mempertanyakan keputusan yang kita yakini, dan itu adalah untuk membangun dirinya juga.PG : Untuk membentuk jati diri remaja, remaja itu harus melalui sekurang-kurangnya dua fase, Pak Gunawan. Fase yang pertama saya sebut fase pembedaan. Pembedaan artinya remaja mulai melihat dirnya berbeda, tidak mau dilihat terlalu sama dengan orang tua.
Misalkan dulu orang tuanya meminta dia berpakaian pakaian-pakaian yang tertentu ya, dia akan memakainya dan menurut kata-kata orang tuanya. Pada usia remaja dia mulai menolak, dia akan berkata kuno, bukan modelnya, ibu tidak mengerti zaman dan sebagainya. Dengan perkataan lain, anak remaja mulai ingin dibedakan dari orang tua, nah ini sekaligus adalah hal yang positif bukan hal yang negatif. Karena memang dia mulai mengepakkan sayap keluar dari sarang, jadi salah satu caranya untuk lepas dari naungan orang tua adalah tampil beda dari orang tuanya. Selain dari membedakan diri dengan orang tua, remaja juga mencoba membedakan diri dengan teman-temannya. Di sini ada dua hal yang terjadi sekaligus, di satu pihak remaja ingin seperti teman-temannya, jadi pada umumnya dia ingin seperti teman-temannya tidak mau terlihat terlalu berbeda, namun untuk hal-hal tertentu dia sesungguhnya ingin tampil beda dari teman-temannya. Jadi misalkan seorang anak remaja yang tinggi badannya, hampir sama dengan rekan-rekan seusianya mungkin misalnya waktu bergaul dengan teman-teman putrinya dia akan tampil lebih diam padahal dia bukan orang yang terlalu diam. Tapi waktu dia lihat teman-temannya ramai di depan teman-teman putri dia sengaja untuk diam, dia tidak mau terlalu ramai seperti teman-temannya atau hal-hal yang lainnya kecil-kecil seperti itu yang dia bisa lakukan. Pada intinya adalah dia ingin dilihat berbeda, nah ini terutama dia ingin dilihat berbeda di hadapan teman-teman putri sebab menjadi oknum atau faktor yang penting dalam pembentukan jati dirinya pada saat-saat seperti ini.PG : Dia sudah melewatinya, jadi pada usia remaja anak-anak itu sudah tahu bahwa dia itu berbeda dengan lawan jenisnya. Perbedaan lawan jenis itu biasanya disadari pada usia sekitar 4, 5 tahun.
PG : Nah ini juga sama, jadi lain dari orang tua yang berkaitan dengan keluarga adalah hal yang harus dia bedakan. Dia tidak begitu suka kalau ibunya atau ayahnya memberikan baju yang sama, kecali anak kembar yang mungkin tidak ada pilihan lain.
Tapi kalau tidak anak kembar, orang tua memberikan baju yang sama, sepatu yang sama, pada umumnya anak remaja tidak terlalu suka, karena sekali lagi dia mau dibedakan. Jadi dengan perkataan lain, dia melihat dirinya itu istimewa atau melihat dirinya itu unik. Nah pembentukan jati diri harus dilandasi dengan fondasi yang pertama yaitu fondasi keunikannya, keistimewaannya yang lain dari keistimewaan yang lain-lainnya. Saya bisa berikan contoh dari anak-anak saya sendiri Pak Gunawan, saya mempunyai 3 anak. Kadang-kadang dalam percakapan kami berkata kepada satu anak, kamu ini mempunyai kemampuan misalnya saya sebut apa dan ini kemampuan yang baik sekali. Nah hampir dapat dipastikan saudaranya akan langsung bertanya, "kalau saya apa", "kalau saya apa". Dan kalau misalkan kami berkata: "o... sama, engkau juga mempunyai kemampuan yang sama" saya bisa melihat wajah yang kecewa, sebab yang mereka harapkan adalah sesuatu yang berbeda.PG : Fase berikutnya adalah fase perbandingan, nah setelah remaja itu melewati fase pembedaan bahwa dia itu berbeda dari orang lain dan disitulah dimulai proses pembentukan jati dirinya untuk mmasuki fase perbandingan.
Perbandingan maksudnya dia menyoroti dirinya dari segi persamaannya dengan orang lain, sebab akhirnya dia menyadari bahwa tidak terlalu banyak hal yang membedakan dari orang lain. Mayoritas yang akan dia temukan justru persamaan, ini baru disadari oleh remaja pada fase berikutnya. Dia melihat dia bisa bermain gitar, temannya bisa bermain gitar, dia bisa berenang, temannya bisa berenang, jadi pada masa-masa berikutnya justru dia menemukan kesamaan-kesamaan antara dia dan temannya. Namun dalam hal kesamaan ini, dia juga mulai membandingkan kualitas kemampuannya. Kualitas artinya berapa baiknya atau berapa buruknya. Misalkan sama-sama suka matematika, nah dia mulai mengukur siapa yang lebih tinggi angka matematikanya. Berenang, dia mengukur siapa yang berenang lebih cepat dan sebagainya, nanti misalnya sudah umur 17, 18 tahun mulai menyukai lawan jenisnya baik pria maupun wanita misalnya. Mulai jugalah terjadi persaingan di sini, siapa yang disukai oleh si gadis atau si pria tersebut, dia mencoba untuk bersaing karena dia menemukan bahwa dia menyukai orang yang sama dengan temannya. Di sini remaja tidak bisa tidak harus membandingkan dirinya, namun dalam hal yang sama dan dari segi kualitasnya, Pak Gunawan.PG : Sebetulnya itu adalah fase membandingkan, Pak Gunawan, jadi dia ingin menjadi seperti orang lain yang dia anggap mempunyai kesamaan dengan dia. Misalnya waktu dia memilih penyanyi, dia memlih penyanyi yang kebetulan menyanyikan lagu-lagu yang dia gemari, jadi tipe lagunya memang yang dia gemari, dia akan mencoba untuk menjadi seperti dia, pada usia-usia remaja hal ini adalah hal yang wajar.
Namun kalau si remaja akhirnya tidak bisa menerima bahwa dia itu kurang, dibandingkan temannya misalnya tadi tentang matematika bahwa temannya lebih tinggi daripada dia, dia bisa mengalami goncangan di sini. Yang ideal atau yang sehat adalah si remaja berhasil menerima keterbatasannya bahwa "ya saya dengan dia sama-sama menyenangi matematika tapi dia lebih baik, kami sama-sama tinggi tapi dia lebih tampan daripada saya, kami sama-sama naik motor tapi motornya lebih bagus daripada motor saya." Nah hal-hal seperti itu harus menjadi pergumulan remaja sebab awalnya dia ingin tetap istimewa. Ini adalah bawaan dari fase sebelumnya itu fase beda, fase istimewa saya ini unik. Lama-kelamaan dia mulai melihat dia tidak terlalu unik, jadinya banyak sama dengan orang-orang lain. Dalam kesamaan itu dia sebetulnya tetap ingin menonjol, tetap ingin istimewa, nah dengan cara mengukur diri, mudah-mudahan kualitasnya atau kemampuannya lebih baik daripada temannya. Kalau tidak berhasil mencapainya maka dia harus mengakuinya, ini yang sehat, belajar menerima keterbatasannya. Jadi dengan perkataan lain, Pak Gunawan, fase pertama kalau berhasil dilewati dia berhasil membedakan dirinya, mengakui keunikannya, dia akan bisa menemukan siapa dia berdasarkan keistimewaan atau keunikannya. Namun harus disertai dengan fase berikutnya yakni dia bisa mengakui keterbatasannya atau kekurangannya dan mampu menerima dirinya meskipun dia melihat kekurangan pada dirinya itu. Keduanya ini menjadi suatu keseimbangan, Pak Gunawan, keseimbangan yang akan membuat dirinya itu diri yang utuh. Jadi memang harus ada keseimbangan antara keduanya, nah inilah jati diri yang sehat, Pak Gunawan.PG : Peran yang pertama adalah dia harus memahami, ini yang sedang dilewati oleh remaja. Jadi misalkan remaja mulai memberontak, jangan tergesa-gesa kita mau menggilasnya, melarangnya, makin megencangkan genggaman kita pada dia, saya kira itu makin merusak si remaja.
Makin membuat si remaja itu tertekan, mengkerut kalau dia tidak bisa melawan dan dia akan mencari-cari kesempatan di luar pengetahuan orang tua atau kalau dia merasa kuat dan memang dia berkarakter lebih keras dia lawan, berontak sehingga hari lepas hari akan diisi dengan pertengkaran, itu juga tidak sehat. Jadi orang tua harus menerima fakta bahwa remaja akan mulai melawan mereka, mempertanyakan, memberontak dan kalau kita bisa sesuaikan justru merupakan hal yang sehat bagi si remaja, menjadikan dia sebagai seseorang yang dewasa.PG : Saya kira perasaan hilang kontrol akan kita alami sebab tiba-tiba dia tidak lagi kasat mata, dulu ke mana-mana kita yang pegang tangannya, kita yang antar, sekarang dia pergi sendiri, tibatiba dia pulang.
Berjam-jam dia tidak hadir di depan mata kita dan itu memang mencemaskan dan kita mulai merasakan ada yang terhilang di sini. Kita seolah-olah tidak bisa lagi menjaga atau mengontrolnya, tapi seharusnyalah memang begitu, Pak Gunawan. Jadi yang penting adalah perbedaan antara sebelum remaja dan sesudah memasuki fase remaja, orang tua lebih menuntut pertanggungjawaban. Artinya lebih diberikan kebebasan kepada remaja melalui prosesnya, kita tidak perlu terlalu mencampuri langkah demi langkah proses itu. Kita lebih meminta dia memberikan tanggung jawabnya, misalnya dia ingin pergi dengan teman-temannya, nah kita perlu tahu dengan teman-temannya yang mana, itu baik buat kita. Jadi jangan sampai remaja pergi dan hanya berkata dengan teman, o... tidak, teman punya nama, teman punya orang tua, teman juga punya rumah, kita ingin tahu itu semuanya. Tapi setelah itu dan kita tahu dia mau pergi ke mana ya sudah, kemungkinan besar dia akan mengatakan pergi ke tempat misalnya nonton film. Tapi kebanyakan remaja tidak hanya mengunjungi bioskop, dalam perjalanan dan setelah pulang dari bioskop mungkin akan ada 3,4 tempat lain yang akan mereka kunjungi. Kita tidak perlu terlalu mencari-cari informasi tempat-tempat apa itu, misalkan kita tahu anak-anak kita memang bergaul dengan anak-anak yang baik dan kita bisa mencari tahu dengan lebih santai di waktu yang lain. Waktu dia pulang kita tidak perlu menginterogasi dari mana saja, ke mana saja, sudah pasti kebanyakan remaja akan pergi ke rumah teman-temannya, ke rumah si A, ke rumah si B, baru nanti nonton. Dari nonton pergi makan dulu atau minum dulu atau apa baru akhirnya pulang ke rumah. Jadi tuntutlah pertanggungjawaban, dia mengatakan akan pulang jam 12.00 kita minta dia pulang jam 12.00, apabila dia lalai kita perlu menegurnya. Tapi untuk detailnya kita lebih berikan dia kebebasan, sekali-sekali dalam pembicaraan kita bisa menanyakan "Kamu ke mana saja kalau pergi?" "O.....kami kadang-kadang ke rumah si A, rumah si B", Baik, asal kita tahu jalurnya sudah benar kita tidak perlu terlalu mencampuri detail-detailnya.PG : Yang penting adalah anak-anak remaja perlu tahu bahwa dia bertanggung jawab langsung kepada Tuhan. Dan konsep ini kita tanamkan sebelum dia menginjak usia remaja, artinya dia bertanggung jwab bukan saja kepada orang tua tapi kepada Bapanya yang di surga.
Bahwa ada hal-hal yang dia akan lakukan yang sebetulnya melanggar peraturan kita, tapi kita memang tidak bisa mengetahuinya dengan pasti, namun ada Allah Bapa yang mengawasinya. Hal itu perlu diingat oleh anak remaja dan perlu ditanamkan dari kecil, bahwa ada Tuhan yang mengawasi mereka dan mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada Tuhan.PG : Kalau tidak bisa menjawab, kita bisa berkata, "Boleh tidak nanti Mama atau Papa mencari jawabannya dulu". Kami akan belajar atau bertanya pada hamba Tuhan, atau kita ajak dia bersama-sama ertanya kepada seorang hamba Tuhan atau seorang majelis yang lebih mengerti tentang firman Tuhan, nah itu bisa kita jadikan proyek bersama.
Atau kita bisa katakan terus terang memang saya tidak bisa katakan dengan apa adanya kepada dia. Ketakutan kita salah satunya adalah anak kita akan meninggalkan iman kepercayaan kita, kita sangat mengkhawatirkan itu, tapi saya kira yang paling penting dari kecil kita tanamkan, kita tanamkan terus-menerus bibit firman Tuhan dalam hidupnya. Waktu sudah remaja kita bimbing dia, kalau dia memang mulai goyah atau apa ingat baik-baik jangan sampai kita datang kepadanya dengan palu dan godam, kemudian kita menghantamnya supaya dia jera, takut dan tidak berani meninggalkan iman kita, saya kira caranya bukan begitu. Biarkan dia bergumul, biarkan dia bertanya tapi selalu tegaskan bahwa Tuhan mengasihi dia, bahwa Tuhan telah mati untuk dosanya dan Tuhan tidak akan meninggalkan dia. Jadi itu yang kita tekankan pada dia, dengan cinta kasih kita berikan pada dia.PG : Betul, jadi dalam tanya jawab dengan remaja, sewaktu dia mempertanyakan tentang iman kepercayaan yang lain. Saya kira penting bagi kita memberikan sikap yang positif, artinya tidak baik kia ini menjelek-jelekkan iman kepercayaan yang lain.
Sebab apapun yang kita katakan kalau kita menjelek-jelekkan iman kepercayaan yang lain, anak-anak kita atau remaja-remaja di rumah kita akan bisa berkata, "Engkau memiliki kasih Tuhan tetapi engkau menjelekkan orang seperti itu". Jadi kita benar-benar tidak akan mencerminkan firman Tuhan yang meminta kita mengasihi orang, hati-hati dalam hal seperti ini. Jadi sikap yang positif saya kira penting untuk kita berikan kepada anak-anak remaja kita.PG : Memang masanya dan silakan jawab serasional mungkin, seobjektif mungkin. Saya bisa maklum karena kadang mungkin kita juga bisa tertantang untuk tidak sabar dan sedikit jengkel karena kadan-kadang mereka memojokkan kita, sengaja membuat kita marah atau apa, yang secara natural mungkin kita marah-marah lagi.
Tapi sebisanya kita tidak berdebat, kita hanya paparkan dan kalau memang selesai, ya selesai. Kita tidak tahu, ya tidak tahu, sehingga si remaja akhirnya melihat yang paling penting adalah contoh kehidupan arang tuanya. Bahwa orang tuanya bukan saja membicarakan tentang Tuhan, tapi orang tuanya mempunyai Tuhan dalam hidupnya. Nah ini yang akan berbicara sangat keras, sangat-sangat efektif ke dalam kehidupan seorang remaja.
PG : Saya akan membacakan dari
GS : Jadi demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi, kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang pembentukan jati diri remaja. Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
15. Masalah-Masalah yang Dihadapi Remaja dalam Pembentukan Jati Dirinya |
|
Yang menjadi salah satu penyebab kegagalan bagi seorang remaja memenuhi proses pembentukan jati dirinya adalah keminderan baik secara fisik dan terlebih keminderan dalam setiap aspek kehidupannya.
Kata kunci: membangun diri remaja Membangun diri remaja bukanlah dimulai pada saat anak itu menginjak remaja, membangun diri remaja dimulai jauh lebih dini pada masa anak-anak itu kecil. Waktu dia mulai menyadari kebisaannya, kemampuannya, kekhususannya, itu menjadi fondasi, menjadi informasi yang dia akan gunakan membentuk jati dirinya bahwa dia mempunyai keistimewaan.
Seandainya remaja itu gagal menerima keterbatasan dirinya atau kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya, dan dia tidak mengakui itu sebagai suatu kekurangan. Ada dua reaksi yang akan muncul:
Keminderan itu ada dua jenis:
Namun saya kira, kita perlu juga melihat perlakuan negatif yang kadang kala dilakukan baik oleh orang tua maupun oleh guru:
Lukas 12 : 42 "Jadi siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana, yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya. Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang."
Penekanan di sini adalah hamba yang melakukan tugasnya itu. Kita sebagai orang tua juga dituntut untuk tetap setia kepada Tuhan dalam melakukan tugas kita. Tugas kita nomor satu adalah mendidik anak-anak di rumah, jangan sampai Tuhan datang dan waktu Tuhan menanyakan tentang anak-anak kita kaget. Kita kaget karena anak-anak kita tahu-tahu sudah begitu jauh dari Tuhan dan mempunyai nilai-nilai hidup yang berkebalikan dari yang Tuhan berikan kepada kita.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari LBKK (Lembaga Bina Keluarga Kristen), telah siap menemani Anda dalam sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang masalah-masalah yang dihadapi remaja dalam pembentukan jati dirinya. Bagian ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami beberapa waktu yang lalu, tentang pembentukan jati diri remaja. Dan kami percaya acara ini akan sangat bermanfaat bagi kita semua, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Ada 2 fase yang harus dilewati oleh remaja untuk membangun jati dirinya. Yang pertama adalah fase pembedaan. Dalam fase pembedaan ini dia melihat dirinya berbeda baik dari orang tua, kkak adiknya maupun dari teman-temannya.
Nah kalau dia berhasil melihat bahwa dirinya itu berbeda dan ada hal-hal yang membedakan antara dia dengan orang lain, maka mulailah terbentuk rasa keunikan bahwa dengan adanya dia merupakan sesuatu yang khusus atau istimewa. Setelah itu dia akan memasuki fase berikutnya yaitu fase perbandingan, perlahan-lahan dia menyadari bahwa ternyata dia dan orang lain lebih banyak kesamaannya daripada perbedaannya. Dalam hal kesamaan itulah dia juga membandingkan dirinya untuk mengetahui siapa yang lebih baik. Misalkan dia suka matematika dan temannya juga suka matematika, nah dia mulai akan bersaing siapa yang lebih tinggi angkanya. Kalau dia menemukan bahwa dirinya tidak sebaik temannya, sudah tentu akan merasa sedikit kecewa atau apa tapi itu adalah hal yang wajar dan seharusnya, karena pada fase ini tugas utama remaja adalah menerima keterbatasannya. Jadi kalau yang pertama dia melihat keunikannya, yang kedua adalah dia perlu juga menyadari dan menerima keterbatasan atau kekurangannya. Kedua hal ini menjadi suatu keseimbangan yang membuat jati dirinya itu lengkap, utuh dan tidak berat sebelah.PG : Betul Pak Gunawan, jadi kalau remaja itu berhasil dia akan keluar dari fase ini sehingga mempunyai jati diri yang sehat dan kuat. Kalau dia gagal akan ada problem. Misalkan kalau dia gaal melewati fase yang pertama yaitu fase pembedaan, dia tidak melihat dirinya istimewa, dia tidak melihat dirinya itu memiliki keunikan, dia merasakan dirinya tidak mempunyai apa-apa yang bisa sedikit menyenangkan atau dia banggakan.
Nah apa hasilnya tatkala anak remaja sampai pada kesimpulan seperti ini, tidak bisa tidak dia akan merasa dirinya minder, tidak punya apa-apa, tidak ada yang bisa dia banggakan atau tidak ada yang bernilai. Tindakan apa yang dia akan lakukan, karena orang tidak bisa hidup dalam kekosongan dan merasa diri itu jelek. Biasanya dia akan mengadopsi diri yang lain, dia hanya akan menelan bulat-bulat dari temannya, idolanya, pemimpin kelompoknya atau dia menjadi suatu anggota kelompok. Dia akan menjadikan jati diri kelompoknya, "trade mark" kelompoknya seolah-olah seperti dia. Maka sering kali kita bicara bahwa anak-anak yang lemah, yang jati dirinya tidak kuat mudah sekali dipengaruhi oleh anak-anak yang lain, dan itu memang betul. Karena diri yang belum terbentuk belum melihat keunikan atau keistimewaannya, sering kali mencari diri yang lain untuk diadopsinya yang dijadikan penggantinya, sehingga akhirnya dia tetap merasa punya diri, punya keistimewaan. Meskipun sebetulnya bukan dia yang istimewa, namun diri idola itulah atau kelompoknyalah yang dianggap istimewa, tetapi semuanya itu seolah-olah dia transfusikan kepada dirinya sehingga dia tetap merasa istimewa juga.PG : Itu sangat baik sekali, Pak Gunawan dan seyogyanya hal ini sudah diberikan orang tua jauh hari sebelumnya. Jadi kalau baru diberitahukan setelah anak itu berusia 15 tahun sudah terlamba sebetulnya, karena sudah terlanjur dia merasa dirinya kosong dan untuk mengisinya susah.
Jadi memang membangun diri remaja bukanlah dimulai pada saat anak itu menginjak remaja. Membangun diri remaja dimulai jauh lebih dini yaitu pada masa anak-anak itu kecil. Waktu dia mulai menyadari kebisaannya, kemampuannya, kekhususannya, nah itu menjadi fondasi, menjadi informasi yang dia akan gunakan untuk membentuk jati dirinya bahwa dia mempunyai keistimewaan itu. Bagaimana kalau kita terlambat, kita baru menyadarinya sekarang tapi anak kita sudah terlanjur tidak mempunyai diri, ikut-ikutan teman sehingga benar-benar teman-temannya itu seperti Tuhannya. Apa yang dikatakan teman selalu diikuti, temannya pakai apa ya dia ikut, atau kelompoknya seperti apa, dia harus seperti apa. Apa yang harus kita lakukan? Kalau dia mulai terlibat dalam hal-hal yang membahayakan jiwanya atau merusakkan dirinya, misalnya terlibat dalam narkoba, saya kira kita harus dengan tangan yang keras memisahkan dia dari kelompoknya. Tidak ada pilihan lain kalau memang anak kita sudah mulai terjerumus ke dalam hal-hal yang sangat destruktif. Tapi kalau kita lihat memang belum sejauh itu, saya kira pendekatan yang lebih baik bukanlah pendekatan yang langsung, yang keras tapi pendekatan yang lebih lembut, yang lebih mau membuat dia bersahabat dengan kita. Sering bicara, ajak dia pergi, berbicara dari hati ke hati dan dari situ kita mulai membuka jalur komunikasi untuk menyampaikan kepadanya tentang kekhususannya, keistimewaannya dan kita adalah orang yang benar-benar menghargai kekhususannya itu. Dan kita mau dia menyadari dan mengetahui bahwa dia adalah orang yang memiliki keistimewaan tersebut. Saya pikir itu caranya, jadi jangan terlalu keras memisahkan dia, kecuali memang dia sudah jauh terlibat dalam kasus-kasus yang sangat destruktif.PG : Pasti bisa, betul.
PG : Ada dua reaksi Pak Gunawan, kalau dia gagal untuk mengakui keterbatasannya. Reaksi yang pertama adalah dia akan menyangkali keterbatasannya, dia mencoba menutupi kekurangannya. Nah, bis juga karena dia takut sekali kekurangannya diketahui, dia menarik diri dan dia bersembunyi dengan cara menutup dirinya.
Ini merupakan jalan aman untuknya, supaya kekurangannya tidak diketahui dan dia tidak harus merasa malu. Namun ekstrim satunya adalah dia akan justru menyoroti atau membesarkan keterbatasannya, dia akan membesar-besarkan kebisaannya dimana dia bisa dikenali atau dihargai. Jadi kebalikan dari yang pertama dia justru di sini mencoba untuk mendapatkan pengakuan atas kelebihan-kelebihannya itu. Dengan perkataan lain, dua ekstrim itu yang pertama mengecil, sedangkan yang kedua menggelembung, karena dia mencoba membesarkan dirinya. Kadang-kadang kita melihat kasus ini pada anak-anak yang bermasalah, yang suka berkelahi, yang tidak bisa sekolah tapi justru bermulut besar. Membanggakan diri seolah-olah dia adalah murid yang paling pandai sedunia dan sebagainya. Nah, salah satu cirinya, membesarkan diri. Namun dalam dirinya yang dibesar-besarkan itu sesungguhnya terdapat satu jiwa yang sangat miskin, yang tidak percaya diri sama sekali, yang tidak tahu siapa dirinya. Reaksi yang pertama adalah tidak berani keluar sama sekali, menutup diri dan menjauhkan diri dari pergaulan.PG : Tepat.
PG : Pertama-tama saya ingin menjelaskan sedikit tentang keminderan, Pak Gunawan. Keminderan itu ada dua jenis, jenis yang pertama saya sebut sajalah keminderan lokal. Keminderan lokal adala rasa kurang pada hal yang spesifik, misalnya: kita merasa kurang bisa memimpin kelompok diskusi, kita kurang bisa berdiri di muka umum, kita kurang bisa untuk bernyanyi.
Saya kira perasaan-perasaan seperti itu tidak apa-apa karena untuk hal yang spesifiklah, kita merasa terbatas atau kurang bisa atau minder. Yang berbahaya atau yang tidak sehat adalah keminderan global yaitu keminderan menyeluruh di mana hampir dalam setiap aspek kehidupan kita merasa tidak bisa apa-apa dan anggapan kita tentang siapa kita sangat negatif. Kita merasa kita ini tidak ada nilainya, tidak ada harganya, tidak berarti sama sekali, hina begitu. Akhirnya kita ini paling sering merendah-rendahkan diri kita sendiri, bahwa kita orang yang paling malang di dunia ini. Yang saya maksud tentang keminderan lebih kepada keminderan global ini, Pak Gunawan. Jadi seseorang yang akhirnya benar-benar menjelekkan dirinya dalam segala aspek kehidupan, dia tidak mempunyai nilai. Ini biasanya adalah produk dari kegagalan remaja melewati dua fase itu, fase pembedaan dan perbandingan. Nah biasanya Pak Gunawan, pada fase-fase atau pada kondisi keminderan ini dia justru akan menuntut orang memperhatikannya, tuntutan ini bisa tersirat, bisa langsung tersurat. Ada yang tersurat jadi benar-benar bertingkah, membuat ulah, melakukan banyak persoalan, menciptakan problem di rumah tangga, di sekolah, di masyarakat. Ini adalah suatu tindakan menuntut perhatian dari orang secara tersurat, secara langsung tapi ada juga remaja yang kasusnya dia itu menciut ya, dia tidak berani menutupi semua kelemahan-kelemahannya sehingga tidak berani keluar. Dia sebetulnya minta perhatian dengan cara memelas, menjadi kecil dan perlu dikasihani, tapi dua-duanya sebetulnya adalah contoh jelas di mana mereka meminta perhatian dari orang lain.PG : Yang wajar adalah seperti ini Pak Gunawan, remaja itu seolah-olah menganggap dia sedang berada di atas panggung dan orang sedang memperhatikannya. Jadi yang lebih wajar adalah seperti tu, dia bukan meminta orang memperhatikannya, tapi dia menganggap orang sedang memperhatikannya.
Maka kadang-kadang dia akan berpakaian aneh, bersikap aneh, potongan rambut aneh karena dia menganggap orang memperhatikannya. Dia itu seorang aktor yang sedang berada di atas panggung, yang saya bicarakan tadi bukannya menganggap orang memperhatikan justru kebalikannya Pak Gunawan, dia menganggap orang tidak memperhatikannya.PG : Biasanya akan terus dibawa kalau dia tidak melewati fase ini dengan baik. Misalnya dia berhasil masuk ke sekolah yang lebih baik, sehingga kepercayaan dirinya terobati, teman-temannyapu berbeda atau yang paling drastis atau radikal adalah pertobatan, ini sering terjadi.
Pertobatan memang akan mengubah cara pandang seseorang, nilai hidup seseorang dan tujuan hidup seseorang sehingga hal-hal itu akan membawa dia ke jalur yang sangat berbeda atau kebalikan dari yang sebelumnya.PG : Karena pada masa-masa itu gejolak hidup biasanya cukup berat di kalangan anak-anak remaja, karena hidup itu menjadi tidak terlalu bisa dia kuasai. Dia tidak begitu bisa menguasai kecemaannya akan hari depan.
Orang biasa sebetulnya juga mempunyai kecemasan yang sama, misalkan tentang hari depan namun orang dewasa atau yang lebih matang lebih tidak terlalu khawatir, itu yang kita lihat. Misalkan saya berikan contoh waktu kita melewati krisis moneter dari tahun 1998-2000 saya kira cukup banyak orang tua yang pernah melewati perang tahun '45-an yang tidak terlalu mengkhawatirkan, seperti kita-kita ini yang mungkin lebih muda, karena apa, karena makin tua makin melihat hidup, makin bisa berkata ya tidak sejelek ini atau ya meskipun jelek tapi tetap masih bisa kita lewati. Nah itu berdasarkan pengalaman hiduplah kita bisa berkata seperti itu, remaja belum mempunyai pengalaman hidup seperti itu, belum punya modal untuk bisa beriman seperti itu. Akibatnya bisa lebih cemas, takut akan masa depan dan sebagainya. Pada masa-masa gejolak dan takut ini, mereka cenderung lebih bisa juga menerima bahwa ada Tuhan yang memperhatikan mereka dan yang kedua adalah remaja itu dalam proses pembentukan, pengolahan. Jadi diri mereka belum terlalu kaku, dia belum terlalu menancap sehingga masih bisa berubah dan berpikir. Sehingga waktu dia mendengar firman, mendengar Injil akhirnya dia bisa bertobat kembali.PG : Nah ini memasuki tahap yang sakit atau tahap yang tidak sehat, kalau dia tetap merasa orang tidak memperhatikan dia. Reaksinya memang bisa dua, yaitu dia bisa menjadi problem yang lebihbesar bagi masyarakat dengan membuat ulah yang lebih berat lagi, yang lebih serius lagi atau dia mengalami depresi.
Dia murung kehilangan semangat bekerja, tidak ada semangat juang dan menarik diri dari kehidupan dan mengurung diri akhirnya. Sehingga juga menjadi masalah bagi orang lain, biasanya pada tahap itu dia merasakan usahanya untuk memperoleh pertolongan tidak mencapai hasil, semua sia-sia tidak ada yang memperhatikannya dan tidak ada yang mengulurkan tangan untuk menolongnya. Ya sudah percuma.PG : Betul sekali Pak Gunawan, nah sebelum kita melihat peran positifnya saya kira perlu juga kita melihat peran negatif yang kadangkala dilakukan baik oleh orang tua maupun oleh guru. Yang ertama adalah tanggapan negatif Pak Gunawan, jadi celaan-celaan, penolakan-penolakan yang diberikan kepada si anak itu akhirnya bukan saja membuat dia merasa tidak memiliki keistimewaan, dia malahan merasa tidak mempunyai apapun yang positif, karena celaan sering kali dia dengar, kritikan sering dilontarkan, kemarahan atas kekurangannya sering juga diekspresikan.
Apa yang akan menjadi dampaknya atau hasilnya? Dia sungguh-sungguh merasa tidak ada yang positif tentang dirinya, celakanya sering kali anak-anak remaja ini akan mengadopsi perlakuan orang tua atau gurunya itu. Dia menjadi orang yang mengkritik dirinya sendiri, dia adalah orang yang memarahi, menghina dirinya sendiri. Itu adalah sikap atau tindakan yang keliru, yang kadang-kadang orang tua lakukan atau guru-guru lakukan, sebetulnya dampaknya sangat destruktif. Yang lainnya, adakalanya orang tua sibuk ya Pak Gunawan, karena sibuk tidak terlalu banyak bergaul dengan anak, akhirnya kurang memberikan tanggapan kepada anak. Anak seolah-olah tumbuh besar sendiri, tanpa ada yang memberikan dia masukan apa yang dia bisa, apa yang dia tidak bisa, apa yang dia harus ambil, keputusan apa yang jangan dia ambil, dan sebagainya, dia tidak tahu. Nah apa hasilnya, dia akan terus mencari-cari keunikan dirinya, istimewanya, saya bisa apa, sehingga meskipun usianya sudah 21, 22 tahun masih tidak tahu dirinya siapa, masih ingin mencari-cari dirinya. Sebentar melakukan ini sebentar berhenti, melakukan yang lain sebentar berhenti, sekolah setengah tahun dia berhenti, masuk lagi ke jurusan yang lain berhenti, terus begitu. Dan yang terakhir adalah yang juga sama bahayanya adalah tanggapan yang positif, tapi berlebihan. Ada orang tua atau guru yang memuja-muja anak, seolah-olah dia itu seperti superman yang paling hebat di dunia ini. Nah keistimewaan yang berlebihan, membuat si anak benar-benar merasa di atas orang lain dan dia akan menuntut orang-orang lain untuk menghargai dia terus-menerus, mendengarkan instruksinya dan mentaati permintaannya. Ini juga akhirnya mencelakakan si remaja itu, jadi itu adalah perlakuan yang negatif yang bisa dilakukan oleh orang tua ataupun guru kepada anak-anak.PG : Tepat, tepat dan pada saat itu bisa-bisa dia ambruk karena dia kaget dia tidak seperti yang dia pikir atau dia menolak menerima fakta. Dan dia akan membuang komentar-komentar yang seola-olah tidak setuju dengan komentar atau pandangan tentang dirinya sendiri.
Dia akan mendistorsi pandangan orang lain bahwa orang lain itu semuanya salah, bahwa dialah yang benar. Semua orang tidak bisa mengerti dia, sebab dialah yang paling tahu apa yang benar, sikap yang juga akhirnya tidak bisa bergaul dengan orang.PG : Saya kira itu masukan yang baik sekali Pak Gunawan, jadi kita harus akui bahwa memang kita kurang mengenal anak-anak kita, kurang memberikan waktu untuk berdialog dengan mereka. Kita selah-olah mempunyai anggapan mereka akan bertumbuh dengan sendirinya, bahwa dengan yang kita lakukan mereka akan bertumbuh.
Dalam konteks kehidupan dulu dimana hidup jauh lebih sederhana, tidak banyak masukan problem seperti sekarang ini, tidak sekompleks seperti sekarang, saya kira anak bisa bertumbuh dengan cukup baik tanpa harus dibimbing dan diarahkan, karena masyarakat pun mempunyai andil dalam membimbing anggota masyarakatnya. Tapi sekarang masyarakat cukup tercerai berai, individualis, saya kira masukan orang tua menjadi lebih dibutuhkan dan lebih penting, karena di luar hampa, kosong. Dulu di luar masih ada masyarakat dan sebagainya, tetap bisa campur tangan dalam kehidupan anggotanya, tapi sekarang memang jadi lebih berkurang. Jadi orang tua lebih dibutuhkan untuk memberikan bimbingan itu kepada anak.PG : Dan hal-hal ini sering kali bisa luput dari perhatian atau pengamatan kita, bahkan di gereja pun begitu. Saya berikan satu data yang saya dengar dari sebuah gereja, sangat mengejutkan skali karena di gereja tersebut diadakan angket di kalangan remaja dan pemudanya tentang nilai moral, seks sebelum nikah.
Yang mengejutkan adalah saya lupa mungkin di atas 80% atau di atas 90% para remaja pemuda yang diangket berkata: "pokoknya orang tua sudah meminta, kalau sudah meminta atau sudah diminta berarti boleh berhubungan seksual, meskipun belum menikah". Hasil angket yang mengejutkan gereja terutama hamba Tuhannya, karena bukankah hal-hal ini diberitakan minggu demi minggu baik melalui sekolah minggu, komisi remaja, kebaktian umum, tapi tiba-tiba ada generasi yang baru di mana 80% atau 90% di antara mereka berpikiran yang paling penting adalah sudah resmi diminta orang tua maka kami bebas melakukan hubungan seksual dan tidak apa-apa. Para remaja ini berkata seperti itu karena kurangnya perhatian kita, sehingga banyak hal yang luput dari perhatian atau pengamatan kita. Justru tadi Pak Gunawan sudah menegaskan bahwa kita dituntut untuk lebih proaktif, bersaing dengan masukan-masukan dari luar itu. Sebab masukan dari luar cukup ampuh dan berkuasa dalam kehidupan ini, khususnya di kalangan remaja.
PG : Saya akan membacakan dari
Demikianlah tadi para pendengar yang kami kasihi kami telah persembahkan sebuah perbincangan bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang masalah-masalah yang dihadapi para remaja dalam rangka pembentukan jati dirinya. Kalau Anda berminat untuk melanjutkan acara tegur sapa ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK, Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Dan dari studio kami mengucapkan terima kasih.
16. Pemilihan Jurusan |
|
Dalam judul ini kita akan melihat juga 3 kelompok siswa yang mengalami masalah dalam pemilihan jurusan dan bagaimana seharusnya kita memilih jurusan.
Ada 3 kelompok siswa yang mengalami masalah dalam pemilihan jurusan, yaitu:
Para siswa yang mempunyai banyak talenta atau mempunyai banyak kebisaan. Mereka adalah anak-anak yang sering kali kebingungan menentukan pilihan jurusan mana yang mereka akan masuki.
Orang-orang yang sama sekali tidak tahu karena tidak mengerti apa talentanya, apa kebisaannya. Kebingungan yang bersumber dari ketidaktahuan akan diri mereka, akan kemampuan mereka.
Anak-anak yang mempunyai satu kebisaan yang menonjol. Jadi dari sejak SMU atau dari sekolah lanjutan atas mereka sudah bisa melihat jelas kira-kira saya akan memasuki jurusan apa.
Prinsip-prinsip pemilihan jurusan yang tepat adalah:
Kita mesti mengingat bahwa jurusan studi hanyalah satu bagian dari proses pencapaian karier. Yang mau saya tekankan adalah jurusan studi itu tidaklah 100% menentukan masa depan hidup kita. Jangan sampai kita ini terlalu menitikberatkan pada jurusan studi, seolah-olah kalau kita memilih jurusan yang keliru maka hancurlah hidup kita selama-lamanya. Jadi kita orang tua harus menempatkan masalah ini dalam perspektif yang tepat.
Jurusan studi merupakan bagian persiapan yang penting. Persiapan baik itu secara informasi, ilmu-ilmu yang harus dikuasai untuk bidang tersebut atau membentuk pola pikir kita agar lebih siap memasuki bidang-bidang tertentu.
Pilihlah jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan minat kita. Masuk ke jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuan kita sudah pasti akan membuat kita terhuyung-huyung, kalau tidak kita akan berhenti di tengah jalan karena tidak sanggup untuk meneruskannya. Jangan juga masuki bidang yang kita mampu tapi kita tidak berminat, kita tidak mempunyai ketertarikan ke situ sebab kalau kita memasukinya biasanya kita juga tidak bertahan lama.
Pilihlah jurusan yang sesuai dengan kepribadian kita. Pekerjaan yang nanti kita akan lakukan seyogyanya sesuai dengan kepribadian kita. Misalnya orang mau jadi dokter tapi paling takut melihat darah misalnya, begitu melihat darah dia pingsan nah bagaimana menjadi dokter.
Waktu memilih jurusan kita perlu bertanya kepada diri sendiri dapatkah saya melakukan pekerjaan yang sama ini selama 10 tahun.
Kita juga mesti bertanya apakah saya bisa membiayai kehidupan saya dengan karier ini, jika tidak kita mesti memilih misalnya kalau memungkinkan dua jurusan sekaligus, agar kita dapat memperoleh pekerjaan yang lebih memadai.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan juga Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau berdua adalah pakar konseling keluarga dan dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, akan berbincang-bincang dengan satu topik kali ini "Pemilihan Jurusan", perbincangan ini pasti akan sangat menarik dan bermanfaat. Kami harapkan Anda sekalian bisa mengikutinya dengan saksama. Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Sebelum kita masuk ke topik itu Pak Gunawan, saya akan memberikan sedikit gambaran tentang 3 kelompok siswa yang mengalami masalah dalam hal ini. Kelompok pertama adalah para siswa yang mepunyai banyak talenta atau kebisaan.
Mereka adalah anak-anak yang sering kali kebingungan menentukan pilihan jurusan mana yang akan mereka masuki. Kebingungan itu bersumber dari fakta bahwa memang mereka mempunyai banyak kebisaan. Kelompok kedua adalah orang-orang yang sama sekali tidak tahu karena tidak mengerti apa talentanya, kebisaannya, nah anak-anak ini juga mengalami kebingungan. Kebingungannya bersumber dari ketidaktahuan akan diri mereka dan kemampuannya. Kelompok ketiga adalah anak-anak yang mempunyai satu kebisaan yang menonjol, jadi sejak dari SMU atau dari sekolah lanjutan atas mereka sudah bisa melihat kira-kira saya akan memasuki jurusan apa. Setelah mengetahui tentang 3 kelompok tersebut, kita akan melihat prinsip-prinsip yang bisa kita gunakan, Pak Gunawan. Yang pertama adalah kita harus mengingat bahwa jurusan studi hanyalah satu bagian dari proses pencapaian karier. Yang mau saya tekankan di sini adalah jurusan studi, jadi tidaklah 100% menentukan masa depan hidup kita. Jangan sampai kita terlalu menitikberatkan pada jurusan studi, seolah-olah kalau kita memilih jurusan yang keliru maka hancurlah hidup kita selama-lamanya. Apalagi kita sebagai orang tua perlu untuk menempatkan masalah ini dalam perspektif yang lebih berimbang. Kenyataan lain yang harus saya paparkan adalah dewasa ini sekolah-sekolah, baik itu sekolah-sekolah kejuruan ataupun tingkatan universitas tidak lagi mampu untuk melengkapi para siswanya atau mahasiswanya untuk memasuki dunia pekerjaan. Sebab dewasa ini dunia pekerjaan sudah begitu berkembang dan menjadi begitu banyak, sehingga tidak ada sekolah atau jurusan-jurusan yang akan cukup melengkapi kita untuk memasuki dunia pekerjaan. Jadi sekali lagi kita harus menempatkan masalah ini dalam perspektif yang tepat. Seseorang yang memasuki jurusan A, mungkin sekali nanti dalam kariernya akan memasuki lapangan pekerjaan B. Sebab memang itulah yang akan ditawarkan dan dia akan bisa melakukannya juga, jangan terlalu kaku sekali dalam hal jurusan studi ini.PG : Betul, adakalanya Pak Gunawan memang ini masuk kepada prinsip yang kedua bahwa jurusan studi itu merupakan bagian persiapan yang penting. Persiapan baik itu secara informasi, ilmu-ilmu yan harus dikuasai untuk bidang tersebut atau membentuk pola pikir kita agar lebih siap memasuki bidang-bidang itu.
Dan memang kita tahu ada beberapa profesi yang tidak mungkin dimasuki tanpa tanda kelulusan dari bidang tersebut, contoh bidang kedokteran. Ya memang hanya yang lulus dengan gelar kedokteranlah yang bisa memasukinya, kalau misalkan gelar-gelar yang lainnya tidak terlalu mutlak sebetulnya. Misalnya saya tahu di Amerika Serikat, kita tidak harus lulus sekolah hukum untuk menjadi seorang pengacara, asalkan kita bisa lulus ujian yang diselenggarakan oleh negara untuk menjadi seorang pengacara, kita bisa menjadi seorang pengacara. Hal yang lain juga saya tahu misalnya ada di Singapura, untuk menjadi seorang Akuntan Public tidak harus mempunyai gelar Akuntansi, asalkan kita bisa lulus ujian negaranya kita akan bisa mengklaim diri sebagai seorang Akuntan Public. Jadi memang cukup banyak bidang-bidang yang cukup fleksibel, tetapi ada bidang tertentu yang mensyaratkan kita untuk lulus dalam bidang itu.ET : Mungkin kalau keadaan seperti ini tidak akan menjadi masalah buat orang-orang yang termasuk kelompok pertama yang Pak Paul katakan tadi, karena dia punya banyak kemampuan dan kebisaan. Jusru yang sering kali menjadi masalah dari golongan kedua, yang begitu salah masuk jurusan lalu keluar, bingung juga.
Nanti mau bekerja di bidang yang lain kesulitan, di bidang yang dia sekolah juga kesulitan, lalu di bidang yang di luar juga kesulitan, itu bagaimana Pak Paul?PG : Yang Ibu Esther katakan itu sangat betul dan kita sebetulnya melihat banyak kasus-kasus seperti itu, makanya yang namanya college dropped-out itu cukup banyak terjadi. Anak-anak yang masukke bidang elektro misalnya di tengah jalan tahun kedua berhenti, terus keluar menjadi salesman atau yang lain-lainnya karena apa? Sebab mungkin sekali waktu memasuki bidang atau jurusan tersebut orang-orang ini tidak benar-benar mengetahui kemampuannya dengan baik.
Nah apa yang bisa kita lakukan untuk anak-anak yang memang tidak jelas apa karunianya atau kemampuannya. Saya menganjurkan agar pada waktu SMU kelas II atau SLTA kelas II sebisanya anak-anak yang memang kurang tahu akan apa kemampuannya, disarankan untuk mengikuti test bakat yang sekarang cukup banyak tersedia. Test bakat tersebut berguna agar anak-anak ini bisa lebih mengenal kemampuannya. Yang lainnya juga adalah dalam masa pertumbuhan, seyogyanya orang tua lebih berperan secara aktif memberikan tanggapan-tanggapan pada anak-anak waktu mereka masih kecil apa yang bisa mereka lakukan dengan baik. Nah sekali lagi ini mungkin akan merupakan proses yang panjang dan informasi yang orang tua sampaikan itu merupakan kepingan-kepingan, tapi nanti akan diuntai oleh si anak menjadi suatu pemahaman tentang siapa dirinya dan keyakinan bahwa dia mempunyai kebisaan tertentu. Contoh kepada anak yang mampu untuk mengutak-atik elektronik dan si orang tua melihat hal itu. Orang tua jangan berdiam diri, sebaiknya mengeluarkan komentar kepada anaknya: "Anakku, kamu pandai sekali dalam hal elektronik, kamu bisa mengutak-atiknya dari tidak berbunyi menjadi berbunyi" misalnya. Atau ada anak yang jago sekali membuat desain-desain. Orang tua jangan hanya berdiam diri, sebaiknya orang tua mengeluarkan komentar 'Kamu pandai sekali membuat desain', nah hal-hal ini akan menjadi kepingan-kepingan yang nanti akan diuntai oleh si anak menjadi suatu keyakinan, pengetahuan, kesadaran bahwa saya bisa berbuat ini, saya mampu dalam hal ini. Nanti dengan sendirinya kebisaan-kebisaan itu akan terkoneksikan dengan lapangan kerja. Memang pada usia 7-10 tahunan tidak akan terwujud, tapi waktu anak-anak ini menginjak bahkan SMU kelas I, SMU kelas II informasi yang telah dia terima dari orang tua akan kebisaan-kebisaannya itu mulai dihubungkan atau dikaitkan dengan lapangan pekerjaan yang di luar sana, itu gunanya. Waktu dia melihat seseorang menjadi seorang insinyur, dia mulai melihat o....ada yang namanya insinyur elektro, ada yang namanya seorang insinyur mekanik dan sebagainya. Nah dia mulai kaitkan kebisaannya itu dengan lapangan pekerjaan yang ada di luar.ET : Jadi memang informasi orang tua sangat penting ya, tapi di sisi lain tidak sedikit kita melihat justru ada orang tua yang sengaja menutup informasi-informasi itu supaya anaknya berjalan seuai dengan jalur orang tuanya.
Jadi bukannya hanya tidak dikomentari tentang kebisaannya di bidang elektro, misalnya malah dilarang karena itu bukan jalur yang dibayangkan oleh orang tua, Pak Paul.PG : Itu pun terjadi Bu Esther, sebab saya tidak bisa 100% menyalahkan orang tua, kadang kala orang tua bisa melihat juga bahwa bidang yang diminati anaknya itu bukan bidang yang terlalu subur tau terlalu baik sehingga si anak diarahkan.
Atau orang tua melihat anaknya kurang berkemampuan dalam hal itu, jadi digiring untuk memasuki bidang yang lain. Tapi bisa jadi seperti yang Ibu Esther katakan, memang orang tua sebetulnya mempunyai selera tersendiri, menginginkan anak menjadi seperti mereka idamkan dan tidak mau tahu kebisaan anak itu apa, itu memang akan merugikan si anak. Sebab pada intinya adalah saya akan mengutip suatu peribahasa yang pernah saya dengar 'Jadilah dirimu namun jadilah dirimu yang terbaik', nah yang terbaik hanyalah kalau kita menjadi diri kita sepenuhnya. Anak tidak mungkin menjadi yang terbaik kalau dia harus menjadi diri orang lain.PG : Ini benar-benar saya alami Pak Gunawan, waktu SMA saya masih ingat sekali SMA I pertengahan tahun itu diadakan test, nama testnya XYZ. Saya jelas dikatakan masuk ke jurusan sosial tapi say tidak mau masuk ke jurusan sosial, sebabnya kenapa? Sebab teman-teman saya yang pria itu tidak banyak yang masuk ke sosial, kebanyakan masuk ke ilmu pasti, kalau dulu istilahnya paspal.
Nah angka saya kebetulan mencukupi masuk ke bidang ilmu pasti jadi saya menolak masuk ke sosial, masuk ke ilmu pasti. Benar saja tingkat II saya mengalami kesukaran sebab otak saya memang bukan otak yang didesain untuk Fisika, Mekanika dan sebagainya. Tapi saya masih ingat sekali waktu saya SMA kelas II, kalau orang-orang bertanya mau sekolah apa? Saya selalu menjawabnya mau sekolah Mekanik, saya bilang Mekanika. Padahal saya itu tidak pernah bisa membetulkan mesin atau apa, saya memang tidak punya kemampuan di bidang itu. Kenapa saya sebut itu, karena saya tidak tahu mau masuk yang mana, teman-teman saya yang pria kebanyakan mau masuk teknik, elektro, mesin, sipil. Daripada saya bilang masuk ke psikologi yang sangat aneh buat mereka, jadi saya bilang masuk ke teknik mesin. Memang tadi Pak Gunawan memberikan masukan yang penting sekali dan harus kita sampaikan kepada para pendengar kita, terutama kalau mereka masih remaja yaitu hati-hati, jangan sampai terbawa oleh arus atau idealisme yang lagi beredar di kalangan mereka, sebab belum tentu itu adalah kebisaannya atau panggilan hidupnya yang telah Tuhan berikan kepadanya.PG : Nah ini membawa kita ke prinsip yang ketiga Pak Gunawan, yaitu pilihlah jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan minat kita. Saya mau gabungkan 2 kata ini Pak Gunawan, yang harus benar-benr disimak baik-baik oleh para remaja.
Mau masuk ke jurusan yang tidak sesuai dengan kemampuan kita, sudah pasti akan membuat kita terhuyung-huyung. Bisa-bisa kita akan berhenti di tengah jalan karena tidak akan sanggup untuk meneruskannya. Kalau memang itu bukan kemampuan kita jangan masuk ke sana, pilihlah jurusan yang memang kita mampu untuk lakukan. Contohnya tadi waktu saya cerita, waktu saya masih SMU memang saya lebih mampu dalam hal-hal yang bersifat sosial. Tapi saya malu masuk ke sosial karena angka saya cukup untuk masuk ke pasti alam, jadi akhirnya saya tidak naik kelas waktu SMA kelas II. Kata yang berikutnya adalah sesuai dengan minat, ketertarikan kita, jadi jangan masuk ke bidang yang kita mampu tapi kita tidak berminat, tidak mempunyai ketertarikan ke situ. Sebabnya kalau kita memasukinya, biasanya kita tidak bertahan lama, jadi sekali lagi kita coba gabungkan kedua hal ini, sesuai tidak dengan kemampuan kita dan sesuai tidak dengan minat kita.ET : Tapi bicara soal minat ini, saya mengamati kebanyakan yang dialami oleh para remaja adalah kurangnya pengetahuan, kurangnya informasi tentang bidang-bidang yang ada. Sering kali mereka menatakan dengan mudah saya tidak berminat, tetapi sebenarnya kalau kita mau melihat lebih jauh bukannya tidak berminat tetapi memang belum tahu apa yang dipelajari atau dikerjakan dalam bidang tersebut.
Jadi rasanya memang perlu informasi sebanyak-banyaknya dalam masalah minat ini.PG : Itu sangat betul sekali Bu Esther, dan itu tidak bisa disajikan melalui satu seminar atau satu sesi kelas, seharusnya memang secara kontinu. Saya berikan contoh saya masih ingat sekali waku anak-anak saya bersekolah di Amerika, sejak anak-anak itu kelas II atau kelas III atau kelas I(saya lupa ya), nah si guru ini meminta kesediaan orang tua murid untuk dalam satu tahun itu datang ke kelas memberikan penjelasan tentang profesinya.
Jadi yang insinyur, yang pemadam kebakaran, yang dokter, diminta kesediaannya secara sukarela untuk menjelaskan tentang profesinya kepada anak-anak yang masih berumur 6, 7 tahun. Dengan kata lain sejak berumur masih begitu dini, anak-anak ini sudah diberikan gambaran sebagai petugas kerjaannya apa, begini, begini, saya sebagai suster pekerjaan saya begini-begini, sehingga akan menjadi rangkaian informasi yang memberikan kejelasan. O..... kerja ini seperti apa, kerja itu seperti apa, sebaiknya memang orang tua dengan proaktif mencari data-data tentang jenis-jenis pekerjaan, jangan bergantung sepenuhnya pada sekolah untuk melakukan itu pada anak-anak mereka.PG : Prinsip keempat adalah pilihlah jurusan yang sesuai dengan kepribadian kita. Jadi tepat sekali yang Pak Gunawan tadi munculkan, yaitu pekerjaan yang nanti kita lakukan seyogyanya sesuai degan kepribadian kita.
Kalau kita mau menjadi seorang insinyur pertambangan tapi kita orang yang tidak suka kotor, tidak tahan panas, bersihnya luar biasa, baju tidak boleh lecek, sepatu harus disikat terus-menerus, nah mungkin sekali kita senang dengan nama-nama kimia di oli atau di hasil bumi atau apa, tapi kalau kitanya sendiri tidak mempunyai kepribadian yang cocok dengan tugas pekerjaan itu sebaiknya jangan. Atau orang mau menjadi dokter tapi paling takut melihat darah misalnya, begitu melihat darah dia pingsan, nah bagaimana menjadi dokter. Atau mau menjadi pengacara tapi orang ini mudah stres, mudah tegang, nah sedangkan kita tahu pengacara itu suatu pekerjaan yang menuntut ketebalan urat saraf, beradu argumen, berkonfrontasi dan sebagainya. Hal-hal seperti ini memang menuntut kepribadian yang sesuai, jadi sebaiknya kita juga memilih bidang yang kita tahu, kita bisa kerjakan untuk waktu yang lama karena itu sesuai dengan jiwa kita, kepribadian kita, sebab tidak ada pekerjaan yang bisa kita pertahankan dengan lama kalau tidak kita sukai. Dan yang biasanya kita sukai adalah yang sesuai dengan siapa diri kita ini.ET : Kalau saya melihat ada beberapa teman saya waktu kuliah yang mempunyai idealisme yang cukup tinggi, sesuai dengan bidang studinya mereka. Setelah lulus, mencari-cari kerja, tapi tidak sesui dengan kuliahnya.
Misalnya yang lulusan dari insinyur, teknik mesin, lalu akhirnya kerja di bank. Apakah hal ini juga berkaitan dengan orang yang tidak cukup informasi atau bagaimana kalau menurut Pak Paul?PG : Bisa beberapa faktor yang menyebabkan itu, Bu Esther, memang adakalanya orang itu merasa jenuh dan memang dia mempunyai talenta yang lain sehingga dia bisa menyeberang ke bidang yang lainna.
Sebab dalam teori karier dibuka kemungkinan tersebut bahwa kita ini bisa kuat dalam satu bidang dan bisa kuat dalam bidang yang bersebelahan dengan bidang utama kita itu, jadi itupun bisa terjadi. Atau kita bisa menyeberang cukup jauh karena memang kita mempunyai kemampuan yang banyak, itupun bisa. Tapi yang cukup banyak terjadi juga adalah karena keterpaksaan, karena situasi akhirnya dia harus mengambil pekerjaan yang lain, yang lebih bisa menyokong kehidupannya. Nah saya langsung saja membawa kepada prinsip yang kelima, waktu memilih jurusan kita perlu bertanya kepada diri sendiri dapatkah saya melakukan pekerjaan yang sama ini selama 10 tahun. Saya memberikan waktu 10 tahun dengan dua tujuan. Yang pertama adalah kita harus mampu untuk mengerjakan pekerjaan itu dalam kurun yang cukup lama, 10 tahun bukan waktu yang cepat jadi jangan sampai kita berkata o.....saya hanya bisa bekerja itu mungkin hanya setahun, dua tahun setelah itu saya harus pindah. Jadi memang kita harus membangun karier kita dari awal, tahap pertahap, tidak bisa lompat terus-menerus. Sepuluh tahun dalam pengertian begini, pada kenyataannya kita dalam sepanjang hidup ini akan berganti profesi beberapa kali, jarang orang yang selama 45 tahun bertahan pada satu profesi dan pada satu perusahaan jarang sekali, kebanyakan kita akan pindah kerja. Jadi makanya saya bertanya dapatkah kita melakukan pekerjaan yang sama ini selama 10 tahun.PG : OK! ini membawa kita ke point yang keenam dan point yang terakhir yaitu kita juga harus bertanya apakah saya bisa membiayai kehidupan saya dengan karier ini, jika tidak kita harus memilih isalnya kalau memungkinkan dua jurusan sekaligus, agar kita dapat memperoleh pekerjaan yang lebih memadai.
Atau kalau tidak bisa kita dahulukan jurusan yang lebih mudah mendapat pekerjaan, setelah kita lulus dan bekerja barulah kita perdalam bidang yang kita minati misalkan kalau ada keterbatasan dana juga sama prinsipnya. Jadi memang kadang kala situasi menuntut kita untuk mengambil bidang yang bisa siap pakai, dan bidang yang sungguh-sungguh kita minati atau mau perdalam harus kita tunda untuk sementara waktu.ET : Dalam hal ini sepertinya harus ada rencana A, rencana B, supaya ada persediaan tapi kadang-kadang ada orang yang hanya satu bidang sehingga susah untuk menyeberang ke yang lainnya, Pak Paul?
PG : Betul, jadi saya kira di sini yang diperlukan adalah kefleksibelan karena memang tidak selalu hidup ini sempurna seperti yang kita inginkan.
PG : Tadi saya cerita sedikit, saya pernah mengalami kebingungan karena masa SMA. Kemudian waktu saya masuk perguruan tinggi saya dimuridkan, dibina oleh kelompok hamba-hamba Tuhan. Saya masuk e LPMI, pelayanan mahasiswa di situ.
Nah di sana saya diajarkan bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah untuk hidup saya dan hidup saya adalah untuk memuliakan Tuhan. Untuk pertama kalinya saya tenang, saya belum tahu pasti jurusan apa yang harus saya masuki. Tapi saya tahu apapun itu, nanti saya jadi apapun, tugas saya hanya untuk memuliakan Tuhan, setelah itu Tuhan memimpin langkah demi langkah. Jadi saya akan bacakan dariPG : Saya kira kita harus lebih aktif yaitu misalnya mencari informasi sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya tentang bidang-bidang yang ada dan kemampuan kita. Kita mempunyai akses sekarang kpada psikolog untuk mendapatkan test-test karier, nah itupun dapat kita manfaatkan.
Jadi kita memang harus bersikap lebih proaktif dan Tuhan akan menuntun, kalau kita keliru karena kita sudah meminta pimpinanNya Dia akan menghadirkan situasi untuk kita menyadari bahwa kita telah keliru mengambil langkah itu.GS : Ya saya percaya sekali bahwa perbincangan ini akan sangat menolong saudara-saudara kita, teman-teman kita juga orang tua yang saat-saat ini mungkin juga kebingungan baik mau melanjutkan sekolah atau bahkan mengarahkan anak-anak mereka untuk melanjutkan sekolah. Jadi sekali lagi terima kasih Pak Paul dan juga Ibu Esther. Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi demikianlah tadi Anda telah mengikuti perbincangan kami bersama Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Memilih Jurusan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
17. Memilih Pekerjaan |
|
Memilih pekerjaan bukanlah suatu hal yang mudah, perlu adanya langkah-langkah atau prinsip-prinsip yang harus kita terapkan atau persiapkan di dalam memilih pekerjaan. Supaya pekerjaan yang kita peroleh benar-benar cocok dengan kita dan kita melakukannya tidak dengan keterpaksaan.
Prinsip dalam memilih pekerjaan yaitu:
Sedapat mungkin pilihlah pekerjaan pertama kita yang paling mendekati jurusan studi, asal jurusan itu memang tepat dengan kemampuan kita. Kalau sesuai dengan minat kita dan kemampuan kita, setelah lulus jangan menyeberang terlalu jauh, carilah pekerjaan yang mendekati bidang studi kita. Alasannya adalah kita telah siap pakai, kita sedikit-sedikitnya sudah 4 tahun lebih dipersiapkan untuk bisa menguasai bidang itu.
Jangan terlalu memilih-milih pekerjaan pertama. Selama pekerjaan itu mendekati jurusan kita meski gajinya tidak besar atau misalkan pekerjaan itu kok letaknya agak jauh dari rumah atau harus ke kota lain saya anjurkan sebisanya terima, jangan terlalu memilih pekerjaan pertama.
Sedapat mungkin pilihlah pekerjaan yang membuka peluang bagi kita mengembangkan keahlian yang spesifik.
Ingatlah sikap kita terhadap pekerjaan itu akan mempengaruhi performa kerja kita. Apalagi bagi para pemula jangan menyepelekan pekerjaan kita dan berkata pekerjaan begini untuk sementara saja, untuk ngisi waktu saja. Karena apa yang kita hasilkan juga akan bernilai sepele atau disepelekan tidak akan membawa kepuasan buat kita ataupun kepuasan bagi orang yang telah mengkaryakan kita. Jadi sikap itu penting sekali, semakin tinggi penghargaan kita terhadap pekerjaan kita, semakin tinggi dan bernilai performa kerja kita, yang kita hasilkan akan jauh lebih bermutu.
Pilihlah pekerjaan yang sesuai dengan ketahanan tubuh kita. Misalnya kita diminta untuk bekerja selama 12 jam dan gajinya besar, nah jangan memilih pekerjaan itu kalau kita memang tidak bisa tahan dengan 12 jam kerja.
Pilihlah pekerjaan yang mendukung keseimbangan hidup. Karena kalau pekerjaan membawa tekanan yang terlalu besar, itu akan menjungkirbalikkan keseimbangan hidup kita. Akhirnya akan berakibat pada keluarga kita, kehidupan emosional kita, belum lagi kehidupan rohani kita jadi jauh dari Tuhan.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Ibu Esther Tjahja, S.Psi. dan juga Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau berdua adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan. Dan kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Memilih Pekerjaan". Kami percaya perbincangan ini akan sangat bermanfaat bagi Anda sekalian dan kami harapkan Anda bisa mengikutinya dengan seksama. Maka dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Tidak bisa tidak Pak Gunawan, saya sekarang ini jadi membandingkan masyarakat kita pada umumnya dengan masyarakat di Amerika Serikat. Masyarakat di Amerika Serikat lebih berorientasi paa pekerjaan, masyarakat kita di sini lebih berorientasi pada sekolah.
Dengan kata lain anak-anak di sana setelah lulus SMA tidak terlalu didesak untuk masuk perguruan tinggi, mereka lebih didesak untuk melakukan sesuatu atau bekerja. Jadi mereka itu kebanyakan sudah tahu mau menjadi apa barulah memikirkan sekolah, agar sekolah itu mendukung atau mempersiapkan mereka mencapai tujuannya. Saya melihat anak-anak di sini kebalikan, setelah lulus SMA lalu memilih jurusan apa, nanti jadi apa tidak ya tidak tahu dan jika ditanya mau jadi apa juga tidak tahu. Ini memang suatu penekanan yang keliru menurut saya, yang lebih tepat adalah kita harusnya berorientasi pada kariernya, pekerjaannya mau jadi apa. Nah sekolahlah sesuai dengan mau jadi apa nantinya, jangan sampai terbalik. Kenapa banyak anak mengatakan asal sekolah sebabnya orang tua mengharapkan kita mempunyai gelar, nanti jadi apa? Ya tidak tahu, lihat nanti pekerjaannya apa. Jadi hal-hal ini saya kira memang perlu diluruskan karena ini adalah cara berpikir yang tidak tepat.PG : Memang itu juga merupakan masalah, Pak Gunawan, yaitu lapangan pekerjaannya kurang diciptakan, tapi saya rasa gelar itu memang begitu penting. Jadi kalau sudah lulus SMA yang terpikir lngsung adalah bagaimana mendapatkan gelar lanjutan, nantinya jadi apa tidak ya tidak tahu.
Jadi sekali lagi saya mau menempatkan masalah ini dalam perspektif yang lebih tepat yaitu seorang anak remaja sebisanya harus lebih tahu nanti mau jadi apa, mau mengerjakan profesi apa. Maka pilihlah jurusan yang sesuai dengan minat atau panggilan mau menjadi apa nantinya.ET : Kalau saya amati rasanya latar belakang kehidupan ekonomi cukup mempengaruhi juga dalam hal ini, Pak Paul. Kalau saya melihat orang-orang yang keluarganya lebih sulit dalam arti belum tntu bisa membiayai sekolah, justru hal ini lebih menjadi motivasi buat anak-anak.
Anak-anaknya kalau mencari sekolah difokuskan misalnya bagaimana supaya cepat selesai, lalu cepat dapat pekerjaan. Jadi mereka mungkin lebih berorientasi kepada pekerjaan itu dibandingkan dengan yang orang tuanya dari tingkat ekonomi yang lebih mampu yaitu pokoknya lulus SMA, yang penting sekolah dulu selama masih ada yang mampu membiayai, pekerjaannya nomor sekian.PG : Betul, sayang sebetulnya sebab kalau kita tidak tahu apa yang ingin kita kerjakan nanti, kita cenderung akan memilih jurusan yang sembarangan dan ini yang lebih drastis, yang lebih para adalah motivasi bersekolah menjadi sangat lemah.
Ini yang saya lihat sekali lagi dengan yang di Amerika yaitu anak-anak sekolah di sana jarang mencontek, yang mencontek di sana adalah mahasiswa asing yang membawa kebiasaan buruk dari negaranya yang masuk ke Amerika. Tapi orang Amerika sendiri jarang mencontek, karena apa? Sebab mereka memang tidak harus bersekolah, karena mendapatkan pekerjaan sebagai tukang sampahpun memberikan gaji yang cukup buat mereka, sebagai sopir trukpun mempunyai gaji yang cukup buat mereka. Kalau mau sekolah berarti memang sungguh-sungguh mau sekolah, karena mau mendapatkan bekal ilmunya itu. Nah saya kira tidak semuanya seperti itu di masyarakat kita. Biasanya orang mau menjadi dokter harus masuk sekolah kedokteran umum, itu cukup spesifik. Orang mau menjadi dokter tahu bahwa dia harus masuk sekolah kedokteran, tapi tidak semua bidang seperti itu. Contoh lain yang saya tahu juga sangat spesifik adalah sekolah Theologi, seseorang mendapat panggilan menjadi seorang hamba Tuhan, nah dia masuk ke Sekolah Tinggi Theologi, mempersiapkan diri untuk menjadi hamba Tuhan. Namun sekali lagi cukup banyak bidang-bidang lain yang tidak seperti itu.PG : Itu memang masalah Pak Gunawan, sebab sekali lagi masyarakat kita terlalu berorientasi pada gelar. Jadi saya berikan satu contoh, ini sungguh-sungguh terjadi. Ada seseorang yang hampir eninggal dunia karena penyakit terminal di Amerika kemudian dia banyak menonton film-film lucu lalu sering ketawa, sering ketawa lama-lama penyakit terminalnya itu sembuh.
Dan dia banyak melakukan penelitian tentang kaitan hati yang gembira, tertawa dengan kesembuhan, dia akhirnya direkrut sebagai salah satu dosen di sekolah kedokteran di UCLA (University of California at Los Angeles) sekolah yang sangat bergengsi di Amerika, tidak punya gelar dokter medis sama sekali sebetulnya. Ini contoh memang suatu perkecualian juga, sebab pada umumnya dosen di sekolah kedokteran memang dokter. Tapi intinya adalah masyarakat di sana menghargai kemampuan, gelar itu memang dinomorduakan. Sayang sekali kita tidak begitu.PG : Betul.
ET : Dan akhirnya kadang-kadang juga ada unsur keterpaksaan, misalnya karena saya sudah kuliah ini maka mau tidak mau saya harus bekerja ini. Padahal sebenarnya kalau kita mau kaitkan denganminat, kepribadian ya tidak cocok tetapi karena sudah terlanjur akhirnya menjalaninya dan saya yakin tidak akan efektif juga.
(1) PG : Betul, kalau memang itu bukan bidang kita lalu kita paksakan, kita akan kesulitan nantinya. Tapi apa yang Ibu Esther tadi baru munculkan membawa kita pada prinsip yang pertam dalam memilih pekerjaan, yaitu sedapat mungkin pilihlah pekerjaan pertama kita yang paling mendekati jurusan studi, asal jurusan itu memang tepat dengan kemampuan kita ya Bu Esther, kalau memang tidak tepat maka kita akan frustrasi di tengah jalan.
Tapi memang kalau sesuai dengan minat dan kemampuan kita, setelah lulus jangan menyeberang terlalu jauh, carilah pekerjaan yang mendekati bidang studi kita. Alasannya apa? Alasannya adalah kita telah siap pakai, kita sedikitnya sudah 4 tahun lebih dipersiapkan untuk bisa menguasai bidang itu. Dan saya mau mengingatkan bahwa karier itu suatu jenjang, suatu anak tangga, kita hanya bisa naik ke anak tangga ke 10 kalau kita sudah menaiki yang ke 1, ke 2 sampai ke 9. Nah sekolah adalah anak tangga pertama sebetulnya, jadi kita itu sudah melewati anak tangga pertama. Sekarang kita masuk ke anak tangga ke 2, yaitu anak tangga yang masih berkaitan dengan anak tangga yang sebelumnya. Jangan sampai kita mencari tangga yang lain karena kita sudah bangun tangga itu jadi harus dilanjutkan. Nasihat saya adalah kepada yang mau mencari pekerjaan, pertama carilah pekerjaan yang mendekati jurusan studi kita jangan langsung ambil atau langsung terima, kalau bisa carilah yang mendekati jurusan kita.ET : Tapi banyak orang mengatakan bahwa pendidikan S1 itu sendiri sebenarnya lebih kepada pembentukan pola pikir daripada memang sungguh-sungguh siap pakai pada bidang itu, Pak Paul?
PG : Sudah tentu keahlian itu akan perlu waktu, perlu pengalaman dan sebagainya. Namun tetap kita harus akui bahwa jenjang pertama selama 4 tahun itu sudah merupakan bekal suatu fondasi yangmemang belum dapat dipanggil pakar dalam bidang itu, tapi sudah merupakan anak tangga awal-awal yang bisa kita lanjutkan dari situ.
Jadi point saya adalah kita sudah investasi, kita sudah menanam selama 4 tahun ini sebaiknya kita teruskan tanaman itu. Jangan kita lompat ke tangga yang baru kecuali memang kita sadari kita telah memilih jurusan yang sangat keliru pada awalnya, ya silakan kita konsekuen memulai yang baru.PG : Yang kedua adalah jangan terlalu memilih-milih pekerjaan pertama, memang seolah-olah ini berkontradiksi yang baru saja kita bicarakan. Begini, selama pekerjaan itu mendekati jurusan kit walaupun gajinya tidak besar atau misalkan pekerjaan itu letaknya agak jauh dari rumah atau harus ke kota lain, saya anjurkan sebisanya diterima.
Ingat prinsip bahwa kita ini sedang membangun karier dan karier dibangun di atas pengalaman kerja, karier tidak dibangun di atas gelar, karier tidak dibangun di atas sepucuk kertas, tanda kelulusan, karier juga tidak dibangun di atas pengetahuan teoritis. Jadi untuk pengalaman pekerjaan pertama, saran saya jangan terlalu memilih gajinya harus begini dan sebagainya, harus dekat dengan rumah, jangan pusingkan hal itu berkorbanlah, terimalah meskipun lebih susah harus berkorban lebih besar. Karena tahun-tahun pertama itu penting sekali, biasanya di perusahaan atau majikan yang lain akan melihat pengalaman kerja kita, mampu atau tidak kita membuktikan diri dalam pengalaman itu. Waktu melihat resume atau CV kalau orang ini setahun pindah, setahun pindah, setahun pindah kesimpulannya adalah orang ini memang tidak mantap, lebih bisa bertahan misalnya dalam pekerjaan pertama 5 tahun, ini membuktikan kepada perusahaan yang berikutnya bahwa kandidat ini memang mampu bertahan dalam pekerjaan, mampu bertanggung jawab, mampu bertahan. Jadi sekali lagi semua orang harus membuktikan diri dalam pengalaman pekerjaan pertama itu.ET : Justru sepertinya ini yang kadang-kadang dilupakan, karena dalam hal ini kebanyakan sarjana-sarjana baru ini ada seperti satu idealisme tersendiri bahwa saya sudah sekolah susah-susah mnimal saya harus mempunyai gaji sekian, jenis pekerjaannya seperti ini dan lingkunganpun rasanya mempengaruhi ya, misalnya ada teman yang ini, teman yang sama-sama berjuang kenapa bisa dapat segitu kenapa saya tidak bisa, jadi akhirnya membuat mereka pilih-pilih pekerjaan.
PG : Ya itu sering terjadi dan memang saya harus akui, Bu Esther, adakalanya perusahaan itu memanfaatkan para pelamar pertama, para pemula ini karena yang mereka tahu para pemula ini akan tepaksa menerima pekerjaan-pekerjaan itu bahkan dengan gaji yang rendah.
Tapi memang inilah dunia di mana kita hidup, banyak orang yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Jadi mereka akan mencoba memanfaatkan atau yang bisa mereka manfaatkan, tapi sekali lagi kita memerlukan pengalaman kerja pertama itu.PG : Itu masukan yang berharga sekali Pak Gunawan, mudah-mudahan para pendengar kita khususnya orang tua bisa mengingat bahwa anak-anak tidak bisa dilepaskan begitu mendapatkan pekerjaan. Seab memang gaji awal biasanya tidak memadai, itu betul sekali.
PG : Prinsip yang ketiga adalah sedapat mungkin pilihlah pekerjaan yang membuka peluang bagi kita mengembangkan keahlian yang spesifik. Dengan bertambahnya jenis pekerjaan, dewasa ini spesiaisasi menjadi semakin penting, dunia kita ini sudah melahirkan mungkin beribuan jurusan bahkan dalam universitas yang besar-besar terdapat ratusan jurusan sekarang.
Dulu jurusan itu sangat sedikit sekarang ada ratusan. Berarti apa, sekali lagi spesialisasi menjadi hal yang penting. Dulu orang bisa semuanya sedikit-sedikit dihargai sekarang tidak, orang bisa sedikit dalam banyak hal, dianggapnya apa? Tidak bisa apa-apa. Dan dikatakannya apa yang dia tanggung, bisanya sedikit dangkal, tidak dihargai lagi tapi yang dihargai adalah orang yang bisa satu namun sangat bisa, sangat ahli dalam bidang itu. Jadi carilah kalau misalnya kita mempunyai beberapa pilihan pekerjaan yang memberi kita peluang, mengembangkan kemampuan kita yang spesifik itu, kita bisa mendalami satu bidang tertentu. Perdalamlah, jadilah pakar dalam satu bidang itu.ET : Berarti memang ada baiknya ini sudah diawali pada waktu kuliah untuk mempunyai suatu spesifikasi, fokus kepada suatu bidang supaya nanti ada nilai jualnya.
PG : Tepat sekali, karena semakin kita lebih jelas pada awalnya maka waktu belajarnyapun kita lebih memfokuskan pada bidang itu.
PG : Prinsip yang keempat adalah ingatlah sikap kita terhadap pekerjaan itu akan mempengaruhi performa kerja kita. Jadi apalagi bagi para pemula jangan menyepelekan pekerjaan kita dan berkat pekerjaan begini untuk sementara saja, untuk mengisi waktu saja.
Karena apa? Karena apa yang kita hasilkan juga akan bernilai sepele atau disepelekan, tidak akan membawa kepuasan buat kita ataupun kepuasan bagi orang yang telah mengkaryakan kita. Jadi sikap itu penting sekali, semakin tinggi penghargaan kita terhadap pekerjaan kita, semakin tinggi dan bernilai performa kerja kita sehingga yang kita hasilkan akan jauh lebih bermutu. Nah, sekali lagi orang akan mau melihat kwalitas. Tadi saya sudah memberikan komentar bahwa memang masyarakat kita ini masih berorientasi pada gelar, namun masyarakat kita mulai bergeser itu harus saya akui. Makin besar penekanan pada kemampuan atau kwalitas. Jadi sekali lagi di sini penting meskipun pekerjaan itu kita anggap biasa-biasa saja, lakukan dengan sebaik-baiknya. Karena ini akan menjadi nilai-nilai tambah bagi majikan kita untuk melihatnya, nah siapa tahu nanti ada lainnya yang akan bisa dia diberikan kepada kita.PG : Ya prinsip yang kelima jadinya memang itu Pak Gunawan, pilihlah pekerjaan yang sesuai dengan ketahanan tubuh kita. Misalkan kita diminta untuk bekerja selama 12 jam dan gajinya besar, jngan memilih pekerjaan itu kalau kita memang tidak bisa tahan dengan 12 jam kerja.
Akhirnya kita sering sakit atau kita jadi sering stres, nah tubuh kita tidak bisa menanggungnya. Pilihlah pekerjaan yang memang bisa kita tanggung secara fisik, seperti tadi tentang debu. Ada juga orang yang memang tidak tahan untuk misalnya terlalu banyak di luar, di lapangan, terkena angin yang menyebabkan dia sering sakit atau jenis pekerjaannya, batas temponya, batas waktunya terus-menerus diburu misalnya seperti wartawan. Ada orang yang memang cocok, dia tidak bisa harus kerja sampai larut malam karena ada deadline. Jadi meskipun bagus, menggiurkan tapi kalau memang tubuh kita tidak mampu untuk melakukannya kita harus terima fakta itu.ET : Tapi adakalanya tuntutan itu tidak langsung diberikan saat itu juga ketika seseorang mulai bekerja. Kaitannya dengan prinsip yang yang keempat tadi tentang sikap terhadap pekerjaan, kebnyakan mungkin awalnya hanya 8 jam rasanya mampu tetapi kemudian karena oleh bos atau majikan ini dilihat dia sikapnya baik, positif dan biasanya yang seperti ini kemudian akan dipercayakan lebih dan lebih lagi akhirnya tanpa disadari dalam waktu beberapa bulan yang tadinya 8 jam jadi 10 jam dan seterusnya bertambah.
Padahal ketahanan ini masalahnya, jadi bagaimana mengkombinasikan prinsip yang keempat dengan kelima ini, Pak Paul?PG : Saya kira perlu keterbukaan baik dengan diri kita maupun dengan pekerjaan atau atasan kita yaitu kita mengakui kita terbatas, kita tidak bisa, tubuh kita tidak bisa menanggungnya dan kia harus jujur juga dengan atasan kita.
Kita mau melakukannya tapi tidak bisa sebanyak itu dan terserah dia, apakah mau mempertahankan kita atau tidak. Nah ini sebetulnya membawa kita kepada prinsip yang terakhir, yang keenam yaitu pilihlah pekerjaan yang mendukung keseimbangan hidup. Makin tua makin saya menyadari pentingnya kita menyadari ritme hidup kita, irama hidup kita, keseimbangan kita ini. Karena kalau pekerjaan membawa tekanan terlalu besar, itu akan menjungkirbalikkan keseimbangan hidup kita. Akhirnya akan melimpah ruah misalnya dalam keluarga, kehidupan emosional kita, belum lagi kehidupan rohani kita menjadi jauh dari Tuhan dan sebagainya. Ada orang yang harus hidup dengan lingkungan yang sangat-sangat tidak mengenal Tuhan, main perempuan terus-menerus, akhirnya dia ikut terbawa dan tidak bisa lepas. Nah langkah yang harus diambil sebenarnya adalah melepaskan pekerjaan itu, karena dia tahu dia tidak bisa lepas dari kecanduan misalnya minum atau main perempuan atau narkoba, jadi yang dia harus lepaskan adalah pekerjaannya. Atau terlalu tersita waktunya di luar sehingga tidak punya waktu lagi untuk keluarganya. Dia harus menyadari hidupnya tidak lagi seimbang, jadi ada baiknya kalau pendengar-pendengar kita ini kebetulan adalah para eksekutif muda, ada baiknya kita berhenti sejenak, melihat, introspeksi apakah kita telah hidup seimbang, cukup waktu untuk diri sendiri, cukup waktu untuk anak dan istri atau suami kita. Dan terutama cukup waktu atau tidak untuk pekerjaan Tuhan yang kita akan bawa ke sorga nanti sudah tentu bukan jam-jam kerja kita, tapi apa yang kita perbuat untuk Tuhan.ET : Masalahnya kadang-kadang kalau untuk orang yang baru mulai meniti karier menganggap ini sebagai sementara, Pak Paul. Ya ini sementaralah karena saya sedang meniti, nanti kalau sudah samai pada titik tertentu saya akan lebih memperhatikan keseimbangan hidup, tapi nyatanya semakin dituntut maka semakin tidak seimbang.
PG : Ada seorang hamba Tuhan yang saya kenal setiap 5 tahun dia akan pergi menyendiri selama beberapa saat berdoa meminta petunjuk Tuhan. Dia akan mengevaluasi pelayanannya 5 tahun terakhir ni dan secara spesifik dia akan meminta Tuhan menunjukkan apa yang dia harus kerjakan buat Tuhan 5 tahun mendatang.
Dan dia telah melakukan itu sejak dari awal pelayanannya. Saya kira ini semua kita bisa pelajari dan contoh, evaluasilah yang telah kita lakukan apakah kita terus-menerus dalam proses meniti, sampai kapan kita akan selesai meniti dan apakah dalam penitian ini kita akhirnya akan menggoncangkan keseimbangan hidup. Ada orang yang harus mengorbankan keluarganya, kehidupan dirinya sendiri menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya, penuh tekanan akhirnya menjadi pemarah. Penuh tekanan sehingga akhirnya lari ke hal yang berdosa, jadi akhirnya kita harus evaluasi diri. Jadi jangan sampai kita memilih pekerjaan yang akan menghancurkan kehidupan kita.
PG : Saya akan bacakan dari
GS : Pada akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada, Pak Paul dan Ibu Esther, untuk saran dan perbincangan kita malam ini. Saudara-saudara pendengar demikian tadi Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bapak Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Memilih Pekerjaan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
18. Gejolak Pertumbuhan Remaja 1 |
|
Masa remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya.
Masa remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya.
Perbedaan masa kanak-kanak dengan masa remaja adalah:
Secara fisik anak remaja sudah mengalami beberapa perubahan hormonal misalkan munculnya hormon-hormon seksual yang membuat mereka itu menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergumul dengan gejolak seksualnya.
Mereka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak, pola pikir ini membuat mereka mempertanyakan nilai-nilai yang mereka telah anut sebelumnya.
Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang sedang 'in' di kalangan mereka. Dan mungkin sekali apa yang sedang 'in' atau trend itu tidak cocok dengan yang kita sukai akibatnya sering kali terjadi pertengkaran, membuat hubungan orang tua-anak sering kali tegang.
Yang dikatakan remaja, dipandang dari segi usia adalah anak usia sekitar 11 - 12 tahun hingga usia sekitar 20 tahun.
Sekurang-kurangnya ada 3 tahapan yang harus dilewati oleh seorang remaja:
Usia sekitar 12 - 14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian-bagian tubuhnya atau dia tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bisa menerima diri secara fisik, bisa membuahkan kekurangpercayaan diri.
Usia sekitar 15 - 18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan lingkungan teman-temannya terhadap dirinya ini. Apakah teman-temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang masuk dalam kelompok mereka. Ini sering kali menjadi dilema buat kita sebagai orang tua, karena adakalanya kelompok anak akan memaksakan anak kita melakukan hal-hal yang kita tidak setujui. Nah kita harus berhati-hati dengan respons kita sebagai orang tua, adakalanya kita terlalu terburu-buru memisahkan anak dari lingkungannya sehingga anak itu tidak pernah benar-benar bergumul dengan tantangan yang ada di depannya atau ada anak yang justru kebalikannya terjun masuk ke dalam kelompoknya dan menanggalkan nilai-nilai supaya teman-teman bisa menerimanya.
Usia 19 tahun hingga 20 atau 21 tahun. Ini memang sudah tumpang tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke tahapan dewasa awal. Pergumulan remaja pada tahap ini berkisar pada kemampuan pribadinya membangun karier. Jadi pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi pergumulannya adalah mampukah saya masuk ke sekolah tertentu, mampukah saya masuk ke jurusan yang saya inginkan. Atau kalau dia ingin bekerja, mampukah saya memulai pekerjaan saya, mampu tidak saya meniti karier saya. Pada tahap ini ada 2 kata yang perlu diperhatikan oleh para remaja yaitu :
Tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama dan tidak seorang pun mempunyai kesempatan yang sama.
Ada tiga kemungkinan penyebab yang membuat remaja akhirnya menemui jalan buntu, dia tidak tahu mau sekolah apa.
Adakalanya remaja mempunyai kemampuan yang terlalu besar, banyak beragam, nah dia mungkin mengalami kebingungan mau pilih yang mana.
Dia tidak menyadari dia bisa apa, dia tidak tahu dia mampu di mana, sebab yang dia tahu semuanya dia tidak suka dan semuanya dia tidak bisa.
Kasus yang ketiga, dia sebetulnya tahu dia bisa apa, tapi dia bisa itu bukan hal yang dia sukai, karena dia menganggap yang dia bisa itu hal yang tidak dihormati atau hal yang tidak begitu dihargai oleh masyarakat atau yang dia bisa itu tidak bisa menghasilkan uang dengan cepat.
Dalam hal ini bimbingan orang tua yang sangat penting, bukan sekolah atau guru tapi orang tua dari sejak anak masih jauh lebih muda, jauh lebih kecil orang tua sudah mulai memantulkan pada anak apa yang menjadi bakat dan kemampuan si anak.
Peran kita sebagai orang tua adalah:
Orang tua harus mengenal anaknya dengan baik, sehingga dia bisa melihat anaknya itu dengan tepat. Kemampuannya apa, bisanya apa kira-kira pengarahan seperti apa.
Orang tua mesti memiliki hubungan yang baik dengan anak, ini penting sekali sebab mustahil anak mendengar orang tua kalau hubungannya dengan orang tua tidak positif. Hubungan yang baik juga adalah wadah di mana anak lebih berani untuk mengemukakan pergumulannya, ketidakbahagiaannya, ketertekanannya, penderitaannya.
Si anak juga mesti mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, jadi bukan saja orang tua kenal anak dengan baik, orang tua dekat dengan anak, tapi si anak perlu dekat dengan Tuhan, itu bekal yang sangat penting sekali, tanpa itu tidak bisa maju.
Bagi remaja yang perlu dilakukan adalah:
Berdamai, berdamai pertama dengan keterbatasan fisik. Berdamai artinya terima fisikmu seperti itu memang terbatas tidak usah malu, tidak usah dilebih-lebihkan.
Berdamai dengan keterbatasan teman, artinya ada teman yang akan terima, ada teman yang tidak akan terima kamu, gara-gara kamu misalnya Minggu mau ke gereja kamu tidak bisa pergi dengan teman-teman, ada sebagian yang tidak menjadi temanmu dan terimalah itu tidak apa-apa.
Berdamai dengan keterbatasan kemampuan dan kesempatanmu.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, kami akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat. Kali ini kami akan berbincang-bincang tentang "Gejolak Pertumbuhan Remaja." Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Ada beberapa hal Pak Gunawan, secara fisik anak remaja ini sudah mengalami beberapa perubahan hormonal, misalkan yang paling jelas adalah munculnya hormon-hormon seksual yang membuat merek itu menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergumul dengan gejolak seksualnya.
Nah ini salah satu hal yang sering kali menjadi problem bagi para remaja maupun orang tua yang mengawasi mereka. Hal lainnya juga adalah karena mereka makin dewasa pola pikir mereka bertambah abstrak, pola pikir yang bertambah abstrak ini membuat mereka mempertanyakan nilai-nilai yang mereka telah anut sebelumnya. Kalau sebelumnya pada masa kecil mereka menerima begitu saja apa yang kita katakan, apa yang kita yakini sebagai kepercayaan kita atau iman kita, sebagai kebenaran. Pada masa remaja mereka tiba-tiba menggugat apa yang telah kita tekankan sebelumnya. Atau yang lainnya lagi adalah para remaja ini juga akan mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang sedang 'in' di kalangan mereka. Dan apa yang sedang 'in' atau trend itu mungkin sekali tidak cocok dengan yang kita sukai, akibatnya sering kali terjadi pertengkaran. Nah hal-hal seperti itu saya kira menandai masa remaja, menjadi masa yang khas sekali karena hal-hal tersebut membuat hubungan orang tua-anak sering kali tegang. Kamar tidak dibersihkan, musik terlalu keras, rambut dipotong seperti itu, gaya bicaranya seperti ini, belajar dari mana semua itu dan sebagainya.PG : Ada beberapa pandangan Pak Gunawan, namun saya secara pribadi mengkategorikan remaja itu dari usia sekitar 11 atau 12 tahun hingga usia sekitar 20 tahun jadi rentang yang cukup panjang antra 8- 10 tahun.
PG : Ya betul sebab kalau kita melihat masa kanak-kanak di atas balita adalah sekitar usia 5 tahunan.
PG : Sering kali bertahap Pak Gunawan, jadi kita mulai bisa menyimpulkan sekurang-kurangnya ada 3 tahapan yang harus dilewati oleh para remaja, yang memasuki usia remaja dari usia 11, 12 sampaiusia 20 tahun.
PG : Saya akan jelaskan ada tiga, nah yang pertama adalah usia sekitar 12-14 tahun, pada tahap ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Pada usia ini reaja peka sekali dengan komentar orang terhadap tubuhnya, penampilan fisiknya.
Kita seakan-akan melihat remaja terobsesi sekali dengan penampilan fisiknya, begitu terobsesinya sehingga mereka itu mengharapkan setiap anggota tubuh mereka itu bisa pas. Pas untuk ukuran mereka sendiri maupun pas untuk ukuran teman-teman di mana mereka bergaul. Jadi kalau misalkan anggota tubuhnya itu tingginya saja tidak pas, nah itu menjadi masalah buatnya, akan ada perilaku kompensasi yang biasanya ditunjukkan oleh remaja yang tingginya tidak pas. Lebih beranilah, lebih ributlah, lebih bawellah atau lebih jantanlah atau mau lebih menariklah, lebih cantiklah, lebih beranilah dalam berdandan dan sebagainya. Ukuran tubuh menjadi masalah atau besarnya tubuh itu kekurusan, kegemukan, atau besarnya atau panjangnya tangan, panjangnya kaki, masuk atau tidak masuknya hidung kita alias pesek atau mancung, sipit atau besarnya mata kita dan sebagainya. Jadi pada usia pertama itu sering kali remaja memang bergumul dengan penampilan fisiknya, nah sebagai orang tua kita mesti menyadari hal ini sehingga kita lebih berhati-hati, kadang-kadang orang tua karena kurang menyadari hal ini mengeluarkan komentar yang menusuk hati remaja. "Kamu sudah pendek, masih banyak laga lah," nah itu kata-kata yang benar-benar menampar hatinya si remaja sebab itulah pergumulan dia. Nah pada masa kecil hal itu memang tidak pernah menjadi masalah, tapi pada usia sekitar 12, 14 tahun penampilan fisik menjadi hal yang begitu penting baginya.PG : Betul Pak Gunawan dan ini bisa-bisa menjadi masalah, jadi riset memperlihatkan anak wanita yang bertumbuh secara fisik terlalu cepat itu sering kali lebih rawan terhadap masalah, karena di menjadi sorotan anak-anak laki seusianya atau yang lebih tua darinya.
Dia dianggap seperti wanita, mulailah komentar-komentar seksual dilontarkan terhadapnya sehingga membuat dia tidak nyaman. Atau karena tubuhnya mulai membentuk dia merasa tidak nyaman sekali bersama-sama dengan teman-teman wanita seusianya yang tubuhnya masih belum membentuk, nah itu sendiri membuat dia canggung. Nah kita mungkin berpikir para gadis ini bangga dengan tubuhnya yang telah matang atau lebih cepat dari usianya, tapi sesungguhnya ada tekanan-tekanan tersendiri yang harus dilewati oleh para gadis ini.PG : Biasanya anak-anak remaja akan sukar menerima diri, dia seolah-olah akan bermusuhan dengan dirinya sendiri. Bermusuhan dalam pengertian dia merasa tubuhnya ini seharusnyalah bukan tubuhnyadan kalau bisa tawar-menawar dengan Tuhan, mungkin dia meminta tubuh yang lain.
Nah, saya memanggil atau menyebut proses ini adalah dia gagal berdamai dengan kekurangan pribadinya, dia gagal bersalaman dengan kekurangan dirinya. Nah biasanya ini akan melahirkan kekurangpercayaan diri, jadi dia akan gamang, ragu-ragu tampil di depan orang, dia kurang berani untuk berbicara, untuk bergaul dengan lebih bebas dan sebagainya, karena dia memang mempunyai beban mental bahwa dia kurang menarik, bahwa dia itu tidak sama dengan teman-temannya yang lain. Dia senang kalau temannya wanita, yang cantik, yang menarik kalau misalnya ada wanita mau bergaul dengan dia. Tapi sekaligus itu tekanan buatnya karena dia harus bergandengan tangan dengan temannya yang cantik atau kalau dia pria tubuhnya terlalu berbeda dari temannya yang lain, dia akan senang kalau teman prianya yang lumayan ganteng mau bergaul dengan dia, tapi sekaligus merasakan ada tekanan juga sebab wanita akan melirik temannya dan tidak melirik dia. Nah biasanya sekali lagi saya tekankan Pak Gunawan, akan muncul perilaku kompensasi, ini yang harus diperhatikan oleh kita sebagai orang tua. Perilaku kompensasi biasanya adalah perilaku untuk menambal kekurangan-kekurangan itu sebab adanya kekurangan atau kekurangpercayaan diri itu. Nah kita harus menjaga agar perilaku kompensasi itu masih dalam batas kewajaran, misalkan kalau sudah tidak wajar seperti ini, anak wanita kita terus menelepon teman-teman prianya nah kita mungkin bisa sensitif juga, kita bisa mengetahui bahwa dia mungkin rindu sekali teman prianya telepon dia tapi memang tidak ada yang menelepon. Jadi akhirnya dia yang menelepon, atau teman prianya kok tidak ada yang datang ke rumah sedangkan di sekolah dia mendengar teman-temannya bercerita "wah...si ini ke rumah saya, o..... si itu ke rumah saya." Dan teman-teman pria juga berkata: "o...kita ngumpul yuk!"; "Kita ngumpulnya di mana?" Di rumah teman wanita yang tertentu. Nah hal-hal itu menekan bagi si wanita, jadi kita orang tua harus peka dan sekaligus mengawasi agar jangan sampai perilaku kompensasi mereka itu lewat batas kewajaran.PG : Saya kira bisa Pak Gunawan, meskipun ini menuntut satu hal yaitu kejelian dan orang tua mesti sedikit banyak di rumah. Karena kalau orang tua tidak di rumah mustahil baginya melihat perubaan-perubahan ini.
Saya berikan contoh yang saya pernah juga paparkan dalam ceramah-ceramah saya yaitu kisah Pdt. Bill Hyble, waktu malam-malam dia ingin menonton acara favoritnya dia melihat anaknya yang masih kecil di tempat tidur berbaring dengan wajah yang begitu murung, dia terus bergumul dia temani anaknya atau tidak, akhirnya dia iseng-iseng dia bertanya: "Kenapa kau begitu murung?" anak itu tidak menjawab, terus mendiamkan dia. Dia bertanya lagi: "Kenapa kau murung? Kenapa kau murung?" Anak itu tidak menjawab. Nah akhirnya dia bingung dia harus turun nonton televisi atau tidak, tapi akhirnya dia putuskan tidak menonton dia temani anaknya. Dia hanya berbaring di samping si anak tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Tapi tiba-tiba si anak menengok ke arahnya dan bercerita bahwa tadi pagi di sekolah temannya mengejek dia, nah dia langsung menangis terisak-isak. Nah sekali lagi moment itu tidak datang setiap hari, nah kadang-kadang memang orang tua berkata: "Yang penting, saya memberi waktu yang berkwalitas", tapi masalahnya kapan waktu yang berkwalitas itu datang, tidak bisa kita ciptakan, datangnya tanpa diduga. Jadi kalau orang tua memperhatikan seharusnya orang tua bisa melihat perubahan itu dan nada kita janganlah nada yang menghakimi, tapi nada yang menerima. Dan kalau kita tahu bahwa dia bergumul dengan penampilan tubuhnya berhati-hati jangan sampai keluar kata-kata yang lebih menekan dia. Yang paling klasik adalah soal makan Pak Gunawan, misalkan anak kita agak sedikit gemuk, anak kita misalkan wanita, saya kira benar kalau kita menjaga anak kita makannya lebih sehat dan sebagainya tapi jangan sampai keluar kata-kata yang makin menjatuhkan dia, "dasar kamu gembrotlah, dasar kamu rakuslah, kamu tidak sadar tubuh kamu sudah gemuk seperti itu" dan sebagainya, itu makin memukul si anak sebab dia sendiri bergumul dan mau lebih kurus tapi tidak begitu mudah, jadi lebih baik kita membangunnya, mendorongnya.PG : Tahap kedua adalah usia sekitar 15-18 tahun Pak Gunawan, nah pada tahap ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan lingkungan teman-temannya terhadap dirinya. Nah pada masainilah orang tua sering kali berkelahi atau bertengkar dengan si anak karena si anak lebih mendengarkan penilaian teman-temannya, omongan teman-temannya, sehingga orang tua akhirnya sering kali harus bertengkar dengan dia.
Pada tahap ini anak-anak takut sekali dikucilkan Pak Gunawan, dia takut sekali menjadi orang yang dikeluarkan dari lingkungan pergaulan. Wah kalau dia datang ke sekolah hari lepas hari tapi tidak ada tempat berkumpulnya, wah sangat-sangat membuat dia sedih jadi memang ini adalah kebutuhan dia pada usia sekitar 15-18, dia butuh sekali diterima oleh teman-temannya.PG : Saya kira berkaitan, jadi kalau sebelumnya dia merasa nyaman dengan dirinya, bisa mempercayai apa adanya dirinya itu, bisa menerima kekurangannya OK-lah dia terlalu gemuk, OK-lah dia terlau kurus, OK-lah rambutnya tidak seperti temannya tapi dia bisa merima.
Nah penerimaannya itu akan menolong dia untuk bisa bergaul dengan teman-temannya, kalau dia sudah merasa tidak diterima karena penampilan tubuhnya tidak pas, nah dia mulai menjauhkan diri dari teman-teman berarti dia mulai tersingkirkan, jadi berkaitan.PG : Wah....itu sangat penting Pak Gunawan, sangat penting sekali sebab boleh dikata pada usia ini remaja hanya eksis kalau dia mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari teman-temannya. Jadi kaau kita menuntut remaja untuk berbeda dari teman-teman itu sulit, sulit sekali sebab dia harus datang hari lepas hari ke sekolah atau ke tempat dia berkumpul dan tidak menerima uluran tangan, tidak ada yang menyambutnya, tidak ada yang mengajak dia bicara, wah itu sangat-sangat menyulitkan.
Beruntunglah kalau misalkan ada yang seperti dia beberapa orang itu akan sangat menolong. Tapi kalau kebetulan semuanya begitu berbeda dari dirinya wah itu akan menyulitkan dia.PG : Betul, jadi pada tahap ini orang tua seolah-olah merasa mereka kok tidak lagi berharga di mata si anak, tidak lagi dipandang oleh si anak, tidak lagi dihormati oleh si anak. Ya dari satu ssi memang itulah yang terjadi, tapi di sisi lain kita mesti mengerti bahwa si anak sebetulnya bergumul dihimpit oleh dua kekuatan ini, orang tua atau temannya.
Misalkan dia sudah berjanji untuk pergi dengan teman-temannya terus orang tua tidak memberikan ijin misalkan dia berjanji naik motor mau jalan-jalan, kalau di Jakarta misalnya mau ke Puncak, kalau kita di Jawa Timur misalkan mau ke Batu atau ke Tretes, Trawas. Nah kita berkata tidak boleh naik motor dengan teman-temanmu ke tempat yang jauh, itu tidak boleh, dia sudah terlanjur berjanji dengan teman-temannya. Wah....betapa sulitnya bagi dia untuk memberitahukan teman-temannya "maaf ya saya tidak bisa pergi denganmu karena.....(ini alasannya yang sulit dikemukakan) yaitu orang tua saya tidak mengijinkan." Sebab teman-temannya akan langsung tertawa mengejek dan berkata: "Kamu seperti anak kecil, kamu pergi begitu saja tidak boleh," nah yang langsung dipikirkan apa? Lain kali kalau dia mau pergi lagi dengan teman-temannya ke Tretes atau kalau di Jakarta ke Puncak, dia tidak akan memberitahukan orang tuanya. Lebih baik dia pergi diam-diam, pagi-pagi dia pulang terus berbohong kepada orang tuanya dan berkata baru saja dari rumah temannya. Jadi sekali lagi perilaku-perilaku seperti berbohong, itu akan muncul pada tahap ini pada usia sekitar 15-18, tapi saya kira saya perlu ingatkan orang tua bahwa kita tidak menoleransi kebohongan si anak, tapi kita perlu mengerti kenapa dia berbohong. Sebab barangkali memang dia terjepit di antara 2 nilai, 2 tuntutan dan dia itu harus hidup di tengah teman-temannya juga, itu dilemanya.PG : Betul, jadi adakalanya dilema ini memang susah untuk dipecahkan tapi saya mau memberikan satu masukan di sini yaitu hati-hatilah dengan 2 ekstrim atau 2 reaksi yang ekstrim. Pada satu sisiremaja akhirnya ada yang menyembunyikan nilai pribadinya dan terjun masuk ke nilai-nilai teman-temannya, pokoknya apa yang dilakukan teman-teman dia ia-kan dan lakukan.
Nah apa yang dia yakini, apa yang dia percaya dia sembunyikan, ia tidak berani mengutarakannya karena takut ditolak teman-temannya, itu tidak sehat. Sebaliknya yang juga tidak sehat adalah, anak-anak remaja yang pokoknya hanya mempedulikan nilai-nilainya sendiri, dia pokoknya bela apapun yang dikatakan oleh orang tuanya dan menghindarkan diri untuk bertemu dengan nilai-nilai yang berbeda dari nilai-nilai yang dianutnya, saya kira ini juga tidak sehat. Sebab yang lebih ideal adalah anak-anak remaja memang harus mulai menghadapi dunia yang berbeda dari yang sudah dia kenal. Jadi untuk bertumbuh dengan sehat si anak remaja harus hidup di tengah-tengah tarik-menarik ini, tarik-menarik antara nilai-nilai orang tua dan nilai teman-teman atau lingkungannya yang mungkin berbeda dari nilai-nilai keluarganya. Sebaiknya dia hidup di antara dua tarik-menarik ini dan belajar untuk menyesuaikan, ada yang dia harus sesuaikan, ada yang harus dia singkirkan, ada yang dia harus tolak dan sebagainya, tapi ini adalah proses yang sebetulnya sangat bermanfaat.PG : Betul, jadi waktu kita mau mengatakan lingkunganmu jahat atau tidak benar, kita seyogyanya bisa menunjukkan satu hal atau 2 hal yang spesifik tentang temannya yang memang tidak baik itu. Dripada kita mengkategorikan secara umum temanmu jahat, nah dia yang merasakan temannya baik, dia yang hidup bersama temannya itu dan dia tahu temannya membela dia.
Bagaimanakah dia bisa memanggil orang yang membelanya jahat, tidak bisa jadi kita harus sangat spesifik waktu kita berkata ini bukanlah teman yang baik, dalam hal apakah tidak baiknya. Tapi intinya adalah orang tua mesti memantau, melihat lingkungannya, kalau kita tahu si anak akan terjerumus karena tidak bisa sama sekali untuk berdiri tegak pada prinsipnya, nah di situ kita memang harus memikirkan perlukah kita menyelamatkan dia dan melindungi dia. Saya kira akan ada titik-titik di mana orang tua harus langsung intervensi dan berkata tidak boleh, engkau tidak boleh ke sana, engkau tidak boleh bertemu dengan dia lagi karena itu sudah sangat-sangat membahayakan si anak. Tapi kalau masih belum silakan anak itu bergumul, tapi kita dari belakang atau dari sampingnya memberikan dia arahan dan dorongan. Sebab dengan cara itulah si anak akan bertumbuh dengan lebih kuat, dengan lebih sehat, bertumbuh dari dalam bukan hanya sekadar mengikuti perintah atau permintaan orang tuanya.PG : Betul, sebab sekali lagi lingkungan yang penting sekali buat dia dan akan dia bela adalah kelompoknya atau lingkungannya itu. Nah sekali lagi kita mau fokuskan pada perilaku kompensasi PakGunawan, sebab anak yang tidak diterima bagaimanapun akan menderita, dan dia cenderung akan melakukan kompensasi yang kurang positif, kurang sehat maka ada anak-anak yang misalkan tidak diterima, salah satu reaksinya adalah mengucilkan diri, mengurung diri, tidak berani keluar, tidak berani ke sekolah, tidak mau ke sekolah, itu salah satu reaksi yang buruk.
Itu juga hal yang tidak sehat atau reaksi yang kebalikannya karena tidak diterima dia akan membuat ulah supaya bisa diterima, supaya bisa diperhatikan oleh temannya atau oleh gurunya. Jadi sebagai orang tua kita mesti waspada dengan perilaku kompensasi ini. Mungkin anak kita tidak diterima dengan baik atau dia tidak tahu bagaimana caranya bergaul dan membangun relasi, sehingga dia tidak bisa masuk ke dalam lingkungan teman-temannya. Kalau kita sadari itu mungkin kita mengambil inisiatif membawa dia ke rumah temannya, mengajak temannya ke rumah kita atau apa, sehingga kita memberikan pertolongan sebelum masalah akhirnya terlanjur menjadi buruk.PG : Bisa, karena misalkan tingkat sosial di bawah susah untuk menanjak dan diterima oleh tingkat sosial yang di atasnya dan sebaliknya. Jadi kadang-kadang memang dalam dunia remaja mereka mempnyai aturannya tersendiri, aturan yang menerima atau mengeluarkan orang dari kelompok itu.
PG : Yang nanti kita akan bahas adalah remaja pada usia sekitar 19-21 tahun, kita akan melihat apa saja yang menjadi pergumulannya dan kita akan membahas beberapa saran-saran praktis yang bisa iterapkan untuk mengawasi dan menolong remaja melewati tahapan-tahapan ini.
PG : Saya akan bacakan dari
GS : Ya, katakan tidak ada seorang sahabatpun, Tuhan Yesus sendiri berkata Dia mau menjadi sahabat bagi kita Pak Paul. Jadi firman Tuhan ini saya percaya akan menguatkan kita semua, dan kalaupun ada anak remaja yang mendengarkan perbincangan ini saya rasa mereka pun akan termotivasi untuk bisa menerima apa yang Tuhan sudah berikan bagi dirinya. Jadi terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan kita saat ini. Dan saudara-saudara pendengar, demikian tadi kami telah menyampaikan sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang gejolak pertumbuhan remaja bagian yang pertama, dan kami mengharapkan Anda sekalian bisa mengikuti bagian yang selanjutnya yaitu bagian yang kedua pada kesempatan yang akan datang. Namun bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
19. Gejolak Pertumbuhan Remaja 2 |
|
Lanjutan T103A
Masa remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya.
Perbedaan masa kanak-kanak dengan masa remaja adalah:
Secara fisik anak remaja sudah mengalami beberapa perubahan hormonal misalkan munculnya hormon-hormon seksual yang membuat mereka itu menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergumul dengan gejolak seksualnya.
Mereka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak, pola pikir ini membuat mereka mempertanyakan nilai-nilai yang mereka telah anut sebelumnya.
Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang sedang 'in' di kalangan mereka. Dan mungkin sekali apa yang sedang 'in' atau trend itu tidak cocok dengan yang kita sukai akibatnya sering kali terjadi pertengkaran, membuat hubungan orang tua-anak sering kali tegang.
Yang dikatakan remaja, dipandang dari segi usia adalah anak usia sekitar 11 - 12 tahun hingga usia sekitar 20 tahun.
Sekurang-kurangnya ada 3 tahapan yang harus dilewati oleh seorang remaja:
Usia sekitar 12 - 14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian-bagian tubuhnya atau dia tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bisa menerima diri secara fisik, bisa membuahkan kekurangpercayaan diri.
Usia sekitar 15 - 18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan lingkungan teman-temannya terhadap dirinya ini. Apakah teman-temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang masuk dalam kelompok mereka. Ini sering kali menjadi dilema buat kita sebagai orang tua, karena adakalanya kelompok anak akan memaksakan anak kita melakukan hal-hal yang kita tidak setujui. Nah kita harus berhati-hati dengan respons kita sebagai orang tua, adakalanya kita terlalu terburu-buru memisahkan anak dari lingkungannya sehingga anak itu tidak pernah benar-benar bergumul dengan tantangan yang ada di depannya atau ada anak yang justru kebalikannya terjun masuk ke dalam kelompoknya dan menanggalkan nilai-nilai supaya teman-teman bisa menerimanya.
Usia 19 tahun hingga 20 atau 21 tahun. Ini memang sudah tumpang tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke tahapan dewasa awal. Pergumulan remaja pada tahap ini berkisar pada kemampuan pribadinya membangun karier. Jadi pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi pergumulannya adalah mampukah saya masuk ke sekolah tertentu, mampukah saya masuk ke jurusan yang saya inginkan. Atau kalau dia ingin bekerja, mampukah saya memulai pekerjaan saya, mampu tidak saya meniti karier saya. Pada tahap ini ada 2 kata yang perlu diperhatikan oleh para remaja yaitu :
Tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama dan tidak seorang pun mempunyai kesempatan yang sama.
Ada tiga kemungkinan penyebab yang membuat remaja akhirnya menemui jalan buntu, dia tidak tahu mau sekolah apa.
Adakalanya remaja mempunyai kemampuan yang terlalu besar, banyak beragam, nah dia mungkin mengalami kebingungan mau pilih yang mana.
Dia tidak menyadari dia bisa apa, dia tidak tahu dia mampu di mana, sebab yang dia tahu semuanya dia tidak suka dan semuanya dia tidak bisa.
Kasus yang ketiga, dia sebetulnya tahu dia bisa apa, tapi dia bisa itu bukan hal yang dia sukai, karena dia menganggap yang dia bisa itu hal yang tidak dihormati atau hal yang tidak begitu dihargai oleh masyarakat atau yang dia bisa itu tidak bisa menghasilkan uang dengan cepat.
Dalam hal ini bimbingan orang tua yang sangat penting, bukan sekolah atau guru tapi orang tua dari sejak anak masih jauh lebih muda, jauh lebih kecil orang tua sudah mulai memantulkan pada anak apa yang menjadi bakat dan kemampuan si anak.
Peran kita sebagai orang tua adalah:
Orang tua harus mengenal anaknya dengan baik, sehingga dia bisa melihat anaknya itu dengan tepat. Kemampuannya apa, bisanya apa kira-kira pengarahan seperti apa.
Orang tua mesti memiliki hubungan yang baik dengan anak, ini penting sekali sebab mustahil anak mendengar orang tua kalau hubungannya dengan orang tua tidak positif. Hubungan yang baik juga adalah wadah di mana anak lebih berani untuk mengemukakan pergumulannya, ketidakbahagiaannya, ketertekanannya, penderitaannya.
Si anak juga mesti mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, jadi bukan saja orang tua kenal anak dengan baik, orang tua dekat dengan anak, tapi si anak perlu dekat dengan Tuhan, itu bekal yang sangat penting sekali, tanpa itu tidak bisa maju.
Bagi remaja yang perlu dilakukan adalah:
Berdamai, berdamai pertama dengan keterbatasan fisik. Berdamai artinya terima fisikmu seperti itu memang terbatas tidak usah malu, tidak usah dilebih-lebihkan.
Berdamai dengan keterbatasan teman, artinya ada teman yang akan terima, ada teman yang tidak akan terima kamu, gara-gara kamu misalnya Minggu mau ke gereja kamu tidak bisa pergi dengan teman-teman, ada sebagian yang tidak menjadi temanmu dan terimalah itu tidak apa-apa.
Berdamai dengan keterbatasan kemampuan dan kesempatanmu.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, kami akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang lalu yaitu "Gejolak Pertumbuhan Remaja". Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Masa remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya. Sekurang-kurangnya ada 3 tahapan yang akan dilewati oleh seorang remaja, yang pertma tahapan sewaktu dia berusia sekitar 12-14 tahun.
Pada masa itu pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan akan dirinya secara fisik. Biasanya yang menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian-bagian tubuhnya atau dia tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bisa menerima diri secara fisik atau kegagalan menyukai dirinya secara fisik bisa membuahkan kekurangpercayaan diri, justru dia itu tidak lagi berdamai dengan dirinya justru memusuhi dirinya kok tubuhku seperti ini, kok penampilanku seperti ini. Tahapan kedua usia sekitar 15-18 tahun, pada tahapan ini biasanya pergumulan remaja berkaitan dengan penerimaan teman-temannya. Jadi kalau tahap pertama tadi penerimaan diri terhadap diri sendiri yang didasari atas penampilan fisik, sekarang penerimaan teman-teman terhadap dirinya, apakah teman-temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang masuk dalam kelompok mereka. Nah biasanya ada hal-hal yang kelompok lakukan yang diharapkan anggota kelompok untuk berani melakukannya juga atau memenuhi kriteria tertentu yang sudah dianut oleh kelompok itu. Nah sekali lagi ini sering kali menjadi dilema buat kita sebagai orang tua, karena adakalanya kelompok anak akan memaksakan anak kita melakukan hal-hal yang kita tidak setujui. Nah, kita harus berhati-hati dengan respons kita sebagai orang tua, adakalanya kita terlalu terburu-buru memisahkan anak dari lingkungannya, sehingga anak itu tidak pernah benar-benar bergumul dengan tantangan yang ada di depannya atau ada anak yang justru kebalikannya terjun masuk ke dalam kelompoknya dan menanggalkan nilai-nilai yang telah dianutnya supaya teman-teman bisa menerimanya. Ini juga hal yang tidak sehat, jadi yang sehat adalah remaja berada di tengah-tengah ketegangan itu, di antara kubu yang saling tarik-menarik. Dari pergumulan inilah remaja akan bertumbuh menjadi seorang pribadi yang tangguh, kalau dia berhasil dia akan menjadi anak yang kuat. Anak yang kuat sering kali justru akan mendapatkan penerimaan dan respek dari teman-temannya, tapi anak-anak yang terseret arus yang tidak mempunyai ketangguhan dalam dirinya justru cenderung ditolak atau dipermainkan atau tidak dihargai oleh lingkungannya, nah inilah yang akan membuahkan kekurangpercayaan diri si anak remaja itu, ini yang akan dibawa masuk ke tahapan yang ketiga.PG : Saya memasukkan tahapan ketiga ini dalam usia 19 tahun hingga 20 atau 21 tahun, jadi memang ini sudah tumpang tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke tahapan dwasa awal.
Biasanya pergumulan remaja pada tahap ini berkisar pada kemampuan pribadinya membangun karier, jadi pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi pergumulannya adalah mampukah saya masuk ke sekolah tertentu, mampukah saya masuk ke jurusan yang saya inginkan. Atau kalau dia ingin bekerja, mampukah saya memulai pekerjaan saya, mampu atau tidak saya ini meniti karier, nah ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan pribadinya, ini yang tiba-tiba menjadi penting buat seseorang yang berusia sekitar 19-21 tahun.PG : Ya, jadi saya akan mengkategorikan sampai usia sekitar 20 sebetulnya itu masih bisa kita panggil remaja atau sekaligus kita panggil dewasa awal. Memang tahapan yang sangat tumpang tindih.
PG : Saya kira demikian, jadi pada masa-masa usia sekitar 19, 20, 21 tahun sekolah bagi lingkungan tertentu sangat penting. Jadi akan ada banyak pertanyaan ya sewaktu orang bertemu dengan temanbaru: "sekolah di mana, atau sekolah apa, jurusan apa."
Nah bayangkan kalau seseorang, baik itu putra maupun putri tidak bisa menyebut kata-kata emas itu "o....saya kuliah atau saya sedang studi apa", nah itu membuat remaja sedikit banyak merasa terlempar keluar dari lingkungannya. Sebab sekali lagi ini berkaitan dengan kemampuan pribadinya dia bisa atau tidak masuk ke sana atau misalkan dia bekerja, ditanya bekerja apa. Kariernya meskipun pada tahap awal itu sudah mulai menjadi hal yang penting bagi dirinya maupun lingkungannya.PG : Tepat sekali Pak Gunawan, jadi pada tahap ini ada 2 kata yang harus disimak baik-baik oleh para remaja yaitu kata kemampuan dan kesempatan. Tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama an tidak seorangpun mempunyai kesempatan yang sama.
Jadi kadang-kadang remaja itu mesti disadarkan, karena kalau tidak dia menganggap bahwa seyogyanya saya mempunyai kemampuan yang dimiliki oleh teman saya juga, padahalnya dia tidak memiliki kemampuan itu. Nah ini menjadi topik bahasan pada masa anak-anak berusia sekitar 18, SMA kelas III, mulai menentukan jurusan mau sekolah apa, mudah sekali remaja jatuh ke dalam kolam ikut-ikutan.PG : Ada beberapa penyebab, yang pertama adalah adakalanya remaja mempunyai kemampuan yang terlalu tersebar, banyak beragam, nah dia mungkin mengalami kebingungan mau memilih yang mana itu kasu pertama, tapi ini kasus yang lebih baik daripada kasus yang kedua yaitu dia tidak menyadari dia bisa apa, dia tidak tahu dia mampu di mana, sebab yang dia tahu semuanya dia tidak suka dan semuanya dia tidak bisa, nah itu yang paling payah.
Atau yang ketiga kasusnya adalah dia sebetulnya tahu dia bisa apa, tapi dia bisa itu bukan hal yang dia sukai, karena dia menganggap yang dia bisa itu hal yang tidak dihormati atau hal yang tidak begitu dihargai oleh masyarakat, atau yang dia bisa itu tidak bisa menghasilkan uang dengan cepat. Jadi bisa ada 3 kemungkinan ini yang membuat remaja akhirnya tiba-tiba menemui jalan buntu, dia tidak tahu mau sekolah apa, nah di sini pentingnya bimbingan. Nah, saya selalu pulangkan bimbingan adalah tanggungjawab pertama dari orang tua, bukan sekolah atau guru, tapi orang tua dari sejak anak masih jauh lebih kecil, orang tua sudah harus mulai memantulkan pada anak, "engkau bagus di sini, engkau kuat di sini." Sekali lagi orang tua perlu terlibat dan dekat dengan anak-anak, kalau tidak ya tidak mungkin orang tua bisa tahu anaknya itu kuat di mana. Nah, pantulan dari orang tua ini sedikit banyak menjadi sasaran, menjadi petunjuk buat si anak, "O... OK, saya kira-kira kuat di sini, nanti saya akan lebih perhatikan dalam bidang ini, saya memang bisa atau tidak, saya memang kuat atau tidak?" Nah dari misalnya SD, SMP, SMA dia sudah mulai menyempitkan minat dan kebisaannya itu.PG : Ada yang memang begitu. Pada kasus-kasus seperti ini sekali lagi kita bisa menggunakan bantuan profesional misalkan pada masa SMA kelas II dia itu bisa mengikuti test bakat atau test karier. Di situ kita melihat kira-kira apa kemampuannya dan kita mulai mengarahkan, tapi yang terpenting adalah kita harus melihat juga apakah dia siap untuk menerima kemampuannya itu, apakah dia juga siap menerima keterbatasannya, ini yang sering kali menjadi pergumulan remaja. Ada remaja yang tidak bisa menerima bahwa dia terbatas dalam bidang ini dan dia mau masuk ke bidang yang dia terbatas itu. Bidang yang dia lebih bisa dia tidak mau, dia tidak hargai nah orang tua di sini berperan untuk menerima si anak. Sebab kadang kala orang tua, memang saya harus akui, mengeruhkan situasi karena orang tua juga mempunyai standar, mempunyai permintaan seharusnya anak saya masuk ke bidang ini, kok masuknya ke sini. Contoh yang paling gampang saja masuknya ke A1, A2, atau A3; nah orang tua inginkan anak-anak semuanya masuk ke A1 misalnya, aduh masuk ke A2 apalagi masuk ke A3 tidak dipandang, jadi orang tua yang memberikan tekanan tambahan. Jadi si anak tahu sebaiknya dari kecil, memang orang tua memberikan dorongan kepada anak-anak untuk belajar sebaik mungkin, bertanggung jawab atas tugas tapi tentang bidang jurusannya, orang tua akan berkata nanti kamu masuk ke mana kalau memang itu adalah yang Tuhan berikan kepada kamu, terima jadilah terbaik pada bidang itu. Sikap seperti itu menolong anak, jangan sampai dari kecil orang tua terlalu menjejali anak dengan filsafatnya kamu harus masuk sekolah ini, kamu harus menjadi ini, padahalnya anaknya tidak mempunyai kemampuan untuk itu.
PG : Bisa ada beberapa kemungkinan Pak Gunawan, yang lebih sehat adalah dia memang merasa dia belum siap untuk kuliah maka dia bekerja dulu, dia mengambil waktu setahun, dua tahun baru dia akanteruskan kuliah dan ini tidak salah.
Seperti mungkin saya pernah katakan sebelumnya di Amerika Serikat ada program, program tunda, jadi anak-anak itu sengaja menunda lulus SMA, jadi tidak lulus dulu, tapi sengaja dia untuk keluar dari sekolah mencari pengalaman setahun atau dua tahun baru kembali ke bangku SMA. Lulus SMA nanti baru meneruskan mau sekolah di mana.PG : Bisa, jadi ada sebagian yang memang akhirnya tidak mau sekolah lagi, itu sebabnya kita orang tua sering kali berkata langsung saja sekolah. Tapi sekali lagi tidak semua anak siap untuk kulah pada usia 18 tahun, belum tentu, jadi kita juga harus siap kalau misalkan anak kita berkata: "Ma atau Pa, saya rasanya kok belum siap untuk kuliah sekarang".
Nah kita bisa menimbang-nimbang memang apakah dia mempunyai kemampuan untuk study seperti itu atau tidak. Intinya di sini adalah kalau remaja gagal berdamai dengan kemampuan dan keterbatasannya, ini akan membuat dia frustrasi. Frustrasi sekali sebab dia memaksakan harus begini, harus bisa itu dan sebagainya, nah saya khawatir ke sesuatu yang tidak realistis, akhirnya dia memaksakan untuk masuk ke bidang yang bukan kemampuannya atau sebaliknya dia akan kecewa, dia akan putus asa, dia akan kehilangan semangat juang sebab dia tidak bisa meraih impiannya itu, jadi ada dua ekstrim yang bisa menjadi perilaku kompensasi remaja.PG : Pertama memang orang tua harus mengenal anaknya dengan baik, itu intinya; sehingga dia bisa melihat anaknya itu dengan tepat, kemampuannya apa, bisanya apa, kira-kira pengarahannya sepertiapa, nah itu didasari atas pengenalan yang baik terhadap anak.
Kedua orang tua mesti memiliki hubungan yang baik dengan anak, ini penting sekali sebab mustahil anak mendengar orang tua kalau hubungannya dengan orang tua tidak positif. Apapun yang orang tua akan lontarkan mêntal kembali tidak bisa masuk ke dalam diri si anak, jadi hubungan yang baik itu penting sekali. Hubungan yang baik juga adalah wadah di mana anak lebih berani untuk mengemukakan pergumulannya, ketidakbahagiaannya, ketertekanannya, penderitaannya nah siapa lagi kalau bukan orang tua yang paling cocok untuk dia bisa bagikan. Sebab orang tua adalah orang yang telah melewati masa remaja, sehingga mampu untuk memberikan masukan-masukan. Sayangnya saya harus akui saya pun kadang-kadang bisa terbawa emosi yaitu kita akhirnya tidak menempatkan diri di sisi dia, di sisi anak yang sedang bergumul. Kita akhirnya waktu berbicara dengan si remaja menempatkan diri di seberangnya bukan di sampingnya, di seberangnya sebagai orang yang sudah lewat, sudah sukses melewati masa itu. Dan kita seolah-olah menudingnya kenapa harus begini, kenapa kamu tidak bisa begini, tidak, kita mesti peka itulah keadaan dia sekarang dan dia sedang bergumul. Jadi sadarilah bahwa pada masa yang pertama anak remaja akan bergumul dengan penampilan fisiknya, jangan terburu-buru menimbun anak dengan ayat-ayat dari firman Tuhan: "Kamu 'kan ciptaan Tuhan kamu harus bersyukur, tubuh masih begini, begini," ya dia mengerti itu secara intelektual, secara rasional. Tapi kenyataannya itu mengganggu dia dalam hal diterima oleh temannya, dalam hal dia menerima dirinya terus juga pergumulan dia dengan teman-temannya. Sebaiknya orang tua memang tidak langsung memarahi si anak: "Kamu kok ikut-ikutan temanmu," sebaiknya lebih berempatilah dan berkata: "Saya mengerti kamu mengalami kesulitan, terjepit, kamu juga ingin melakukan yang teman-temanmu lakukan dan kalau kamu tidak ikut dengan mereka kamu akhirnya terlempar keluar dari pergaulan, itu susah buat kamu saya mengerti," tapi kita tekankan jangan sampai berdosa. Dan jangan mendekatkan diri kepada dosa sebab adakalanya memang teman belum berbuat dosa, anak kita belum berbuat dosa tapi tindakan-tindakannya itu sudah mengarah dan mendekatkan dia dengan dosa, kita akan berkata hati-hati jangan mendekatkan diri kepada dosa. Jadi sekali lagi hubungan yang baik membuka peluang terjadinya komunikasi antara orang tua dan anak. Dan yang ketiga adalah si anak juga mesti mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, jadi bukan saja orang tua mengenal anak dengan baik, orang tua dekat dengan anak, tapi si anak perlu dekat dengan Tuhan, itu bekal yang sangat penting sekali, tanpa itu tidak bisa maju.PG : Tergantung bagaimana kita menyampaikannya, kalau kita menyampaikannya dengan nada "Dulu Papa juga mengalami ini, tapi Papa begini". Anak-anak cenderung melihat papa hidup di zama apa, mama hidup di zaman apa, saya hidup di zaman apa sekarang.
Jadi anak-anak akan berkata: "Lain zamannya Pa!" Nah, itu memang betul. Jadi yang kita bagikan adalah bukan menekankan kita ini berhasil, kita bisa begitu, tidak! Kita tekankan bahwa: "Saya pun bergumul, jadi saya mau mengerti pergumulanmu, saya tidak bisa mengerti sepenuhnya, tapi saya mau mengerti pergumulanmu tolong beritahu papa, tolong beritahu mama, seperti apakah pergumulanmu."PG : Yang pertama saya minta remaja berdamai Pak Gunawan, kalau sekarang saya berbicara dan kebetulan ada para remaja yang mendengarkan, saya minta kepada kamu, berdamai pertama dengan keterbatsan fisikmu, berdamai artinya terima fisikmu seperti itu memang terbatas tidak usah malu, tidak usah dilebih-lebihkan saya harus lebih begini, lebih begitu, tidak! Terima memang terbatas.
Memang kamu tidak setinggi temanmu, memang kamu tidak seramping temanmu, memang gigimu tidak serata temanmu dan sebagainya, akui memang kamu terbatas, tapi terima dirimu, berdamailah dengan dirimu. Yang kedua adalah saya akan minta kepada kamu remaja berdamai dengan keterbatasan teman, artinya ada teman yang akan menerima kamu, ada teman yang tidak akan menerima kamu, gara-gara kamu misalnya Minggu mau ke gereja kamu tidak bisa pergi dengan teman-teman, ada sebagian yang tidak menjadi temanmu dan terimalah itu tidak apa-apa. Karena kamu tidak mau berbohong dengan teman-temanmu sedangkan mereka mau berbohong, akan ada teman-teman yang tidak mau menjadi teman kamu dan saya mau berkata kepada kamu tidak apa-apa, berdamai dengan keterbatasan teman. Tidak semua menjadi teman kamu, betul tapi Tuhan akan sediakan sebagian untuk kamu. Dan yang ketiga saya akan katakan berdamailah dengan keterbatasan kemampuan dan kesempatanmu. Ya mungkin kamu tidak memiliki kemampuan yang dimiliki oleh orang yang kamu senangi atau kamu idamkan, mungkin kamu tidak mempunyai kesempatan bersekolah di sekolah yang lebih bagus karena mahal, mungkin itu yang menjadi masalahmu, tapi berdamailah bahwa memang itulah porsimu, memang itulah yang Tuhan berikan, kesempatan yang Tuhan bukakan sekarang ini ya hanya itu. Berdamailah jangan memarahi diri, jangan memarahi Tuhan, jangan memarahi orang tua atau memarahi orang lain. Jadi ini nasihat saya Pak Gunawan pada para remaja, yang pertama berdamailah.
PG : Yang saya akan berikan adalah yang kedua, yaitu saya akan bacakan dari firman Tuhan yang telah saya bacakan pada acara yang sebelumnya yaitu
PG : Saya akan meminta para remaja untuk mempercayakan masa depannya kepada Tuhan, ini sebagai nasihat yang terakhir. "Orang-orang yang percaya kepada Tuhan adalah seperti gunung Sion yangtidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya," ini firman Tuhan di
PG : Apalagi yang merasa ada keterbatasan secara fisik Pak Gunawan, saya kok tidak didatangi teman pria saya atau kalau dia pria dia datang ke teman wanita ditolak atau diterima. Jangan takut, uhan menyediakan, Tuhanlah yang menjaga masa depan kita.
Saudara-saudara pendengar baru saja Anda mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Gejolak Pertumbuhan Remaja" bagian kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
20. Melihat Kecocokan dalam Masa Berpacaran |
|
Makna atau tujuan dari berpacaran adalah untuk mengetahui apakah kita bisa hidup bersama kelak dalam pernikahan, atau masa untuk memastikan apakah kita akan dapat hidup harmonis dengan pasangan kita.
Makna atau tujuan berpacaran adalah untuk mengetahui apakah kita bisa hidup bersama kelak dalam pernikahan, jadi sungguh-sungguh berpacaran adalah masa untuk memastikan apakah kita akan dapat nanti hidup harmonis dengan pasangan kita itu. Berpacaran mempunyai suatu tujuan yang jelas yaitu pernikahan.
Ada tiga hal besar yang perlu diperhatikan selama masa berpacaran yaitu:
Kebiasaan hidup, satu pertanyaan yang kita harus tanya adalah apakah kita dapat hidup dengan dia setelah kita mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidupnya dan kebalikannya juga sama apakah dia bisa hidup dengan kita setelah dia mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidup kita.
Kesungguhan hidup, kesungguhan hidup ini mencakup bagaimanakah sikap kita terhadap hidup. Masuk dalam kategori ini adalah tanggung jawab, apakah kita orang yang bersungguh-sungguh bertanggung jawab kalau mendapatkan tugas, kalau mendapatkan kepercayaan. Jadi kita mau melihat apakah pasangan kita mempunyai kesungguhan hidup, apakah dia mempunyai ketahanan untuk bisa tetap berdiri dalam keadaan yang susah ataukah dia orang yang langsung lari, langsung bersembunyi, langsung menutupi diri dari problem nah kita mau melihat itu.
Kekudusan hidup, kekudusan hidup di sini pertama-tama menyangkut apakah dia dan saya mempunyai iman yang sama, iman pada Tuhan kita Yesus Kristus, sebab itulah yang Tuhan amanatkan kepada kita, kita harus menikah dengan yang seiman dengan kita. Kekudusan hidup juga mengacu kepada bukan saja pengakuan secara intelektual saya percaya kepada Tuhan, tapi apakah kita memang menguduskan Tuhan dalam hidup kita ini artinya apakah kita menghormati Tuhan dan apakah Tuhan itu menempati porsi yang besar dalam hidup kita, kita tahu hal itu.
Ada 2 hal di sini:
Kesetiaan itulah satu sifat yang sangat-sangat indah dan ini yang harus kita cari pada pasangan kita kalau saya boleh rangkumkan.
Firman Tuhan berkata lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong artinya menikahlah dengan orang yang jujur.
Jadi waktu mencari pasangan hidup juga diperhatikanlah apakah dia orang yang setia, yang akan terus bertahan tidak akan meninggalkan kita dan apakah dia orang yang jujur sehingga dia tidak membohongi kita.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat. Perbincangan kami kali ini kami beri judul "Melihat Kecocokan dalam Masa Berpacaran". Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Saya akan tambahkan lagi Pak Gunawan, sering kali pada masa sekarang terutama anak-anak muda yang berpacaran, memang tidak mengerti apa sebetulnya makna dan tujuan berpacaran. Mereka haya melihatnya dari sudut bersenang-senang, bergengsi-gengsian, beraksi-aksian, dan menikmati masa muda, tapi sungguh-sungguh makna berpacaran itu sudah sangat-sangat kabur atau bergeser dari makna sebenarnya.
PG : Makna atau tujuan berpacaran adalah untuk mengetahui apakah kita bisa hidup bersama kelak dalam pernikahan, jadi sungguh-sungguh berpacaran adalah masa untuk memastikan apakah kita aka dapat nanti hidup harmonis dengan pasangan kita itu.
Saya sering kali berkata kepada orang yang hendak menikah, apakah engkau bisa membayangkan hidup bersama dia dengan harmonis selama 50 tahun. Kalau misalnya orang berkata saya rasa saya tidak mungkin hidup dengan dia karena dia begini-begini ya sudah berarti memang engkau tidak cocok dengan dia. Jadi salah satu pertanyaan yang biasanya saya ungkapkan adalah itu.PG : Betul, jadi berpacaran itu bagi saya adalah suatu masa yang memiliki tujuan yang sangat spesifik. Sekali lagi bukan untuk bersenang-senang, bukan sekadar untuk mengisi waktu, bukan sekaar untuk mengusir kesepian, tidak.
Berpacaran adalah masa yang mendahului pernikahan, jadi bagi saya berpacaran mempunyai suatu tujuan yang jelas yaitu ke pernikahan. Apakah kita akan sampai ke pernikahan, itu memang hal yang berikutnya sebab belum tentu kita akan sampai kepada pernikahan, sebab bisa jadi gara-gara berkenalan dalam masa berpacaran ini kita akhirnya menyadari bahwa kita tidak cocok untuknya atau dia tidak cocok untuk kita.PG : Ada 3 yang besar Pak Gunawan, saya akan membahas satu persatu. Yang pertama adalah kebiasaan hidup, satu pertanyaan yang kita harus tanyakan adalah apakah kita dapat hidup dengan dia seelah kita mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidupnya, dan kebalikannya juga sama apakah dia bisa hidup dengan kita setelah dia mengetahui kebiasaan-kebiasaan hidup kita ini.
PG : Banyak hal Pak Gunawan, misalnya kebiasaan dalam pengertian bagaimanakah kita mengisi waktu kita sehari lepas sehari, apakah kita misalkan orang yang bekerja, apakah kita bangun pada ja yang tertentu, pergi kerja pada jam yang tertentu dan kita pulang pada jam yang tertentu.
Ataukah kita orang yang kerja pada jam-jam yang tidak tertentu, pulang juga tidak tertentu, nah apakah pasangan kita bisa hidup dengan itu atau apakah kita bisa hidup dengan pasangan kita kalau waktu hidupnya seperti itu. Apa yang dilakukan misalkan ada waktu luang atau ada waktu senggang, apakah dia mempunyai hobby bermain olah raga, main tennis atau main golf, dan itu memakan waktu 10 jam, bagaimanakah dia mengisi waktu-waktu yang luang itu, apakah dia memelihara burung dan dia akan berjam-jam membersihkan kandang burung serta memandikan burung, nah kita harus bertanya dengan jelas tentang kebiasaan hidup pasangan kita itu.PG : Ini susah, jadi saran saya selalu adalah sebisanya sebelum menikah sepasang sejoli ini seharusnya tinggal di kota yang sama atau di daerah geografis yang berdekatan selama kurang lebih etahun.
Tujuannya adalah untuk mengenal lebih jelas kebiasaan hidup itu. Contoh yang lainnya lagi adalah yang bisa kita selidiki misalnya kebiasaan dalam hal menggunakan uang, atau membayar benda-benda kesukaannya, apakah itu kebiasaannya, dia bisa rela mengeluarkan uangnya yang sangat besar untuk hobbynya, nah apakah kita bisa hidup dengan kebiasaan hidupnya yang seperti itu. Misalnya lagi yang lain, dia terbiasa juga kalau mengalami sedikit masalah di jalanan misalnya langsung memaki-maki orang atau kalau orang tidak setuju dengan dia langsung dia keras atau dia mungkin memukul orang. Nah, hal-hal itu kita harus selidiki bagaimanakah dia menghadapi kemarahan, bagaimanakah dia menghadapi stres, apa kebiasaannya kalau dia menghadapi stres, apa yang akan dia lakukan kalau orang tidak bersesuai pandang dengan dia, apa yang dia akan lakukan kalau orang melukainya atau menyakiti hatinya, kita mau tahu kebiasaan-kebiasaan hidup seperti itu.PG : Sudah tentu ini berjalan secara bertahap, tidak bisa kita ketahui pada masa-masa awal. Namun tetaplah buka mata baik-baik, lihatlah secara alamiah waktu kita berkenalan, bagaimanakah di melakukan semua itu.
Contoh yang mudah sekali, pria cenderung suka dengan wanita yang manja misalnya, manja itu kolokan dan si pria itu merasa dibapakkan oleh si anak dan masalahnya adalah kebiasaan hidup itu kalau sudah bertahan akan terus berlalu sampai ke pernikahan. Apakah nanti setelah menikah si pria itu akan selalu siap untuk memanjakan si anak atau istrinya ini maksud saya. Nah, sekali lagi itu kebiasaan si istri, dia terbiasa menjadi seorang anak kecil di mana semuanya disediakan oleh keluarganya atau oleh ayah-ibunya dan dia mengharapkan suaminya melakukan hal yang sama untuk dia. Nah apakah kita bisa hidup dengan kebiasaan hidupnya itu.PG : Hal yang kedua adalah yang saya sebut kesungguhan hidup, kesungguhan hidup ini mencakup bagaimanakah sikap kita terhadap hidup. Masuk dalam kategori ini adalah tanggung jawab, apakah kia orang yang bersungguh-sungguh bertanggung jawab kalau mendapatkan tugas, kalau mendapatkan kepercayaan, kita harus memperhatikan pasangan kita apakah dia juga seperti itu.
Apakah dia orang yang menggampangkan oh...nanti bisa beres akhirnya tidak dikerjakan, tertundalah atau apa atau tentang masalah-masalah finansial oh.....nanti gampang bisa pinjam atau nanti datang sendiri uang. Apakah orang ini bersungguh-sungguh dengan hidup, saya tidak mengatakan bahwa kita harus senantiasa serius dengan hidup jam demi jamnya, tidak, kita perlu juga menyegarkan jiwa dengan berekreasi dan tertawa, tapi kita tahu bahwa hidup memang menuntut pertanggungjawaban dan kesungguhan hidup itu sangat penting. Jadi kita mau melihat juga apakah pasangan kita mempunyai kesungguhan hidup, apakah dia mempunyai ketahanan untuk bisa tetap berdiri dalam keadaan yang susah ataukah dia orang yang langsung lari, langsung bersembunyi, langsung menutupi dirinya dari problem nah kita mau melihat itu. Apakah pasangan kita mempunyai kesungguhan hidup seperti itu.PG : Sering kali memang kita harus mengamati suatu pola dan sekali memang tidak cukup, kalau sudah terjadi berkali-kali saya kira kita cukup bukti. Contoh orang yang berkata: "o....maaf lupa" nah kalau setiap kali lupa, kita akhirnya berpikir ini bukan lagi suatu kebetulan, tapi memang bagian dari hidup dia memang dia cenderung lupa dan tidak bersungguh-sungguh mengingat apa yang kita katakan.
Jadi sekali lagi ini bagian dari kesungguhan hidup, berapa bertanggung jawabnya kita dalam hidup, berapa bersungguh-sungguhnya kita ini mau bekerja, mau menuntut sesuatu dalam hidup agar kita bisa mencapainya.PG : Ya saya kira ada benarnya pernyataan tersebut, namun sekali lagi kita tidak buta 100% kita masih bisa menilik, melihatnya karena setiap orang menghadapi tanggung jawab meskipun kecil. Msalkan pada masa-masa usia 20-an tahun dan masa berkuliah bukankah kita bisa menilai dia dari kesungguhannya berkuliah.
Apakah dia main-main, apakah dia mempersiapkan tugas, atau PR atau ujiannya dengan sebaik-baiknya, jadi kita mau melihat sungguh-sungguh apakah dia mempunyai yang tekad kekuatan internal atau kekuatan batiniah untuk mau maju untuk tidak hanya melayang-layang seperti daun yang ditiup oleh angin. Dan saya kira ini kwalitas yang perlu dicari oleh semua orang yang sedang berpacaran. Kalau orang yang kita sedang dekati orang yang benar-benar seperti daun ditiup ke kiri, ke kanan dan mudah menyalahkan orang, tidak mempunyai tekad, kesungguhan untuk hidup dan melawan tantangan hidup, saya kira kurang cocok.PG : Yang terakhir adalah selain dari kebiasaan hidup, kesungguhan hidup, yang terakhir adalah kekudusan hidup. Kekudusan hidup di sini pertama-tama menyangkut kepada apakah dia dan saya memunyai iman yang sama, iman pada Tuhan kita Yesus Kristus sebab itulah yang Tuhan amanatkan kepada kita, kita harus menikah dengan yang seiman dengan kita.
Dan kekudusan hidup juga mengacu kepada bukan saja pengakuan secara intelektual saya percaya kepada Tuhan, tapi apakah kita memang menguduskan Tuhan dalam hidup kita ini artinya apakah kita menghormati Tuhan dan apakah Tuhan itu menempati porsi yang besar dalam hidup kita, kita mau tahu hal itu. Sebab sekali lagi bukannya saya berkata pastilah orang yang seperti ini tidak akan jatuh ke dalam dosa, kita manusia dari daging dan darah dan memang sudah tercemar dengan dosa, kita bisa jatuh ke dalam dosa. Tapi setidak-tidaknya kita bisa berkata orang yang takut akan Tuhan akan takut berdosa, orang yang tidak takut akan Tuhan idak terlalu takut untuk berdosa, berarti peluangnya untuk jatuh ke dalam dosa juga lebih besar. Jadi kekudusan hidup mengacu kepada berapa hormatnya dia pada Tuhan.PG : Biasanya harus melewati fase atau melewati waktu Pak Gunawan, karena perasaan sangat cinta, perasaan yang begitu mendebar-debarkan jantung itu tidak berlangsung seumur hidup. Jadi seseoang yang jatuh cinta akan melewati fase dibuai-buai oleh cinta itu paling lama 3 bulan, setelah 3 bulan dia akan mengalami fase penurunan, nah inilah fase yang sering kali langsung ditafsir saya tidak lagi mencintai dia.
Ya memang semua perasaan cinta datangnya dengan kuat, tapi setelah itu perasaan cinta itu akan mulai mengempis, nah setelah mulai turun akhirnya yang sehat adalah akan melewati sebuah plato artinya melewati suatu jalan yang rata, kalau dia terus turun sampai tidak ada lagi perasaan cinta itu baru mengkhawatirkan. Tapi yang sehat atau yang normal adalah setelah melewati fase yang kuat sekali, dia akan masuk ke fase dataran tidak turun, tidak hilang, tapi juga memang tidak terlalu menggebu-gebu. Ini yang lebih wajar, nah pada tahap wajar itulah ketiga hal yang tadi saya singgung itu lebih bisa kita amati, pada tahap 3 bulan pertama mata kita memang terlalu berkunang-kunang tidak melihat dengan jelas.PG : Selalu tidak dianjurkan. Pernikahan harus dipersiapkan dan yang dipersiapkan maksud bukannya hari acara, upacara pernikahannya tapi kesiapan untuk bersama-sama hidup dengan pasangan kita. Jadi saya meminta paling kurang kita ini berkenalan atau berpacaran selama setahun untuk bisa mengenal dengan baik. Ya kalau misalnya bisa lewat dari setahun saya kira itu lebih baik.
PG : Saya kira juga perlu, karena bagaimanapun pasangan kita tumbuh besar dalam keluarganya, ini bagian dari kebiasaan hidup, apakah orang tua mempunyai kebiasaan tertentu yang diwariskan keada anaknya dan kita mau melihat itu, bisa atau tidak kita hidup dengan dia yang sudah memiliki kebiasaan tersebut dari orang tuanya.
Orang yang bersih sekali, o......akhirnya kita sadar orang tuanya begitu bersih, orang yang begitu teratur o...kita sadar orang tuanya begitu teratur, kita akhirnya mengerti pasangan kita seperti itu, tapi kembali lagi kita harus bertanya apakah saya siap untuk hidup dengan orang misalnya seteratur itu.PG : Betul, ada 2 hal yang sering kali muncul pada benak kita pada masa berpacaran. Pertama adalah dia akan berubah atau saya bisa mengubahnya atau yang kedua adalah problem itu akan hilang engan sendirinya, o.....nanti
akan hilang dengan sendirinya. Ah, kenyataannya adalah pasangan kita tidak terlalu berubah banyak dari hari pertama kita menikahinya. Dan yang kedua adalah sering kali problem yang menjadi duri dalam pernikahan kita sekarang adalah problem yang sebetulnya kita sudah mulai alami tatkala masih berpacaran. Mungkin bentuk-bentuknya berbeda tapi jenisnya bisa sama, contoh kalau dari masa berpacaran kurang adanya rasa percaya, hampir dapat dipastikan setelah menikah nanti hal itu akan muncul kembali dan menjadi pusat problem, hampir dapat dipastikan problem-problem yang lainnya adalah problem penggembira, problem yang hanya sebagai pendamping, problem utama biasanya adalah dalam kasus itu kurang percaya, jadi pangkalnya sama.PG : Hal yang kita sukai sering kali adalah hal yang menjadi duri dalam pernikahan kita, contohnya adalah kalau kita menyukai dia orangnya diam, tenang, sabar sering kali setelah menikah kit berkata kamu orangnya membosankan, menjenuhkan, tidak banyak aktifitas, tidak banyak yang engkau katakan, kita tidak pernah berkomunikasi jadi hal yang persis sama itulah yang akhirnya menjengkelkan kita.
PG : Betul, dan sebetulnya ke positif itu tetap ada setelah kita menikah, namun sisi negatifnyalah yang sekarang mengganggu kita. Pada masa berpacaran karena kita tidak hidup serumah denganna sisi negatif itu tidak terlalu mengganggu kita, kita tidak berbicara dengan dia hanya 1 jam, 2 jam tapi sekarang 24 jam serumah dengan dia.
Kita menemukan dia begitu pendiam, jarang berbicara, nah itu sangat mengganggu kita. Meskipun tetap benar dia orangnya stabil, emosinya tidak mudah turun-naik, kalau berpikir sangat rasional, tapi ada sisi lainnya lagi. Jadi sekali lagi ini hal yang mesti kita terima.PG : Memang ada orang yang sangat tidak aman dan merasa malu dengan dirinya, sehingga terdoronglah dia untuk menutupi dirinya, kalau sampai itu yang terjadi saya kira dia bukan saja merugika pasangannya, diapun akan merugikan dirinya sendiri.
Sebab pada akhirnya waktu pasangan menyadari bahwa dia seperti itu, pasangannya tidak lagi menghormatinya, apalagi kalau pasangannya tahu bahwa dari awalnya dia seperti itu, tapi disembunyikan wah...makin besar rasa marahnya, merasakan bahwa ini adalah suatu tipuan yang akhirnya merugikan diri sendiri. Jadi pada prinsipnya pada masa berpacaran terbukalah apa adanya dengan diri kita, sehingga pasangan kita bisa dengan jelas melihat siapa kita dan kita pun bisa melihat dia juga dengan lebih jelas.PG : Betul, dalam pengertian setelah menikah jangan persoalkan lagi.
PG : Tadi saya sudah singgung 3 kategori besar yang harus kita perhatikan yakni kebiasaan hidup, yang kedua kesungguhan hidup dan yang ketiga kekudusan hidup. Dalam hal kekudusan saya juga snggung tentang menghormati Tuhan yang akhirnya dampaknya pada diri sendiri, apakah kita menjaga hidup yang kudus.
Nah, firman Tuhan memberikan kita satu hal yang indah di antara banyak hal lainnya lagi yaitu saya mengambil dariJadi terima kasih sekali Pak Paul untuk kesempatan perbincangan kali ini, saudara-saudara pendengar, demikianlah tadi kami telah menyampaikan ke hadapan Anda sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Melihat Kecocokan dalam Masa Berpacaran." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
21. Membatasi Keintiman Selama Berpacaran |
|
Keintiman fisik seharusnya bagian terbelakang atau terakhir dalam masa persiapan memasuki pernikahan. Jadi keintiman yang harus dikedepankan pada masa berpacaran adalah keintiman yang bersifat emosional.
Keintiman seksual itu atau keintiman fisik seharusnya bagian terbelakang atau terakhir dalam masa persiapan memasuki pernikahan. Jadi keintiman yang harus dikedepankan pada masa berpacaran adalah keintiman yang bersifat emosional. Misalnya kepribadian kita dengan dia, diri kita dengan dia apakah bisa menyatu, apakah bisa saling mengerti dan mengisi satu sama lain, itu yang paling penting. Terakhir keintiman seksual, ini dilakukan pada masa pernikahan, kalau terbalik kita hanya mengundang bencana di kemudian hari.
Akibat orang mengedepankan keintiman seksual lebih daripada yang lainnya adalah:
Akan melahirkan beberapa perasaan negatif, rasa bersalah. Kalau kita mempunyai nilai moral yang melarang kita untuk berhubungan seksual sebelum menikah, melakukan hubungan seksual sebelum menikah tidak bisa tidak akan melahirkan rasa bersalah.
Menimbulkan perasaan cemas, rasa cemas ini terutama dialami oleh para wanita karena mereka takut akan kehamilan, mereka takut sekali ini akan membuahkan sebuah atau seorang bayi.
Perasaan takut, rasa takut karena terutama juga dialami oleh wanita. Setelah dia memberikan tubuhnya dia takut sekali pasangannya itu akan meninggalkan dia, nah kalau dia wanita dan dia ditinggalkan, pertanyaannya adalah kalau saya nanti berpacaran atau menikah dengan orang lain, penjelasan apa yang akan saya berikan?
Pernikahan harus dilandasi perasaan yang positif, kalau waktu berpacaran diisi dengan perasaan-perasaan negatif itu modal yang tidak positif, tidak baik untuk membangun pernikahan. Masa berpacaran masa yang membawa kita ke masa berikutnya yaitu pernikahan, jadi kalau diisi dengan perasaan-perasaan kecewa, marah, benci, tidak hormat, perasaan khawatir, takut kehilangan dia, perasaan cemas akhirnya bukankah itu akan menjadi perasaan-perasaan yang tidak sehat dalam pernikahan nantinya.
Anjuran bagi yang sedang berpacaran:
Kita jangan memulai, jangan menyentuh-nyentuh, melihat-lihat bagian badan yang memang sangat erotis.
Hindarkan pertemuan di tempat tertutup, jangan sampai kita memulai kebiasaan buruk yaitu selalu bertemu di tempat di mana tidak ada orang.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, bersama Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar konseling keluarga dan juga dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, akan menemani Anda dalam sebuah perbincangan yang pasti sangat menarik dan bermanfaat. Perbincangan kami kali ini kami beri judul "Membatasi Keintiman Selama berpacaran". Dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Keintiman seksual atau keintiman fisik seharusnya bagian terbelakang atau terakhir dalam masa persiapan memasuki pernikahan. Jadi keintiman yang harus dikedepankan adalah keintiman yangbersifat emosional.
Misalnya kepribadian kita dengan dia, diri kita dengan dia, apakah bisa menyatu, apakah bisa saling mengerti dan mengisi satu sama lain, itu yang paling penting. Yang terakhir adalah keintiman seksual dan itu dilakukan pada masa pernikahan, kalau terbalik prioritasnya maka tidak ada lagi kata yang bisa saya tegaskan di sini. Yang sering kali menjadi masalah adalah kalau urutan itu terbalik. Pada dasarnya kita langsung masuk ke arah-arah seksual, kita terlalu dekat secara seksual, masalah-masalah yang tadinya ada kita tutupi dan akhirnya akan muncul lagi, jadi kalau sampai terbalik kita hanyalah mengundang bencana di kemudian hari.PG : Banyak sekali sebabnya Pak Gunawan, memang secara global tatanan masyarakat berubah, jadi di mana-mana masyarakat menjadi masyarakat yang lebih kendor. Karena lebih kendor masyarakat it akhirnya lebih toleran dalam hal-hal penyimpangan atau pelanggaran, manusia akhirnya berkata itu dilakukan oleh semua orang dan tidak apa-apa.
Jadi melihat banyaknya orang melakukan pelanggaran itu seolah-olah memberikan kita ijin untuk melakukan hal yang sama. Sanksi sosial juga sudah berkurang banyak sekali, dulu kalau sampai ada orang menikah karena hamil atau hamil di luar nikah wah itu menggemparkan satu kota, tapi sekarang karena sudah terlalu banyak akhirnya orang makin hari makin berkata ya itu memang hal yang wajar, kita akan terima saja. Saya bukannya berkata kita harus perlakukan dengan sangat brutal, tidak, tapi memang harus ada peringatan-peringatan, harus ada juga reaksi-reaksi kok sampai terjadi meskipun kita tetap menerima mereka. Jadi sanksi-sanksi seperti itu saya kira semestinya masih ada. Yang lainnya lagi adalah tidak bisa tidak kita ini sangat dipengaruhi dengan apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar. Media massa melalui film-film dan sebagainya sudah sangat mengeksploitasi seks, sehingga seks itu menjadi bagian yang sangat-sangat integral dalam industri film sekarang ini. Nah akhirnya kita melihat itu dan apa yang kita lihat Minggu demi Minggu atau bulan demi bulan membuat kita terbiasa dengan hal-hal itu dan kita kehilangan kepekaan bahwa hal ini adalah hal yang tidak boleh dilakukan. Sebab dalam film-film itu dilakukan dengan begitu mudahnya, kita akhirnya terbawa, terbiasa kehilangan kepekaan dan melakukan hal yang sama.PG : Yang pertama adalah ini akan melahirkan beberapa perasaan negatif, saya akan uraikan Pak Gunawan, yang pertama adalah perasaan negatif rasa bersalah. Kalau kita mempunyai nilai moral yag melarang kita untuk berhubungan seksual sebelum menikah, melakukan hubungan seksual sebelum menikah tidak bisa tidak akan melahirkan rasa bersalah, kenapa kok saya melakukan itu.
Nah, yang paling celaka adalah kita sudah merasa bersalah, tapi tidak bisa lepas dari jeratan itu, terus-menerus mengulangnya, makin merasa bersalah. Bahayanya adalah makin merasa bersalah, kita makin merasa tidak berdaya untuk melawan godaan itu, akhirnya terus-menerus melakukannya lagi.PG : Betul, jadi ada yang akhirnya merasionalisasi dengan berkata itu wajarlah atau ya siapa yang tidak punya masalah seperti ini atau ya kita manusia memang mempunyai kebutuhan secara jasmaiah, kebutuhan haus, minum, kebutuhan makan, kebutuhan seksual, apa salahnya dengan ini, nah akhirnya kita membolehkan diri kita.
Tapi saya kira kebanyakan orang apalagi yang masih ada rasa takut terhadap Tuhan sebetulnya merasa bersalah, namun disembunyikan atau dinetralisir dengan rasionalisasi yang tadi itu.PG : Rasa cemas, rasa cemas ini terutama dialami oleh para wanita karena mereka takut akan kehamilan, mereka takut sekali ini akan membuahkan seorang bayi. Jadi meskipun dilakukan tetapi sellu ada kecemasan, sebab kita tahu meskipun digunakan alat-alat kontraseptif tidak ada yang 100% aman yang bisa pasti berhasil untuk tidak membuahkan bayi, jadi biasanya ada rasa cemas.
Kalau prianya juga adalah seorang yang bertanggung jawab dan baik, diapun akan dihantui oleh rasa kecemasan itu, aduh.........apakah dia akan hamil, apakah yang saya lakukan ini akan membuahkan seorang anak atau tidak, hal-hal seperti itu.PG : Yang lain adalah rasa takut, takut ini terutama dialami oleh para wanita. Setelah dia memberikan tubuhnya, dia takut sekali pasangannya itu akan meninggalkan dia. Nah kalau dia wanita dn dia ditinggalkan, pertanyaannya adalah kalau saya nanti berpacaran atau menikah dengan orang lain, penjelasan apa yang akan saya berikan? Apakah saya akan jujur, terbuka, aduh......kalau
harus terbuka berarti saya malu sekali. Jadi hubungan seksual sebelum menikah cenderung melahirkan respons yang akhirnya terlalu menguasai pasangannya. Karena apa? Karena sudah ada rasa takut itu, jangan-jangan nanti engkau akan meninggalkan saya, jadi karena adanya rasa takut, respons yang natural adalah lebih menguasai. Itu sebabnya riset memperlihatkan ini di Amerika, kalau anak muda berpacaran kemudian putus, yang satu misalnya mau bunuh diri, hampir dapat dipastikan sudah terjadi hubungan seksual. Kalau belum terjadi hubungan seksual jarang sampai anak itu mau mengakhiri hidupnya. Dan kebanyakan kalau sampai ada kasus mengakhiri hidup atau percobaan mengakhiri hidup, itu disebabkan karena sudah adanya hubungan seksual. Sekali lagi ini riset di Amerika, negara yang bebas, di mana hubungan seksual sebelum menikah itu sudah begitu umum di sana. Tapi ternyata kita tidak bisa membohongi diri meskipun secara rasional kita membolehkan, mengijinkan, tapi ternyata waktu kita putus dengan pacar, riset memperlihatkan anak-anak muda inilah yang mau mengakhiri hidup, sebabnya sangat jelas mereka sudah menginvestasikan dirinya atau hidupnya. Jadi seks sekali lagi bukannya aktifitas fisik belaka, seks adalah suatu penyerahan hidup yang sangat intim dan kita tidak mungkin membohongi diri dengan berkata o....itu hanyalah gerakan-gerakan yang bersifat fisik, tidak ada makna apapun di belakangnya, o.......tidak, kalau tidak ada makna apapun di belakangnya kenapa mau bunuh diri, jadi memang sangat bermakna.PG : Rasa marah atau benci itu timbul karena dia merasakan pasangannya itu hanyalah tertarik pada tubuhnya, dia tidak merasakan bahwa pasangannya tertarik dengan dirinya dan apa yang mau diasampaikan atau katakan, dia melihat pasangannya itu datang hanya mencari satu, yaitu kepuasan.
Nah, kalau sudah diberikan kepuasan ya sudah, jadi akhirnya si wanita akan merasa saya ini seperti pelacur, saya hanyalah sebagai pemuas hasrat pasangan saya dan kalau sudah dipuaskan ya sudah. Nah, apa yang kau berikan kepadaku, tidak ada; apakah engkau tertarik pada diriku, pada pikiranku, tidak ada, tertariknya hanya pada satu hal saja yaitu seks. Nah, itu yang sering kali menciptakan rasa benci dan marah. Yang lainnya adalah cukup banyak wanita yang berhubungan seksual sebetulnya tidak menginginkan hubungan seksual. Pria memang bisa berkata o.....dia juga sama-sama terangsang kok, manusia dari daging dan darah waktu dirangsang akan merasa terangsang, tapi belum tentu itu adalah keinginannya. Jadi cukup banyak wanita melakukan hubungan seksual dengan pacarnya, karena yang pertama kasihan dengan pacarnya, daripada dia sengsara kasihan sekali, akhirnya dia menyerahkan dirinya. Atau dia tidak enak menolak pacarnya itu, tidak sopanlah rasanya atau sungkan masa menolak, pacarnya sudah begitu baik kepada dia, akhirnya terpaksa dia lakukan. Atau yang terakhir karena takut kehilangan pasangannya, jadi intinya sesungguhnya banyak wanita tidak ingin berhubungan seksual, tidak ingin karena dia tahu dia akan sangat dirugikan kalau terjadi apa-apa nantinya, namun terpaksa dia berikan karena hal tadi itu. Itu sebabnya sebagian wanita sudah mulai mengembangkan kebencian pada masa berpacaran. Dia mungkin tidak menyadari itu, tapi dia sudah menyimpan rasa marah terhadap pasangannya, "kenapa kok aku tidak mau engkau tetap mau melakukannya", seolah-olah ada suatu perampokan yang telah terjadi atau pemanfaatan dan dia harus menyerah karena ketakutan atau karena sungkan dan sebagainya.PG : Ada yang memang mengelabui dirinya dengan berkata: sudah pasti saya akan menjadi istrinya. Saya katakan mengelabui, sebab faktanya adalah siapa yang bisa memastikan mereka akan menikah,tidak ada yang bisa memastikan.
Dan sudah terlalu banyak kasus di mana yang sudah berhubungan seksual akhirnya tidak menikah. Jadi kemarahan biasanya juga adalah salah satu respons yang dialami oleh para wanita. Yang bisa dialami juga oleh pria dan wanita adalah perasaan yang negatif berikutnya yakni rasa kecewa, mungkin para pendengar kita bertanya-tanya kenapa kok kecewa, bukannya senang karena sudah bisa berhubungan seksual. Pertama, bagi si wanita dia kecewa kepada pasangannya yang pria karena pasangannya yang pria itu tidak semulia yang dia pikir, maunya itu saja, maunya hubungan seksual saja. Jadi apa itu yang luhur, yang mulia, tiba-tiba tidak ada lagi sekarang. Nah, bagi yang pria ini juga menarik, pria waktu bisa berhubungan seksual dengan pasangannya akan beranggapan bahwa pasangannya itu murahan. Sebab pria kalau jujur ditanya engkau memilih wanita yang menolak hubungan seksual denganmu ataukah memilih wanita yang dengan mudah memberikan tubuhnya kepadamu, yang mana yang engkau akan hormati, semua akan berkata saya akan menghormati yang menolak berhubungan seksual dengan saya. Dia tidak suka, betul, tapi dia akan hormati, jadi waktu si pria melihat wanita ini mudah saja memberikan tubuhnya, dalam hatinya sebetulnya telah terjadi penurunan respek, sudah tentu dia tidak akan katakan kepada si wanita, tidak enaklah atau nanti dia akan dirugikan, wanitanya tidak akan mau berhubungan dengan dia. Tapi sebetulnya itu sudah mulai terjadi, jadi rasa kecewa terhadap pasangannya tidak semulia yang dipikirnya.PG : Pernikahan harus dilandasi oleh perasaan positif, kalau waktu masa berpacaran diisi dengan perasaan-perasaan negatif, itu modal yang tidak positif, tidak baik untuk membangun pernikahan Jadi kalau kita mau menanam pohon, kita mencari bibit yang bagus, yang kuat, yang sehat.
Kalau kita sudah menanamkan dengan bibit yang bermasalah, berpenyakit, berhama, tidak akan tumbuh pohon-pohon yang kuat, jadi sama dengan masa berpacaran ini. Masa berpacaran masa yang membawa kita ke masa berikutnya yaitu pernikahan, jadi kalau diisi dengan perasaan-perasaan kecewa, marah, benci, tidak hormat, perasaan khawatir, takut kehilangan dia, perasaan cemas akhirnya bukankah itu akan menjadi perasaan-perasaan yang tidak sehat dalam pernikahan, nantinya.PG : Betul, misalkan seorang pria dituduh berselingkuh oleh istrinya. Kemudian si pria ini berkata: "Tidak, saya tidak berselingkuh dengan wanita itu, saya hanya bersama dengan dia di kamar api tidak berbuat apa-apa."
Kalau pada masa berpacaran mereka sudah berhubungan seksual, karena si wanita melihat si pria itu tidak bisa menguasai dirinya, si wanita atau si istri itu tidak akan percaya pada perkataan si suami. Saya tidak berbuat apa-apa, sebab yang paling tahu siapa? Si istri, tahunya dari mana? Ya waktu masih berpacaran engkau tidak bisa menguasai diri, kenapa sekarang saya harus percaya engkau bisa menguasai diri. Dan sekali lagi kalau misalkan sudah terjadi penurunan respek, itu akan dibawa ke dalam pernikahan. Pasangan kita tidak lagi menjadi orang yang kita kagumi, dia sudah menjadi orang yang cacat dan celakanya kitalah yang mencacatkan dia.PG : Seks adalah suatu aktifitas dan suatu obsesi yang sangat-sangat ampuh, sangat berkuasa, sangat 'powerful' oleh karena itu seks dengan kenikmatan yang disajikannya berpotensi menutupi keidakcocokan kita.
Kita seolah-olah dibutakan dan kita rela membutakan mata demi kemungkinan mencicipi kenikmatan itu. Nah, ini bahaya yang kedua kenapa jangan berhubungan seksual sebelum menikah, sebab ada banyak hal yang seharusnya kita fokuskan dan bahas dan hadapi, tapi tidak kita lakukan, karena semua tiba-tiba tersapu bersih oleh satu tindakan seksual, satu hubungan seksual. Nanti ada masalah lain lagi tidak apa-apa soalnya ada penebusannya, ada bayarannya yaitu hubungan seksual sebelum menikah. Masalahnya setelah menikah hubungan seksual tidak lagi terlalu 'glamour' seperti pada masa berpacaran, yang akan terlihat jelas adalah problem-problem itu. Maka sekali lagi masa berpacaran kalau diisi dengan hubungan atau tindakan seksual, bahayanya sangat besar. Problem-problem yang tersembunyi mulai bermunculan nanti setelah menikah dan baru kita sadari o....ini pasangan saya, o......ini sifatnya kok saya dulu tidak lihat, ya karena dulu hanya dilihat pada hubungan seksual saja.PG : Yang pertama adalah kita jangan memulai, jadi jangan kita menyentuh-nyentuh, melihat-lihat bagian badan yang memang sangat erotis, karena apa? Karena kalau kita sudah memulai akan sukarsekali untuk mundur, pria itu mempunyai satu kelemahan yaitu kalau sudah terangsang pria susah mundur, wanita meskipun terangsang misalkan dia dipeluk dan sebagainya maka rangsangan itu akan bisa reda dengan pelukan-pelukan.
Tapi pria sewaktu terangsang dia tidak akan reda dengan sendirinya, justru dia akan terdorong untuk mencapai klimaksnya, nah kalau dia tidak mencapai klimaksnya dia merasa sangat frustrasi sekali. Maka saya memang tidak ingin memberikan kesan seolah-olah saya ini lebih memberatkan wanita, tapi saya meminta, saya menghimbau kepada para wanita jaga diri baik-baik, sebab pria memang sangat lemah dalam hal ini kalau sudah terangsang susah untuk mundur lagi. Jadi jangan biarkan awalnya itu terjadi, jangan biarkan dia menyentuh tubuhmu, jangan biarkan dia melihat tubuhmu karena hal itu akan menjadi masalah nantinya.PG : Hindarkan pertemuan di tempat tertutup, jangan sampai kita ini memulai kebiasaan buruk yaitu selalu bertemu di tempat di mana tidak ada orang. Kalau kita sudah mempunyai kebiasaan itu, tu berarti kita sudah merencanakan dan kita harus sadar kita memang ingin melakukan itu, semua orang yang berpacaran saya kira akan tergoda secara alamiah, jadi kita harus melawannya dengan berkata kalau saya di tempat terbuka peluang itu akan lebih kecil, jadi biasakan untuk bertemu di tempat terbuka, jangan di tempat yang tertutup.
PG : Jadi memang yang terhilang adalah pertanggungjawaban Pak Gunawan, jadi mereka merasa di tempat terbuka yang terlalu publik itu tidak ada yang mengawasi. Jadi manusia selalu bisa menciptkan jalan kalau memang sudah menginginkannya.
Jadi ini kesadaran sendiri, kesadaran bahwa saya lemah dan saya harus menjaga diri jangan saya menciptakan peluang-peluang itu.PG : Kalau memang dia mengakui dia bergumul dengan hal ini, pasangan dan dia harus berdua berdoa. Jadi bersama-sama berdoa memohon Tuhan melindungi mereka, menjaga mereka dan jangan takut unuk datang kepada Tuhan, walaupun sudah bergumul tetap berdoa, walaupun mungkin tergoda sudah mulai melewati batas tetap berdoa.
Jangan sampai kita berada di satu titik dan berkata: "Yah.....buat apa berdoa, tidak ada gunanya," jangan! Sebab dalam doa kita akan diingatkan dan didorong lagi untuk kudus, dalam doa kita berhadapan lagi dengan Tuhan. Jadi melalui doa Tuhan juga bisa menguatkan kita dan berdoa bersama juga membuat kita berdua mengaku ini problem kita bersama, harus kita hadapi.
PG : Saya akan bacakan
GS : Jadi kalau memang itu disadari benar saya rasa dan saya yakin sekali bahwa kita akan terhindar dari dosa perbuatan perzinahan ini yang melakukan hubungan seksual sebelum nikah. Terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan kita pada saat ini. Dan saudara-saudara pendengar, demikianlah tadi kami telah menyampaikan sebuah perbincangan dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Membatasi Keintiman Selama Berpacaran." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini kami persilakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK), Jl. Cimanuk 58 Malang. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami ucapkan terima kasih atas perhatian Anda, sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
22. Patah Hati |
|
Patah hati merupakan reaksi terhadap putusnya relasi cinta. Seperti halnya dengan hidup, kita harus menempatkan patah hati dalam kerangka pimpinan Tuhan atas hidup kita. Tidak ada hal yang terjadi di luar kuasa dan kehendak Tuhan.
Ada orang yang tidak mengalami kesukaran apa pun dalam mencari pasangan hidup; sekali berpacaran, langsung melangkah ke pelaminan. Namun ada orang yang tidak seberuntung itu; mereka harus mengalami putus cinta berkali-kali sebelum akhirnya menikah.
Bagaimanakah caranya menyikapi patah hati?
Patah hati merupakan reaksi terhadap putusnya relasi cinta. Beberapa gejalanya adalah, murung, tidak bersemangat menghadapi hidup, khawatir akan masa depan, marah dan frustrasi, atau kehilangan arah hidup. Sebagaimana kita ketahui, cinta adalah emosi yang kuat yang bersifat mempersatukan. Jadi, dalam relasi cinta, kita merasakan penyatuan dengan pasangan kita dan faktor inilah yang membuat patah hati begitu sulit untuk dilalui. Kita sukar melepaskan diri dari orang yang telah menjadi bagian hidup kita. Hidup kita dan hidupnya telah bertali-temali, kita membagi aktifitas sehari-hari dan mungkin kita pun telah membagi rencana masa depan.
Patah hati seyogyanya sembuh seiring dengan berjalannya waktu, tetapi kadang patah hati menimbulkan masalah lainnya. Misalnya ada yang hendak bunuh diri atau bahkan membunuh pasangannya; ada yang lumpuh dan tidak bisa berfungsi dalam hidup; dan ada yang kehilangan kepercayaan diri. Pada umumnya komplikasi yang timbul merupakan wujud dari problem yang lebih serius yang berakar dari rasa dirugikan. Misalnya, dirugikan karena telah berhubungan seksual, merasa telah dimanfaatkan, merasa dipedaya, hilangnya kesempatan "emas" atau hilangnya tujuan hidup.
Sebagaimana hal lainnya dalam hidup, kita mesti menempatkan patah hati dalam kerangka pimpinan Tuhan atas hidup kita. Tidak ada hal yang terjadi di luar kuasa dan izin Tuhan. Berdasarkan prinsip ini, kita mesti berani mengajukan beberapa pertanyaan penting, misalnya:
Apakah Tuhan berkenan dengan hubungan ini? Jika tidak, terimalah fakta ini sebagai cara Tuhan memisahkan kita dari ikatan yang tidak dikehendaki-Nya. Jika Tuhan berkenan dengan hubungan ini (namun tetap putus), terimalah fakta ini sebagai bagian dari pimpinan Tuhan atas hidup kita yang tidak kita mengerti.
Apakah Tuhan sedang memperlihatkan sesuatu kepada kita? Mungkin kita berandil dalam putusnya relasi ini mungkin juga tidak. Jika kita berandil, terimalah pelajaran yang telah kita peroleh meski harus melalui kepahitan. Jika memang kita tidak berandil, lihatlah pasangan kita dengan obyektif dan ampunilah dia.
Pada akhirnya kita mesti kembali bersandar kepada Tuhan. Patah hati dapat menggoncangkan keseimbangan hidup dan membuat kita mempertanyakan maksud baik Tuhan. Ingatlah, obat patah hati bukanlah kepastian bahwa Tuhan pasti "menggantikan dengan yang lebih baik." Obat patah hati adalah
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi di manapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang 'Patah Hati', kami percaya acara ini pasti sangat bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Patah hati merupakan reaksi terhadap putusnya relasi cinta. Jadi ada beberapa gejala yang sering kali dikaitkan dengan patah hati Pak Gunawan, yaitu murung (biasanya orang yang patah hati ering kali murung), tidak bersemangat menghadapi hidup atau ada yang bahkan menjadi sangat khawatir akan masa depannya, nah ada juga yang bereaksi marah dan frustrasi, melakukan hal-hal yang salah yang tidak dipikirkan panjang, atau ada di antara mereka yang kehilangan arah hidup.
Jadi reaksi-reaksi ini biasanya merupakan wujud dari bergejolaknya jiwa yang disebabkan oleh patah hati tadi itu.PG : Ternyata memang tidak selalu sama. Jadi misalkan ada yang cenderung murung tapi ada yang cenderung frustrasi dan marah, jadi biasanya reaksi kita itu juga bisa dipengaruhi oleh kepribadiankita secara umum.
Kalau kita memang pemarah misalkan dan kita berdarah panas nah patah hati bisa saja membuat kita makin mudah marah dan tidak sabar. Tapi kalau kita agak melankolis, nah bisa jadi waktu kita patah hati reaksi kita lebih turun ke bawah kita akhirnya lebih sering murung.PG : Biasanya itu yang terjadi Pak Gunawan, memang kita tidak bisa mengerti dengan pasti. Ada orang-orang yang mudah sekali mendapatkan pasangan hidup dan akhirnya menikah, sekali berpacaran lagsung melangkah ke pelaminan.
Tapi ada juga orang yang harus jatuh bangun berpacaran baru akhirnya menemukan pasangan yang cocok dan bisa menikah dengannya. Nah patah hati adalah putus cinta, seseorang berkata: "Saya tidak lagi mau meneruskan hubungan ini dan saya ingin berhenti." Nah patah hati sudah tentu bisa merupakan kesepakatan dari kedua belah pihak tapi bisa jadi juga tindakan yang diambil oleh satu pihak saja. Nah sudah tentu yang lebih menyakitkan hati, jika diputuskan oleh satu pihak. Kalau kedua belah pihak setuju untuk menghentikan meskipun bisa jadi ada efek sampingannya, ada rasa patah hati tapi kalau kedua belah pihak menyutujui biasanya efeknya tidak sedramatis atau tidak sehebat kalau diputuskan oleh satu pihak saja.PG : Kalau memang satu orang sudah tidak lagi bersedia untuk meneruskan hubungan, saya kira akan sulit sekali meneruskan hubungan itu. Relasi cinta didirikan di atas dua pribadi bukan satu jadiada istilah atau pribahasa, tidak bisa kita ini bertepuk sebelah tangan, saya kira itu betul.
Jadi meski ada kesediaan dari kedua belah pihak untuk membina atau melanjutkan hubungan ini. Memang patah hati itu sulit sekali dilalui Pak Gunawan, kenapa sulit? Sebab ini yang harus kita mengerti tentang kodrat atau sifat dari cinta. Cinta itu menyatukan, jadi waktu kita mencintai seseorang kita disatukan dengan orang itu. Apa yang saya maksud disatukan dengan orang itu? Sewaktu kita mencintai seseorang, orang tersebut masuk menjadi bagian dari diri kita. Dia menjadi bahan pemikiran kita tiap hari, mungkin kita hari lepas hari membagi aktifitas dengan dia, dalam kondisi yang lebih jauh kita mungkin mulai memikirkan masa depan bersama dengan dia. Dengan kata lain orang yang kita cintai masuk menjadi bagian hidup kita dan kita tidak lagi hidup sendiri, meskipun secara fisik kita masih sendiri dan belum menikah dengan dia namun sesungguhnya secara emosional kita telah melebur menjadi satu dengan dia. Makin dalam hubungan cinta itu makin melebur, makin lama dan makin dekat hubungan cinta itu juga makin meleburlah kita berdua. Nah putus cinta seolah-olah seperti ini, orang tersebut direnggut atau ditarik keluar dengan paksa dari dalam hati kita, jadi benar-benar akan merobek-robek hati. Itu sebabnya orang yang patah hati merasakan hatinya itu seperti dirobek-robek, seperti ada yang sedang berdarah di dalam hatinya ada yang luka. Nah itu sebabnya karena orang tersebut yang hadir dalam hati kita dipaksa keluar dan akhirnya harus merobek hati kita itu. Akibatnya adalah hati itu sepertinya bolong, meninggalkan luka atau lubang. Nah sebetulnya yang juga memberatkan untuk melewati fase patah hati ini adalah lubang itu sendiri. Jadi perobekan waktu orang itu meninggalkan kita itu satu luka, itu satu pukulan yang berat, namun yang membuat patah hati itu begitu menyakitkan dan berkepanjangan adalah efek setelah dirobek itu yaitu terciptanya lubang yang besar dalam hati kita. Nah lubang yang kosong inilah yang akhirnya menimbulkan rasa hampa dalam diri kita dan ini yang harus kita hadapi hari lepas hari.PG : Seyogyanya kita akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu. Namun kadang kala yang terjadi adalah kita tidak sembuh-sembuh bahkan terjadi komplikasi. Misalnya apa, masalah-masalah lain yng bisa muncul ada yang hendak bunuh diri misalnya atau bahkan ya benar-benar bunuh diri.
Atau yang kita tahu adalah kalau mau membunuh atau membunuh pasangannya. Ada lagi yang menjadi lumpuh secara sosial, secara mental tidak bisa keluar rumah, tidak bisa menghadapi orang, mengurung diri di kamar, tidak bisa bekerja. Ada juga yang tidak lagi mempunyai kepercayaan diri, benar-benar meragukan dirinya, apakah dia masih berharga, tidak lagi percaya pada pertimbangannya bahwa saya ini bisa salah, saya ini pasti juga keliru, atau ada orang yang kehilangan penghargaan dirinya, benar-benar merasa seperti sampah, tidak lagi mempunyai nilai. Nah itu adalah komplikasi dari patah hati atau efek-efek sampingan yang berkembang menjadi problem tersendiri akibat dari patah hati.PG : Betul sekali, jadi kalau komplikasi ini tidak terawat, akhirnya komplikasi ini menjadi problem yang lebih serius. Misalkan kalau kita mendengar kabar atau membaca surat kabar adanya orang ang gelap mata membunuh mantan kekasihnya, bukankah itu tindakan yang luar biasa merugikan banyak orang.
Tapi kenapa sampai bisa begitu? Nah penyebabnya adalah orang merasa dirugikan. Jadi saya kira akar dari komplikasi adalah kita merasa dirugikan. Contohnya apa, contohnya adalah ini salah satu penyebab kenapa orang akan mau bunuh diri atau lumpuh secara mental, secara sosial, secara emosional, tidak bisa berfungsi lagi, hidupnya sungguh-sungguh hancur setelah patah hati, salah satu penyebab umum dari reaksi-reaksi tadi adalah sudah adanya hubungan seksual. Nah biasanya ini lebih sering dialami oleh para wanita, sebab mereka sudah memberikan tubuhmereka kepada pacar-pacarnya ini, kemudian pacarnya meninggalkannya. Nah tidak bisa tidak wanita ini akan mulai berpikir, nanti bagaimana, siapa yang akan bersedia menikahi saya, apakah saya harus mengakui problem saya ini dengan orang lain. Nah kadang-kadang itulah yang terjadi, jadi orang tersebut atau wanita tersebut merasa dirugikan sekali. Waktu dia merasa dirugikan karena terus ditinggali oleh pasangannya, nah komplikasi bisa terjadi. Dirugikan yang lain misalnya ada orang yang merasa dipedaya, karena dia sudah begitu percaya tahu-tahu pasangannya mempunyai pacar lain. Benar-benar dia merasa dipedaya, nah itu bisa membuat dia marah sekali, sakit hati sekali. Nah sakit hati itulah yang membuat dia terus-menerus berkubang dalam depresi untuk waktu yang berkepanjangan. Ada juga orang yang dimanfaatkan, dia merasa bertahun-tahun berpacaran dia yang harus mengeluarkan banyak biaya, mengokosi pacarnya dsb kemudian ditinggalkan begitu saja. Nah ini juga bisa membuatnya merasa marah sekali sehingga akhirnya depresi berkepanjangan. Ada yang lainnya lagi misalnya ada yang merasa kehilangan kesempatan emas. Artinya dia melihat pasangannya ini adalah hadiah yang terbaik yang dia peroleh selama hidup ini, kemudian hadiah terbaik itu menolak dia, meninggalkan dia dan dia tidak lagi mempunyai kesempatan emas bersama dengan orang yang dia dambakan atau idealkan ini. Nah bisa jadi sebagai reaksi dia patah hati, dan bisa mau bunuh diri, bisa benar-benar hidupnya hancur tidak lagi merasakan adanya harapan untuk masa depan dia. Sehingga dia bisa kehilangan tujuan hidup, kehilangan penghargaan diri, putus asa dan sebagainya. Jadi sekali lagi biasanya kalau komplikasi terjadi, biasanya penyebabnya adalah seseorang merasa dirugikan.PG : Sebagaimana hal lainnya dalam hidup, kita pun perlu menempatkan patah hati dalam kerangka pimpinan Tuhan. Maksud saya begini Pak Gunawan, tidak ada sesuatu yang terjadi di luar kuasa atau zin Tuhan, apapun yang terjadi itu masih dalam koridor izin atau kuasa Tuhan, termasuk putusnya pacar kita, termasuk ditinggalkannya kita ini oleh pacar kita.
Nah jadi apakah sikap kita, ya setelah kita menyadari bahwa ini pun, patah hati ini pun masuk dalam kerangka pimpinan Tuhan. Ada dua prinsip yang saya mau timba dari pernyataan ini, yang pertama adalah dari pemahaman bahwa Tuhan memimpin kita. Sesungguhnya kita harus mengajukan pertanyaan, pertama apakah Tuhan berkenan dengan hubungan ini, apakah Tuhan berkenan. Artinya begini Pak Gunawan, kalau Tuhan tidak berkenan misalkan kita bersama dengan orang yang tidak seiman, Tuhan jelas tidak berkenan meskipun kita anggap tidak apa-apa. Atau hubungan ini penuh dengan tipu muslihat, kebohongan-kebohongan, Tuhan tidak berkenan. Atau pasangan kita ini mempunyai kehidupan yang tidak bermoral, kita tahu hubungan seperti ini tidak diperkenan Tuhan, kita tahu kita terlalu sering berkelahi, lebih banyak berkelahi daripada tidak berkelahinya. Kita bisa simpulkan bahwa ini bukan kehendak Tuhan tapi kita tetap mempertahankannya. Nah kalau memang kita tahu Tuhan tidak berkenan, terima fakta ini sebagai cara Tuhan memisahkan kita dari ikatan yang Tuhan tidak kehendaki. Namun jika kita berkata hubungan ini Tuhan perkenan, anak ini atau pacar kita juga anak Tuhan dan relasi kita baik-baik saja kok akhirnya putus dan sebagainya, nah kita terima fakta ini sebagai bagian dari pimpinan Tuhan atas hidup kita yang kita tidak mengerti. Kita tidak mengerti kenapa dia putuskan hubungannya dengan kita, dia orang yang baik, dia mencintai Tuhan kok bisa dia akhirnya tidak cocok atau dia akhirnya memilih orang lain. Kita berkata: "Saya tidak mengerti apa yang Tuhan lakukan, tetapi saya terima ini sebagai pimpinan Tuhan" meskipun kita tidak memahaminya. Jadi itu pertanyaan pertama Pak Gunawan, pertanyaan berikutnya adalah kita bertanya apakah Tuhan sedang memperlihatkan sesuatu kepada kita. Maksudnya begini, mungkin sekali kita berandil dalam putusnya relasi ini, tapi mungkin juga tidak. Nah jika kita akui kita berandil, kita juga yang memicu problem-problem ini sehingga pacar kita meninggalkan kita, kita terima pelajaran yang telah kita peroleh ini meskipun harus melalui kepahitan menerimanya. Atau jika kita memang tidak berandil, kita akui tidak memang kita tidak berandil. Dia yang lemah, dia yang akhirnya jatuh lagi meninggalkan kita, kita melihat pasangan kita dengan obyektif, kita melihat kelemahan dia dengan apa adanya kita tidak usah tutup-tutupi, kita tidak usah besar-besarkan, tidak usah kecil-kecilkan apa adanya kita lihat kemudian ampuni dia. Saya kira hanya itu yang bisa kita lakukan.PG : Kehendak Tuhan di dalam pemilihan pasangan hidup harus diuji, dicermati melalui proses waktu. Tadi saya sudah singgung bahwa bisa jadi orang ini atau pacar kita ini sesama orang seiman, kia pikir kurang apa lagi.
Memang Tuhan meminta kita memilih orang yang sesama orang percaya, kita sudah lakukan itu dan semuanya berjalan dengan baik tidak ada masalah. Tapi tiba-tiba pacar kita berubah hati, pacar kita akhirnya mencintai orang lain atau cintanya kepada kita tiba-tiba hilang tidak ada lagi. Nah apa yang bisa kita simpulkan, apakah orang ini bukan orang yang Tuhan perkenan. Tapi rupanya relasi ini memang bukanlah untuk kita, jadi kita harus terima meskipun ini bagian dari pimpinan Tuhan yang kita tidak mengerti.PG : Saya kira sekali-sekali atau mungkin ya sekali kita berbicara begitu tidak apa-apa, yang penting kita tidak terus-menerus mengatakannya. Sebab kalau terus-menerus mengatakannya saya takut ita menciptakan ketakutan yang irasional pada anak kita.
Namun pada prinsipnya adalah orang yang mencintai, perlu siap untuk terluka itu tidak bisa dihindari, orang yang mencintai siap untuk terluka bahkan kita bisa mengakui dalam pernikahan kita, kita sudah menikah, saling mencintai, ada komitmen yang kuat kadang-kadang kita terluka gara-gara kita terlibat dalam sebuah hubungan yang sangat pribadi, sangat-sangat dekat dengan hati kita, kita mencintai istri kita atau suami kita. Jadi orang yang tidak siap untuk terluka dan tidak mau misalnya sampai harus sakit hati ya tidak bisa menjalin hubungan cinta.PG : Sering kali akan ada fase-fase yang harus dilewati misalnya yang pertama fase mempertanyakan ketulusan cinta orang yang baru ini (sungguh-sungguh tidak ya dia mencintai saya) nah dulu mungin tidak sekuat itu, sudah pasti ada pertanyaan sungguh-sungguh atau tidak orang ini mencintai saya.
Namun setelah kita dikecewakan dan patah hati perasaan tidak yakin itu lebih kuat, sungguh-sungguh atau tidak dia itu mencintai kita. Atau kita bertanya sungguh-sungguh atau tidak dia dapat mencintai kita terus-menerus, sekarang dia memang mencintai kita tapi apakah akan berlangsung untuk waktu yang lama. Jadi kita mau hati-hati, dan ini bukan hal yang buruk sebab kita tidak mau terluka kedua kali. Jadi kita cenderung bersiap-siap, kita cenderung lebih berhati-hati agar jangan terluka untuk kedua kalinya. Jadi sampai titik tertentu tidak apa-apa, kita tidak langsung meng-iakan, kita melihat ketulusan dan kekuatan cintanya untuk jangka waktu yang lebih panjang. Saya kira itu hal yang alamiah, yang normal.PG : OK! Point yang pertama adalah kita memang mesti juga peka dengan kondisinya sekarang ini. Kalau dia berada dalam kondisi yang tidak siap sebaiknya ya kita tidak memaksakan melewati kemampunnya saat ini.
Tapi kalau memang kita merasa kok ini berlama-lama dan terlalu panjang, saya kira kita perlu mengajaknya bicara dan menggali sebetulnya apa yang dia takuti, apa yang menjadi masalahnya sekarang ini. Nah tadi saya sudah singgung kalau sampai terlalu lama atau muncul komplikasi, kemungkinan ada masalah yang lebih serius di belakang ini semua bahwa ini bukan sekadar patah hati. Nah mungkin ada hal-hal yang lain yang telah terjadi yang membuat pemuda atau pemudi itu merasa dirugikan sekali. Jadi untuk dia memulai lagi sangat sulit, nah ini tadi saya sudah singgung dirugikan ini dalam berbagai bentuk. Namun intinya kita harus menggali, apa itu yang terjadi yang membuat dia merasa dirugikan sekali. Nah dari situ barulah kita bisa membantunya untuk keluar dari jeratan itu.PG : Itu sebabnya setelah putus, penting sekali kedua belah pihak itu bisa dengan realistik menentukan langkah berikutnya. Jika satu pihak tidak bersedia untuk melanjutkan kontak sebagai teman,pihak yang satunya seyogyanya menghormati.
Karena memang seperti yang tadi Pak Gunawan singgung bisa memperpanjang luka. Nah daripada memperpanjang luka ya jangan. Tapi yang satunya akan berkata tapi saya hanya mau mempertahankan persahabatan, betul, tapi kalau pacar atau teman kita tidak siap itu lebih melukai hatinya, kita harus menghormati permintaannya itu.PG : Sesungguhnya ya, tapi inilah manusia Pak Gunawan, yaitu kadang-kadang kita ini daripada tidak sama sekali ya masih bisa menikmati hubungan meskipun bukan sebagai pacar itupun tetap mengobai.
Jadi adakalanya orang-orang ini mempertahankan kontak atau relasi-relasi dengan mantan pacarnya meskipun sudah berubah. Tapi buat dia lebih baiklah daripada tidak sama sekali. Nah saya anjurkan untuk waktu tertentu, misalnya bulan-bulan pertama masih OK, tapi setelah itu saya kira sebaiknya dia harus mulai melepaskan. Sehingga lukanya bisa sembuh, memang susah sekali.PG : Betul, kadang-kadang itu yang muncul. Nah ini membawa kita kepada point berikutnya yaitu ini Pak Gunawan, kadang-kadang orang berkata: "O.....Tuhan pasti punya kehendak dan Tuhan akanmenggantikan dengan yang lebih baik."
Saya kira penghiburan ini kurang tepat, sebab belum tentu Tuhan akan memberikan secepat itu atau belum tentu akan ada orang yang sebaik itu atau pun yang lebih baik dari itu dan sebagainya. Jadi bagi saya obat penawarnya bukanlah meyakinkan diri Tuhan akan menggantikan dengan yang lebih baik saya kira jangan, obat penawar yang saya mau tawarkan adalah diPG : Betul, jadi justru bersandar kepada Tuhan dan di sinilah iman bertumbuh sebab kalau kita mendapatkan terus yang kita inginkan, iman sulit bertumbuh. Iman bertumbuh justru di tengah-tengah etidakjelasan tapi kita tetap bersandar, kita percaya Tuhan akan mendatangkan kebaikan dan Tuhan terlibat atas semua ini.
Nah di situlah iman kita pada Tuhan bertumbuh.GS : Kita tahu bahwa ini sesuatu hal yang memang menyakitkan tapi itu suatu realita dan kita yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan orang-orang yang sungguh mau bersandar kepadaNya. Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan kali ini dan saya rasa ini sangat menolong khususnya bagi para pemuda-pemudi yang mungkin saat-saat ini mengalami patah hati. Para pendengar sekalian terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Patah Hati". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang, Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
23. Menunggu Atau Mencari Pasangan Hidup |
|
Sebelum menikah, ada fase-fase yang harus dilewati yaitu menemukan pasangan, menentukan pasangan dan mempersiapkan rumah tangga. Dalam materi ini akan dikupas secara gamblang tentang fase-fase tersebut.
Sebelum pernikahan, ada tiga fase dan tugas yang harus kita lewati:
Menentukan pasangan berkaitan dengan mengenali sifat dan gaya hidup pasangan serta menguji kecocokan.
Mempersiapkan rumah tangga berkenaan dengan upaya menyiapkan hidup bersama misalnya pekerjaan dan tempat tinggal. Namun sebelum kedua hal ini dapat terwujud, kita harus menemukan pasangan terlebih dahulu. Berhubungan dengan tugas pertama ini, adakalanya kita bertanya, apakah kita harus secara aktif mencari pasangan hidup ataukah kita hanya menunggu kedatangannya? Jawaban untuk pertanyaan ini adalah, mencari dengan sikap menunggu. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa prinsip yang termaktub dalam jawaban ini.
Beradalah di posisi di mana kita dapat bertemu dengan orang-orang yang menjadi target harapan kita. Ingat, menempatkan diri di tempat yang salah membuka peluang untuk kita bertemu dengan orang yang salah pula. Ingatlah prinsip Abraham: "...engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang istri dari antara perempuan Kanaan..." (
Jalinlah relasi dan jadilah teman; nikmatilah persahabatan itu dan jadikan persahabatan-bukan pernikahan-sebagai tujuan kita berelasi. Orang cenderung menarik diri tatkala tahu bahwa ia adalah target operasi perburuan kita.
Perbaiki diri agar kita pun menyukai diri sendiri. Jangan berharap orang akan menyukai kita dengan mudah bila kita sendiri membenci diri. Fokuskan pada manusia batiniah kita: jika suka marah, belajarlah sabar; andaikan suka mengkritik, belajarlah menahan diri; jika kurang pengetahuan, bacalah buku; di samping meningkatkan penampilan fisik.
Hiduplah sepenuhnya sebagai seorang lajang, bukan sebagai setengah lajang, setengah kawin. Jangan hidup berdasarkan "andai saya menikah nanti." Ingatlah firman Tuhan, "Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri." (
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi di manapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini kami beri judul "Menunggu atau Mencari Pasangan Hidup", kami percaya acara ini pasti akan sangat bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Sebelum saya memberikan jawaban itu, saya mau sedikit memberikan pandangan saya tentang konsep Tuhan sudah menyediakan pasangan hidup untuk kita. Karena apa? Ya karena saya kira tidak selau Tuhan menyediakan pasangan hidup untuk kita.
Adakalanya memang tidak, jadi itu sebabnya kita katakan orang yang tidak menikah itu bisa tidak menikah karena pilihannya, dia ingin hidup untuk Tuhan dia tidak mau menikah atau karena keadaan, keterpaksaan jadinya. Dia ingin menikah, dia rindu sekali mempunyai pasangan hidup tapi memang tidak ada. Nah apakah itu berarti Tuhan menyediakan pasangan hidup buat semua? Saya kira tidak. Nah kembali lagi kepada topik kita yaitu apakah kita perlu menunggu, apakah itu sikap kita ataukah kita harus dengan aktif mencari pasangan hidup kita. Jawaban saya adalah ini, mencari dengan sikap menunggu. Saya akan mencoba kembangkan sebelum saya memberikan prinsip-prinsipnya. Saya akan kembangkan dulu tentang fase-fase yang harus kita lewati sebelum kita menikah. Fase pertama adalah kita perlu menemukan pasangan hidup, kalau tidak buat apa berbicara tentang pernikahan, jadi harus menemukan pasangan hidup. Kedua, fase yang kita lewati adalah menentukan pasangan hidup dan yang terakhir adalah sebelum kita menikah kita mempersiapkan rumah tangga kita. Nah nanti panjang lebar kita akan bahas yang pertama, jadi saya akan bahas yang kedua, yang ketiga yaitu setelah kita menemukannya kita perlu melewati fase atau kita mempunyai tugas untuk menentukan apakah dia ini pasangan yang cocok buat kita atau tidak, jadi kita uji kecocokan, ketidakcocokan kita. Kita melihat sifatnya, kita melihat sifat kita, kita melihat gaya hidupnya, kita melihat gaya hidup kita dan kita uji kecocokan, bisa atau tidak kita hidup bersama dengan dia nantinya? Jadi memang fase ini fase yang lebih berkaitan dengan penyesuaian gaya hidup dan pengenalan akan karakter masing-masing. Kalau itu bisa lewat nah bagian terakhir dari berpacaran adalah mempersiapkan rumah tangga. Artinya sebelum kita memasuki rumah tangga mesti ada persiapan, persiapan apa yang bisa kita lakukan misalkan secara keuangan, secara finansial kita harus siap. Kita mesti siap juga misalkan dengan di manakah kita nantinya akan tinggal, apa yang akan menjadi pekerjaan kita nantinya, apakah bisa disenangi, disetujui oleh pasangan kita, apakah kita juga bisa menyetujui pekerjaannya dia. Nah itu aspek-aspek mempersiapkan rumah tangga kita di kemudian hari, nah dua fase itu harus kita lewati. Namun kembali lagi pada topik kita sekarang ini yaitu langkah pertama tetap haruslah menemukan dulu pasangan hidup ini.PG : OK! Tadi saya katakan jawabannya adalah mencari dengan sifat menunggu, nah dari konsep ini saya akan petik beberapa pelajaran. Yang pertama adalah secara praktisnya kita mesti berada di poisi di mana kita dapat bertemu dengan orang-orang yang menjadi target harapan kita.
Maksudnya apa, begini kita harus berada bersama dengan orang, bergaul dengan orang, kita harus bersinggungan dengan orang. Kita tidak mungkin menemukan pasangan hidup kalau kita mengurung diri di kamar, kita harus keluar, harus bergaul. Apakah salah misalnya ikut kegiatan gereja silakan, misalkan ada retreat untuk orang-orang yang belum menikah silakan ikut, ada kegiatan bakti, ada kegiatan olah raga, ada kegiatan rekreasi silakan ikut, ada kegiatan komisi silakan ikut. Dengan kata lain tempatkan diri kita di tempat di mana kita akan bersinggungan dengan orang namun bukan hanya bersinggungan dengan orang tapi bersinggungan dengan orang yang menjadi target harapan kita. Saya sering berkata seperti ini, kalau kita ingin membeli berlian kita tidak mencari-carinya di tong sampah, kita akan ke toko perhiasan. Demikian juga kalau kita ingin mencari sesama orang percaya, orang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan kita tidak lari-lari ke tempat-tempat yang kita tahu di sana orang-orang percaya tidak akan hadir. Jadi kita tempatkan diri di mana orang-orang yang menjadi harapan kita itu berada. Gunakan prinsip Abraham, Abraham berkata kepada budaknya Eliezer sebelum Eliezer pergi mencarikan jodoh buat anaknya Ishak. Abraham berkata: "Engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang istri dari antara perempuan Kanaan." Abraham mementingkan menantunya itu harus dari kaumnya sendiri, dengan kata lain dia tidak mau anaknya menikah dengan orang-orang yang tidak sama, tidak seiman dengan dia. Juga Paulus mengatakan hal yang sama diPG : Sudah tentu kita harus bergaul dengan semua orang, kita harus menjadi terang di tempat mana pun Tuhan menaruh kita. Tetapi di dalam membina relasi yang lebih serius yang kita harapkan bisaberkembang menjadi hubungan cinta, saya kira kita memang dari awalnya harus selektif.
Jangan kita memulai sesuatu yang kita tahu kita tidak akan bisa selesaikan nantinya. Jadi bagi saya jauh lebih penting dari awalnya kita memang mempunyai kriteria yang jelas yaitu kalau mau melanjutkan hubungan, kita mau yang seiman, kalau tidak kita hanya berteman biasa.PG : Dengan kata lain memang perlu kesungguhan, jadi waktu kita tahu tidak seiman kita akan langsung menjaga jarak dan kita akan berkata : "Dia hanya akan menjadi teman saya, dan tidak aka saya buka peluang supaya ini berkembang."
Jadi kita memang mempunyai posisi yang jelas dalam hal ini. Sekali lagi tujuannya memang kita mau menaati Tuhan, Tuhan sudah berkata kita menikah dengan siapa saja bebas asalkan orang itu orang yang percaya, jadi kita mau menaati Tuhan.PG : Saya melihat positif, kalau pihak wanita pun juga bersedia untuk aktif saya kira itu hal yang baik. Sehingga dari kedua belah pihak bisa saling menunjukkan interest, sudah tentu kalau satuya tidak memiliki interest yang sama kita harus menerima fakta itu.
Nah ini membawa kita kepada prinsip yang berikutnya Pak Gunawan, tadi saya sudah katakan kita mencari, kita tidak bisa pasif, kita mencari namun dengan sikap menunggu. Nah maksudnya apa, yang saya ingin munculkan adalah kita menjalin relasi dengan orang dan jadilah teman bagi teman-teman kita, nikmati persahabatan itu dan jadikan persahabatan sebagai tujuan kita berelasi, bukan pernikahan. Jadi maksud saya begini, kita terbuka dan bergaul dengan semua, jadikan diri kita teman dan mereka teman kita juga, nikmati persahabatan itu jangan kita ini ke mana-mana seolah-olah mata kita hanya menyoroti siapa yang menjadi istri saya, siapa yang menjadi suami saya, seperti kita ini sedang berburu mencari mangsa. Saya perhatikan orang cenderung lari kalau kita mengejar-ngejar, memburu mangsa, orang tidak suka. Jadi kebanyakan orang akan senang dengan relasi yang berkembang secara alamiah dan diawali dengan pertemanan. Saya perhatikan pria juga mempunyai perasaan yang sama, pria kalau dari awalnya dikejar-kejar misalnya sudah tentu kalau orang itu sesuai dengan seleranya dia akan senang. Tapi meskipun orang itu sesuai dengan seleranya, tapi kalau dia itu dikejar-kejar dari awalnya saya kira sebagian besar pria tidak nyaman juga. Saya melihat wanita juga sama, kalau pria langsung begitu agresif hanya memikirkan bagaimana wanita ini bisa menjadi pacarnya saya kira wanita juga akan berhati-hati. Sebab dia ingin bisa melewati fase-fase permulaan itu menjadi teman dulu. Jadi prinsipnya adalah carilah teman, carilah persahabatan, bukan mencari pasangan hidup dari awalnya, jangan, binalah persahabatan. Tujuan kita berteman adalah untuk membangun persahabatan ini bukan untuk langsung memikirkan ke pernikahan, nah hal-hal seperti ini kadang-kadang kita lupakan apalagi kalau usia kita sudah mulai menanjak, kita langsung buru-buru mencari mangsa seolah-olah itu makin membuat orang lari dari kita.PG : Itu sebabnya saya tekankan prinsipnya adalah mencari dengan sikap menunggu, artinya kita tidak mencari dengan sikap berburu, mengejar-ngejar mencari mangsa, tidak. Kita mencari tapi dengansikap menunggu, kita membangun persahabatan dulu.
Artinya apa, setelah persahabatan baru naik ke tingkat yang berikutnya, kalau memang tidak bisa naik ke tingkat berikutnya kita terima. Dan tidak apa-apa, sebab kita memang mencari persahabatan itu.PG : Jadi memang pada tahap-tahap ini kita tidak eksklusif, jadi kadang-kadang kita pergi dengannya, tapi kadang-kadang kita pergi dengan teman-teman yang lainnya juga. kadang-kadang kita pergiberdua, kadang-kadang kita pergi berlima atau berenam, tapi kadang-kadang pun kita pergi dengan orang lain.
Dan hal ini dimengerti bahwa kita memang sedang membangun sebuah persahabatan kita tidak mengikatkan diri dalam ikatan yang eksklusif ini. Satu hal yang juga saya anjurkan adalah begini, kalau dalam persahabatan berkelompok itu kita sudah mulai nyaman, dan kita pun merasakan dia pun juga mungkin mempunyai perasaan yang sama dengan kita ya masuk ke tahap berikutnya kita bisa berkata kepada dia: "Bersedia tidak engkau mendoakan hubungan ini?" dan kemudian kita menentukan jangka waktu misalkan tiga bulan, dia berdoa, kita berdoa. Kita benar-benar meminta pimpinan Tuhan dan biarkan perasaan kita ini menjadi perasaan yang lebih tenang, lebih jernih karena dengan pikiran dan perasaan yang tenang kita baru bisa melihat dengan jelas juga. Setelah tiga bulan kita berdoa, baru lihat kesiapan kita kalau dia siap, kita siap baru kita lanjutkan ke fase berpacaran. Jadi tadi itu saya tidak sebut berpacaran, ya boleh juga kita menyebutnya pra-pacaran. Pada masa pra-pacaran itu kita dengan sungguh-sungguh mendoakan tapi tidak ada ikatan dulu, namun tidak berarti dalam masa pra-pacaran itu kita galang-gulung dengan orang lain, nah kita tidak menunjukkan keseriusan kita. Jadi pada masa pra-pacaran selama tiga bulan itu kita tidak galang-gulung dengan orang, kita sungguh-sungguh mendoakan dia tapi belum ada komitmen. Setelah masa itu lewat baru kita memasuki masa komitmen berpacaran, dan berpacaran inilah yang tadi saya bilang, kita sudah menentukan pasangan hidup kita kira-kira dia dan kita mau menguji kecocokan kita, fase menguji itulah yang kita sebut fase berpacaran.PG : Cinta memang sesuatu yang bisa memperdaya kita karena cinta itu melibatkan perasaan, tapi sekaligus cinta juga bisa kita manfaatkan sebagai bel, sebagai pertanda bahwa memang ini hubungan ang sungguh-sungguh kita inginkan atau tidak.
Maksudnya begini, kalau kita mencintai dia dan cinta kita cukup besar seharusnya cinta yang besar itu akan membuat kita bertahan mencintai dia untuk waktu yang lama. Dan yang kedua adalah cinta yang besar itu akan menolong kita untuk bertahan melewati misalnya masa-masa penyesuaian itu, namun kita harus juga membuka mata terhadap fakta, jadi cinta bukan satu-satunya kriteria untuk menentukan dia adalah pilihan kita atau pasangan kita. Cinta boleh besar tapi kalau akhirnya kita secara rasional mengakui tidak cocok ini sering berkelahi, lebih jarang kita tidak berkelahi kita harus berkata tidak bisa diteruskan meskipun cinta itu kuat. Jadi harus ada keseimbangan antara cinta dan kecocokan, kadang-kadang orang melupakan hal itu. Wah...pokoknya jalan saja terus. Jadi kembali kepada pertanyaan Pak Gunawan tadi, kalau masih bingung kemungkinan cinta itu memang tidak kuat, dan perlu cinta yang lebih kuat untuk mengikatkan diri kita dalam pernikahan.PG : Nah kalau itu masalahnya, mungkin saya harus berkata bahwa memang dia belum waktunya menikah. Sampai kapan? Ya sampai dia siap, sampai cintanya begitu besar sehingga dia bisa bertahan di dlam relasi cintanya.
Kalau memang tidak bisa bertahan, dua bulan, tiga bulan menyusut lagi berarti memang dia belum siap.PG : Sering kali itu yang terjadi, jadi orang tidak mengerti dan buru-buru meminta dia menikah.
PG : Yang lainnya lagi adalah kita mesti memperbaiki diri agar kita pun menyukai diri sendiri. Jangan berharap orang akan menyukai kita dengan mudah, bila kita sendiri membenci diri. Jadi maksu saya begini, kita melihat diri kita, kita melihat kekurangan kita, kita perbaiki.
Sebab orang tidak mudah menyukai kita kalau kita sendiri tidak suka dengan diri kita ini. Kalau kita orangnya pemarah, ya belajar sabarlah, kita orangnya mudah mengkritik, ya belajar menahan dirilah, kita kurang pengetahuan, ya belajar bukulah, terus misalnya cara berpakaian kita ya kita perhatikan, penampilan fisik juga kita perlu perbaiki. Dengan kata lain pada masa kita mencari dengan sikap menunggu, kita mau memperbaiki diri kita. Bagaimana kalau setelah memperbaiki diri tetap tidak ada pasangan hidup? Ya tidak apa-apa 'kan tidak ada salahnya dan tidak ada ruginya kita memperbaiki diri kita. Kita tidak bisa bergaul, tidak bisa cara berbicara, ya kita belajar caranya bergaul, caranya memulai percakapan, itu hal yang baik buat kita juga. Jadi seraya kita mencari dan menunggu kita memperbaiki diri.PG : OK! Ini penting sekali, yaitu hiduplah sepenuhnya sebagai seorang lajang, bukan setengah lajang atau setengah kawin. Maksud saya begini Pak Gunawan, adakalanya kita terjebak di dalam pemikran andai kata saya sudah menikah, andaikan nanti saya berpasangan, tidak.
Kita tidak hidup berdasarkan andaikan, kita hidup berdasarkan fakta sekarang ini, jadi kalau memang kita masih sendiri hiduplah sebagai seorang yang sendiri, hiduplah sebagai orang yang lajang jangan kita akhirnya tidak berani bertindak, tidak berani mengambil langkah karena tetap berpikir nanti kalau saya begini, nanti bagaimana saya dapat jodoh, kalau saya begitu nanti siapa yang akan bisa saya nikahi. Kita hidup seperti biasa sepenuh-penuhnya.PG : Tidak bisa tidak saya kira pikiran itu tetap ada, tapi jangan sampai pikiran itu menguasai kita. Hiduplah sebagai seseorang yang single, yang lajang sepenuhnya. Memang saya mengerti mungki saya juga tidak bisa mengerti sepenuhnya karena saya sekarang ini sudah menikah, tapi saya bisa memahami dah bahwa orang yang ingin menikah tidak bisa tidak akan terus diganggu oleh pikiran ini.
Namun saya mau memberikan dua pilihan, hidup diganggu oleh pikiran ini atau hidup bebas, nah jadilah orang yang bebas, pilihlah yang bebas itu, hiduplah sepenuhnya sebagai seorang lajang, berikan waktu kita untuk pekerjaan Tuhan, kita dedikasikan hidup kita juga untuk melayani Tuhan, menjadikan diri kita berkat buat lebih banyak orang, nah hidup sepenuhnya seperti itu. Kalau di dalam perjalanan hidup kita seperti itu, kita bertemu dengan orang nah di situlah kita akan bisa menjalin hubungan. Kita tidak bisa selalu bertanya-tanya kapan orang itu datang, dan kitanya tidak berjalan ke mana-mana. Hidup sepenuhnya dalam perjalanan, hidup sepenuhnya itu kalau kita bertemu ya puji Tuhan kita bisa menikah dengan dia, kalau tidak bertemu ya tetap puji Tuhan karena kita bisa terus hidup dengan bebas dan sepenuhnya.PG : Kita ingatkan dia bahwa tujuan hidup yang terutama bukan menikah, jadi anak-anak dari lebih awal usianya mesti mengerti konsep ini, tujuan hidup adalah untuk memuliakan Tuhan. Tujuan hidupadalah untuk bisa menjadi intim dan menikmati Tuhan di dalam kehidupan kita ini.
Menikah adalah salah satu hal yang bisa terjadi pada diri kita tapi belum tentu harus terjadi pada diri kita juga. Nah dengan konsep yang jelas ini barulah kita bisa berjalan dengan lebih bebas, kalau tidak takutnya nanti anak-anak kita terus memikirkan saya pasti harus menikah. Dan kita sebagai orang tua juga tidak memberikan pressure atau tekanan yang tidak semestinya. Jadi ingatlah anak-anak kita ya boleh tapi jangan menekan, jangan sampai mereka akhirnya merasa tertekan dan mengambil keputusan yang justru keliru.PG : Saya kira kita memang harus mempunyai siasat, taktik, waktu bertanya juga tidak mencari-cari, tidak introgasi, kita langsung mengeluarkan komentar saja, misalnya kita berkata: Tampaknya ank itu baik juga ya, kita katakan begitu saja.
Dan nanti kita melihat reaksi anak kita, apakah dia mau bicara, menceritakannya kepada kita. Atau kita berkata kita bisa menceritakan pengalaman kita, dia tidak bertanya tapi kita ngomong-ngomong, menceritakan saya dulu begini, papa dulu begini, terus ceritakan saja, terus tunggu dia nanti berikan masukan kepada kita.PG : Di dalam kita mencari pasangan hidup dengan sikap menunggu, firman Tuhan untuk kita adalah ini "Sebab itu janganlah kamu khawatir tentang hari besok, karena hari besok mempunyai kesushannya sendiri."
Jadi jangan khawatir hidup sepenuhnya untuk Tuhan, besok bagaimana, besok ada pimpinan Tuhan, anugerah Tuhan cukup buat hari besok.PG : Betul, itu sering terjadi kalau tidak mempunyai pacar, merasa tidak berharga. Itu keliru, harga kita ditentukan oleh Tuhan bukan oleh manusia.
GS : Terima kasih sekali Pak Paul, untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Menunggu atau Mencari Pasangan Hidup". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang, Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
24. Tatkala Anak Akil Balig |
|
Pada masa anak akil baliq, orang tua akan harus mengalami perpisahan dengan anak-anak mereka. Dan hal ini memerlukan persiapan dengan baik supaya tidak menimbulkan gejolak dalam kehidupan keluarga.
Sekarang ini terjadi perubahan trend, di masa lampau anak-anak tidak keluar kota untuk bersekolah, kebanyakan mereka tidak bersekolah lagi, setelah SMA membantu orang tua dan sebagainya. Tapi sekarang anak-anak biasanya kuliah dan cukup banyak di antara anak-anak itu berkuliah di tempat yang jauh dari rumah. Dengan kata lain orang tua akan harus mengalami perpisahan dengan anak-anak mereka.
Kalau perpisahan ini tidak dipersiapkan dengan baik, perpisahan ini bisa menimbulkan gejolak dalam keluarga, pada orang tua yang ditinggalkan atau bisa juga menimbulkan masalah pada si anak yang pergi jauh dari rumah.
Dampak perpisahan bagi yang belum siap adalah:
Kalau hubungan kita dengan anak baik, perpisahan hanya akan menciptakan rasa sedih dan rasa kehilangan.
Kalau hubungan kita dengan anak tidak baik, perpisahan akan menimbulkan perasaan-perasaan bercampur dan saling bertentangan.
Kata perhatikanlah sebetulnya adalah perhatikanlah dengan penuh hati-hati, dengan cermat. Dengan kata lain kita bertugas sebagai orang tua mengenal anak kita, memperhatikan anak kita sedekat dan sebaik-baiknya, saatnya tiba mereka pergi kita melepaskan mereka dengan lega, mereka pun meninggalkan kita juga dengan lega, kita akan memetik hasilnya.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi di manapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Tatkala Anak Akil Baliq'', kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Memang benar Pak Gunawan, jadi yang tadi Pak Gunawan kemukakan sekarang ini terjadi perubahan trend, di masa lampau, anak-anak itu tidak keluar kota untuk bersekolah, kebanyakan mereka tidk bersekolah lagi setelah SMA misalnya, membantu orang tua berdagang dan sebagainya.
Tapi sekarang anak-anak biasanya kuliah dan cukup banyak di antara anak-anak itu yang berkuliah di tempat yang jauh dari rumah. Dengan kata lain orang tua akan harus mengalami perpisahan dengan anak-anak mereka dan kalau tidak dipersiapkan dengan baik memang perpisahan ini bisa menimbulkan gejolak dalam kehidupan keluarga, bisa menimbulkan gejolak pada orang tua yang ditinggalkan atau bisa juga menimbulkan masalah pada si anak yang pergi jauh dari rumah.PG : Sudah tentu kita harus melihat masalah ini kasus per-kasus, jadi saya tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa kalau anak dipisahkan pada usia remaja misalnya SMA dari orang tuanya pasti brdampak negatif pada si anak, memang belum tentu.
Secara umum saja sebagai prinsip saya menyarankan kalau memungkinkan anak tidak dipisahkan dari orang tua setidak-tidaknya sampai lulus SMA, dengan kata lain sampai dia menginjak usia 18, 19 tahun. Namun saya juga menyadari terjadi adanya perkecualian, ada keadaan-keadaan yang memaksa kita untuk berpisah dengan anak pada usia yang lebih dini. Nah sudah tentu pertimbangan itu harus dilAndasi atas faktor kesiapan si anak itu juga. Kalau memang dia belum mampu dan dipisahkan pada usia yang dini, bisa berdampak buruk pada si anak itu. Nah dengan kata lain memang sebaiknya orang tua tetap bisa memantau perkembangan anak, sampai anak-anak itu menginjak akil baliq.PG : Pertama-tama kita melihat dampaknya itu ternyata bergantung pada kwalitas relasi orang tua-anak itu sendiri. Bila relasi orang tua-anak relatif positif, biasanya perpisahan hanya akan mencptakan rasa sedih dan rasa kehilangan.
Jadi kalau keluarga kita sehat, hubungan kita dengan anak baik, pada waktu anak meninggalkan rumah yang biasanya akan kita alami hanyalah rasa kehilangan atau rasa sedih. Dengan kata lain perasaan kita cukup homogen, terkonsentrasi satu warna. Sebaliknya kalau hubungan kita dengan anak tidak baik, ada masalah-masalah, kekurangserasian, sering bertengkar antara kita dengan anak dan sebagainya, kepergian anak akan menimbulkan perasaan-perasaan yang bercampur dan justru sering kali saling bertentangan. Saya jelaskan, maksud saya adalah begini, adakalanya sewaktu anak itu pergi kita akan merasa lega di satu pihak dia itu pergi berarti kita tidak usah harus bertengkar dengan dia lagi, tapi di samping rasa lega misalkan juga ada rasa takut kalau-kalau nanti dia di sana membuat masalah yang baru, kalau-kalau dia itu nanti karena kita tidak bersamanya akan mengambil keputusan yang salah, membuat masalah lagi. Jadi kepergiannya di satu pihak membuat kita lega, kita tidak usah lagi bertengkar dengannya namun di pihak lain menimbulkan kecemasan, sehingga setiap hari kita bukan saja merasa lega tapi merasa cemas, misalkan seperti itu. Atau rasa sayang kita berpisah dengan dia karena dia anak kita, kita sayang meskipun sering bertengkar dengan dia, tapi kepergiannya juga memancing rasa marah dari hati kita. Sebab misalnya kita tidak setuju dia pergi, karena kita anggap dia belum cukup dewasa tapi dia sudah memaksakan diri mau pergi, kalau tidak pergi berarti masalah baru buat kita di rumah. Nah jadi di satu pihak kita sedih karena dia anak kita dan kita menyayanginya, tapi di pihak lain kita juga marah karena kok dia pergi, nah itulah beberapa contoh Pak Gunawan di mana perpisahan dalam keluarga yang kurang serasi akan menimbulkan perasaan-perasaan bercampur dan juga saling berlawanan.PG : Pasti ya, tapi biasanya kehilangan itu karena memang hubungan kita relatif dekat, namun kalau hubungan kita itu tidak terlalu dekat tapi sering bertengkar, selain rasa kehilangan juga akanada rasa lega bahwa dia pergi dan kita tidak lagi harus bertengkar.
Misalkan, dia sering bertengkar dengan istri kita sehingga akhirnya kita juga susah di tengah-tengah memisahkan istri dan anak, nah sekarang dia pergi berarti kita tidak harus lagi menjadi penengah antara istri dengan dia. Jadi di satu pihak kita akan merasa senang, lega, damai, tapi di pihak lain juga merasa kehilangan, di pihak lain juga kita kesal kenapa si anak sampai harus pergi gara-gara hubungan dengan istri kita kurang baik, misalkan seperti itu. Nah jadi itulah contohnya di mana kepergian si anak justru menimbulkan perasaan-perasaan yang begitu bercampur dan saling bertentangan.PG : Saya kira juga akan mirip, kalau anak itu dibesarkan di keluarga yang sehat, dia justru akan menanti-nantikan masanya dia pergi. Ini berbeda dengan anak yang dibesarkan di keluarga yang kuang serasi misalkan orang tuanya terlalu membatasinya, atau anak ini memang cenderung mau bebas, mau berontak sehingga orang tua harus membatasinya.
Nah kalau anak ini menikmati hubungan yang serasi dengan orang tuanya dia akan menanti-nantikan waktunya dia pergi. Tapi dia menantikannya secara tepat, maksudnya misalkan orang tua sudah memberitahukan bahwa nanti waktu kamu kuliah, kamu akan pergi, kuliah di mana misalnya. Nah si anak sudah mulai memikirkan kepergiannya, namun dia nantikan itu dengan suatu sikap yang positif. Kira-kira alasannya seperti ini, kalau si anak dibesarkan di keluarga yang sehat, hubungan dengan orang tuanya hangat, dia akan membangun rasa percaya pada dunia ini, pada hidup ini, jadi dia akan siap untuk melangkah keluar rumah bertemu dengan orang-orang yang belum dikenalnya, sebab bagi dia dunia ini positif, dunia ini masih ada kebaikannya sebab dia mengalami kebaikan itu di dalam rumah tangganya sendiri. Kebalikannya pada anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang bermasalah misalkan, dia tidak merasakan kasih sayang dari orang tuanya atau bahkan dia mengalami banyak penolakan dari orang tuanya, akibatnya dia justru sudah mempunyai persepsi bahwa dunia ini atau hidup ini tidaklah simpatik, tidaklah ramah, dunia ini akan menyakitinya. Jadi dia akan pergi keluar rumah, di satu pihak dia ingin keluar supaya dia bebas, di pihak lain dia keluar dengan juga pertanyaan yang besar, dengan keragu-raguan, dengan ketidakpercayaan, dengan kecurigaan, dengan sikap bermusuhan kepada dunia luar. Atau dalam contoh yang lainnya dia tidak bisa lagi menunggu untuk buru-buru keluar rumah karena tidak tahan lagi dalam rumah, jadi selalu berpikir untuk keluar rumah, namun beda dengan keluarga yang sehat tadi. Yang dari keluarga yang sehat, dia menantikan keluar rumah dengan sikap positif, bahwa hidup ini ada kebaikannya dan dia ingin menjadi bagian dari hidup, memberikan sumbangsih kepada hidup. Tapi pada anak-anak yang dibesarkan di rumah yang bermasalah sudah terbangun rasa tidak suka dengan hidup atau dunia ini, jadi dia akan melangkah keluar rumah juga dengan konsep bahwa hidup ini tidak baik, nah dia harus berhati-hati karena kalau tidak dia akan dirugikan oleh orang-orang di luarnya.PG : Saya kira kalau orang tua atau anak tidak siap bisa menimbulkan dampak yang buruk, itu sebabnya nasihat saya adalah sedini mungkin dipersiapkan. Saya berikan contoh dengan diri saya sendir Pak Gunawan, dalam waktu setahun setengah kalau Tuhan menghendaki anak saya yang paling besar akan lulus SMU berarti dia akan meninggalkan rumah juga untuk studi.
Sejak kira-kira setahun yang lalu saya sudah sering memikirkan kepergiannya, dan istri saya sering membicarakan mengenai moment di mana kami harus melepaskannya. Dan saya harus akui belum pergi, pikiran bahwa dia akan pergi saja cukup untuk membuat saya menangis, jadi kadang-kadang saya akan meneteskan air mata memikirkan waktu di mana saya harus melepaskan dia. Nah kami juga mulai menyiapkan diri dengan cara membiarkan diri kami berduka dari sekarang atau bahkan dari setahun yang lalu saya sudah mulai memikirkan ini dan kadang-kadang saya juga akhirnya bersedih hati. Sudah tentu saya sadar bahwa pada saatnya saya akan tetap sedih kehilangan dia, namun karena saya sudah mulai mempersiapkan diri setidak-tidaknya peristiwa itu tidak lagi menjadi sesuatu yang mengejutkan saya dan akan menggoncangkan hidup saya karena saya sudah persiapkan mulai dari sekarang. Saya pun juga dengan istri mulai mempersiapkan anak kami, jadi secara berkala tidak setiap hari, tidak setiap minggu, tidak dua minggu sekali tapi secara berkala kami memunculkan topik perpisahan ini. Kadang-kadang kami munculkan dengan nada bercAnda, kadang-kadang kami munculkan dengan nada sedih, kadang-kadang saya berkata kepada dia: "Nanti kalau saya kehilangan kamu, boleh tidak saya ke kamar kamu dan berdiam mengingat-ingat kamu di kamar kamu?" Nah hal-hal seperti itu saya kadang-kadang ungkapkan. Nah jadi saya masih ingat sekali anak saya pun mulai berani mengutarakan pikiran dan perasaannya tentang perpisahan ini. Saya ingat suatu hari dia pernah berkata begini : "Saya menanti-nantikan waktu saya akan pergi sekolah karena saya senang bisa pergi sekolah dsb, tapi dia berkata : tapi saya sangat senang bisa berada di rumah ini, saya menikmati sekali ada di sini jadi saya juga percaya karena nanti saya tinggalkan rumah saya juga akan kehilangan rumah." Nah dengan kata lain dia pun juga mulai membicarakan hal ini. Dan kami juga memunculkan topik ini dengan adik-adiknya, kami katakan misalnya: "Nanti setelah kakakmu pergi, kamu pasti akan kehilangan dia ya?" Dia akan berkata: "Ya." Atau saya bicara dengan adiknya lagi adiknya berkata: "Ya mungkin saya akan kehilangan, tapi kakak akan lebih kehilangan kami," dan sebagainya. Jadi kami mulai memunculkan secara natural, tidak sering-sering tapi ada waktu-waktu di mana kami memunculkan. Harapan kami adalah masing-masing mulailah menatap, mulailah memikirkan masa di mana kami harus berkata selamat tinggal.PG : Betul, sering kali kita ini tidak terlalu memikirkan keterampilan untuk hidup mandiri dan kita tidak memikirkan membekali anak dengan keterampilan untuk hidup mandiri. Jadi kalau kita tahuya bahwa anak kita nanti akan kita sekolahkan di tempat yang agak jauh, terpisah dari rumah mulailah dari misalnya dua, tiga tahun sebelumnya secara sadar dan terencana kita mulailah memberikan bekal-bekal itu.
Nanti kalau ini terjadi begini atau kita mulai ajarkan dia cara masak, menyiapkan masakan untuk makan pagi, makan siang dan kita mulai ajarkan tipe-tipe orang misalkan seperti itu, tipe teman, kita bicarakan hal-hal seperti ini. Dengan kata lain kita terus mulai secara terencana mulai membekali anak sehingga pada waktunya dia lebih siap. Sebab kalau anak belum siap untuk pergi dan hidup mandiri, dia juga nanti akan menyusahkan orang lain di sana atau dia tidak mau pergi justru karena dia sangat bergantung kepada kita. Jadi kita janganlah sampai terlalu menggiring anak bergantung kepada kita.PG : Kadang-kadang kalau rumah terlalu nyaman anak memang bisa kurang motivasi untuk pergi. Itu sebabnya sebaiknya kalau kita memang merencanakan anak pergi kuliah agak jauh, dari jauh-jauh har saya sarankan misalkan tiga, empat tahun sebelumnya kita sudah membicarakan hal ini, seolah-olah ini adalah suatu ketetapan yang harus dia ikuti sehingga dia tidak memikirkan alternatif yang lain.
Jadi kita sudah arahkan bahwa inilah yang akan terjadi, ini jalurnya engkau akan pergi sekolah. Ini lebih baik daripada 6 bulan di muka baru kita katakan, bisa jadi si anak memang kurang siap. Kita juga karena dari jauh hari sudah mempersiapkan, kita pun mulai memikirkan situasi kehidupan kita, jadwal hidup kita, aktifitas sehari-hari, nah kita mulai pikirkan nanti apa yang akan kita lakukan, apalagi kalau semua anak kita sudah pergi, saran kita kosong nah apa yang akan kita lakukan. Kita sudah harus mulai memikirkan hal-hal itu, jangan sampai barulah kita pikirkan setelah anak pergi. Kita bingung, ini waktu kita mau kemanakan atau apakan nah itu akhirnya bisa menimbulkan gejolak yang baru di antara hubungan suami-istri.PG : Adakalanya hubungan suami-istri buruk dan hubungan suami-istri itu hanya bisa berjalan kalau ditopang oleh anak, anak berfungsi sebagai penengah, sebagai pendamai, sebagai penghibur, sebagi tempat curahan hati.
Nah adakalanya dalam keluarga seperti ini kepergian anak akan menimbulkan gejolak yang besar dalam keluarga bermasalah ini. Karena apa? Ya karena yang mendamaikan tidak ada lagi, yang menjadi tempat curahan hati tidak ada lagi, yang melindungi, misalkan si ibu sering dicaci maki atau mungkin dipukul oleh suaminya, nah kehadiran anaklah yang melindungi si ibu dari tindakan penganiayaan dari suami. Bagaimanakah si anak pergi sekarang? Nah sering kali ini menimbulkan masalah baik pada relasi orang tua atau pun pada diri si anak. Si anak pergi dengan ketakutan, dengan ketegangan dia cemas memikirkan orang tuanya di rumah, apa jadinya mereka tanpa saya di rumah. Apalagi kalau dia sudah berfungsi sebagai kakak yang mengurus adik-adiknya juga, jadi bukan saja dia memikirkan orang tua dia juga memikirkan adik-adiknya. Nah kalau pada anak-anak bisa menimbulkan dampak seperti ini, dampak pada orang tua juga bisa cukup parah, mereka bisa lebih sering bertengkar, sekarang tidak ada lagi yang mengontrol. Misalkan si suami sekarang bisa berkata tidak ada lagi anakmu yang bisa membelamu dan sebagainya. Atau dalam keluarga yang lain kehadiran anak berhasil menutupi problem, kadang kala ini yang terjadi Pak Gunawan. Rumah tangga ini sebetulnya menyimpan potensi konflik yang besar, namun tertunda oleh kehadiran anak dan anak hadir di tengah-tengah hubungan orang tua untuk waktu yang lama, berbelasan tahun. Setelah anak pergi problem yang lama itu muncul nah itu sebabnya kita melihat salah satu usia di mana orang sering bercerai adalah usia paro baya. Memang usia yang pertama adalah usia awal pernikahan, di mana kedua orang harus menyesuaikan diri dengan susah payah. Tapi kelompok usia kedua di mana orang sering bercerai adalah usia paro baya, usia di antara 45 hingga 55-an. Mengapa sampai terjadi? Sebab salah satunya problem itu sebetulnya tersimpan namun tertunda karena adanya anak. Sekarang anak-anak tidak ada lagi problem akhirnya meledak keluar.PG : Saya takut kalau orang tua hanya ikut-ikutan, orang tua gagal melihat kondisi anak secara realistik, jadi jangan sampai orang tua tidak melihat kondisi anaknya. Saya kebetulan dulu sekolahdi luar negeri, saya berjumpa dengan cukup banyak anak-anak muda yang sebetulnya tidak siap pergi, yang memang begitu bersemangat menyekolahkan adalah orang tuanya.
Akhirnya disekolahkan bertahun-tahun, sekolah di luar negeri, menghabiskan uang yang begitu besar tapi pulang tidak membawa satu gelar pun, itu cukup banyak saya saksikan di sana.PG : Saya setuju, mungkin ya mereka atau orang tua ini berpikir anak-anak saya bermasalah di sini, biarlah saya kirim keluar mudah-mudahan terjadilah mujizat di sana anak saya berubah. Apakah aa yang berubah? Ya ada, saya harus akui juga ada.
Ada anak-anak di sana bertobat menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya dan mengalami hidup yang baru. Tapi saya juga melihat ada sebagian lagi yang tidak bertobat malah hidup tidak benar dan menghabiskan banyak uang orang tuanya.PG : Saya kira jarak berpengaruh, karena secara spsikologis anak tetap merasa terpantau kalau jaraknya tidak terlalu jauh. Tapi begitu misalkan menginjak luar pulau, anak akan merasakan sekali ekarang pantauan itu sudah sangat tipis, apalagi menginjak keluar negeri wah....pantauan
itu benar-benar lepas dari orang tua. Jadi adakalanya anak-anak yang tidak siap justru setelah meninggalkan rumah mengalami goncangan, perubahan-perubahan, yang tadinya rajin ke gereja sekarang tidak ke gereja sama sekali. Jadi di sinilah orang tua mempersiapkan anak untuk berpisah dan hidup mandiri jauh-jauh hari, menilai, mengamati perkembangan emosinya dan kehidupan kerohaniannya benar-benar membekali mereka sehingga waktu menginjak keluar rumah mereka telah siap.PG : Cara begitu masuk akal tapi sebetulnya tidak perlu, karena sekali lagi kalau anak itu menerima bekal yang cukup dari kita, disayangi, tapi juga menerima disiplin yang baik dari kita pada satnya dia harus pergi, dia akan siap pergi.
PG : Kadang-kadang itu yang akan terjadi tapi tidak selalu sebab adakalanya anak kembali untuk tinggal dengan kita karena kita yang membutuhkan mereka untuk merawat kita, adakalanya itu yang tejadi.
PG : Saya akan ambil dari
GS : Terima kasih sekali Pak Paul, untuk perbincangan kali ini. Nah para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Tatkala Anak Akil Baliq". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang, Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
25. Pagar Antara Orangtua dan Anak |
|
Konflik antara orang tua dan anak tidak lagi bisa dicegah, dikarenakan orang tua terlalu mencampuri anak. Sebenarnya ada pagar yang memisahkan orang tua dan anak-anak.
Latar belakang:
Adakalanya konflik antara orang tua dan anak tidak lagi bisa dihindari, dikarenakan orang tua terlalu mencampuri urusan anak. Waktu anak-anak masih kecil seharusnyalah orang tua mencampuri anak, tapi ketika anak-anak sudah besar, sudah menikah, sudah berkeluarga, orang tua tidak boleh lagi mencampuri anak. Adakalanya orang tua tetap memperlakukan mereka seperti anak-anak sehingga yang terjadi justru adalah konflik.
Waktu anak-anak sudah akil baliq seharusnyalah mereka membuat rumah dan memisahkan diri dari kita, rumah dalam pengertian secara emosional di mana ada pagar yang memisahkan kita dengan anak-anak. Sehingga kita menghormati anak, anak-anak juga menghormati kita.
Tiga peran dan fungsi orang tua:
Pengasuh, berarti orang tua memberikan gizi, baik gizi jasmaniah atau pun gizi batiniah kepada anak, sehingga anak bisa bertumbuh besar menjadi orang yang stabil dan cukup sehat.
Pengarah dan pendamping, artinya pada masa ini orang tua akan menjadi konselor bagu anak, memberikan arahan-arahan dan secara aktif orang tua memantau perkembangan anak.
Penasihat atau konsultan, secara pasif orang tua memberikan masukan kepada anak. Yang dimaksud dengan pasif adalah pada masa anak-anak sudah dewasa biarkan anak yang datang mencari kita, barulah kita memberikan masukan tatkala mereka datang kepada kita.
Beberapa gaya bahasa yang perlu diperhatikan orang tua:
Gaya bahasan instruksi, pada masa anak-anak kecil gaya bahasa kita sebagai orang tua adalah gaya bahasa instruksi.
Pada masa anak-anak sudah remaja, orang tua menggunakan gaya bahasa persuasi
Pada masa anak-anak dewasa, orang tua menggunakan gaya bahasa diskusi.
Pelajaran bagi orang tua:
Kalau kita mau menggembalakan anak dan anak-anak mau digembalakan oleh kita prasyaratnya harus kita penuhi, kita harus menjadi orang yang benar, harus menjadi orang yang hidup dalam Tuhan, takut akan Tuhan dan mempunyai hikmat juga dari Tuhan. Dengan cara itulah anak-anak akan hormat kepada kita, kita bisa menggembalakan mereka.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi di manapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang 'Pagar antara Orangtua dan Anak', kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Pak Gunawan, saya mengamati adakalanya konflik antara orang tua dan anak tidak lagi bisa dicegah, dikarenakan orang tua terlalu mencampuri anak. Nah kalau anak-anak masih kecil saya kira sharusnyalah orang tua mencampuri anak, tapi adakalanya anak-anak ini sudah besar, sudah menikah, sudah berkeluarga tapi tetap diperlakukan seperti anak-anak oleh orang tuanya, sehingga lama-kelamaan yang terjadi justru adalah konflik.
Itu sebabnya kita akan membahas masalah ini dan kita memberikan judul pagar. Sebab saya percaya pada saat anak-anak itu sudah akil baliq seharusnyalah mereka membuat rumah dan memisahkan diri dari kita, ini saya membicarakannya secara alegoris, rumah dalam pengertian secara emosional di mana ada pagar yang memisahkan kita dengan anak-anak. Sehingga kita menghormati anak, anak-anak juga menghormati kita.PG : Tepat, dengan kata lain kelanggengan atau keserasian hubungan orang tua dan anak pada usia yang sudah dewasa ini bergantung sekali pada apakah kedua belah pihak menghormati pagar ini. Kala salah satu pihak tidak lagi menghormati pagar ini dan lompat pagar masuk ke rumah sudah tentu akan timbul masalah.
PG : Ya kita susah sekali untuk menyadari bahwa peran dan fungsi kita berubah seiring dengan bertambahnya usia kita dan juga usia anak. Saya akan paparkan secara garis besar 3 peran dan fungsi rang tua.
Pada masa anak-anak kecil orang tua berfungsi sebagai pengasuh, pengasuh berarti orang tua memberikan gizi, baik itu gizi jasmaniah atau pun gizi batiniah kepada anak, sehingga anak bisa bertumbuh besar menjadi orang yang stabil, yang cukup, yang sehat. Orang tua juga akan melindungi anak-anaknya pada usia yang memang kecil ini, dengan kata lain orang tua bertugas menjauhkan anak dari bahaya, memisahkan anak dari hal-hal yang bisa merenggut nyawanya atau membahayakan keselamatannya nah itu semua tugas orang tua sebagai pengasuh dan pelindung. Namun setelah anak-anak menginjak usia remaja, orang tua harus mulai menyesuaikan diri dengan keadaan ini, mereka tidak lagi bisa berfungsi sebagai pelindung atau sebagai pengasuh. Mereka berubah fungsi yang saya panggil ini adalah sebagai pengarah dan pendamping. Artinya apa? Artinya pada masa ini orang tua akan menjadi konselor bagi anak, yang memberikan arahan-arahan dan secara aktif orang tua memantau perkembangan anak. Jadi jangan sampai orang tua terlalu memberikan kebebasan kepada anak tanpa memantaunya. Orang tua pada anak-anak yang masih remaja ini harus secara aktif memantau perkembangannnya. Dengan siapa mereka pergi, siapa teman-temannya jadi kita sebagai orang tua membimbing anak agar berjalan pada jalur yang benar. Nah pada saat anak dewasa, mereka sudah bekerja, mereka sudah mencari mata pencaharian sendiri, orang tua berperan sebagai penasihat atau konsultan. Nah dalam pengertian begini, secara pasif memberi masukan kepada anak, jadi yang saya maksud dengan pasif adalah pada masa remaja orang tualah yang secara aktif datang memantau anak tapi pada masa-masa anak-anak sudah dewasa biarkan anak yang datang mencari kita, barulah kita memberikan masukan tatkala mereka datang kepada kita, nah ini kira-kira secara garis besarnya Pak Gunawan.PG : Betul sekali, kalau kita sudah tidak bisa mengalihkan peran sebagai pengarah dan pendamping pada masa remaja, hampir dapat dipastikan pada masa anak-anak dewasa kita akan terus berusaha mejadi pengasuh dan pelindung si anak, tetap mencampuri urusan si anak atau terus melindungi si anak.
PG : Betul, kita cenderung susah berubah dan saya kira Tuhan memang sudah mendisain anak-anak tatkala menginjak usia dewasa mereka cenderung ingin melakukan hal-hal yang sebelumnya kita tidak lkukan atau hal-hal yang baru bagi mereka.
Dengan kata lain anak-anak juga menolong kita untuk bertumbuh dewasa dalam peranan-peranan kita ini. Salah satu cara untuk bisa mengetes Pak Gunawan, menguji apakah kita ini sudah mulai mengalihkan peran atau tidak ataukah kita kesulitan mengalihkan peran adalah dengan cara melihat gaya bahasa kita. Pada masa anak-anak kecil gaya bahasa kita sebagai pelindung anak adalah gaya bahasa instruksi, kita memberitahukan anak, kita menyuruh anak, kita melarang anak, kita meminta anak, nah itu semua adalah gaya bahasa instruksi. Dan seharusnyalah anak-anak pada masa kecil itu berkomunikasi dengan kita dengan gaya bahasa instruksi. Pada masa remaja, kita tidak lagi berkomunikasi dengan anak dengan gaya bahasa instruksi. Anak remaja tidak suka diperintah-perintah seperti itu lagi. Maka gaya bahasa yang kita gunakan adalah gaya bahasa persuasi, kita membujuk anak atau menggiring anak agar melangkah di jalan yang benar atau melakukan yang kita kehendaki. Tapi sekali lagi tidak bisa menggunakan gaya bahasa instruksi, kita gunakan gaya bahasa persuasi, membujuk, mengarahkan. Pada masa anak-anak dewasa, kita menggunakan gaya bahasa diskusi, kita berubah di situ. Mereka datang kepada kita, bertanya kepada kita tapi kita mengajukan pendapat kita dalam konteks kitalah konsultan bagi dia. Kita tidak memaksakan kehendak kita mungkin ada unsur persuasi juga tapi benar-benar lebih banyak diskusinya, kita ingin tahu juga pendapatnya, kita menghargai masukannya, nah kita mau berinteraksi dengan pemikirannya itu.PG : Saya menyadari itu, kita cenderung berpikir bahwa masih terlalu banyak pelajaran yang masih bisa kita ajarkan kepada anak-anak, jadi kita akan terus bersemangat memberikan pelajaran itu keadanya.
Tapi kita harus menyadari bahwa hidup ini akan Tuhan pakai mendidik anak-anak kita juga. Bahwa dia akan belajar dari pengalamannya dan Tuhan akan membukakan matanya untuk melihat hal-hal yang perlu dipelajarinya. Saya ingat sekali nasihat dari pendeta saya pada waktu dia memberikan pesan kepada saya sebelum saya meninggalkan rumah untuk studi. Dia berkata: "Paul, nanti kamu akan bertemu dengan banyak orang dan kamu akan mengalami banyak peristiwa, kamu harus mau belajar, kamu harus teachable," itu yang dia tekankan kwalitas teachable dia bilang itu penting sekali. Karena dengan kwalitas atau sifat mau belajar inilah kita akhirnya akan matang, kita akan belajar banyak hikmat melalui peristiwa yang kita alami. Jadi kita juga sebagai orang tua harus memiliki keyakinan seperti itu Pak Gunawan, biarkan anak-anak kita belajar dari pengalaman hidupnya itu.PG : Betul, jadi sering kali kita memang protective sehingga sampai anak-anak sudah akil baliq pun, sudah berkeluarga pun kita masih ingin berfungsi sebagai pelindung atau sebagai seorang pengauh baginya.
Dan ini tidak sehat karena kalau kita terus berfungsi sebagai seorang pelindung bagi anak-anak, dia akan terus bergantung kepada kita dan ini tidaklah membangunnya ini malah mengkerdilkannya. Jadi sampai kapanpun anak itu selalu datang kepada kita, minta ini, minta itu, terus saja menggelendot. Mungkin kitanya senang, seolah-olah tidak ada perpisahan tapi sesungguhnya kita merugikan si anak. Atau tadi yang Pak Gunawan sudah singgung, ada orang tua yang terus-menerus dengan senang hati mencampuri urusan si anak dan kalau si anak sudah menikah ini berpotensi menimbulkan masalah dengan pasangannya. Kita sebagai mertua ikut campur urusan mereka akhirnya menantu kita marah kepada kita, akhirnya hubungan kita dengan anak jadi rusak nah itu adalah hal yang cukup sering terjadi.PG : Biasanya akan timbul masalah Pak Gunawan, anak-anak itu akhirnya terus-menerus mau bersembunyi dibawah kepak sayap orang tuanya. Nah itu sebabnya nasihat untuk orang tua adalah belajarlah elepaskan anak tapi persiapkan anak untuk bisa lepas.
Karena kalau kita hanya menyuruh anak untuk lepas dari kita, namun kita tidak mempersiapkannya untuk lepas dari kita ya kita merugikan dia. Nah kemandirian itu tidak bertumbuh secara tiba-tiba, kemandirian harus melewati proses waktu, jadi secara bertahap kita mesti mempersiapkan anak untuk mandiri bukan sebaliknya. Ada orang tua yang malah menggiring anak untuk terus mencari dan bergantung kepadanya itu tidak benar. Jadi setahap demi setahap berilah kemandirian, misalnya dalam hal-hal yang kecil misalnya model rambut. Biarkan anak itu memilih model rambutnya, kita bisa dan seharusnya memberikan pendapat pada masa anak-anak remaja, namun sekali lagi gaya bahasa kita persuasi. Kita katakan seharusnya atau sebaiknya begini dan sebagainya. Kalau anak-anak berkata: "Saya tidak mau," kita tanya kenapa, dia sebutkan alasannya. Jadi ada hal-hal yang kita akan katakan tidak apa-apa meskipun itu bukanlah sesuai dengan selera kita. Kalau hanya berkaitan dengan masalah gaya hidup, biarkan, tapi kalau menyangkut hal-hal yang bersifat moral, nah itulah waktunya kita bersikap tegas kita tidak berkompromi. Nah dengan cara-cara itu kita mulai mempersiapkan anak untuk lepas dari kita, kita juga mempersiapkan dia untuk mengambil keputusan, ini salah satu hal yang penting diajarkan orang tua kepada anak. Kadang-kadang anak bingung bagaimana mengambil keputusan, prosesnya mereka tidak tahu, nah orang tua berkewajiban memberitahukan kepada anak. Lihat baik-baik tanyakan cari pendapat, carilah informasi sebanyak-banyaknya kemudian bandingkan untung ruginya, baik-buruknya, prospeknya, masa depannya dan sebagainya, kesanggupan kita, nah hal-hal itu yang kita ajarkan kepada anak. Nah sehingga waktu mereka harus mandiri mereka sudah siap.PG : Adakalanya keadaan keluarga memaksa anak-anak untuk mandiri misalkan kalau salah satu orang tuanya tidak ada di rumah karena perceraian atau karena bekerja di luar kota atau karena meninggl dunia.
Nah pada umumnya dalam kondisi seperti itu akan ada anak-anak yang dipaksa untuk mandiri lebih dini, nah itu adalah bagian kehidupan yang tidak bisa kita tolak, kita harus terima. Dan kemandirian juga bergantung pada budaya Pak Gunawan, budaya kita di sini cukup memberi waktu yang panjang untuk anak bergantung kepada orang tua. Tapi misalkan di budaya Amerika Serikat hal ini tidaklah terlalu panjang, begitu anak-anak lulus SMA mereka memang diminta untuk keluar rumah. Saya tahu ada kasus-kasus di mana anak-anak yang lulus SMA masih tinggal di rumah diminta untuk membayar sewa kamar oleh orang tuanya. Nah mereka memang dalam budaya Amerika itu sangat menekankan kemandirian sebab apa, sebab mereka tidak menghargai orang yang bergantung. Mereka menghormati orang yang bisa mencukupi dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain, jadi memang sejak kecil anak-anak didorong, dipaksa untuk mandiri. Contoh lain lagi sejak anak-anak masih kecil, anak-anak sudah harus tidur sendiri, dipisahkan dari kamar orang tuanya, nah hal-hal yang memang saya sendiri tidak lakukan. Tapi di budaya Amerika hal itu yang diharapkan dilakukan oleh para orang tua supaya anak-anak itu mandiri. Saya kira kemandirian harus dijaga dengan baik, karena kemandirian yang terlalu dini akan membuat anak tidak terlalu intim dengan kita, sebaliknya tanpa kemandirian anak-anak akhirnya akan menjadi terlalu intim dan bahkan terlalu melekat dan bergantung kepada kita, jadi mesti ada keseimbangan antara kemandirian dan juga keintiman.PG : Tidak, nah ini kadang-kadang disalah mengerti oleh orang tua. Orang tua berkata kalau saya siap melepaskan kamu, itu berarti saya tahu kamu bisa melakukan semuanya dengan benar, nah saya kra itu konsep yang keliru.
Kita sendiri pun tidak selalu sempurna, kita tidak selalu membuat keputusan yang tepat untuk setiap masalah. Jadi biarkanlah anak belajar juga dari kesalahannya, jangan sampai kita terlalu memproteksi anak, menutup segala kemungkinan anak membuat kekeliruan. Adakalanya biarkan, biarkan dia tersandung, dia jatuh, biar dia belajar dari pengalaman yang negatif agar pengalaman ini menjadi bekal dan guru bagi dia.PG : Memang adakalanya hal-hal ini tidak bisa kita cegah Pak Gunawan, adakalanya memang kita sebagai orang tua lebih kuat secara finansial dibandingkan dengan anak-anak kita, sampai usia tertenu barulah anak-anak itu lebih mampu lagi.
Jadi saya kira sampai batas tertentu kalau orang tua masih bisa membantu dan anak-anak juga menghargai bantuannya, tidak menjadi begitu bergantung pada orang tua tidak ada salahnya. Tapi sekali lagi jangan sampai karena orang tua sudah memberikan bantuan ekonomi, kemudian menggunakan bantuan ekonomi itu untuk menggencet si anak misalnya, untuk memanipulasi si anak. Jadi tetap prinsip pagar ini kita terapkan, ya kita memberikan bantuan tapi selama kita tahu si anak melakukan tugasnya dengan baik, hidup dengan baik, sudah kita jangan ikut campur dalam kehidupan keluarganya terlalu dalam. Ini yang sering terjadi kalau orang tua memberikan bantuan keuangan kepada anak, orang tua merasa mempunyai hak terlibat secara detail dalam kehidupan anaknya.PG : Sudah tentu pendidikan yang cocok atau sesuai dengan anak ini harus kita perhatikan. Adakalanya anak memilih bidang yang tidak tepat, adakalanya kitalah yang memaksakan anak memilih bidangyang kita kehendaki namun tidak begitu dikuasai oleh anak.
Jadi pada masa-masa remajalah anak-anak ini mulai kita arahkan, bidang apa yang sesuai, yang dia sungguh-sungguh kuasai, yang dia juga inginkan nah ini tugas orang tua mulai membicarakan hal-hal seperti ini. Kedua, pada saatnya anak-anak mulai berkerja sekali lagi yang penting adalah kita melihat anak kita berusaha, apakah si anak akan menghasilkan uang seperti yang kita harapkan, itu memang kadang-kadang tidak bisa kita pastikan. Jadi kita harus berserah juga kepada Tuhan bahwa Tuhan akan memeliharanya dan kita pasrahkan, kita biarkan yang penting dia melakukan pekerjaan yang baik yang sesuai dengan kemampuan dan bidangnya itu.PG : Itu sering saya dengar Pak Gunawan, jadi orang tua mendapatkan pembenaran melakukan atau mencampuri urusan anaknya sedemikian jauh karena merasa saya berniat baik untuk kepentinganmu saya egini, untuk kebaikanmu saya begini.
Sudah tentu ada waktunya, ada tempatnya bagi orang tua mengemukakan pandangannya, memberikan arahannya kepada anak, sudah tentu itu semua ada. Namun sampai titik terakhir orang tua harus berkata terserah engkau, engkau putuskan engkau bertanggung jawab jadi jangan sampai orang tua mau terus terlibat dan membenarkan keputusannya dengan berkata saya memang berniat baik jadi tetap kita menghormati teritori si anak itu.PG : Bahayanya begini, kalau orang tua terlalu campur tangan misalkan si anak mengalami problem si anak nanti yang akan menyalahkan orang tua, semua gara-gara salah papa-mama, sebab papa-mama yng minta saya begini.
Nah kita mendidik si anak untuk dewasa, dewasa berarti berani memikul tanggung jawab atas konsekuensinya itu, nah kalau kita terlalu campur tangan mengurusi anak seperti itu kita benar-benar membuka peluang menjadi orang yang akan disalahkan oleh si anak. Jadi saya kira kita mesti belajar dari Tuhan, Tuhan sudah tahu sebelum manusia diciptakan bahwa manusia akan berdosa. Tapi itu toh tidak menghentikan Tuhan menciptakan manusia dan itu pun tidak menghentikan Tuhan memberikan kehendak atau kesanggupan untuk memilih pada manusia, Dia tetap berikan itu dan ternyata memang benar-benar manusia memilih yang salah, manusia memilih dosa tapi tetap Tuhan memberi kebebasan itu kepada manusia. Sebab makna patuh dan makna kasih hanya akan ada di dalam kedewasaan, di dalam kemerdekaan untuk berpikir, untuk berkehendak, untuk memilih nah itu harus menjadi prinsip kita juga dalam membesarkan anak-anak.PG : Itu memang sering kita dengar Pak Gunawan, tapi kita berbicara apa adanya, bukankah kita sebagai orang tua mengakui bahwa kita tidak selalu mengambil keputusan yang benar, kita tidak selal tahu pasti apa yang seharusnya kita perbuat.
Jadi kita bukanlah orang yang tidak bisa berbuat salah, kita bisa berbuat salah nah bagian ini juga harus kita tunjukkan kepada anak-anak dan tidak menanamkan konsep kepada anak-anak bahwa kita orang tua pasti benar dan pasti tahu apa yang paling baik untuk anak-anak, kita tidak selalu tahu pasti.
PG : Saya akan bagikan dari
GS : Dan itu mungkin jadi penyesalan buat orang tua yang sudah terlanjur. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini, dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pagar antara Orang Tua dan Anak". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang, Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
26. Cinta Pertama Mitos atau Realitas |
|
Apakah cinta pertama riil atau mitos belaka? Jika mitos, mengapa begitu banyak orang yang mengalaminya dan berhasil mempertahankannya sampai ke pernikahan? Sebaliknya bila riil, mengapa begitu banyak yang hanya mengalaminya secara sementara? Materi ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas.
Apakah cinta pertama riil atau mitos belaka? Jika mitos, mengapa begitu banyak orang yang mengalaminya dan berhasil mempertahankannya sampai pernikahan? Sebaliknya, bila riil, mengapa begitu banyak yang hanya mengalaminya secara sementara?
"Cinta atau kasih merupakan suatu fenomena yang kompleks untuk dijelaskan namun begitu nyata dan mudah untuk dialami. Alkitab sendiri tidak pernah memberikan definisi cinta;
Cinta tidak dapat terlepas dari unsur suka; rasa suka melahirkan ketertarikan dan rasa ketertarikan yang bertambah kuat akan menimbulkan kebergantungan. Kebergantungan membuahkan keintiman dan pada akhirnya keintiman membawa kita kepada penyatuan. Cinta mulai berawak dari titik suka dan mencapai puncaknya pada penyatuan.
Cinta pertama sebenarnya rasa ketertarikan yang kuat yang didasari atas rasa suka. Sebelum kita berjumpa dengan orang tersebut, sesungguhnya kita sudah membawa cetak biru pasangan yang kita dambakan. Cetak biru ini bisa kita sadari namun dapat pula tidak kita sadari. Pertemuan dengan orang tersebut sebenarnya adalah realisasi cetak biru yang kita miliki. Itu sebabnya sebagian orang melaporkan bahwa tatkala mereka bertemu dengan pasangannya untuk pertama kali, mereka langsung "tahu" bahwa orang itulah yang akan menjadi pasangan hidupnya.
Cinta pertama boleh dianggap sebagai cinta, boleh juga dipanggil hanya sebagai ketertarikan; yang penting adalah, apa pun yang akan kita perbuat dengan perasaan ini haruslah kita lakukan dengan penuh tanggung jawab. Tindakan yang saya sarankan adalah:
Jangan membuat komitmen permanen atau memberi janji kepastian pada tahap ini sebab ketertarikan ini didasari atas hal-hal yang kita sukai yang kita temukan pada dirinya. Kita belum menemukan hal-hal yang tidak kita sukai dan kita belum tahu apa reaksi kita selanjutnya jika menemukan hal-hal yang tidak kita sukai. Bertemanlah dulu dan berilah satu kurun untuk mengenalnya lebih dalam. Berdoalah meminta petunjuk Tuhan.
Jika rasa ketertarikan ini stabil dan malah makin bertumbuh, misalkan setelah beberapa bulan, ajaklah dia untuk mendoakan relasi ini. Jika ia bersedia, tentukan satu periode di mana masing-masing mendoakan relasi ini. Pada tahap ini, jangan membuat komitmen apa pun selain komitmen untuk mendoakan saja.
Jika ia pun memiliki perasaan yang sama setelah mendoakan relasi ini, barulah buat komitmen untuk menjalani masa berpacaran. Masa berpacaran adalah masa penjajakan dan persiapan menuju pernikahan. Berpacaran bukan menikah, jadi, bila tidak menemukan kecocokan, silakan berpisah. Di pihak lain, berpacaran bukanlah masa berkenalan yang sepele; ini adalah masa yang menuntut keseriusan dan tanggung jawab pula.
Relasi yang bertumbuh adalah relasi yang berkembang dari Tahap Suka ke Tahap Ketertarikan, ke Tahap Kebergantungan, ke Tahap Keintiman, dan akhirnya ke Tahap Penyatuan.
Firman Tuhan: Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan penzinah akan dihakimi Allah.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Cinta Pertama". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Ok....saya akan menjabarkan terlebih dahulu tahapannya Pak Gunawan, dan nanti di tengah-tengah itu baru saya akan panggil yang mana yang disebut cinta pertama. Pada awalnya kita itu sebetunya menyukai seseorang, jadi rasa sukalah yang pertama-tama dirasakan.
Rasa sukalah yang menimbulkan ketertarikan dan nanti kita akan melihat lagi bahwa ketertarikan itu akan berbuah menjadi kebergantungan, dari kebergantungan akhirnya keintiman, dari keintiman akhirnya penyatuan. Nah yang biasanya disebut cinta pertama sebetulnya adalah fase ketertarikan yang sangat kuat atas dasar rasa suka, jadi kita menemukan hal-hal yang kita sukai pada seseorang dan itu membuat kita tertarik kepadanya. Biasanya itu kita alami untuk pertama kalinya, belum pernah sebelumnya kita menemukan hal seperti ini nah itu yang biasanya disebut cinta pertama.PG : Bukan, jadi yang dimaksud di sini adalah cinta antara lawan jenis dan kita menemukan hal-hal yang kita sukai itu pada lawan jenis kita.
PG : Sebetulnya sebelum kita bertemu dengan orang tersebut, kita itu sudah mempunyai yang saya sebut cetak biru atau blue print atau daftar selera idaman, dan ini sudah kita bawa ke mana-mana. ungkin kita sadari, mungkin juga kita tidak menyadarinya.
Nah waktu kita bertemu dengan seseorang yang sesuai dengan cetak biru yang kita miliki itu, tergugahlah perasaan kita. Nah ini yang disebut misalnya cinta pada pandangan pertama, tiba-tiba kita bisa begitu tertarik, kita begitu yakin dengan orang tersebut, nah orang inilah yang akan menjadi pasangan hidup kita. Jadi sebetulnya cetak biru itulah yang membuat kita ketemu dengan orang yang kita sukai.PG : Pada umumnya kita memang akan terpengaruh dengan orang-orang penting di dalam hidup kita di masa lampau. Dan biasanya orang-orang penting itu adalah orang tua kita. Kalau hubungan kita bai dengan orang tua yang berlawanan jenis, ada kecenderungan kita akan memilih pasangan hidup yang sama dengan orang tua kita yang berlawanan jenis itu.
Sebaliknya jikalau hubungan kita buruk, kita tidak suka dengan orang tua kita yang berlawanan jenis itu, ada kecenderungan kita memilih yang berkarakteristik terbalik dari apa yang kita temukan pada orang tua kita itu. Nah bisa juga cetak biru terbentuk melalui apa yang kita pelajari, misalnya kita belajar bahwa seorang suami yang mengasihi istrinya adalah suami yang baik, seorang suami yang memperhatikan anak-anaknya, suami yang baik, seorang suami yang bertanggung jawab adalah suami yang baik. Nah kita akan menggunakan kriteria tersebut dan menjadikannya bagian dari cetak biru kita. Kita mungkin bertemu dengan orang-orang lain dalam hidup kita dan kita mengagumi karakter yang ada pada orang itu dan itu akan kita masukkan lagi dalam daftar cetak biru kita itu. Nah itulah yang terjadi dan kita akhirnya membawa cetak biru itu dalam relasi dengan orang lain.PG : Kadang-kadang memang kita sulit menemukan orang yang persis sama dengan cetak biru kita itu, tapi sering kali ada beberapa hal dalam cetak biru kita itu yang menonjol. Nah pada umumnya kit tertarik dengan orang yang memiliki sifat-sifat yang menonjol itu.
Mungkin sekali setelah kita bersamanya kita akhirnya menyadari bahwa orang itu juga memiliki sifat-sifat lain yang tidak kita sukai, nah itu yang akhirnya akan harus kita hadapi. Kemampuan kita berdua menghadapinya akan sangat menentukan apakah relasi ini berlanjut atau tidak.PG : Pada umumnya secara alamiah rasa suka itu akan melahirkan rasa tertarik. Karena apa, kita secara alamiah akan mau bersama dengan hal-hal yang kita sukai, secara alamiah kita akan menjauhka diri dari hal-hal yang tidak kita sukai.
Jadi waktu kita bertemu dengan seseorang yang memiliki hal-hal yang kita sukai, secara alamiah kita akan tersedot kepadanya, mau bersamanya, mau mengenalnya lebih dalam lagi. Dan biasanya yang kita akan lakukan adalah kita mulai bergaul dengannya, nah hati-hati pada tahap ini untuk jangan sampai kita itu berkesimpulan bahwa ini cinta, sudah pasti ini, ini yang harus kita jaga. Kita boleh memanggilnya cinta, kita boleh memanggilnya ketertarikan tapi kita mesti berhati-hati kita harus bertanggung jawab.PG : Ya pada umumnya kalau kita tidak mendapatkan sambutan dari pasangan kita, akhirnya cinta kita itu atau ketertarikan kita itu makin pudar. Karena sekali lagi ketertarikan itu cenderung akanmakin kuat jika mendapatkan balasan, jikalau tidak lama-lama memang akan punah.
PG : Dan kadang-kadang tidak bertemu, dalam pengertian bisa jadi pasangan atau lawan jenis kita itu mempunyai cetak biru yang berbeda dengan kita sehingga tidak ketemu. Dan akhirnya dua-dua hars berkata tidak bisa.
Meskipun kita berkata engkaulah orang yang cocok denganku tapi kalau yang satunya berkata engkau bukan orang yang cocok denganku ya kita harus terima itu.PG : Tahap berikutnya adalah kebergantungan, jadi masa berpacaran sebetulnya adalah masa di mana dimulailah kebergantungan itu. Ketertarikan membawa kita dekat dengan pasangan kita, kita mulai enjalin relasi dengannya.
Semakin menjalin relasi semakin kita mengalami kebergantungan kepada dia, karena apa, karena kita akan melihat dan merasakan sumbang sih perannya dalam kehidupan kita. Waktu kita sedang sedih kita ngomong dengannya rasanya kok enak, kita merasa terhibur. Waktu kita merasakan kita kehilangan arah hidup, pasangan kita bisa memberikan kita masukan nah kita merasakan kembali arah yang jelas dalam hidup kita dan sebagainya. Nah waktu kita mulai mengalami hal-hal itu semua dimulailah proses kebergantungan. Yang perlu saya tambahkan di sini adalah kebergantungan itu seharusnya atau sebaiknya mencakup banyak aspek dalam kehidupan kita. Kita ini sebagai manusia dapat dibagi dalam beberapa ruangan atau aspek. Ada yang namanya ruangan emosional, ada ruangan kognitif atau pikir jadi kita senang sekali bisa tukar pikiran dengan pasangan kita saling mengasah. Ada yang namanya ruangan sosial, jadi kita bisa pergi bersama-sama pasangan kita menikmati pergaulan dengan teman-teman, teman-temannya bisa menerima kita, teman-teman kita pun bisa menerimanya, keluarga kita dan keluarganya bisa saling menerima. Ada juga ruangan rekreasi, kita bisa saling menyegarkan, kehadirannya, menyegarkan kita dan sebaliknya juga dan kita berdua bisa menikmati kegiatan yang sama, hoby-hoby yang serupa. Ada lagi ruangan rohani, di mana kita berdua bisa bersatu dalam iman, dalam doa, dalam pelayanan kepada Tuhan. Dan yang lainnya lagi adalah ruangan seksual atau jasmani, di mana akhirnya kita merasakan kita bisa menikmatinya juga secara seksual dan ini dilakukan setelah pernikahan. Nah seyogyanyalah semua ruangan ini bertumbuh, bertumbuh dalam pengertian kita makin akrab dan makin merasakan kebergantungan. Misalnya orang yang sudah menikah lama dan saling bergantung sekali, sewaktu pasangannya tidak ada dia akan merasakan kepincangan. Misalkan secara sosial dia pergi ke mana dengan temannya dia merasa tidak enak tidak ada pasangannya, waktu dia sedih dia tidak bisa membagi hidupnya, waktu dia sukacita dia tidak bisa membagi juga, nah kebutuhan emosionalnya tak terpenuhi karena apa, kebergantungannya itu. Jadi relasi yang sehat relasi di mana semua aspek yang tadi saya sebutkan itu akhirnya mulai bertumbuh, bertumbuh dalam hal salah satunya adalah kebergantungan. Waktu kebergantungan itu terus bertumbuh, bertumbuh, bertumbuh kita masuk ke aspek keintiman Pak Gunawan. Keintiman artinya kita merasa dia adalah orang yang paling dekat dengan kita, kalau dia tidak ada kita merasa sangat goncang sekali, sehingga kita membutuhkan sekali kehadirannya, kita benar-benar menganggap dia itu belahan jiwa kita. Nah akhirnya kita konsumasikan dalam pernikahan yaitu penyatuan, nah sekali lagi saya tekankan di sini masa berpacaran dimulai dari kebergantungan tadi. Dan seyogyanya selama masih berpacaran dua orang itu bertumbuh dari kebergantungan masuk kepada keintiman. Setelah mereka menikah barulah keintiman itu dikembangkan lagi sampai menuju kepada penyatuan. Dan kita yang sudah menikah tahu bahwa penyatuan itu tidak terjadi sebulan setelah menikah, dua bulan setelah menikah, itu usaha sepanjang masa. Jadi pernikahan adalah suatu perjalanan yang diawali dari keintiman terus sampai kepada penyatuan.PG : Karena kita menerima sumbang sihnya, kita menerima bantuannya, kasih sayangnya, penghiburannya kita menerima manfaat dari kehadirannya dalam hidup kita. Apa-apa yang dilakukan dalam hidup ita itu akan bisa mengisi kebutuhan atau memperkaya hidup kita.
Jadi memang dari dua segilah seseorang itu akhirnya masuk ke dalam hidup kita, ada kebutuhan-kebutuhan yang dia akan penuhi. Tapi ada hal-hal yang memang tidak bersifat kebutuhan namun dia bisa isi kepada kita yaitu hal-hal yang menambah semaraknya hidup kita. Misalkan kita cukup dikasihi oleh orang-orang di sekitar kita, tapi kehadirannya dia itu membuat hidup kita menjadi penuh dengan tantangan, penuh dengan sukacita bersama. Nah hal-hal itu menjadi suatu yang kita antisipasi, kita mau raih dan sekali lagi itu semua diawali dengan kehadirannya dia, hal yang tadinya tak terpikir, kita pikirkan sekarang, kita mau capai bersama, jadi sekali lagi kebergantungan muncul karena nomor satu orang itu mulai memenuhi kebutuhan kita dan yang kedua orang itu menambah semaraknya hidup kita.PG : Betul, jadi cinta pertama seolah-olah ini semua sebelumnya tak pernah kita rasakan kemudian kita rasakan, nah di situlah seolah-olah cinta itu bertumbuh pertama kalinya atau sungguh-sunggu mengalami sesuatu yang berbeda tidak pernah kita alami sebelumnya.
Dan sudah tentu ini akan meninggalkan bekas yang sangat dalam, dalam jiwa kita.PG : Sekali lagi ini memang semua bergantung pada definisinya cinta itu sendiri. Apakah kita akan mendefinisikan cinta secara luas ataukah kita akan bersedia memanggil ketertarikan itu yang didsari atas rasa suka sebagai cinta.
Anak-anak remaja memang pada awalnya akan tertarik, tapi apakah mungkin bahwa dari rasa tertarik itu mereka terus membina hubungan dan akhirnya bertambah-bertambah menjadi kebergantungan dan sebagainya, sangat mungkin. Tapi secara pribadi memang saya tidak menganjurkan remaja tidak berpacaran sebelum lulus SMA atau SMU. Alasan saya adalah pada masa-masa remaja sampai usia sekitar 18, 19 tahun yang diperlukan oleh remaja bukanlah relasi eksklusif, justru dia memerlukan sebuah relasi yang luas dengan begitu banyak orang karena dia memerlukan masukan-masukan dari semua teman-temannya itu untuk memperkaya jiwanya. Kalau dia mengikat diri, menyempitkan skup relasinya dia akan memiskinkan pengalamannya dan memiskinkan masukan-masukan yang seharusnya dia terima. Jadi memang bisa berkembang menjadi cinta tapi saya kira lebih baik setelah dia mencapai usia dewasa atau akil baliq setelah misalnya mencapai usia 19 tahun.PG : Betul. Jadi intinya Pak Gunawan, yang paling penting adalah apakah kita tidak usah lagi mempersoalkan apakah ini benar-benar cinta, cinta pertama itu benar-benar cinta ataukah mungkin ini anya perasaan-perasaan saja.
Yang penting apa yang kita lakukan dengan perasaan itu, kalau kita bersedia bertanggung jawab nah itu yang baik. Apa maksudnya dengan bertanggung jawab, jangan kita langsung memanggilnya cinta yang benar-benar dan langsung membuat janji-janji, kita pasti akan bersama dengannya, jangan. Jadi saran saya adalah langkah pertama selalu kita berdoa, kita biarkan perasaan ini bertumbuh dulu apakah akan makin kuat, apakah hilang. Kalau misalnya setelah melewati jangka waktu tertentu tidak hilang malah makin bertumbuh, nah berarti kita lebih pasti perasaan ini memang tidak hanya melintasi kita tapi memang akan menghuni kita.PG : Itu yang harus dijaga Pak Gunawan, sebab sudah tentu kita ini sekarang menghadapi dua tekanan, yaitu dari dalam dan dari luar. Sebagai remaja gejolak hormonal akan sangat kuat sehingga dorngan untuk intim secara fisik akan sangat besar, rasa ingin tahu juga sangat kuat sekali dan itu mesti dijaga.
Dan dari luar adalah lingkungan makin permisif jadi orang-orang makin banyak yang berhubungan sebelum menikah, kita harus jaga. Dan apa-apa yang kita tonton juga bisa mempengaruhi kita, membuat kita berpikir tidak apa-apa melakukannya sekarang, jadi kita harus jaga sebab kita tahu Tuhan melihat, meskipun manusia tidak melihat tapi Tuhan melihat dan, apa yang Tuhan tidak perkenan maka Tuhan tidak berkati.PG : Nah setelah kita secara pribadi mendoakan, dan kita melihat perasaan kita memang tetap ada atau tidak hilang, kita hampiri kita ngomong dengan orang tersebut dan kita katakan kita menyukaiya.
Dan kita menanyakan apakah dia bersedia mendoakan relasi ini, kita minta dia untuk mempertimbangkan apakah kitalah orang yang akan dicintainya juga. Mungkin sekali saat itu dia tidak memiliki perasaan apa-apa kepada kita tapi kita tantang dia untuk berdoa bersama. Kalau dia berkata dia bersedia tentukan satu kurun misalkan tiga bulan, tiga bulan kita tetap berelasi sebagai teman tapi dua-dua berdoa, nah tidak ada ikatan di situ. Kalau setelah tiga bulan yang satu berkata maaf perasaan saya hilang ya terima, tapi misalkan setelah tiga bulan perasaan itu tetap ada dan dua-duanya makin merasakan perasaan tertarik setelah berdoa, OK kita resmikan sebagai pacar, barulah nanti kita arungi masa berpacaran ini bersama-sama.PG : Saya kira ada baiknya kalau misalkan seseorang ingin menguji seperti itu tidak apa-apa sebab adakalanya ketertarikan pada penampilan fisik terlalu kuat sehingga mengalahkan faktor-faktor linnya.
Jadi kalau misalkan seseorang ingin berpisah sementara untuk benar-benar bisa dengan tenang memeriksa hatinya ya tidak apa-apa juga. Yang paling penting adalah kita memiliki kejelasan bahwa orang inilah yang kita sukai bukan hanya karena penampilannya tapi hal-hal yang lainnya pula.PG : Ya kadang-kadang itu yang terjadi Pak Gunawan, jadi kita harus menyadari keterbatasan kita itu maka masukan dari teman, dari keluarga perlu kita dengarkan karena sekali lagi kita bisa sangt-sangat subjektif dan kehilangan perspektif.
Orang yang justru defensif tidak mau mendengarkan masukan dari orang lain mengawatirkan saya, justru membuat saya bertanya-tanya kenapa harus begitu defensif tidak mau menerima masukan dari orang lain. Justru orang yang aman dengan relasinya lebih rela, lebih bersedia mendengarkan masukan dari orang lain.PG : Justru orang yang terlalu melindungi relasi pacarnya dari orang tua dan sebagainya saya juga menjadi khawatir. Justru kalau dia aman dia akan bersedia pacarnya dinilai oleh orang tuanya da dia berani mempertanggungjawabkannya.
Nah ini membawa kita kepada satu lagi point yaitu pacaran adalah masa persiapan untuk menikah, pacaran bukan hanya mengenal, kalau hanya mengenal tadi fase yang sebelumnya, fase yang sebelumnya saya sudah jabarkan. Pacaran adalah masa penjajakan apakah kita bisa hidup bersamanya nanti dalam pernikahan dan sekaligus masa persiapan. Jadi akhirnya berpacaran itu mempunyai satu tujuan yang sangat jelas kita akan menikah. Kalau dalam masa berpacaran itu kita tidak cocok silakan berpisah, jangan merasa kita tidak boleh berpisah pada masa berpacaran. Tapi sekaligus juga jangan kita memandang remeh masa berpacaran ini dan bergonta-ganti pacar seenaknya karena yang kita akan pengaruhi adalah perasaan orang dan hidup orang, jangan kita mempermainkan hidup orang lain. Jadi serius, namun sekali lagi kalau memang tidak cocok dua-dua harus dewasa dan berkata tidak cocok dan sebaiknya berpisah.PG : Saya kira sewaktu kita mulai mengalami ikatan-ikatan yang kuat, jadi kita sudah dari rasa suka masuk ke fase ketertarikan, dari ketertarikan pada kebergantungan. Nah dalam perjalanan dari ebergantungan sampai keintiman di situlah kita memperkenalkan pasangan kita.
Kita benar-benar melihat dia adalah bagian hidup kita, kita bagian hidupnya, kita yakin inilah orang yang akan kita nikahi nantinya silakan kita kenalkan.PG : Ya saya kira demikian, tapi sekali lagi kalau memang dia yakin dengan relasinya sebetulnya tidak ada yang harus dia khawatirkan, jadi silakan ketemu berani bertanggung jawab. Di pihak lainsaya juga mau jikalau memang kita rasakan kecocokan dengan dia dan kita mau membawa kepada orang tua kita juga tidak apa-apa.
Mungkin ada yang perlu orang tua kita lihat yang kita mungkin tidak lihat. Jadi pada masa awal orang tua kita juga bisa memberikan masukan, kalau itu yang kita butuhkan dari mereka juga tidak apa-apa jadi mulai berpacaran kita kenalkan pada orang tua.PG : Itu yang acapkali menjadi bahan konflik antara anak dan orang tua karena tidak ketemu, nah sudah tentu pada akhirnya nomor satu dua-dua harus melihat apakah inilah pasangan yang Tuhan kehedaki, apakah orang ini orang yang bertanggung jawab, mencintai kita.
Jadi selalu yang saya katakan secara ringkas bagaimana memilih pasangan hidup saya katakan pertama carilah orang yang mencintai Tuhan, yang kedua orang yang mencintai kita.PG : Akan meninggalkan bekas yang dalam sebab semuanya yang terjadi pertama kali akan meninggalkan bekas yang dalam dan biasanya akan kita bawa untuk waktu yang lebih lama, itu betul.
PG : Biasanya ya, kalau berakhirnya positif, dampak negatifnya lebih kecil. Kalau berakhirnya dengan negatif misalkan dikhianati, dampak negatifnya lebih besar. Kita lebih takut memulai dengan rang lain karena memang takut dikhianati lagi.
Tapi kalau berakhir dengan baik-baik, dengan penuh pengertian seharusnya dampak negatifnya lebih kecil. Kalau cinta pertama itu diakhiri karena kematian yang tragis dan orang itu orang yang cocok dengan kita pasti dampaknya akan berat, kita akan terus membandingkan orang dengan pasangan kita yang pertama itu.PG : Saya kira demikian.
PG : Saya akan bacakan dari
GS : Ya terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan kali ini, dan ini tentu akan sangat bermanfaat khususnya bagi para muda-mudi yang mendengarkan acara ini, tapi juga tidak kurang manfaatnya bagi kita yang sudah dewasa. Nah para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda dengan setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Cinta Pertama". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat mengirimkan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
27. Kasih yang Sejati |
|
Semua orang bisa mencintai, yang membedakan satu dengan yang lain adalah bagaimana kita mencintai. Karena cinta sesungguhnya ada yang menghancurkan dan ada yang membangun.
Semua orang bisa mencintai; yang membedakan satu dengan yang lain adalah bagaimana kita mencintai. Amnon pun mencintai Tamar, adik tirinya, namun setelah ia memperkosanya, cintanya terhadap Tamar lenyap, "... bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu daripada cinta yang dirasakannya sebelumnya." (
Cinta dapat dibagi dalam dua golongan besar:
Cinta yang menghancurkan:
Cinta yang membangun (
Sabar, Murah hati (kind), Tidak cemburu, Tidak memegahkan diri dan tidak sombong, Tidak melakukan yang tidak sopan (not rude), Tidak mencari keuntungan diri sendiri, Tidak pemarah, Tidak menyimpan kesalahan orang lain, Tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, Menutupi segala sesuatu (always protects), Percaya segala sesuatu (always trusts), Mengharapkan segala sesuatu (always hopes), Sabar menanggung segala sesuatu (always perseveres).
Kesimpulan:
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santosa dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya ditemani oleh ibu Wulan S.Th, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini kami beri judul "Kasih yang Sejati". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Cinta itu dapat kita golongkan dalam dua bagian besar Pak Gunawan, yaitu cinta yang keluar dari kebutuhan, jadi benar-benar kenapa kita mencintai orang ini karena orang ini memenuhi semua ebutuhan kita.
Dan yang kedua adalah cinta yang membagi agar kita bertumbuh bersama. Jadi cinta yang kedua ini cinta yang membagi hidup, membagi kekuatan agar kita berdua bisa makin hari makin bertumbuh. Jadi yang pertama itu bertujuan untuk bisa bertahan hidup how to survive, jadi cinta untuk membuat kita bisa survive dalam hidup ini. Sedangkan level yang kedua atau cinta jenis kedua adalah cinta yang benar-benar membuat kita grow, bertumbuh tidak sama. Cinta yang manipulatif masuk dalam kategori cinta yang keluar dari kebutuhan makanya kita hanya memikirkan diri sendiri agar yang diberikan orang itu bisa kita serap untuk kepentingan diri sendiri saja.PG : Kitab II Samuel 13, di situ tercatat tentang dua anak Daud, memang dari dua mama tapi satu ayah yaitu Daud sendiri. Yang pria bernama Amnon dan adik wanitanya bernama Tamar. Di situ diceriakan Amnon mencintai Tamar sehingga dia ingin meniduri Tamar adik tirinya itu, dengan akal bulus dia pura-pura sakit kemudian dia meminta Daud untuk mengirim Tamar, menyediakan makanan buatnya.
Dalam kamar yang tertutup itulah dia memperkosa Tamar. Nah setelah dia memperkosa Tamar bukannya dia menaungi Tamar, dia malah mengusir Tamar dan dikatakan di sini di Alkitab bahkan lebih besar rasa benci yang dirasanya kepada gadis itu daripada cinta yang dirasakan sebelumnya. Nah cinta berubah dalam sekejap dalam kasus Amnon ini, tadi sebetulnya mencintai sekarang menjadi benci dan bencinya lebih besar daripada cintanya. Cinta seperti apakah ini, ini yang masuk dalam kategori yang pertama tadi Pak Gunawan, cinta yang keluar dari kebutuhan, ingin mendapatkan sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan kita.PG : Betul, setelah kebutuhannya tak terpenuhi orang ini tidak lagi berfungsi jadi tidak ada lagi gunanya, tidak ada lagi harganya buat kita, makanya Amnon langsung mengusir Tamar.
PG : Dan ketidakdewasaannya, betul-betul ketidakdewasaannya dia hanya memikirkan dirinya sendiri.
PG : Memang kalau kita mencintai seseorang terus orang itu mengecewakan kita atau melukai kita, rasa cinta itu bisa berubah menjadi sangat-sangat benci, memang bisa seperti itu juga. Karena apa karena cinta itu seperti investasi, semakin besar cinta semakin besar investasi kita, jadi kalau orang itu mengecewakan kita misalnya tidak setia kepada kita, kita memang akan sangat-sangat terluka dan dari luka itu kita akhirnya marah sekali kepada dia.
Jadi seolah-olah besarnya marah itu sepadan dengan besarnya cinta yang pertama nah itu bisa terjadi karena sekali lagi cinta itu suatu investasi. Kita sudah sajikan begitu besar kemudian dikecewakan ya kita marah. Tapi dalam kasus Amnon ini saya kira memang itu berbeda, sebab Tamar tidak melakukan apapun yang melukai hatinya, Tamar bahkan berkata yang engkau lakukan kepadaku sekarang yaitu mengusirnya lebih buruk daripada yang engkau lakukan sebelumnya yaitu perkosaannya. Jadi setelah Amnon memperkosa Tamar, dia mengusirnya dan sebelum diperkosa malahan Tamar berkata kepada Amnon: "Minta kepada ayah, dia akan mengizinkan engkau menikahi aku." Jadi rupanya pada saat itu pernikahan antara adik tiri masih diizinkan, pada saat zaman Daud itu. Kenapa Amnon bisa begitu berubah, Tamar tidak berbuat hal yang salah setelah itu Tamar tidak marah, memaki-makinya, Tamar hanya menangis (menangisi nasibnya itu) tapi dia begitu marah dan dia mengusirnya. Memang lain, Amnon tidak memberi investasi sedikit pun di sini, tidak ada cinta yang kita akan bahas nanti cinta ini benar-benar cinta yang egois, cinta yang muncul dari kebutuhannya saja.PG : Pada pertemuan yang lampau kita membicarakan tentang cinta Pak Gunawan, dan cinta itu diawali oleh rasa suka, dari rasa suka akhirnya menimbulkan rasa tertarik. Nah tadi saya juga bicara bhwa kadang-kadang kita itu tertarik karena menyukai beberapa hal yang kita lihat pada pasangan kita, setelah kita menjalani relasi itu barulah kita melihat hal-hal lainnya lagi yang tidak kita sukai.
Nah setelah kita menemukan hal-hal yang tidak kita sukai bisa jadi mulailah hubungan kita itu goyang, karena kita harus berhadapan dengan hal-hal yang tidak kita sukai. Bisa jadi juga terbalik Pak Gunawan, jadi pada awalnya kita tidak suka sebab kita melihat beberapa hal yang tidak kita sukai. Namun setelah kita terus berteman dengan orang tersebut mulailah kita menjumpai hal yang kita sukai nah di situlah akhirnya kita mulai tertarik.PG : Sudah tentu ini adalah tindakan yang sangat menghancurkan, merusak tapi memang bukannya merusak Amnon tapi merusak Tamar. Memang pada akhirnya kita tahu, kakak dari Tamar kakak kandungnya bsalom membalas dendam dan membunuh Amnon jadi tindakannya itu pada akhirnya menghancurkan dirinya juga.
Tapi cintanya Amnon ini cinta yang menghancurkan. Jadi izinkanlah saya membagi cinta iyang tadi saya bagi dua saya golongkannya seperti ini, cinta yang dari kebutuhan saja itu berpotensi menjadi cinta yang menghancurkan. Tapi cinta yang keluar dari keinginan membagi hidup agar bisa bertumbuh bersama itu saya panggil cinta yang membangun, yang berlawanan dengan cinta yang menghancurkan. Cinta yang menghancurkan adalah cinta yang menguasai Pak Gunawan, itu ciri-ciri pertamanya menguasai sehingga tidak memberi ruang gerak kepada pasangan untuk menjadi dirinya sendiri. Kita akan mau mendiktenya, menjadikan dia itu seperti burung dalam sangkar kita harus sama persis seperti yang kita kehendaki, kalau tidak kita akan marah, kita akan menuntut dia untuk membuktikan cintanya dengan cara apa, menjadi seperti yang kita inginkan.PG : Tepat betul sekali, orang seperti itu mungkin sekali akan mendapatkan kepatuhan tapi jarang yang bisa mendapatkan cinta yang sebenarnya atau yang sejati.
PG : Betul, menguasai tanpa mengindahkan keinginan pasangannya, tanpa kerelaan memberinya ruang menjadi dirinya sendiri. Saya tidak berkata bahwa kita tidak boleh menyampaikan keinginan kita, sdah tentu relasi itu bertumbuh sewaktu masing-masing mulai menyampaikan harapannya, keinginannya dan mencoba untuk memenuhi, menyesuaikan dan sebagainya.
Tapi tetap ada kerelaan untuk membiarkan pasangan kita menjadi dirinya sendiri, ada orang yang tidak bisa menerima hal itu, dia harus mengontrol. Nah celakanya begini Ibu Wulan, pada masa-masa awal orang akan senang mempunyai pacar yang seperti ini, senangnya karena diperhatikan, wah dia merasa benar-benar seperti orang yang paling berharga di dunia ini, seperti barang yang berharga. Tapi lama-kelamaan seharusnya dia sadar bahwa bukan hanya penghargaan yang dia dapat tapi juga penguasaan. Ini yang berbahaya penghargaan sudah tentu baik tapi kalau peghargaan disertai penguasaan yang seperti itu ini tidak sehat, ini benar-benar cinta yang menghancurkan, cinta yang muncul keluar dari kebutuhan belaka. (WL : Seperti seorang yang ditaktor begitu Pak Paul?) betul, seperti ditaktor sehingga pasangannya tidak lagi memiliki dirinya, tidak lagi memiliki hidupnya sepenuhnya hanya untuk dirinya, diri pasangan itu.PG : Itu adalah ironinya Pak Gunawan, ini yang sering saya lihat misalnya ada seorang anak wanita dibesarkan di rumah oleh ayah yang luar biasa kerasnya, menguasai anaknya sampai-sampai anaknyatidak bisa mengembangkan dirinya atau keunikannya, nah dia tidak suka dengan ayah yang seperti ini, tapi di pihak lain dia terbiasa.
Nah akhirnya dia itu dekat dan menikah dengan pria yang seperti ayahnya, yang sangat menguasainya sebab dia katakan itulah cinta yang dia kenal, sebab ayahnya mungkin sering berkata: "Papa begini, sebab Papa mengasihi kamu". Jadi akhirnya dia identikkan kekerasan dan keotoritasan ayahnya itu sebagai cinta kasih. Akhirnya dia akan bertemu dan menikah dengan pria yang seperti ayahnya jadi penderitaannya akan terus dilestarikan.PG : Adakalanya dia akan berhasil membuat cetak biru yang lain, tapi adakalanya tidak berhasil. Sebab apa, sebab yang pertama adalah dia terbiasa, meskipun ayahnya sangat otoriter tapi itulah pia yang dikenalnya, dan itulah pengungkapan kasih yang juga dipahaminya, dia tidak mengenal cara yang lain.
Jadi akhirnya dia mencari yang sejenis. Yang kedua adalah alasannya kemungkinan ayahnya itu punya kelebihan-kelebihan yang lain karena ayahnya begitu otoriter menguasai dirinya, ayahnya sangat juga memperhatikan kebutuhan anaknya. Apa yang dimintanya akan dia berikan, apa yang belum dimintanya ayahnya juga akan berikan. Nah jadi dia juga menikmati hal-hal yang baik dari sikap ayahnya yang terlalu menguasai dirinya. akhirnya dia menikah dengan pria yang seperti ayahnya juga, karena dia melihat atau dia pernah mencicipi sisi baiknya itu.PG : Saya akan dasari itu dari I Korintus 13 firman Tuhan memberi ciri-ciri kasih yaitu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopn, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Nah inilah ciri-ciri cinta yang diberikan oleh Rasul Paulus di I Korintus 13 ini. Dari semua ini Pak Gunawan ada beberapa karakteristik yang akan saya angkat. Yang pertama adalah cinta sejati itu tidak mementingkan diri sendiri, cinta sejati memfokuskan pada pasangannya yakni apa yang baik bagi pasangannya dan apa yang benar bagi pasangannya. Dengan kata lain kita sudah tentu membawa diri kita, keinginan kita, kebutuhan kita tapi itu bukan lAndasannya, bukan fokusnya. Relasi yang bertumbuh relasi yang didominasi oleh pasangan kita, kita mau memberikan kepadanya apa yang baik baginya dan kita tidak mau dia melakukan hal yang tidak benar, kita mau dia melakukan yang baik dan yang benar. Kita tidak ingin dia berdosa, kita ingin dia hidup dalam Tuhan, dengan kata lain sekali lagi kita ingin yang baik-baiklah yang terjadi pada pasangan kita dan kita ingin menjadi saluran dari kebaikan Tuhan untuknya. Sebaliknya cinta yang tidak dewasa adalah cinta yang menghancurkan, itu hanya berfokus pada diri sendiri, apa yang saya bisa dapatkan, apa yang engkau harus berikan kepadaku nah itu dia, tapi cinta yang membangun menjadi apa yang aku bisa berikan kepadamu.PG : Kalau kita bertemu dengan orang seperti itu, pertama-tama harus mengutarakan ketidaksukaan kita, kita harus berani berbicara karena sekali lagi cinta sejati itu berjalan di dalam kebenaran kita tidak akan enak-enakan saja di jalan yang tidak benar jadi kita harus berani berbicara yang benar.
Yang kedua adalah kita juga harus berani mengungkapkan harapan kita, kita harus berani menyampaikan kepadanya permintaan-permintaan kita. Sebab kalau kita tidak benar-benar akan kehilangan diri kita, semuanya untuk dia sedangkan tadinya kita sudah sadar cintanya yang seperti itu, cinta yang tidak dewasa, cinta yang manipulatif yang menggiring kita untuk melakukan dan memenuhi kebutuhannya saja. Kalau setelah kita lakukan semua itu dia berubah, dia juga mulai memperhatikan kita nah berarti relasi itu bisa berjalan, sebaliknya kalau tidak berubah orang itu tidak mau memperhatikan kita terus hanya berfokus pada dirinya sendiri, terpaksa kita harus berkata tidak bisa lagi dan jangan kita nikahi.PG : Sebetulnya idealnya seperti itu Pak Gunawan, jadi cinta sejati itu juga cinta yang menghormati pasangan, kita memberikan ruang gerak menjadi dirinya sendiri. Tadi Pak Gunawan menganggap di itu setara, kita tidak menganggap dia itu bawahan kita yang harus memenuhi kebutuhan kita, tidak menjadi setara dengan kita.
Keinginan kita harus dihormati juga, ketidaksukaan kita juga harus didengarkan sehingga tidak hanya berjalan satu arah. Dia terus yang memperhatikan keinginan kita dan ketidaksukaan kita. Jadi sekali lagi saya tekankan kalau kita merasakan pasangan kita tidak menghormati diri kita, itu berarti bukan pasangan yang baik untuk kita dan cintanya bukan cinta yang baik, cinta yang sejati tapi cinta yang sangat dimotivasi oleh kebutuhannya saja.PG : Sudah tentu ini berjalan dalam proses, karena adakalanya yang terjadi kita ini tidak begitu sadar juga seperti apa diri kita, maunya apa kita, dan kita masih mengalami proses perubahan. Tai pasangan yang baik tidak langsung menjegal kita, tidak langsung seolah-olah menampar tangan kita dan berkata : "Bukan begitu, kamu salah," tidak.
Pasangan yang baik juga mau bersama-sama dengan kita mengembangkan diri kita, sama-sama tidak tahunya ya tidak apa-apa, tapi dia tidak menjadi orang yang sok tahu dan berkata: kamu bukan begitu, nah dia juga akan bersama-sama dengan kita mengeksplorasi, mencari tahu siapa diri kita dan dengan cara itulah kita berdua bertumbuh. Sebab saya kira inilah ciri-ciri relasi yang sehat, apakah waktu kita menikah dengan pasangan kita, kita sudah menjadi orang yang matang finish product, ya tidak. Kita bukan jenis produk yang sudah selesai, kita terus produk dalam proses, Tuhan masih membentuk kita. Nah pasangan yang menghormati kita adalah pasangan yang mau berkata: ayo kita mencari bersama, kita kembangkan bersama, kita bertumbuh bersama, seperti nanti Tuhan pimpin kita itu yang menjadi ciri-cirinya.PG : Kasih yang sejati mempunyai satu ciri yang sangat penting yaitu berani mengampuni, berani menerima kelemahan pasangan kita. Ini ciri yang penting sekali Pak Gunawan, sebab kalau cinta itu ukan cinta sejati susah menoleransi kelemahan atau susah memberi pengampunan.
Jadi benar-benar orang dituntut untuk seperti dirinya, nah tadi saya katakan ini adalah ciri yang penting karena orang yang memiliki cinta yang menghancurkan tadi itu tidak bisa mengampuni dengan mudah. Karena apa, karena orang seolah-olah berkewajiban memenuhi kebutuhannya. Kalau tidak memenuhi kebutuhannya dia marah, kalau tidak sempurna, salah, wah dia marah. Kematangan cinta sering kali diperlihatkan oleh adanya kemampuan untuk mengampuni dan menerima kelemahan dan berkata: Inilah hidup, kita tidak sempurna, masing-masing ada kelemahan, saya juga ada kelemahan, ya sudah kita bangun bersama-sama, nah itu cinta yang sejati Pak Gunawan.PG : Betul, dan pernikahan itu harus dijaga oleh kedua belah pihak Bu Wulan, dalam contoh tadi itu kalau misalnya seorang pria yang berkata saya lemah, saya kalau melihat wanita tidak tahan, akirnya jatuh lagi, jatuh lagi.
Yang bisa kita simpulkan juga adalah pria itu tidak menghormati istrinya, jadi ciri yang kedua tadi menghormati itu penting sekali. Sebab kalau kita menghormati kita tidak sembarangan, kita tidak berkata ini kelemahan saya kamu harus terima, tidak. Jadi bagaimana ya kalau kasus seperti itu, berarti yang satu memang tidak lagi memelihara pernikahan sedangkan pernikahan seperti manusia harus ada dua kaki, kalau satu kaki ya akan jatuh. Nah dua-dua harus menjaga pernikahannya bukan satu orang, jadi kalau yang satu terus sengaja berbuat salah, tAndanya hanya satu dia tidak menghormati pernikahan ini dan dia tidak menghormati pasangan.PG : Ya karena mungkin dia tidak mempunyai pilihan lain, terpaksa dia mengampuni juga. Kita mengampuni sudah tentu harus, itu yang Tuhan minta seberapa besarpun kesalahan orang, Tuhan meminta kta mengampuni.
Tapi sekali lagi menoleransi atau tidak perbuatan yang terus-menerus berulang seperti itu, saya kira tidak, kita tidak mau menoleransinya, kita katakan engkau tidak menghormati pernikahan ini lagi, jadi saya kira ada batasnya.PG : Pernikahan itu harus dijaga, jadi berkaitan dengan yang tadi Ibu Wulan tanyakan Pak Gunawan. Cinta sejati itu cinta yang mau menjaga relasi cinta ini, jangan sampai jatuh, jangan sampai teserang, jangan sampai dicemari.
Kita mau melindungi pernikahan ini, cinta ini, kita mau melindungi orang yang kita cintai juga. Nah jadi dengan kata lain kalau kita mau melindunginya kita tidak sembarangan juga mau melukainya, mau membuatnya pahit, kita benar-benar dengan hati yang murni ingin memagarinya.PG : Tepat sekali, itulah ciri cinta yang sejati. Sebaliknya dengan cinta yang menghancurkan Pak Gunawan, sebetulnya tidak ada unsur menjaga sebab kita tidak menjaga pasangan kita hanya menjagadiri sendiri agar kebutuhan kita terpenuhi.
Tapi cinta sejati cinta yang menjaga pasangan kita dan diri kita sehingga relasi ini bertumbuh. Kalau kita melihat pasangan kita tidak bahagia karena apa yang kita telah perbuat, kita mau tahu, kita mau perbaiki karena kita mau menjaganya, beda dengan relasi atau cinta yang menghancurkan tadi. Kita hanya menjaga kepentingan kita.PG : Betul, jadi I Korintus 13 sangat menekankan tentang mempercayai itu, tidak curiga, berangkatnya bukannya dari ketakutan. Cinta sejati berangkatnya dari rasa percaya, percaya bahwa engkau mncintaiku, bahwa engkau baik kepadaku, bahwa engkau akan setia kepadaku.
Nah cinta seperti itulah yang akan menumbuhkan cinta itu, kalau cinta diawali dengan ketakutan, kecurigaan lama-lama mati.PG : Cinta sejati jadinya cinta yang bersedia menderita, tidak hanya menikmati masa-masa sukacita tapi juga berani bersama dengan pasangan kita pada masa-masa menderita. Maka janji nikah yaitu etap setia pada masa sakit, pada masa sehat itu mulia sekali.
Sebab cinta sejati memang pada akhirnya cinta yang berani menderita, tidak hanya mau bersuka-suka.PG : Saya kira salah satu wujud cinta yang murni, cinta yang sejati bahwa kita mau menanggung penderitaan pasangan kita karena kita tidak ingin melihat pasangan kita susah atau menderita.
GS : Baik terima kasih sekali Pak Paul, untuk perbincangan ini dan juga Ibu Wulan yang sudah bersama kami pada saat ini. Nah para pendengar sekalian kami juga mengucapkan banyak terima kasih bahwa Anda telah setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kasih yang Sejati". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
28. Mencari yang Ideal |
|
Dalam mencari pasangan hidup acap kali kita diperhadapkan dengan pertanyaan: "Sejauh manakah seharusnya kita mengkompromikan standar? Hal-hal apakah yang dapat kita kompromikan dan hal-hal apakah yang tidak dapat kita kompromikan?" Materi ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
Dalam mencari pasangan hidup acap kali kita diperhadapkan dengan pertanyaan, "Sejauh manakah seharusnya kita mengkompromikan standar? Hal-hal apakah yang dapat kita kompromikan dan hal-hal apakah yang tidak dapat kita kompromikan?"
Hal-Hal yang Tidak Dapat Kita Kompromikan:
Apakah ia sungguh-sungguh mencintai Tuhan? Ini adalah masalah kepatuhan pada firman Tuhan, bukan masalah pilihan atau preferensi. Cintanya kepada Tuhan akan membuatnya lebih terbuka terhadap pimpinan Tuhan, misalnya untuk meminta maaf, untuk bermurah hati, untuk bertanggung jawab terhadap keluarganya, dan untuk hidup kudus dan benar.
Apakah ia sungguh-sungguh mencintai kita? Bedakan antara ucapan dan perbuatan; mengatakan cinta tidak sama dengan mengorbankan diri demi cinta. Berapa relanya ia mendahulukan kepentingan kita di atas kepentingan hal dan orang lain. Juga pantau perkembangan cintanya lewat proses waktu: Apakah cintanya makin luntur atau makin kuat? Apakah makin hari makin berharga kita diperlakukannya?
Hal-Hal yang Dapat Dikompromikan:
Penampilan fisik. Meski bisa dikompromikan namun mesti tetap ada unsur ketertarikan.
Pendidikan. Yang lebih penting daripada pendidikan adalah kesamaan minat dan tingkat inteligensia. Kedua hal ini akan mempengaruhi komunikasi dan pada akhirnya, keintiman.
Kekayaan. Yang lebih penting daripada kekayaan adalah kerajinan dan tanggung jawab.
Keromantisan. Yang lebih penting daripada keromantisan adalah persahabatan. Dapatkah kita berkata bahwa dia adalah sahabat kita di atas fakta bahwa dia adalah kekasih kita?
Prinsip Umum
Pilihlah yang terbaik. Jangan terlalu mudah mengkompromikan nilai karena desakan orang, desakan usia, atau desakan pasangan sendiri. Pernikahan merupakan keputusan yang penting dan akan mempengaruhi hidup kita untuk kurun yang panjang, jangan cepat-cepat menurunkan standar. Berikanlah yang terbaik untuk diri sendiri.
Fokuskan bukan hanya pada kuantitas kelemahannya tetapi juga kualitas kelemahannya. Lihatlah aspek yang buruk pada pasangan kita dan bertanyalah, "Seberapa buruknyakah hal itu?" Satu hal yang teramat buruk akan dapat merusakkan aspek positif lainnya.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, dan kali ini saya bersama Ibu wulan, S.Th. akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini kami beri judul "Mencari yang Ideal", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Biasanya begini Pak Gunawan, kita ini mempunyai kriteria seperti apakah istri atau suami yang kita dambakan. Nah biasanya nanti kita bertemu dengan seseorang, kalau kita mendapatkan yang ssuai dengan kriteria yang kita miliki kita bisa berkata kita telah mendapatkan yang ideal dan sesuai dengan yang kita inginkan.
Tapi duduk masalahnya adalah adakalanya kita bertemu dengan seseorang yang memenuhi beberapa kriteria, tetapi tidak memenuhi beberapa kriteria lainnya. Nah kadang-kadang kita bingung ini yang mana yang harus kita pilih, kriteria yang mana yang bisa kita kesampingkan, kriteria yang mana yang harus kita pertahankan. Dan biasanya inilah pergumulan yang harus kita hadapi.PG : Saya kira yang tidak boleh kita kompromikan sekurang-kurangnya ada dua Pak Gunawan. Yang pertama adalah yang memang bersifat rohani yang tadi Pak Gunawan sudah singgung, yaitu kita mesti brtanya apakah pasangan saya sungguh-sungguh mencintai Tuhan.
Nah bagi saya ini adalah hal yang mendasar dan sangat penting, saya tahu atau saya juga memahami bahwa bagi sebagian orang ini bukan hal yang terlalu penting, tapi kita sebagai orang yang beriman, kita percaya pada Tuhan Yesus kita mesti menaati perintah-Nya sebab ini adalah perintah Tuhan, ini bukannya pilihan kita, kesukaan kita, preferensi kita, nah jadi kita harus bertanya apakah dia sungguh-sungguh mencintai Tuhan.PG : Saya kira salah satu hal yang bisa kita perhatikan adalah kita bisa melihat apakah orang itu mendahulukan Tuhan, apakah orang itu dalam pertimbangannya, dalam tindakannya memikirkan tentan kehendak Tuhan.
Kalau dia selalu melakukan hal-hal yang dia ingin lakukan tanpa mempertimbangkan kehendak Tuhan saya kira memang tidak ada cinta pada Tuhan sebab cinta pada Tuhan berarti mendahulukan Tuhan, ingin tahu apakah kehendak Tuhan nah itu saya kira salah satu bentuk nyatanya bahwa kita itu mencintai Tuhan.PG : Tidak sama sekali Pak Gunawan, nah memang kadang kala kita bisa terpedaya oleh penampilan-penampilan seperti itu, saya kira itu bukan ukuran, itu bukan kriteria. Yang menjadi kriteria memag haruslah sesuatu yang lebih personal, lebih pribadi misalkan saya berikan contoh dia akan lebih terbuka terhadap pimpinan Tuhan, dia juga lebih bersedia misalnya meminta maaf kalau dia salah, dia lebih bermurah hati kepada orang yang kurang, dia bertanggung jawab terhadap keluarganya dan dia ingin hidup kudus dan benar, itu adalah ciri-ciri orang yang mencintai Tuhan dan itulah yang seharusnya kita cari pada pasangan kita apakah dia memiliki kriteria itu.
Apakah orang yang mencintai Tuhan adalah orang yang pasti akan memberikan kita kebahagiaan, belum tentu, apakah orang itu pasti cocok dengan kita, belum tentu, kita harus juga mempertimbangkan faktor-faktor lainnya. Tapi saya kira ini faktor mendasar, kalau orang mencintai Tuhan dia terbuka terhadap suara Tuhan dan terbuka terhadap apa yang Tuhan kehendaki. Jadi meskipun kadang-kadang terlibat pertengkaran misalnya, tapi kalau dia tahu dia harus berinisiatif berdamai dengan pasangannya, dia akan lebih bersedia berdamai dengan pasangannya. Tapi orang yang mengeraskan hati, tidak peduli dengan kehendak Tuhan dia tidak juga merasakan dorongan untuk misalkan berinisiatif berdamai dengan pasangannya. Jadi intinya adalah ini penting sekali, jangan sampai kita tidak menggunakan kriteria ini.PG : Saya setuju, jadi hal-hal ini tidak bisa terlihat dalam waktu sekejap, kita harus melalui proses waktu dan bersama dengan dia akhirnya kita makin menyadari apakah orang ini memiliki kwalits-kwalitas seperti yang Tuhan inginkan.
PG : Saya kira pikiran seperti itu pikiran yang baik yaitu kita ingin membantu, menolong pasangan kita, tapi intinya adalah kita sebaiknya memilih pasangan yang setara dengan kita. Kita menikahbukannya untuk membimbing pasangan kita, kita menikah itu untuk saling mengisi, saling membantu menghadapi hidup ini, jadi kalau nantinya kita harus membantu pasangan kita ya tidak apa-apa tapi dari awalnya janganlah itu menjadi motivasi pertama.
PG : Seperti itu kita harus terima, jadi kalau memang ini harus timbal balik jadi kalau memang tidak ada tanggapan ya sudah berarti memang bukan.
PG : Yang kedua adalah ini, kita mesti bertanya apakah dia sungguh-sungguh mencintai kita. Nah ini kriteria yang tidak boleh kita kompromikan. Jadi yang harus kita lakukan adalah membedakan antra ucapan dan perbuatan, yang kita ingin dengar atau kita ingin lihat bukanlah perkataannya saya mencintai engkau, tapi perbuatannya.
Apakah misalkan dia rela mengorbankan dirinya demi cintanya kepada kita, apakah dia rela mendahulukan kita dalam kehidupannya, apakah dia rela mendengarkan keluh kesah kita, permintaan kita, apakah dia memikirkan kepentingan kita dan bukan hanya kepentingan dirinya. Nah itu adalah hal yang bisa kita lihat, selain itu saya kira kita bisa juga mengukur dari segi kadar, melewati proses waktu apakah cintanya makin luntur atau makin kuat. Nah jangan sampai setelah kita berpacaran dengan dia setahun kok kita merasakan justru cintanya kepada kita makin luntur. Nah kalau itu yang terjadi kita mesti bertanya apakah dia sungguh-sungguh mencintai kita, sebab seyogyanya dengan berjalannya waktu cinta makin berakar, memang mungkin tidak terlalu berbunga-bunga tapi makin berakar, dia makin serius dengan kita, makin benar-benar menghargai kita bahwa kita barang yang berharga buat dia.PG : Secara umum saya kira sebaiknya sekurang-kurangnya setahun dan tinggal di kota yang sama, di letak geografis yang sama. Jadi setahun itu bukan yang satu di kota yang mana yang satu di kotayang lainnya.
Jadi sekurang-kurangnya setahun kalau bisa lebih saya kira lebih baik antara misalnya dua hingga tiga tahun. Karena banyak hal tidak terlihat kalau kita tidak bersamanya.PG : Itu sebabnya diperlukan waktu Pak Gunawan, sebab memang kalau misalkan hanya tiga, empat bulan cinta masih hangat-hangatnya akan banyak hal-hal yang mulia yang dia akan lakukan demi cintana kepada kita.
Tapi misalkan sudah berjalan dua tahun apakah dia masih melakukan hal yang sama. Penurunan mungkin akan ada, saya kira itu wajar tapi tidak sampai misalnya mengabaikan, tidak mempedulikan lagi. Jadi kalau sudah berpacaran misalkan selama dua tahun kita merasa dia itu makin tidak peduli dengan kepentingan kita, dengan pertimbangan kita, atau makin tidak menghargai pandangan kita, makin mengabaikan perasaan kita nah itu adalah saya kira sinyal-sinyal yang kita harus tangkap dan kita harus tilik apakah sungguh-sungguh dia mencintai kita, sebab kalau dia sungguh-sungguh mencintai kita, cintanya itu seharusnya konsisten jangan sampai turun sebegitu jauhnya.PG : Ada Pak Gunawan, ada beberapa yang bisa saya paparkan. Pertama adalah penampilan fisik, jadi penampilan fisik itu saya kira masih boleh kita turunkan, kita kompromikan. Tapi tetap saya hars tekankan mesti ada unsur ketertarikan.
Kita tidak bisa hidup dengan seseorang yang kita itu sebel melihat dia itu, sebel melihat wajahnya kita bukan saja tidak tertarik tapi tidak suka, tidak bisa. Kita memang bisa turunkan atau kompromikan hal penampilan fisik ini, tapi tetap harus ada unsur ketertarikan. Saya senang sekali dengan penguraian dari Josh McDowell seorang hamba Tuhan yang menguraikan bahwa cinta dalam relasi suami-istri seharusnya mencakup ketiga aspek cinta yang dipaparkan oleh bahasa Yunani. Yaitu adanya unsur agape yaitu cinta yang berkorban tanpa kondisi, tanpa syarat, cinta phileo cinta persahabatan di antara teman dan yang ketiga adalah cinta eros yaitu ketertarikan jasmaniah. Nah jadi meskipun pasangan kita itu tidak secantik atau setampan yang kita dambakan, tapi kita mesti memiliki ketertarikan terhadap penampilan fisiknya.PG : Ya dalam kasus itu seperti, saya masih ingat nenek saya, nenek menikah dengan kakek saya tidak pernah melihat satu sama lain sampai hari pernikahan mereka, mereka pada saat itu dipaksa untk menikah, dijodohkan.
Mereka menikah sampai meninggal dunia karena memang struktur masyarakat sangat kuat saat itu dan tidak ada ruang bagi pilihan pribadi di situ, jadi orang menerima apa adanya dan tidak mempertanyakan. Tapi sekarang kita hidup di jaman yang berbeda di mana ruang untuk bertanya diberikan oleh masyarakat dan oleh budaya, tapi saya kira konsep itu mungkin sulit diterima oleh kebanyakan orang sudah kuno jadi susah, kalau tidak menyukai ya susah untuk tinggal bersamanya.PG : Itu point yang baik Pak Gunawan, jangan sampai kita malu keluar dengan dia jadi kita harus sembunyikan dia di rumah kita terus-menerus. Jadi kita mesti ada rasa bangga berjalan dengan dia an itu memang penting.
PG : Pendidikan, ini kadang-kadang menjadi kriteria ya bagi sebagian orang, misalnya harus pendidikan sarjana dan sebagainya. Saya kira itu tidak harus, yang penting atau yang lebih penting darpada pendidikan adalah kesamaan minat dan tingkat intelegensia.
Kesamaan minat ini adalah faktor yang mengikat kita kalau kita mempunyai kesamaan minat dengan pasangan kita, kita lebih mudah intim dengan dia karena akan banyak hal-hal yang kita kerjakan bersama, lakukan bersama. Istri saya dan saya senang menonton tembang kenangan setiap hari Minggu malam, dan setiap Minggu malam itulah acara kami, kami akan duduk berdua, berjanji bersama menonton dan menikmati saat-saat itu. Kami berdua juga senang bernyanyi jadi kadang-kadang kami bernyanyi, bermain piano dan sebagainya. Jadi kesamaan minat memang mengikat kita dan itu lebih penting daripada pendidikan. Dan juga tingkat intelegensia, tidak semua orang berkesempatan bersekolah tinggi tapi sebagian dari kita meskipun tidak bersekolah tinggi, kita memiliki tingkat kepandaian yang baik, kita cukup berpengetahuan luas sehingga bisa menolong kita untuk bergaul dengan semua orang pada segala lapisan sehingga kita tidak merasakan nantinya kita di bawah orang lain.PG : Memang kalau perbedaan itu bisa diterima sebagai pelengkap, betul hubungan itu akan intim. Tapi ada satu hal yang perlu kita juga sadari perbedaan itu menuntut penyesuaian. Jadi semakin bayak perbedaan semakin banyak penyesuaian yang harus dilakukan, ini yang juga menjadi suatu kesimpulan dari seorang pakar pernikahan yang bernama Norman Wright dia berkata begitu.
Memang perbedaan bisa melengkapi tetapi dia juga mengingatkan perbedaan menuntut penyesuaian. Jadi ada penyesuaian yang mudah kita lakukan tetapi ada penyesuaian yang susah untuk kita lakukan, yang mudah-mudah bisa kita lewati, tapi yang susah-susah akan menuntut lebih banyak usaha dan kalau tidak berhasil menimbulkan pertengkaran. Nah yang dikatakan oleh Norman Wright adalah kesamaan sebetulnya justru yang akan lebih mengikatkan orang.PG : Secara teoritis menjadikan masalah, tapi secara faktanya belum tentu. Ada orang-orang yang memang tidak berkesempatan bersekolah tinggi tapi berpikiran sangat luas. Sebagai contoh Pak Gunaan, beberapa kali saya naik taxi dan berbincang-bincang dengan pengemudi taxi dan saya cukup terkejut dengan pengetahuan sopir taxi ini, yang kemungkinan besar hanya misalnya lulusan SMP atau SMA.
Saya pernah juga ngomong-ngomong dengan seorang pemilik warung, nah dia juga tidak bersekolah tinggi tapi pengetahuannya sangat luas. Dia membaca dengan sangat banyak, dan cukup mengejutkan saya anak-anaknya disekolahkan di universitas, jadi ada orang-orang yang seperti itu. Jadi yang penting memang kesamaan minat dan tingkat intelengensia, pengetahuan yang luas itu. Nah itu menjadi modal komunikasi antara kita dan pasangan, nah komunikasi nyambung berarti itu adalah bonus untuk keintiman.PG : Yang lain adalah kekayaan, saya kira ini bisa kita kompromikan. Sudah tentu ada orang-orang yang dengan sengaja mencari pasangan hidup yang mapan secara ekonomi, apakah salah ya tidak salah. Saya kira sedikit orang di dunia ini yang siap untuk hidup susah, lebih banyak orang yang sebetulnya siap untuk hidup senang. Jadi tidak apa-apa pikiran seperti itu, namun jangan sampai itu menjadi patokan. Sebab ada banyak hal yang lebih penting daripada kekayaan atau kemampuan ekonomi. Salah satu hal yang lebih penting daripada kekayaan adalah kerajinan dan tanggung jawab. Ada orang yang kaya karena orang tuanya kaya, tapi kalau kita melihat dia tidak bertanggung jawab, malas, saya kira itu bukan pasangan yang kita perlu pertimbangkan. Tapi misalkan dia tidak terlalu kaya, dia orang yang biasa-biasa tapi pekerja keras, bertanggung jawab nah itu calon yang lebih baik menurut saya. Jadi modal seperti itulah yang kita mau cari dan itu jauh lebih penting daripada kemapanan ekonominya sekarang ini.
PG : Ya saya kira itu manusiawi, saya tadi sudah singgung kita ingin hidup senang, ya kita tahu dengan adanya harta kita bisa membeli kesenangan-kesenangan itu tapi itu hal yang bisa kita komprmikan sebab yang lebih penting daripada kekayaan adalah tanggung jawab dan kerajinan.
PG : Ya saya bisa mengerti, sekali lagi orang tua memikirkan kepentingan anak, masa depan anak jadi mempertimbangkan faktor kekayaan ini. Namun saya sudah bertemu Pak Gunawan dengan kasus-kasusyang seperti ini yaitu seseorang menikah dengan pasangan yang memang berada, beruang karena orang tuanya kaya.
Tapi setelah menikah beberapa tahun, bermasalah sekali karena kenapa bermasalah karena suaminya ini memang tidak bisa bekerja, tidak bertanggung jawab, malas dan itu menimbulkan masalah dalam keluarga.PG : Satu hal lagi yang bisa saya kemukakan ialah keromantisan. Nah ini biasanya yang diminta oleh wanita, tapi sebagian pria juga mendambakan istri yang romantis. Saya kira ini bisa dikompromian, saya mengatakan ini bukan karena saya sendiri orang yang kurang romantis ya istri saya sering kali mengeluhkan hal ini, ada yang lebih penting daripada keromantisan yaitu persahabatan.
Bisakah kita berkata bahwa dia adalah sahabat kita, di atas fakta bahwa dia adalah kekasih kita. Saya kira ini penting sebelum menjadi kekasih, dia menjadi sahabat jangan sampai kebalik, dia menjadi kekasih kita terus kita berusaha keras mencocokkan diri menjadi sahabat kita, oh tidak, seharusnya dia menjadi sahabat dulu akhirnya berkembang menjadi kekasih kita. Dia mungkin kurang romantis, tapi dia teman yang baik, teman bicara, membagi rasa, saling menolong, bisa memahami kita, mendahulukan kita, mengasihi kita, saya kira itu yang lebih penting daripada tindakan-tindakan romantis mengajak kita makan malam dengan lilin terang dan sebagainya, itu boleh dan silakan lakukan sekali-sekali tapi jangan jadikan itu syarat.PG : Kalau kita berpacaran sampai 7, 8 tahun memang kita itu memasuki daerah yang sangat berbahaya, sangat rawan yaitu apa? Pada masa 7, 8 tahun kita sudah mengenal pasangan kita sangat dekat. rtinya kita sudah tahu kekuatan dan kelemahannya dan sudah tentu kelemahan hal yang tidak kita sukai.
Nah kalau sudah 7, 8 tahun berpacaran tapi belum menikah berarti ikatan itu tidak ada, nah waktu melihat kekurangan-kekurangan itu kita tergoda sekali untuk melepaskan diri dari hubungan tersebut dan tidak ada ikatan saat itu jadi memang masih bisa lepas. Maka saya anjurkan jangan berpacaran sampai 7, 8 tahun sebab setelah 2, 3 tahun mesti ada ikatan yang kuat nah ikatan itulah yang menolong orang untuk berkata ya saya tidak suka, ya ada perbedaan ini tapi saya harus mencocokkan diri atau menoleransi atau mengubahnya.PG : Bisa, betul, maka perlu ikatan itu yaitu ikatan nikah.
PG : Ada dua yang akan saya bagikan Pak Gunawan. Yang pertama pilihlah yang terbaik. Saya selalu mengingatkan orang yang lagi bergumul memilih pasangannya karena pasangannya banyak kekurangan ii itu dan sebagainya.
Saya katakan engkau berhutang kepada diri sendiri untuk memberikan yang terbaik, jadi sebisanya cari yang terbaik. Jangan terlalu mudah mengkompromikan nilai karena desakan orang, orang-orang berkata ini itu atau desakan usia atau desakan pasangan sendiri kenapa kamu tidak menerima saya dan sebagainya, jangan. Pernikahan merupakan keputusan yang penting dan akan mempengaruhi hidup kita untuk kurun yang panjang jadi jangan cepat-cepat menurunkan standar, nah ini pesan saya yang pertama prinsipnya.PG : Saya sudah melihat orang yang menderita karena pernikahan yang buruk, saya juga sudah melihat orang yang menderita karena tidak menikah kesepian. Tapi harus saya katakan, orang yang lebih enderita adalah orang yang menderita dalam pernikahannya.
Jadi lebih baik kalau memang tidak ketemu dan terlalu jauh di bawah standar jangan, kita berhutang untuk memberikan yang terbaik bagi diri sendiri.PG : Yang kedua adalah fokuskan bukan hanya pada kwantitas kelebihannya, tapi juga kwalitas kelemahannya. Jadi kita melihat aspek yang buruk pada pasangan kita dan kita perlu bertanya seberapa uruknyakah hal itu, ingat satu hal prinsip yang teramat buruk akan dapat merusakkan aspek positif lainnya.
Misalkan kita berkata o....dia baik kok, kelemahannya hanya satu, apa? Kalau lagi marah memukul. Nah itu bukan hanya satu itu benar-benar masalah yang besar dan akan mempengaruhi segala aspek dalam relasi kita jadi lihat kwalitas keburukan itu, seberapa buruknya.PG : Sekali lagi saya akan ingatkan bahwa pernikahan bukanlah suatu relasi untuk menyelamatkan orang, pernikahan ini hal yang memang dua belah pihak harus seimbang, setara saling mengisi, membeikan.
Jadi jangan sampai kita terjebak dengan keinginan tersebut.
PG : Saya akan dasarkan ini pada
PG : Tidak ada yang sempurna tapi carilah yang mendekati.
GS : Tentu apa yang sudah kita perbincangkan kali ini tentu sangat bermanfaat bagi para muda yang dengan setia mengikuti acara ini, jadi terima kasih sekali Pak Paul dan Ibu Wulan untuk perbincangan yang menarik ini. Para pendengar sekalian kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah setia mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mencari yang Ideal". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id, saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
29. Dampak Kekudusan dalam Pernikahan |
|
Seks adalah bagian kodrati dari kemanusiawian kita dan sebagaimana aspek lainnya, seks pun mencari pengekspresiannya. Masa berpacaran adalah masa yang rawan terhadap pengekspresian seksual, itu sebabnya melalui bagian ini kita diajak untuk lebih mencermati masalah ini.
Pernikahan didirikan di atas tiga tonggak: percaya, respek, dan kasih. Ketiganya terpisah sekaligus terkait sehingga kehilangan salah satu di antaranya akan menimbulkan goncangan pada relasi. Kekudusan bertalian erat dengan percaya, respek, dan cinta. Kehilangan kekudusan pada masa pranikah akan berdampak pada pernikahan, sebaliknya kekudusan sebelum pernikahan akan memperkokoh kerangka pernikahan. Berikut akan dipaparkan hubungan di antara ketiga unsur ini.
Seks dan Cinta Kita tahu bahwa Tuhan melarang hubungan seksual di luar pernikahan (Keluaran 20:14). Alkitab memanggilnya, perzinahan. Namun kita pun tidak mudah untuk menguasai gejolak seksual, terutama pada masa berpacaran. Selain dari gejolak yang bersumber dari tubuh itu sendiri, sesungguhnya dorongan seksual berkaitan erat dengan cinta.
Cinta selalu mencari penyempurnaannya dalam keintiman dan kita tahu bahwa keintiman tertinggi adalah penyatuan. Seks adalah ekspresi cinta dan juga simbol penyatuan dua individu. Itu sebabnya dalam kondisi mencintai, kita akan menjumpai dorongan kuat untuk menyatu.
Sungguhpun demikian ada sesuatu yang terjadi tatkala seks dilakukan di luar nikah. Di dalam pernikahan dampak seks ialah menyatukan, tetapi di luar nikah dampak seks adalah menguasai. Di sini kita melihat adanya penyimpangan. Sekilas keduanya (menyatu dan menguasai) tampak sama namun pada hakikinya tidaklah demikian. Menyatu didasari atas cinta sedangkan menguasai didasari atas takut kehilangan. Takut kehilangan yang dibawa masuk ke dalam pernikahan akan berdampak negatif
Seks dan Percaya Saling percaya adalah tonggak pernikahan yang mutlak harus ada; tanpa percaya, tidak akan ada pernikahan sejati. Seks di dalam pernikahan seyogianya makin mengokohkan saling percaya sebab seks merupakan keterbukaan dan kerentanan pada puncaknya.
Satu hal yang menarik terjadi ketika seks dilakukan di luar nikah. Ternyata di luar nikah seks bukan memperkuat rasa percaya tetapi justru mengeroposkannya. Sewaktu sesuatu yang tidak seharusnya diberikan, diberikan kepada seseorang, dampaknya pada diri kita adalah kita kehilangan kepercayaan kepadanya. Seolah-olah dengan dia mengambil sesuatu yang tidak seharusnya diambil (meski dengan persetujuan kita), dia telah melakukan kesalahan dan mengkhianati kepercayaan kita kepadanya.
Sebaliknya bila kita dapat menjaga kekudusan pada masa berpacaran, maka rasa percaya akan menguat. Sesuatu yang tidak seharusnya diambil, tidak diambil; sebagai akibatnya rasa percaya kita pun makin bertumbuh.
Seks dan Respek Respek pada diri maupun pasangan cenderung menurun drastik setelah melakukan hubungan seks sebelum pernikahan. Kendati kita mungkin berpandangan bahwa seks adalah kontak fisik semata, pada kenyataannya tatkala seks dilakukan-apalagi dengan mudah-respek terhadap pasangan merosot. Pada akhirnya kita harus mengakui bahwa seks berkaitan erat dengan penghargaan diri.
Namun masalahnya lebih jauh dari itu. Bukan saja seks sebelum nikah mengerosi respek terhadap pasangan, seks sebelum nikah juga mengurangi respek terhadap diri sendiri. Sekonyong-konyong kita melihat diri kurang bernilai, bahkan murah. Reaksi ini, tidak bisa tidak, mempengaruhi relasi kita. Kesimpulan Tuhan melarang perzinahan untuk kebaikan kita. Ia menghendaki kita untuk saling mengasihi, percaya, dan menghormati satu sama lain. Inilah desain Tuhan untuk kita. Itu sebabnya Ia berfirman, "Kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus." (Imamat 19:2)
"Dampak Kekudusan pada Pernikahan" oleh Pdt.Dr.Paul Gunadi
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun anda berada, anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Dampak Kekudusan pada Pernikahan", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Yang Pak Gunawan katakan betul sekali, yaitu topik ini sekarang menjadi topik yang langka dan makin banyak orang yang beranggapan "Kenapa tidak boleh berhubungan seksual sebelum pernikahan Bukankah ini merupakan wujud cinta dan bukankah ini hanyalah kontak fisik dan tidak ada kaitannya dengan kerohanian serta Tuhan".
Dengan makin melonggarnya nilai-nilai ini saya kira sudah waktunya kita kembali melihat tentang kekudusan dalam masa-masa berpacaran. Ternyata kekudusan ini sangat mempengaruhi tiga tonggak pernikahan. Pernikahan itu didirikan diatas tonggak kasih/cinta, tonggak percaya dan tonggak respek. Ketiganya ini sekilas tampaknya tidak berkaitan dengan kekudusan, apa kaitannya pada masa-masa sebelum menikah? Nanti kita akan lihat bahwa kekudusan berpengaruh besar sekali terhadap tiga tonggak ini. Dengan kata lain saya bisa menyimpulkan kalau pada masa berpacaran kita tidak menjaga kekudusan, nantinya akan mempengaruhi tonggak-tonggak pernikahan dan sudah pasti nantinya akan mempengaruhi pernikahan itu sendiri.PG : Betul sekali. Jadi kita memang mementingkan sebuah kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan baik yang nyata dilihat orang atau pun yang kita lakukan. Jadi kekudusan bukan hanya di mata mansia tapi terutama di hadapan Tuhan.
PG : Begini Pak Gunawan, pertama saya mau mengatakan saya mengerti bahwa pada masa berpacaran, menjaga kekudusan itu tidak mudah karena begitu kuatnya dorongan-dorongan seksual dalam diri kita,dan sekarang ada orang di sebelah kita.
Jadi kita mempunyai partner atau rekan dimana kita bisa mudah sekali terjebak di dalam hubungan seksual. Jadi saya mengerti ini gejolak yang susah ditangani. Namun kita perlu bisa mengatasinya karena memang nantinya akan berkaitan dengan hal cinta. Kita tahu ujung dari cinta ialah menemukan bentuk sempurnanya pada keintiman dan keintiman yang paling puncak adalah penyatuan. Itu sebabnya cinta selalu bergerak dari keterpisahan menuju kepada kesatuan, itulah pergerakan cinta. Jadi kalau kita mencintai seseorang memang pergerakan kita adalah menuju kepada penyatuan keintiman yang sempurna yaitu penyatuan. Kita tahu bahwa secara simbolik penyatuan antara kedua pribadi dalam pernikahan itu dilambangkan dalam hubungan seksual. Itu sebabnya pada masa berpacaran tatkala kita bersama dengan orang yang kita cintai, kita ingin sekali untuk intim dengannya dan akhirnya bersatu dengannya. Ini yang dilarang oleh perintah Tuhan sebab Tuhan dengan jelas memanggil hubungan seksual di luar pernikahan sebagai perzinahan, Keluaran 20:14 memuat hukum Tuhan, "Jangan berzinah". Ini yang Tuhan larang dan pertanyaannya adalah apa kaitan dan apa dampaknya? Seyogianya cinta menemukan kesempurnaannya di dalam sebuah keintiman tapi kita melihat ada penyimpangan jikalau kita melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, bukannya menyatu akhirnya yang terjadi justru menguasai, sekali lagi cinta akan mencari bentuk sempurnanya dalam penyatuan tapi kalau kita melakukan hubungan seksual di luar pernikahan bukannya cinta yang saling menyatukan yang nanti kita akan cicipi, justru kebalikannya yang kita akan saksikan adalah upaya-upaya untuk menguasai satu sama lain. Ini yang sering terjadi di dalam masa berpacaran Pak Gunawan, jadi yang satu akan merasa "Saya tidak mau kehilangan kamu, maka saya harus menguasaimu." Jadi akhirnya ujung-ujungnya yang menjadi dasar atau penggerak atau motivasi bukanlah cinta lagi tapi takut, takut kehilangan, "Kamu sudah mengambil dari saya, sesuatu yang sangat berharga, saya tidak boleh kehilangan kamu" maka tindakan-tindakannya adalah berupa menguasai pasangan.PG : Sudah tentu dalam kesadaranlah perbuatan ini dilakukan namun kalau mereka mengatakan "Kami tidak merencanakannya!" itu saya percaya. Sebab tadi sudah saya singgung gejolak seksual memang bgitu kuat dan pada masa berpacaran kita memang mencintai dan cinta memiliki kadar yang hangat maka keinginan untuk intim dan bersatu begitu kuat sekali, namun kita mesti menjaganya sebab reaksi yang biasanya muncul setelah hubungan seksual pada masa berpacaran adalah takut, takut kehilangan sebab kita telah memberikan yang belum semestinya diberikan akhirnya kita mau menjaga agar pasangan kita tidak kemana-mana, akan terus setia kepada kita sebab dia harus bertanggungjawab.
Sehingga akhirnya relasi cinta yang seharusnya menumbuhkan relasi dengan lebih alamiah, cinta bertumbuh dengan lebih alamiah tidak lagi bertumbuh alamiah. Cinta tiba-tiba disusupi oleh rasa takut yang tadinya mau menyatukan malahan desakannya kuat sekali, lebih agresif ingin menguasai. Dengan kata lain, pertumbuhan relasi cinta itu sudah terkontaminasi.PG : Tepat sekali. Jadi bukan dialami oleh si wanita saja sebab ini juga sering dialami oleh si pria karena dia merasa "Sekarang engkau saya punya, saya telah menidurimu" dan dia telah menikmatnya sehingga dia tambah ingin menguasai pasangannya, jangan sampai kemana-mana.
Jikalau relasi berkembang ke arah itu, itu sangat tidak sehat sebab bukankah dalam masa berpacaran kedua orang ini seyogianya saling melihat kecocokan, saling menyesuaikan diri sehingga akhirnya dua individu bisa menyatu yang berbeda latar belakangnya. Namun kalau sudah ada susupan ketakutan mau menguasai dan sebagainya, tidak bisa tidak upaya menyesuaikan yang seharusnya itu berlangsung secara alamiah terganggu. Kadang kita melihat tidak cocok, kadang kita disadarkan hal ini tidak seharusnya kita teruskan tapi karena sudah berhubungan seksual kita takut kehilangan dia, kita ingin menguasainya dan kita berkata, "Itu mudah, itu bisa selesai sendiri, nanti dalam pernikahan semua itu bisa selesai". Kita mulai meminimalkan perbedaan dan masalah yang ada diantara kita. Bukankah ini berbahaya sekali untuk pernikahan pada akhirnya.PG : Betul sekali, justru demi menjaga kesehatan relasi itu sendiri, sebab bukankah nanti merekalah yang memetiknya juga dan seringkali takut kehilangan dan tindakan menguasai kita bawa ke dala pernikahan bukan saja berlangsung pada masa berpacaran tapi kita bawa ke dalam pernikahan.
Jadi akhirnya pola relasi kita sudah terbentuk pada masa berpacaran, pola takut, pola ingin menguasai dan akhirnya tidak aman dan tidak aman. Kalau kita tidak aman, kita menuntut pasangan menciptakan rasa aman itu untuk kita, kita akan membatasi dia, memonitornya, meminta dia memperlakukan kita dengan lebih spesial dan sebagainya karena sudah ada benih tidak aman. Jadi dari sudut cinta saja seks dalam berpacaran sebelum pernikahan memang akan merusakkan dan kerusakannya dibawa sampai nanti ke pernikahan.PG : Tadi kita sudah singgung tonggak berikut dalam pernikahan adalah percaya dan kita tahu saling percaya itu mutlak harus ada. Tanpa adanya saling percaya sebetulnya tidak ada pernikahan yangsejati.
Di dalam pernikahan seks justru makin mengokohkan saling percaya sebab bukankah seks itu merupakan puncak keterbukaan kita dan puncak kerentanan kita, apa adanya kita tidak bisa lagi ditutupi atau dilihat oleh pasangan dan dalam keintiman yang paling dalam itu benar-benar kita akan membuka diri. Dan di dalam kondisi seperti itulah kerentanan dan keterbukaan sehingga kepercayaan makin dipupuk sebab kita hanya bisa memberi diri serentan dan seterbuka itu pada orang yang kita percaya. Makin kita bisa melakukannya dan mendapatkan yang kita inginkan dengan baik, makin tumbuhlah rasa percaya itu. Ternyata kalau kita lakukan itu di luar pernikahan misalnya pada masa berpacaran maka efeknya justru kebalikannya bukannya menguatkan rasa percaya justru mengeroposkannya, Pak Gunawan. Kenapa? Sebab sewaktu sesuatu yang tidak seharusnya diberikan malah diberikan kepada seseorang dampaknya pada diri kita adalah kita kehilangan kepercayaan kepadanya, seolah-olah begini Pak Gunawan, kita itu tahu ini berharga sekali yaitu kesucian kita, kekudusan kita dan seharusnya tidak diambil, meskipun kita memberikannya dengan persetujuan tapi kenapa diambil juga oleh pasangan kita dan itu mengecewakan dan efeknya juga justru mengeroposkan rasa percaya kita kepada dia. "Saya memberikan kepada kamu, dan kamu dengan mudah mengambil", dengan kata lain justru kita mau melihat respons pasangan yang sebaliknya yaitu "Tidak saya tidak mau, saya mau menjaga, saya tidak mau mengambil apa yang bukan milik saya sekarang ini". Kalau pasangan justru bersikap seperti itu kita akan malah mempercayai, merasa lebih aman karena kita akan diyakinkan bahwa pasangan kita itu tidak sembarangan, hanya akan mengambil sesuatu yang memang miliknya, kalau bukan waktunya untuk dia memilikinya, dia pun menolak dan ini akan memperkuat kepercayaan. Jadi justru kalau seks dilakukan sebelum pernikahan maka kepercayaan itu akan makin hilang.PG : Mungkin saja dalam hal itu betul, calon suami itu akan berkata "Baiklah, sekarang saya percaya kamu mengasihi saya". Mungkin saja, tapi keuntungannya yang kecil itu dibayarnya terlalu mahal. Sebab kenapa? Sebab pertama kalau seorang pria sampai berkata "Saya baru percaya kamu mencintai saya jikalau kamu memberikan tubuhmu", ini bukanlah seorang pria yang baik, ini seorang pria yang manipulatif. Dia memang ingin berhubungan seksual tapi dia menjebak si perempuan dengan cara meyakinkannya kamu harus membuktikan cinta lewat memberikan tubuhmu. Salah! Bukti cinta justru adalah kesetiaan bukan penyerahan tubuh. Waktu pasangannya tidak berbuat apa-apa, tidak mengkhianatinya dan sebagainya tetap setia kepadanya, ini justru bukti yang nyata bahwa dia mencintai. Bukan justru menyerahkan tubuh. Ini yang pertama yang kita harus sadari dan harganya terlalu mahal, dan justru rasa percaya si pria ini hilang. Kenapa? Sebab dia akan berkata dalam hatinya, "Perempuan ini mudah sekali, saya tipu begitu saja mau." Apa yang terjadi, dia mulai berpikir, "Jangan-jangan dulu dia dengan pacarnya seperti itu juga, okelah sekarang dia masih gadis tapi tidak tahu sudah seberapa jauh dia berhubungan sebab dia begitu mudah, saya minta begitu saja dia mau berikan tubuhnya". Kepercayaan mulai hilang, jadi dari si pria pun hilang kepercayaan itu dan si wanita pun yang menyerahkan tubuhnya akan berkata "Iya pasangan saya belum apa-apa sudah meminta hubungan seksual sebagai bukti cinta, apakah dia akan berbuat hal yang sama kepada orang lain nantinya atau sebelum-sebelumnya", meskipun dia berkata dia tidak berbuat apa-apa waktu berpacaran dulu tapi sekarang minta ini kepada saya, jangan-jangan itu pun yang dia minta kepada pacar-pacarnya yang terdahulu, dan kalau dia meminta itu sebagai bukti cinta dari orang-orang yang terdahulu tidak menutup kemungkinan dia akan meminta yang sama kepada perempuan-perempuan lain yang nanti akan ditemukannya.
PG : Tepat sekali. Jadi akhirnya mereka memasuki mahligai pernikahan justru dengan modal sudah tidak percaya, sudah mawas diri, sudah berhati-hati dan ini sebetulnya sudah tidak sehat. Bukankahmasuk ke dalam pernikahan seharusnyalah dengan modal percaya "Saya aman denganmu", tapi justru malah sudah berhati-hati, "Kamu jangan-jangan sudah berbuat, kamu jangan-jangan akan mengulang lagi, kamu mengambil sesuatu yang belum waktunya kamu ambil".
Justru mulailah kropos, hilanglah kepercayaan itu dan nanti akan mudah sekali meletup dalam pernikahan. Pulang terlambat, saat ditanya kenapa terlambat? Selalu penjelasannnya tidak mudah diterima dan makin banyak hal-hal seperti itu yang nanti muncul tapi mereka tidak menyadari sebetulnya itu akibat hilangnya kekudusan dalam masa berpacaran.PG : Tepat sekali, Pak Gunawan.
PG : Respek pada diri maupun pasangan cenderung menurun drastik setelah melakukan hubungan seks sebelum pernikahan. Meskipun kita ini mungkin berpandangan liberal "Tidak apa-apa hubungan seks dn sebagainya", tapi saya percaya orang yang berpandangan liberal seperti itu pun kalau ditawarkan, dua orang untuk menjadi pasangan yang satu menjaga kekudusan, yang satu mudah sekali tidur dengan dia, manakah yang lebih dihormatinya? Saya percaya, meskipun pandangannya begitu bebas dan sebagainya tapi di hati kecil dia akan berkata, "Saya lebih respek pada yang menjaga kekudusan".
Disitu kita bisa melihat satu hal yang penting, Pak Gunawan, ternyata memang seks itu berkaitan dengan respek, dengan penghargaan diri. Jadi ini modal yang teramat penting untuk kita bawa ke dalam pernikahan sebab nantinya kalau kita tidak lagi punya respek pada satu sama lain, yang lain-lainnya cepat rontok. Dalam pertengkaran pun kita akan lebih mudah mengatakan kata-kata yang kasar, menghina dia dan sebagainya. Jadi respek itu mempengaruhi relasi dengan sangat-sangat dominan, jadi perlu kita jaga, kalau kita tidak jaga, kita jadi hilang respek. Pada siapa yang mudah memberikan tubuhnya kita kehilangan respek tapi ada efek yang juga menarik, kita pun juga kehilangan respek pada diri kita. Justru kalau kita melihat kita itu bisa bertahan, kita melihat diri semakin positif tapi kalau kita melihat pasangan kita dan kita mudah sekali berbuat, respek kepada dua-duanya akhirnya merosot. Kadang-kadang kita temukan hal-hal yang menyakitkan misalnya ada orang yang menjaga kekudusan baik-baik, bertahan setengah mati dan akhirnya bertemu dengan seorang, dia berpacaran dan dia berpikir dia orang baik-baik dan memang dia orang baik-baik, anak-anak Tuhan, pelayanan dan sebagainya tapi dalam berpacaran akhirnya pasangannya cerita, "Maaf saya mau berbuka dengan kamu, sebelum saya bertemu dengan kamu, saya berpacaran dan saya sudah melakukan hubungan seks". Apa yang biasanya dilakukan oleh orang yang sudah menjaga kekudusan akhirnya mendengar kabar bahwa pacarnya yang dianggapnya baik padahalnya jatuh begitu dalam. Nomor satu kecewa, luka, sedih tapi ini yang penting sekali, respeknya berkurang. Saya tidak berkata berarti tidak ada lagi pengharapan, tidak! Tuhan bisa mentransformasi seseorang, Tuhan memberi ampun kepada kita karena kita ini tidak sempurna dan berdosa, kita bisa memulai hal yang baru, itu betul. Tapi saya kira awalnya dia akan kehilangan respek pada pasangannya.PG : Sangat sulit sebab begini, Pak Gunawan, biasanya kalau kita sudah kehilangan respek pada orang, yang seringkali muncul adalah kebencian meskipun dalam tahap yang lebih kecil tapi sudah muli ada rasa benci, rasa sedikit muak, jijik dan rasa seperti itu sudah ada.
Akhirnya nanti akan mudah sekali menambahkan minyak, api pertengkaran dalam rumah tangga karena sudah tersimpan rasa kurang menghargai, rasa jijik muak, sehingga nanti perasaan itu keluar meskipun kita seolah-olah tidak mau menyebut-nyebut karena kita takut melukai hati pasangan kita. Tapi itu sebetulnya yang terkandung adalah kita menganggap kita murahan, dan kita tidak lagi menghormatinya sebagai orang yang kita kagumi. Dan kita pun melihat diri kita sebagai orang yang murahan, kita orang yang gampangan, kita pun dengan diri sendiri tidak senang ada rasa benci. Apa yang akan kita lakukan kalau kita dengan diri sendiri sudah tidak senang, sudah tentu akan berdampak pada relasi, kita lebih sering marah-marah, emosi kita lebih suka turun naik karena kita sendiri sudah tidak senang dengan diri, sudah tidak menghargai diri dan kita cenderung menuntut pasangan untuk membuat kita lebih nyaman, "Kamu yang harus bertanggung jawab harus membuat saya merasa lebih enak sekarang", karena hatinya sudah tercabik tidak lagi menghargai diri.PG : Tepat sekali, jadi kehilangan penghargaan diri ini biasanya akan dialami oleh kedua belah pihak, Pak Gunawan. Jadi kehilangan respek terhadap satu sama lain terjadi dan kehilangan respek trhadap diri sendiri pun terjadi.
Akhirnya ini yang kita bawa ke dalam pernikahan dan bagaimanakah membangun pernikahan tanpa respek lagi kepada pasangan. Bukankah kecenderungan kita nantinya itu menghinanya, merendahkannya. Ini benar-benar sebuah tabungan yang sangat negatif kita bawa masuk ke dalam pernikahan.PG : Betul sekali. Kita akan benar-benar merapuhkan tonggak-tonggak ini sehingga nanti waktu menghadapi tantangan hidup ke dalam pernikahan mudah sekali rubuh, Pak Gunawan. Akhirnya kita menyalhkan satu sama lain tapi sesungguhnya relasi itu sudah salah, sudah menjadi sangat rapuh sejak masa berpacaran gara-gara hilangnya kekudusan itu.
PG : Saya menganjurkan di tahap itu untuk dibekukan, dirawat dulu, diobati dulu. Datanglah ke seorang pembimbing, akuilah dosa yang telah diperbuat, akuilah semua perasaan-perasaan cinta itu da coba untuk nanti dibangun lagi relasi yang sudah hancur ini dan kita lihat dalam pertumbuhannya apakah berhasil menumbuhkan, kalau berhasil menumbuhkan ketiga tonggak ini barulah nanti masuk ke dalam pernikahan.
Jangan berpikir bahwa pernikahan bisa menyulap semuanya tiba-tiba menjadi baik dan bagus lagi.PG : Itu tidak tepat karena memang untuk menutupi aib dan sebagainya, tapi tinggal tunggu tanggal mainnya pernikahan ini nanti yang akan rontok.
PG : Di Imamat 19:2 Tuhan berfirman, "Kuduslah kamu, sebab Aku TUHAN, Allahmu, kudus". Tuhan meminta kita kudus supaya kita itu sama sepertiNya, Tuhan mau menaikkan kita ke standartNya tapi inijuga untuk kepentingan kita, tadi kita sudah lihat.
Justru kekudusan akan menciptakan berkat demi berkat bagi pernikahan kita dan bukankah kita nanti yang akan memetik buah-buahnya. Jadi inilah kebaikan Tuhan, tatkala Dia memberikan perintah kepada kita, memang pertama untukNya tapi sebetulnya juga untuk kita.GS : Ya terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Dampak Kekudusan pada Pernikahan". Bagi anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id, kami juga mengundang anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org, saran-saran, pertanyaan serta tanggapan anda sangat kami nantikan, dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
30. Cari Pasangan Hidup |
|
Kita bebas menikah dengan siapa saja, tapi pernikahan yang seiman itulah yang Tuhan minta.. Tujuan hidup kita juga jelas untuk Tuhan Yesus, kalau kita menikah dengan yang tidak seiman otomatis tujuan-tujuan itu tidak akan sama. Oleh karena itu banyak hal penting yang harus kita ketahui dan kita sangat membutuhkan pimpinan Tuhan di dalamnya.
Konsep yang keliru dalam mencari pasangan hidup:
Beranggapan Tuhan menunjukkannya kepadaku. Sering kali waktu kita berkata begitu kita mendasari kehendak Tuhan atas perasaan kita.
Aku merasa damai dengan pilihan ini. Kedamaian juga bisa merupakan kerja dari perasaan kita belaka bukan benar-benar menemukan yang cocok, tapi kita menemukan yang sesuai dengan yang kita inginkan.
Kalau bertemu yang cocok, pasti saya ketahui. Masalahnya adalah kecocokan tidak terjadi pada pertemuan pertama, kecocokan harus dibuktikan melewati proses waktu yang panjang atas dasar pergaulan, persahabatan yang intens.
Perjodohan
Sekurangnya ada tiga cara untuk melihat pimpinan Tuhan:
Kehendak Allah dalam kita memilih pasangan hidup: Tuhan meminta kita menikah dengan sesama orang percaya (
Alasannya, kalau kita menikah dengan seseorang yang tidak seiman dengan kita berarti kita berbeda dalam:
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mencari pasangan hidup", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Sebelum saya menjawab itu Pak Gunawan, saya ingin mengiyakan yang tadi Pak Gunawan katakan yakni mencari pasangan hidup adalah hal yang sangat penting. Saya percaya bahwa Tuhan menyediaan keluarga kepada kita salah satu tujuannya adalah agar kita bisa mencicipi rasanya surga melalui keluarga kita itu.
Dalam keluarga yang sehat yang penuh kasih dan hangat kita akan mendapatkan sukacita dan ketenangan yang tidak bisa digantikan oleh hal-hal lain. Nah saya percaya itulah nantinya surga, surga adalah sebuah ketenangan, kebahagiaan, sukacita, berada bersama dengan Tuhan. Jadi kalau saya boleh simpulkan terbalik dari yang saya katakan tadi kalau rumah tangga kita tidak bahagia, kita akhirnya sadari bahwa kita memilih orang yang keliru, keluarga kita itu benar-benar merupakan kebalikan dari surga yaitu neraka, sangat-sangat membakar, sangat-sangat tidak memberikan kita kedamaian. Maka topik ini saya kira topik yang penting sekali. Nah tadi Pak Gunawan menanyakan apakah ada konsep-konsep keliru yang mendasari pemikiran orang dan konsep-konsep ini akhirnya menjerumuskan orang ke dalam kegagalan pernikahan. Ada beberapa yang bisa saya kemukakan Pak Gunawan, yang pertama adalah orang kadang beranggapan oh Tuhan menunjukkannya kepadaku, Tuhan mengatakan dialah orangnya, dialah memang pasangan hidupku. Nah masalahnya adalah sering kali waktu kita berkata begitu kita mendasari kehendak Tuhan atas perasaan kita sendiri. Nah sering kali memang kita tertarik pada orang tersebut, kita seolah-olah hanyalah menggunakan nama Tuhan sebagai stempel. Yang kedua yang sering kali orang juga kemukakan dan keliru adalah orang berkata aku merasa damai dengan dia dengan pilihan ini. Nah sekali lagi kedamaian juga bisa merupakan kerja dari perasaan kita belaka bukan benar-benar menemukan yang cocok, tapi kita menemukan yang sesuai dengan yang kita inginkan. Nah karena kita menemukan yang sesuai dengan kita inginkan itu maka perasaan kita damai. Kita langsung berkesimpulan kalau merasa damai ini pasti adalah orang yang cocok untuk saya. Saya ingin menekankan di sini bahwa sesuai selera tidak berarti cocok itu dua hal berbeda. Jadi kedamaian tidak bisa juga digunakan sebagai ukuran. Ketiga konsep yang keliru adalah orang berkata oh kalau bertemu yang cocok pasti saya ketahui, dari mana tahunya ya pokoknya tahu saja. Nah masalahnya adalah kecocokan itu tidak terjadi pada pertemuan pertama, kecocokan harus dibuktikan melewati proses waktu yang panjang atas dasar pergaulan, persahabatan yang intens. Sehingga kita bisa melihat perbedaan dan bisa juga melihat kecocokan kita dan akhirnya kita bekerja keras untuk menyesuaikan diri, pada titik akhir barulah kita bisa berkata bahwa orang ini pas dengan saya. Nah sekali lagi kuncinya adalah proses waktu yang panjang. Jadi ketiga konsep ini acapkali berperan besar dalam proses penentuan pasangan hidup dan karena ini keliru, orang yang menggunakannya akhirnya terjebak ke dalam pernikahan yang tidak serasi.PG : Saya kira kita mesti terus-menerus meminta Tuhan memimpin kita, daripada langsung menggunakan tanda-tanda yang bisa juga keliru saya kira doa kita harus spesifik meminta Tuhan memimpin ita.
Nah pertanyaannya adalah bagaimanakah Tuhan memimpin kita. Nah ini yang sering kali juga menjadi masalah sebab kita tidak mengerti bagaimanakah Tuhan memimpin kita. Saya akan menjelaskan bahwa sekurangnya ada tiga cara untuk melihat pimpinan Tuhan. Meskipun pada dasarnya pimpinan Tuhan adalah satu, namun kita bisa memahaminya dari tiga sudut atau tiga dimensi. Yang pertama adalah yang saya sebut penetapan langsung. Misalkan waktu Tuhan menciptakan alam semesta sebagaimana yang tercatat diPG : Nah biasanya ini bukan cara yang Tuhan gunakan, Tuhan tidak menetapkan jodoh seperti Tuhan menetapkan tulah untuk Mesir. Tuhan tidak menetapkan jodoh kita sebagaimana Tuhan menetapkan klahiran Tuhan Yesus melewati mulut para nabi-Nya.
Jadi biasanya bukan cara itu yang Tuhan gunakan. Salah satu cara lagi sebelum kita masuk ke cara Tuhan menetapkan pasangan kita adalah yang saya sebut penetapan tidak langsung dengan kondisi, (ini sedikit membingungkan tapi saya berikan contohnya) misalkan Tuhan Yesus mati di kayu salib, orang-orang berpikir merekalah yang membunuh Tuhan Yesus, merekalah yang mengakhiri kehidupan Tuhan Yesus tapi ini adalah sesuatu yang juga Tuhan telah tetapkan sebelumnya. Maka sebetulnya bukannya saja manusia mengakhiri kehidupan Tuhan Yesus tapi memang sudah ditetapkan Tuhan Yesus itu harus mati untuk menanggung dosa-dosa manusia. Namun tangan manusialah yang digunakan atau kondisi saat itulah yang dibiarkan atau digunakan Tuhan untuk menggenapi rencana Tuhan, untuk menebus dosa manusia. Nah dengan kata lain ini yang saya maksud dengan penetapan tidak langsung dan ada kondisinya yaitu ada situasi tertentu yang terjadi misalkan juga tentang penyebaran injil, gara-gara orang kristen dianiaya maka mereka meninggalkan Yerusalem. Nah penganiayaan itu menjadi kondisi yang Tuhan biarkan atau ijinkan terjadi, sehingga kehendak Tuhan yakni agar para hamba-Nya keluar dari Yerusalem dan membawa Injil ke bangsa-bangsa lain bisa terjadi. Nah ini yang saya maksud dengan penetapan tidak langsung dengan kondisi.PG : Kadang-kadang itupun terjadi, jadi ada kondisi-kondisi tertentu sehingga akhirnya kita dibawa ke dalam situasi tersebut. Namun saya juga memperingati agar kita berhati-hati sebab kadangkala ini yang saya dengar dari orang, tidak mungkin saya ini bertemu dengan dia secara kebetulan benar-benar Tuhan sudah atur, masa...pada
jam ini, detik ini kami bisa bertemu dan sebagainya. Nah akhirnya apa yang terjadi tiga bulan kemudian mereka sudah putus sebelum menikah masih dalam tahap berpacaran tiga bulan kemudian sudah putus artinya taksiran bahwa kondisi ini adalah kondisi yang Tuhan sedang gunakan, taksiran itu keliru. Jadi jangan kita juga terlalu percaya diri menetapkan pilihan kita atas dasar kondisi-kondisi ini. Kita tidak bisa atau jangan menggunakan kondisi-kondisi ini karena cukup berbahaya untuk membuat kita keliru. Jadi yang saya ingin tawarkan adalah metode ketiga ini dalam cara Tuhan bekerja, Tuhan sering kali juga menggunakan metode yang saya sebut penerapan atau penetapan kehendak Tuhan secara tidak langsung dan tanpa kondisi. Misalkan begini Pak Gunawan, setelah Tuhan menciptakan alam semesta ini Tuhan membiarkan hidup ini berjalan (sudah tentu dalam kedaulatan dan pemeliharaan Tuhan), namun hidup berjalan berputar adanya sistem ekologi dan sebagainya. Ini yang saya maksud dengan penetapan tidak langsung dan tanpa kondisi apa-apa. Nah saya berpendapat bahwa pernikahan termasuk di dalam metode atau kategori yang ketiga ini yakni penetapan tidak langsung dan tanpa kondis. Maksudnya apa, maksudnya sudah tentu ada unsur penetapan tapi bukan secara langsung melalui titah, melalui suara yang kita dengar, melalui pemberitaan seorang nabi kamu akan menikah dengan si siapa; bukan, dengan cara tidak langsung bukan langsung seperti tadi dan tanpa kondisi jangan kita menggantungkan penetapan pada kondisi-kondisi, oh saya tidak mungkin kebetulan ketemu dia, ini pasti dalam pengaturan Tuhan kami harus bertemu dan sebagainya. Jadi berhati-hatilah jangan menggunakan kondisi, maka saya beranggapan pernikahan masuk dalam kategori yang ketiga ini yakni penetapan tidak langsung tanpa kondisi. Kita melihat kita kemudian mencoba mencocokkan menyesuaikan diri dan atas dasar semua itu kita menetapkan apakah ini memang pasangan yang cocok atau tidak.PG : Nah kalau kita berkata jodoh sudah ditetapkan itu betul, dalam pengertian semua yang terjadi di dunia ini tidak ada satupun yang terlepas dari genggaman tangan Tuhan. Nah tapi apakah daam pengertian itu kita berkata ditetapkannya secara langsung (memang ini masalah semantik), saya berikan contoh waktu kita hendak berkuliah kita mencoba memikirkan apa kira-kira bidang studi yang cocok untuk kita.
Nah bukankah kita melewati proses pemikiran, pertimbangan, meminta masukan, melihat kemampuan kita, ketidakmampuan kita dalam bidang apa. Melalui proses ini akhirnya kita sampai pada satu kesimpulan, o....ini bidang studi yang kira-kira baik untuk saya. Nah apakah Tuhan tidak memimpin, Tuhan memimpin secara langsung atau tidak. Nah ini memang masalah semantik masalah kita melihatnya dari sudut manusiawi yakni seolah-olah tidak secara langsung karena Tuhan memberikan kesempatan kepada kita terlibat menetapkan pilihan bidang studi itu. Dan tidak ada kondisi tertentu yang membuat kita berkata ini bidang studinya, tidak kita melewati proses pemikiran dan pertimbangan dengan menggunakan akal sehat. Nah saya percaya pernikahan masuk dalam kategori ini, akal sehat sangat diperlukan dalam penetapan pasangan hidup.PG : Saya kira demikian, kalau kitanya memang dengan Tuhan tidak dekat bagaimanakah kita mengharapkan bisa mendapatkan pimpinan itu, maka kita mesti juga mempunyai relasi yang dekat dengan Than agar kita akhirnya bisa mengenal apa itu kehendak Allah.
Nah saya akan berikan apa yang menjadi kehendak Allah dalam kita memilih pasangan hidup Pak Gunawan. Kehendak Allah sebetulnya sangat-sangat spesifik yakni Tuhan meminta kita menikah dengan sesama orang percaya, itu yang Tuhan katakan melewati atau lewat hamba-Nya Paulus. Kamu bebas menikah dengan siapapun, namun dengan sesama orang percaya. Jadi itu dicatat diPG : Tidak. Jadi yang membuat seseorang masuk dalam kategori orang percaya, sudah tentu bukan saja berdasarkan pengakuan mulutnya, saya orang Kristen, sudah tentu itu harus ditunjukkan lewatperbuatannya, lewat kehidupannya.
Jadi kita harus menilik buah-buah Kristiani dalam hidupnya, misalkan apakah dia orang yang memang sabar, penuh kemurahan, penuh kasih, nah itu buah-buah roh. Atau apakah dalam mengambil keputusan dia memikirkan, mempertimbangkan kehendak Tuhan, kalau dia mengaku dia orang Kristen tetapi dalam perbuatan dan pengambilan keputusan tidak menghiraukan kehendak Tuhan dia masuk dalam kategori dia bukan orang Kristen. Sangat sederhana sebab memang melalui buahnyalah kita itu dikenal. Nah jadi ukurannya sudah tentu bukan apa agama kita di KTP, atau dimanakah keanggotaan gereja kita bukan, tapi pada buah iman yang nyata dalam kehidupan.PG : Kadang-kadang ada harapan seperti itu. Nah saran saya adalah sebelum menikah memang orang ini harus bergumul bersama dengan yang tidak seiman itu supaya yang tidak seiman bisa akhirnya ampai pada iman Kristiani tapi bukan karena ingin menikah, sudah tentu bukan karena desakan dan paksaan.
Tapi memang dia sendiri yang mempelajari apa itu iman Kristiani dan akhirnya dia berkata saya mau menjadi pengikut Kristus. Nah dasar itulah yang kita bisa terima sebagai alasan orang itu memang sungguh-sungguh mau menjadi seorang Kristen. Nah jangan sampai sekali lagi kita melegalkan segala cara demi pernikahan ini. Kita bisa mengubah status di mata manusia namun kita tidak bisa mengelabuhi Tuhan. Kalau memang kita tidak memiliki iman pada Tuhan sudah tentu Tuhan tahu. Nah jadi tidak bisalah kita itu mendustai Tuhan, Dia tahu apa yang sebenarnya ada di hati kita.PG : Pertanyaan yang bagus Pak Gunawan, sebab meskipun Tuhan sudah menetapkan kriterianya yaitu kita diminta menikah dengan yang seiman, Tuhan juga memberikan tugas dan peran kepada manusia alam pencarian dan penetapan pasangan hidup ini.
Jadi tidak bisa manusia itu duduk di kamar terus-menerus berdoa dan mengharapkan Tuhan membawa seseorang kepadanya. Nah sekurang-kurangnya ada tiga peran dan tugas manusia. Pertama Tuhan memang sudah mengatakan bahwa Tuhan akan menciptakan Hawa untuk Adam, dan dalam penciptaan Hawa itu Tuhan juga menegaskan bahwa dia itu akan menjadi penolong yang sepadan untuk Adam. Jadi Tuhan menciptakan istri bagi Adam yang bertugas, berfungsi sebagai penolong yang juga sepadan, cocok. Jadi dari firman Tuhan ini saya akan simpulkan bahwa tugas kita mencari pasangan hidup yang cocok dan dapat saling tolong-menolong dengan kita. Dengan kata lain apakah relasi kita cocok atau tidak, itu menjadi pertanyaan yang harus kita jawab. Nah dalam kesempatan rekaman berikutnya baru kita akan bahas hal ini Pak Gunawan. Tapi intinya adalah cocok atau tidak, cocok bukan berarti sama, cocok berarti meskipun berbeda namun pertama-tama saling menerima perbedaan itu. Dan kedua meskipun berbeda bukan saja saling menerima namun bisa saling mengimbangi, menghargai perbedaan itu, dan mengimbanginya. Sehingga akhirnya perbedaan itu tidak menjadi duri yang saling menusuk, malahan saling menolong. Artinya apa, kita menjadi orang yang lebih baik dengan kehadiran pasangan kita sudah tentu ini harus dua arah, sebab saya juga bertemu dengan kasus seperti ini Pak Gunawan yang satu berkata saya menjadi orang yang lebih baik, karena pasangan saya terus-menerus menolong saya, namun pasangan ini justru menjadi manusia yang lebih buruk. Karena dia tidak mendapatkan pertolongan sama sekali, jadi hanya searah saja pertolongan itu. Tidak bisa, pertolongan atau saling menolong harus dua arah.PG : Tepat sekali, jadi salah satu tanda atau kriteria, apakah pernikahan ini atau pasangan ini pasangan yang serasi adalah mereka bertumbuh, mereka menjadi orang-orang yang lebih baik karen adanya unsur saling tolong itu.
Yang menolong menjadi lebih baik karena dia mendapatkan pertolongan juga dari yang ditolongnya itu. Nah di situlah kita melihat kecocokan, kadang-kadang kita melihat orang yang tidak cocok, tidak saling tolong malah saling menghancurkan, namun terlanjur suka nah itu yang kadang-kadang terjadi. Terlanjur cinta, tergila-gila tidak bisa melepaskan orang itu dari pikirannya tapi tidak cocok sebetulnya. Relasi mereka penuh pertengkaran karena tidak saling menolong malah saling menusuk nah sudah tentu meskipun sukanya besar tetap ukurannya adalah bahwa ini tidak cocok. Dan yang kita gunakan sebagai kriteria bukannya cintanya tapi cocoknya itu yang lebih penting.PG : Sering kali begitu Pak Gunawan.
PG : Tuhan juga lewat Paulus berkata kita ini bebas menikah dengan siapa saja yang kita sukai, namun seiman dengan kita. Nah prinsip kedua adalah saya ambil dari
PG : Betul sekali jadi untuk bisa mendirikan pernikahan yang kokoh kita harus menampakkan kecocokan di dalam semua aspek kehidupan bukan hanya kerohanian, kerohanian salah satu aspek, tapi ukan satu-satunya aspek.
Yang terakhir adalah tugas kita adalah meminta pimpinan Tuhan, nah ini memang sebagai pengakhir saya akan gunakan firman Tuhan terambil dariGS : Ya terima kasih Pak Paul, telah menyampaikan beberapa prinsip penting di dalam mencari pasangan hidup ini, tetapi ini tentu suatu perbincangan yang masih belum selesai Pak Paul yang akan kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. Namun melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih, Pak Paul sudah berkenan untuk berbincang-bincang dengan kami. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mencari Pasangan Hidup". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan Anda menghubungi kami lewat surat alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mngucapkan terima kasih atas perhatian Anda sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
31. Jika Saya Menikah Nanti |
|
Bagi para muda-mudi atau mereka yang saat ini sedang mencari pasangan hidup atau sedang di dalam pergumulan untuk mendapatkan pasangan hidup, akan memperoleh gambaran yang jelas tentang bagaimana dan siapa pasangan hidup yang cocok dan dikehendaki oleh Tuhan. Dalam materi ini akan dibahas beberapa ciri yang akan menolong kita menentukan orang seperti apakah pendamping hidup kita nanti.
Jika saya menikah, saya akan menikah dengan:
Orang yang dapat saya hormati (respectable), yaitu orang yang memiliki karakteristik yang kita kagumi. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang respectable.
Orang yang dapat saya percaya (trustworthy), artinya orang ini jujur, terbuka. Prinsipnya adalah jangan menikah atau memilih orang yang tidak bisa kita percaya. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang trustworthy.
Orang yang dapat saya kasihi (lovable). Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang lovatable.
Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan (flexible). Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang flexible.
Orang yang telah siap mengakhiri hidup lajang. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang siap mengakhiri hidup lajang (siap menjadi suami/istri seseorang dimiliki seseorang).
Orang yang telah siap berkeluarga. Berarti saya pun juga harus menjadi orang yang siap berkeluarga (siap menjadi ayah/ibu membagi hidup).
Kriteria Pasangan Hidup digolongkan dalam beberapa faktor, yaitu:
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Jika saya menikah nanti", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Yang pertama adalah meskipun kita harus melibatkan Tuhan dalam proses pencarian pasangan hidup, namun kita harus berhati-hati jangan sampai kita menetapkan kriteria yang keliru atas nama Than.
Jadi berhati-hatilah dengan kata-kata seperti ini pimpinan Tuhan, ini kehendak Tuhan dan sebagainya. Pada dasarnya Tuhan memimpin kita melewati proses penggunaan akal sehat, penggunaan pertimbangan, penggunaan hikmat dalam melihat, kita cocok atau tidak cocok dengan orang yang kita kasihi itu. Berikutnya Tuhan meminta dengan sangat jelas bahwa kita menikah dengan sesama orang percaya dan kenapa kok harus sesama orang percaya, karena memang kehidupan kita adalah kehidupan yang sudah diperbaharui oleh Tuhan Yesus. Tujuan hidup kita juga jelas kita hidup untuk Tuhan Yesus, kalau kita menikah dengan yang tidak seiman otomatis tujuan-tujuan itu juga akan tidak sama. Jadi kira-kira itulah intisari yang telah kita bicarakan pada kesempatan yang lampau Pak Gunawan.PG : Ada enam yang bisa saya bagikan Pak Gunawan, yang pertama jika saya menikah nanti saya akan menikah dengan yang pertama orang yang dapat saya hormati, orang yang dalam bahasa Inggrisnya &qot;respectable" orang yang memang saya kagumi.
Kenapa saya kagumi, karena memang ada sifat karakteristik yang membuat saya angkat topi, salut dengan dia. Nah jadi jangan menikah dengan orang yang tidak kita kagumi, tidak ada satupun tentang dirinya yang membuat kita salut atau angkat topi. Nah pilihlah orang yang waktu kita mengenalnya kita angkat topi, makin mengenalnya makin angkat topi. Karena kita melihat sifat atau karakteristik yang benar-benar mengagumkan kita. Nah itu yang pertama Pak Gunawan.PG : Betul, dan ini bukan hanya terjadi satu kali atau pada awal perkenalan, tetapi sesuatu yang memang menjadi bagian hidupnya sehingga kita melihat itu terus-menerus, berulang-ulang kali dan tulah yang menggugah kekaguman kita orang ini kok begini sabarnya, begini tolerannya dengan saya, orang ini begitu tegas, begitu berprinsip pada kebenaran dan sebagainya.
Jadi kekaguman seperti itulah yang harusnya ada, bukan aduh bulu matanya kok lentik, aduh matanya kok belok, atau besar. Itu keindahan-keindahan yang tidak kuat untuk menggugah kekaguman pada kalbu kita.PG : Yang kedua adalah jika saya menikah nanti, saya akan menikah dengan orang yang dapat saya percaya, artinya orang ini jujur, terbuka. Kita tidak usah mereka-reka menebak-nebak apa yang sebearnya dia lakukan atau yang sebenarnya dia rencanakan, tidak usah kita reka orang ini jelas terlihat.
Dengan kata lain kita merasa aman karena kita bersama dengan seseorang yang dapat kita andalkan. Jadi prinsipnya adalah jangan menikah atau memilih orang yang tidak bisa kita percaya, setiap kali dia pergi kita memikirkan dia akan berbuat apa, setiap kali dia berkata-kata kepada kita, kita mencurigai dia, menyembunyikan apa dari kita. Nah kalau itu sudah menjadi relasi kita atau yang terjadi dalam relasi kita itu pertanda buruk, jadi percaya itu penting sekali, salah satu pilar dalam pernikahan.PG : Sebetulnya tidak usah, jadi dengan berjalannya waktu dalam perjalanan berteman dengan dia kita akan bisa melihat apakah pembicaraannya konsisten/sama, apakah yang dia katakan itulah yang bnar.
Nah itu akan terlihat maka sekali lagi perlu waktu. Jangan menikah dengan seseorang yang baru kita kenal tiga hari atau tiga bulan. Lewati waktu yang lebih panjang agar kita bisa mengenalnya, orang ini layak dipercaya atau tidak.PG : Yang ketiga adalah jika saya menikah, saya akan menikah dengan orang yang dapat saya kasihi. Artinya orang ini loveable bisa dan layak saya kasihi, kenapa kok bisa saya kasihi, orang ini mmang baik, menyenangkan kita, bukan hanya dia baik kepada kita tetapi orang ini menyenangkan, sehingga tidak bisa tidak dekat dia kita itu ingin menghujani dia dengan cinta-kasih, dengan hal-hal yang indah, dengan pengalaman-pengalaman yang positif.
Jadi kebalikannya adalah jangan memilih orang yang kita itu tidak senang berada dekat dia, bukannya menimbulkan rasa senang malah rasa tidak senang. Kita bukannya terpancing atau tergugah untuk melimpahkan dia dengan kemesraan dan hal-hal yang indah. Kita justru tidak peduli dia mendapatkan kemesraan atau kesenangan dari kita atau tidak. Nah kalau itu yang kita rasakan berarti itu pertanda ini bukan relasi yang baik, bukan orang yang cocok untuk kita. Nah jadi ini salah satu pertanda saya akan menikah dengan orang yang bisa saya kasihi, orang ini memang loveable orang yang menyenangkan.PG : Tepat sekali rumus ini memang harus dua arah. Jadi bukan saja kita melihat pasangan kita seperti itu diapun mesti melihat kita seperti ini, kita ini bisa dipercaya, kita ini juga orang yan layak dikasihi.
Jadi ini dua arah semuanya Pak Gunawan. Nah yang keempat adalah jika saya menikah nanti saya akan menikah dengan orang yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan, alias orang ini fleksibel. Dia bisa mengerti kita, memahami alam pikiran kita, bisa memahami perasaan kita, nah itu modal pertama. Modal kedua orang ini juga bisa dan bersedia mengubah dirinya menyesuaikan diri dengan keberadaan kita. Jadi kalau orang kebalikannya tidak mau berubah dan sangat kaku dan berkata kamu mau terima saya atau tidak terserah kamu, tapi saya orangnya seperti ini, di dalam setiap kasus selalu berkata begitu. Orang ini memang susah menyesuaikan diri dengan kita. Dan orang yang susah untuk menyesuaikan diri, bukanlah kandidat yang paling cocok untuk menikah karena pernikahan menuntut orang bersedia menyesuaikan diri.PG : Bisa jadi, kadang-kadang kita memang ditempatkan di dalam kondisi yang berbeda. Nah itu juga diperlukan kesediaan dan kebisaan untuk menyesuaikan diri kalau itu tidak bisa kita lakukan kit akan mengundang masalah masuk ke dalam rumah tangga kita.
PG : Ya jadi memang itu proses yang berlangsung terus-menerus.
PG : Yang kelima adalah jika saya menikah nanti, saya akan menikah dengan orang yang telah siap mengakhiri hidup lajang. Maksudnya dia itu bersedia mengakhiri hal-hal yang biasa dia lakukan sebgai seorang lajang.
Dia siap menjadi suami atau istri seseorang, artinya dia siap dimiliki seseorang. Ada orang hanya mau menikah, tidak mau dimiliki, nah ini tidak benar karena pernikahan itu relasi yang eksklusif. Alkitab mengatakan bahwa suami, tubuhmu bukan milikmu lagi tapi milik istrimu. Istri tubuhmu bukan milikmu lagi tapi milik suamimu. Jadi Tuhan memang menegaskan dalam pernikahan terjadi penyatuan sehingga hak milik juga berpindah tangan. Suami menjadi bagian dan milik istri, istri menjadi bagian dan milik suami. Nah kalau kita tidak bersedia dimiliki oleh pasangan kita, diatur oleh pasangan kita, maka kita juga akan mengalami kesulitan dalam pernikahan.PG : Betul sekali, dan kalau memang orang belum bersedia terikat, jangan menikah sebab pernikahan sebuah tali, ikatan, orang harus berada dalam bukan di luar tali ikatan itu.
PG: Saya akan menikah dengan orang yang telah siap berkeluarga artinya apa siap berkeluarga, siap menjadi ayah atau ibu, siap membagi hidup dengan pasangan kita dan anak-anak kita. Kadang-kadan kita mendengar kisah seperti ini Pak Gunawan, seorang ayah diminta mengantar anaknya ke rumah temannya, tidak mau, karena lebih baik menonton televisi di rumah.
Nah artinya orang itu belum siap berbagi hidup. Berbagi hidup artinya berbagi aktivitas, sehingga yang dia ingin lakukan kadang-kadang tidak bisa sepenuhnya dia lakukan, dia harus bagi itu dengan adanya kehadiran orang di rumah tangganya. Nah orang yang mau menikah seharusnyalah dia siap untuk berbagi hidup, dia menjadi ayah atau ibu bagi anak-anaknya.PG : Bisa, kalau memang secara ekonomi memungkinkan itu berarti lampu hijau kita melanjutkannya ke jenjang pernikahan, kalau memang masih belum sebaiknya kita menantikan lagi, menunggu lagi.
PG : Persetujuan orang tua pada umumnya adalah petunjuk umum yang harus kita dengarkan, petunjuk yang perlu kita pertimbangkan dengan serius, sebab nomor satu orang tua mengenal kita dengan bai dibandingkan orang lain.
Jadi ada masukan-masukan yang bisa orang tua berikan yang orang lain tidak bisa berikan. Nah berikutnya orang tua pada umumnya berniat baik, tidak mau menjerumuskan anaknya ke kancah problem, maka ada kalanya kekhawatiran orang tua itu memang bisa sulit diterima oleh si anak, tapi sebaiknya diperhatikan mengapa karena memang pada dasarnya mereka berniat baik untuk kita. Lalu pada prinsipnya petunjuk orang tua sesuatu yang mau kita pertimbangkan dengan sangat serius. Namun yang saya katakan itu setelah kita dengarkan petunjuk orang tua kita juga perlu untuk mempertimbangkan kembali kriteria-kriteria yang tadi telah saya paparkan dan nanti juga akan saya paparkan, sehingga keduanya bisa klop dijadikan satu bahan pertimbangan.PG : Ada lima Pak Gunawan dan akan saya bahas secara sekilas, yang pertama saya gunakan istilah faktor ibadah, apakah dia seiman; harus seiman, apakah dia memiliki kematangan rohani yang setara artinya berapa pentingnya Tuhan dalam kehidupannya.
Dia boleh berkata dia Kristen, tapi tidak peduli dengan Tuhan berarti memang tidak matang secara rohani. Berapa berminatnya dia pada hal-hal rohani, itu juga kriteria yang perlu kita perhatikan. Berapa relanya dia berkorban bagi Tuhan dan pekerjaan-Nya. Kalau dia tidak rela berkorban, perhitungan sekali dengan pekerjaan Tuhan berarti dia tidak memiliki kematangan rohani yang baik. Nah ini perlu kesetaraan kematangan rohani.PG : Sangat bisa karena yang satu bersedia memberikan persembahan, yang satu tidak bersedia.
PG : Atau itu yang terjadi.
PG : Ternyata tidak Pak Gunawan. Kriteria yang kedua adalah faktor cinta, apakah dia mencintai saya atau hanya membutuhkan saya, bedakan keduanya. Mencintai untuk kepentingan kita, membutuhkan anya untuk kepentingan dia, apakah dia mencintai atau hanya membutuhkan saya.
Apakah dia mengutamakan kepentingan saya di atas kepentingan orang lain, sebab cinta diukur dari perbandingan kalau dia berkata dia mencintai kita, apakah kita paling penting dalam hidupnya sudah tentu di bawah Tuhan. Jadi faktor cinta ini penting sekali.PG : Dan ternyata tidak benar, bukan satu-satunya. Ada yang lain lagi Pak Gunawan, misalkan faktor ketiga yakni respek yaitu apakah dia menghargai saya, ataukah dia hanya memanfaatkan atau memaai saya, jangan sampai relasinya relasi pemanfaatan.
Bukan, yang respek adalah yang menghargai saya, apakah dia mempertanyakan pertimbangan saya waktu saya mengemukakan pendapat dan sebagainya apakah dia mempertimbangkan ataukah dia justru mempertanyakan, meragukan terus-menerus pertimbangan kita. Kalau itu yang terjadi dia memang kurang menghargai kita, berikutnya apakah dia dapat menerima saya, diri saya apa adanya, keluarga saya apa adanya, teman-teman pergaulan saya bisa atau tidak dia terima, masa lalu saya bisa atau tidak dia terima, dan masa depan saya; saya mau menjadi apa bisa atau tidak dia terima, nah itu perlu kita perhatikan. Misalkan lagi seberapa jauhkah dia berani mengabaikan pikiran, pendapat atau perasaan saya, kalau dia menghargai, respek pada saya seharusnyalah dia tidak mengabaikan pikiran saya. Apakah dia mengagumi saya, sebab mengagumi adalah cikal bakal respek terhadap saya juga.PG : Betul, kalau menghormati berarti mempertimbangkan pendapat kita dan sebagainya.
PG : Faktor keempat adalah percaya. Apakah dia dapat mempercayai saya, ini perlu kita tanya. Misalkan dalam kesendirian tanpa kehadirannya, kalau dalam kesendirian tanpa kehadirannya membuat di mencurigai, cemburu pada kita berarti dia tidak percaya pada kita, sedangkan kita tidak berbuat apa-apa.
Apakah dia mempercayai saya dalam pengambilan keputusan, bisa atau tidak dia mempercayai pertimbangan kita atau apakah dia dapa mempercayai saya dalam hubungan dengan lawan jenis, bukan kita dicemburui terus-menerus tapi dia percaya kita bisa jaga diri dengan baik. Nah dalam faktor percaya juga termaktub apakah dia dapat mempercayakan rahasia dan kelemahan hidupnya kepada saya. Kalau dia menyembunyikan diri terus-menerus berarti dia tidak percaya pada saya.PG : Sudah tentu kita harus introspeksi diri, kalau kita memang mempunyai latar belakang gonta-ganti pacar, nah pacar kita akan lebih mudah mencemburui kita. Nah itu kita harus jaga, maka kalausekarang kita tidak lagi gonta-ganti pacar kita harus tunjukkan kepada pacar kita, bahwa kita ini eksklusif dengan dia, sungguh-sungguh tidak ada orang lain.
Atau kita memang terlalu mudah larut dalam pergaulan dengan lawan jenis, meski tidak ada apa-apa dalam hati kita tapi karena sekarang kita sudah berpacaran, berarti kita memang harus mengurangi intensitas relasi dengan lawan jenis. Karena memang itulah yang seharusnya kita lakukan. Tapi kalau kita melakukan semua itu terus pacar kita itu mencurigai, tidak percaya pada kita nah di situlah kita mesti mulai memikirkan ulang. Kenapa kok dia memiliki problem ini, berarti problemnya bukan hanya pada saya tapi pada dirinya yang tidak aman itu. Nah kita bisa bertanya kepadanya, apa yang harus saya lakukan untuk memberikan rasa aman itu kepadamu. Kalau dia tidak bisa memberikan jawaban atau jawabannya adalah kita harus seolah-olah memutuskan semua hubungan dengan orang termasuk lawan jenis kita, wah ini berarti memang masalah. Dia mempunyai problem dengan rasa percaya, sehingga nantinya dia tidak bergandengan tangan dengan kita, nantinya dia akan mengikat kita, membelenggu kita dan itu menjadi hal yang tidak sehat.PG : Yang terakhir ini Pak Gunawan adalah keintiman, jadi pertanyaannya apakah dia tertarik kepada saya dan ingin berdekatan dengan saya. Jangan sampai kita merasa dia tidak tertarik, tidak suk dekat-dekat dengan saya, dan tidak mau menikmati saya.
Apakah dia dan saya dapat saling mendengarkan dan membagikan hidup. Nah ini keintiman emosional, bisa atau tidak dia mendengarkan, bisa atau tidak dia juga mengerti perasaan saya. Nah itu penting kita ketahui, berikutnya apakah dia dapat berkomunikasi dengan saya tanpa harus merasa frustrasi. Ini penting kalau komunikasi tidak bisa berjalan dengan baik sudah tentu tidak akan ada keintiman. Apakah dia dapat mengambil keputusan dengan saya, artinya kalau ada persoalan kita harus mengambil keputusan bersama, bisa atau tidak; kalau tidak bisa berarti kita akan sering bertengkar dengan dia. Nah kalau sering bertengkar berarti nilai hidupnya berbeda, pandangannya berbeda, dan kita belum memiliki keterampilan menyatukan perbedaan itu nah itu berarti tanda awas. Dan yang terakhir keintiman adalah apakah dia dapat menyentuh perasaan saya, apakah dia seperti batu yang tidak bisa menyentuh perasaan saya, kalau tidak bisa sama sekali memang berarti orang ini sulit untuk menjalin keintiman.PG : Sebetulnya hal kelimanya harus ada Pak Gunawan, jangan sampai ada yang tidak ada. Misalkan kalau yang tidak ada misalkan respek, tidak bisa kita membangun pernikahan tanpa respek, misalkantidak ada ibadah yang sama, tidak bisa kita membangun pernikahan tanpa ibadah kepada Tuhan, tidak ada keintiman, apa yang akan tertinggal dalam pernikahan kita.
Jadi kelimanya memang harus ada, seolah-olah sukar tapi kalau kita bertemu dengan yang cocok nantinya kita kerja keras menemukan yang cocok itu, kita akan menemukan kelima hal ini. Sudah tentu ada yang kuat ada yang lemah. Nah itu perlu kita terima, toleran dan kita mencoba perbaiki.PG : Saya kira harus ada batasnya dalam pengaturan itu, artinya apakah pengaturan itu membuat pasangannya kehilangan diri sama sekali, kalau itu yang terjadi memang itu tidak sehat. Meskipun paangannya itu tidak keberatan dia kehilangan dirinya, namun itu tidak sehat karena takutnya suatu hari kelak dia akan berontak, sebab dia tidak bisa terus-menerus hidup sesuai dengan tuntutan atau harapan pasangannya.
Dia pun ingin hidup sesuai dengan keinginannya sendiri suatu hari kelak, nah hal-hal seperti itu menjadi hal-hal yang tidak sehat.PG : Harus Pak Gunawan, jadi saya kembalikan lagi kepada firman Tuhan yang Tuhan ucapkan sewaktu dia menciptakan istri bagi Adam, tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadkan penolong baginya yang sepadan dengan dia, artinya Tuhan terlibat aku akan menjadikan seorang penolong yang sepadan baginya.
Libatkan Tuhan, jangan takut libatkan Tuhan itu untuk kebaikan, Tuhan berbicara kepada kita melalui banyak cara, salah satunya orang yang kita kenal orang tua yang menyayangi kita dan sebagainya. Dengarkan masukan itu jangan sampai kita takut, sehingga menyembunyikan hubungan ini, mengisolasi relasi kita dari orang lain sehingga semua masukan kita tangkal. Nah relasi yang seperti itu tidak sehat karena apa, kita menutup pintu terhadap campur tangan Tuhan. Jadi buka pintu, biarkan Tuhan berbicara menuntun hidup kita melalui orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang kita alami. Yang kedua yang saya mau tekankan adalah jujur, jujur artinya dengarkan hati yang terdalam. Kalau kita hidup dalam Tuhan, Tuhan akan berbicara lewat hati kita yang paling dalam bukan saja lewat orang atau peristiwa dari luar hidup kita. Kalau hati yang terdalam berkata ini tidak cocok, ini bukan untukmu, akui dengan jujur, dengarkan baik-baik. Berapa orang yang mengeraskan telinga, menutup telinga, tidak mau mendengar suara Tuhan dari dalam hatinya. Akhirnya harus menuai penyesalan setelah menikah.PG : Betul.
Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih bahwa anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Jika Saya Menikah Nanti". Bagi anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silahkan anda menghubungi kami lewat surat alamatkan surat anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mngucapkan terima kasih atas perhatian anda sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
32. Pemuda dan Tantangannya |
|
Pemuda harus melewati masa yang penuh kebingungan, penuh tantangan, banyak keputusan yang harus diambil, termasuk karier dan berkeluarga. Jangan sampai tantangan itu membuat kita kehilangan kesetiaan dan tanggung jawab.
Persiapan Berkeluarga
Tahap Pertumbuhan (Erik Erikson)
Pembentukan Ego vs Kebingungan Peran
Jika berhasil: memiliki peran sosial yang jelas; nyaman dengan karier, keluarga, relasi, dan jatidiri seksualnya; menjadi bagian dari lingkungannya; menikmati hidup dan kegiatan sehari-harinya; memahami dengan jelas siapa dirinya; terintegrasi dengan masa lampau dan masa depannya.
Jika gagal: tidak nyaman dengan perannya; merasa terhilang dalam kelompok dan lingkungannya; menjalani perannya dengan penuh keraguan; pindah-pindah kerja atau tempat tinggal.
Keintiman vs Kesendirian
Jika berhasil: membangun relasi intim dengan pasangan dan teman; bisa curhat dan bersama dengan mereka; mampu membagikan kemesraan.
Jika gagal: terpisah dari teman, pasangan, menghindar dari relasi intim dengan orang; menyendiri atau sebaliknya, malah sangat sosial; relasi dengan orang sebetulnya formal dan dangkal.
Kesimpulan
Masa kebingungan dan ketakutan namun harus tetap mempertahankan integritas, secara spesifik, kejujuran.
Masa pertumbuhan iman: Melibatkan atau tidak melibatkan Tuhan dalam pencarian pasangan hidup. Inilah momen di mana kematangan jiwa dan iman kita teruji dengan gamblang; berapa rohani atau matangnya kita terlihat jelas dalam hal penentuan pasangan hidup.
Pertumbuhan Karakter
Fokus Utama: Setia dan bertanggung jawab
Pada masa inilah kesetiaan mendapatkan ujian terberatnya: setia kepada Tuhan dan setia kepada orang yang telah kita pilih. Demikian pula dengan tanggung jawab: Apakah kita akan bertanggung jawab dengan janji yang telah kita berikan, tugas yang telah kita emban, dan pilihan yang telah kita buat?
Contoh dalam Alkitab: Yusuf (
"Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan...."
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pemuda dan Tantangannya", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Pertama kita akan mencoba melihat dahulu tahapan sebelum masuk ke usia pemuda yakni usia remaja Pak Gunawan. Sebab apa yang terjadi di masa pemuda sebetulnya sudah mulai terjadi di masa reaja dan di masa remajalah kita meletakkan fondasinya.
Menurut seseorang bernama Erik Erikson, pada masa remaja seseorang itu berkesempatan membangun jati dirinya, siapakah dia itu. Nah, kalau dia berhasil menemukan dan membangun jati dirinya dia menjadi seseorang yang mantap. Dia tahu siapa dia di tengah-tengah kerumunan teman-temannya. Dia tidak terhilang di lautan teman. Tapi sebaliknya juga dia memiliki konsep diri yang juga realistik, sehingga dia tidak menjadi seseorang yang menonjol dan besar sendirian di tengah-tengah kerumunan temannya. Dengan kata lain dia tahu dirinya dengan pas, kekurangannya, kelebihannya, kebisaannya, keterbatasannya, dan dia bisa merangkul keduanya dengan luwes. Kalau dia bisa menemukan ini semuanya dia akan memasuki usia dewasa dan membangun yang kita sebut keintiman. Sebaliknya kalau dia tidak menemukan dirinya dan dia bingung terus dengan siapa dirinya waktu memasuki usia dewasa bukannya keintiman yang dia bangun malah dia mulailah menarik diri, mengisolasi diri dari orang-orang yang sebetulnya mau dekat dengan dia. Dengan kata lain Pak Gunawan, kita hanya berani intim atau dekat dengan orang kalau kita memiliki kepercayaan diri yang cukup, kalau kita tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup, kita takut dekat dengan orang. Kita takut nanti orang ini mengetahui siapa kita, nanti orang ini menolak mengetahui keterbatasan kita dan sebagainya. Nah, ada orang yang mengisolasi dirinya secara blak-blakan, menyendiri, tidak mau bertemu dengan orang, dan sebagainya, teman-temannya pun tidak ada. Tapi ada sebagian orang yang mengisolasi dirinya secara kamuflase tidak terlihat yaitu dia menjadi orang yang sebetulnya sosial, banyak teman, bergaul, namun semua pertemanannya itu sangat dangkal. Dia menutup pintu sehingga teman-temannya tidak bisa masuk dan mengenal siapa dia. Nah, apapun gaya atau caranya intinya adalah dia memisahkan diri dari lingkungannya sehingga tidak bisa menjalin keintiman. Nah, faktor ini yang akan berpengaruh besar nantinya dalam hal kesiapan seseorang untuk berkeluarga. Sebab berkeluarga menuntut satu syarat yaitu kemampuan kita untuk membagi hidup, untuk dekat dengan orang dan membiarkan orang dekat dengan kita.PG : Ini memang sedikit sulit Pak Gunawan, kalau orang tua baru menyadari masalah si anak tatkala anak sudah berusia belasan tahun atau bahkan 20 tahunan. Kenapa sulit, sebab memang biasanya ank-anak itu harus melewati tahapan-tahapan secara alamiah dan kita tidak bisa mengkarbitkannya.
Misalkan tadi saya sudah katakan bahwa apa yang terjadi di masa pemuda sebetulnya itu fondasinya sudah diletakkan di masa remaja, pembentukan jati dirinya itu. Tapi sesungguhnya juga sebelum masa remaja ada masa kanak-kanak dan di situpun masa kanak-kanak sebetulnya juga harus melewati tahapannya dengan baik. Karena kalau tidak akan mempengaruhi masa remajanya. Saya berikan contoh yang lebih kongkrit. Kalau seorang anak mempunyai banyak teman pada masa kecil masa SD misalkan. Dia akan mulai nyaman dia merasa nyaman berada dengan anak-anak lain. Dia diterima dia bisa bermain dengan mereka dia bisa bermain dengan adil, dengan jujur sehingga teman-temannya suka dengan dia. Sehingga dari masa SD dia sudah persahabatan dengan teman-teman. Memasuki masa-masa remaja SMP, SMA anak ini sudah sedikit banyak mengenal siapa dirinya, sehingga dia lebih bisa masuk juga dengan teman-temannya. Teman-temannya memberikan tanggapan lebih banyak lagi tentang siapa dia. Sehingga sekeluarnya dia dari masa remaja dia mempunyai gambaran yang lumayan jelas tentang siapa dia, kebisaan, ketidakbisaan, dan sebagainya. Nah, ini menjadi modal buat dia memasuki masa pemuda. Dia bisa dekat dengan orang karena dia berani dilihat apa adanya oleh teman-temannya. Sebaliknya kalau anak-anak itu dari kecil memang kurang mendapatkan bimbingan, minder, takut sama orang-orang dan orang tuanya juga tidak peduli tidak membimbingnya sehingga dia terus hidup seperti dalam rimba tersesat, tidak tahu arah. Memasuki masa remaja tambah tersesat. Nah, kalau misalkan teman-temannya memberikan pengaruh buruk dia masuk ke jalur yang buruk atau dia menjadi anak yang terlempar keluar dari lingkungannya. Nah misalkan dia tidak pernah punya teman, dengan lawan jenispun tidak ada pergaulan waktu memasuki usia pemuda orang tuanya baru sadar, nah itu memang sudah sedikit terlambat. Orang tua bisa berkata: "kamu pergi, kamu bergaul, kamu jangan di rumah saja", masalahnya si anak tidak berani dan dia tidak tahu bagaimana cara membangun sebuah pertemanan. Akhirnya dia lebih menarik diri, temannya bicara apa dianggapnya menghina dia, dianggapnya setiap orang sedang mau menyudutkan dia dan sebagainya. Jadi apa yang orang tua bisa lakukan, pada masa pemuda memang sudah sangat sedikit dan memang harus diawali pada masa-masa yang lebih kecil.PG : Itu bisa terjadi, karena memang bagaimanapun pengaruh kejatuhan orang tuanya ada pada perkembangan jiwanya. Namun kalau anak ini sudah memiliki konsep diri yang sehat, mempunyai pergaulan ang baik dengan temannya seharusnya kejatuhan ini hanya bersifat sementara dia mungkin menarik diri sebulan, dua bulan namun teman-temannya tidak membiarkan, teman-temannya akan mencoba menghiburnya karena memang relasinya sehat dia berani ngomong apa adanya, teman-temannya juga baik dengan dia, simpati kepadanya, dia ditarik keluar tidak sempat untuk menguburkan diri di dalam lubang.
Karena teman-temannya mendukung dia. Nah kebalikannya kalau memang pada dasarnya dia tidak mempunyai jaringan pertemanan yang kuat seperti itu seolah-olah tidak ada penahannya. Waktu dia jatuh ya dia jatuh sendirian dan tidak ada yang mengangkatnya.PG : Betul sekali Pak Gunawan, kalau dia sudah memiliki keberanian untuk menjadi dirinya, dilihat apa adanya, membiarkan orang dekat kepadanya, dan mengerti bagaimana dekat dan mengasihi orang,orang-orang ini akan lebih siap memasuki ikatan nikah.
Karena mereka siap untuk membagi hidup. Nah, sudah tentu tidak selalu mulus kadang kala tetap orang-orang atau kita juga harus melewati fase-fase kebingungan ya Pak Gunawan. Kadang kala ada juga ketakutan, aduh bagaimana ini ya dalam masa berpacaran, cocok atau tidak, nanti bagaimana. Namun yang saya ingin tekankan adalah ya kalaupun ada ketakutan dan kebingungan tidak apa-apa kita mesti tetap mempertahankan integritas kita. Kenapa saya menekankan ini sebab ada sebagian kita karena takut tidak mendapat jodoh, kita tahu seharusnya kita dapat jodoh akhirnya kita berpura-pura kita menggunakan topeng, sehingga orang tidak tahu siapa kita. Orang hanya tahunya kita seperti ini, kita mengikuti apa yang orang minta. Kita kehilangan diri sendiri atau ada orang yang berbohong jelas-jelas berbohong karena ingin mendapatkan orang yang dikasihinya. Akhirnya masuk dalam ikatan pernikahan, namun sudah menyimpan masalah, ada orang yang misalkan ini wanita menyerahkan tubuhnya takut kehilangan pasangannya supaya apa pasangannya tidak meninggalkannya. Nah akhirnya menikah juga, jadi saya mau tekankan berhati-hatilah dalam masa persiapan berkeluarga jangan sampai kita mengkompromikan integritas diri kita. Kita mesti berani muncul apa adanya, ditolak apa tidak tetap berani integritas kita, kita pertaruhkan. Jangan berkompromi mengambil jalan-jalan pintas yang tidak benar.PG : Betul sekali. Memang pada masa pemuda ini tekanannya cukup besar Pak Gunawan. Karena ada yang sudah mulai sukses kelihatan arahnya, menanjak kariernya. Nah, misalkan kita melihat diri kitakok masih di bawah nah hati-hati dengan godaan-godaan untuk menutupi diri kita, mengkamuflase diri kita nah hati-hati itu.
Ada orang yang karena ingin tampil bergaya, mampu, beruang justru memeras orang tuanya memberi dia banyak uang padahal orang tuanya tidak punya uang. Supaya apa, di hadapan pacarnya dia tampil orang yang mampu, mempunyai uang yang cukup. Nah, ada godaan-godaan seperti itu jangan ya, yang saya ingin tekankan adalah berdoa, bersandar pada Tuhan, pertahankan integritas diri kita, percayakan hidup kepada Tuhan termasuk dalam hal pasangan hidup ini.PG : Betul sekali Pak Gunawan. Jadi memang tidak bisa tidak persiapan-persiapan menuju kepada kehidupan berkeluarga juga melibatkan faktor karakter-karakter kita. Apakah kita ini menjadi pemudayang setia dan bertanggung jawab.
Nah, saya kira dua hal itu setia dan bertanggung jawab adalah dua karakter yang menjadi tantangan terbesar pemuda, kenapa, sebab pada masa inilah seorang pemuda itu diuji kesetiaannya. Misalkan setiap ada pacarnya dia sudah memberikan komitmen dan pacarnya memang menyayangi dia dan diapun menyayanginya. Hubungan itu baik, tapi sekarang melihat yang lain, terus memikirkan yang lain-lain. Nah dia gonta-ganti pacar, sehingga kesetiaan itu dengan mudah ditanggalkan. Pada masa pemuda inilah kesetiaan menjadi ujian bagi seorang pemuda, bisa atau tidak dia setia. Setia ini juga berkaitan dengan pekerjaannya, dia sudah menekuni satu bidang yang dia memang cocok apakah dia akan terlalu mudah tergiur dengan tawaran-tawaran yang lain. Bisakah dia berpikir dengan jernih dan tenang dan melihat apakah dia memang harus pindah, apakah semua keputusan didasari atas kriteria finansial saja. Apakah tidak bisa kita mendasarinya atas faktor kenyamanan bekerja, pertemanan dengan teman-teman yang baik. Nah, di sinilah kesetiaan diuji. Nah tadi saya sudah singgung selain kesetiaan yang juga akan menjadi ujian bagi pemuda adalah faktor bertanggung jawab. Apakah kita itu dengan mudah melepaskan tanggungjawab, berkelit dari tuntutan, pokoknya yang penting kita selamat, nah ini masa pemuda diuji. Kalau kita menaruh fondasi berkelit terus-menerus, cuci tangan terus-menerus, kita akan membawa kebiasaan ini untuk masa-masa selanjutnya. Tapi kalau dari masa pemuda kita sudah menetapkan kita mau bertanggung jawab, apa yang kita katakan kita pegang dan apa yang kita janjikan kita coba penuhi. Nah kita akan membawa fondasi ini masuk ke dalam karier kita nantinya.PG : Tepat sekali, memang perlu adanya keseimbangan di sini Pak Gunawan, sudah tentu boleh seseorang itu pindah kerja, boleh meningkatkan kesejahteraan. Namun yang saya ingin tekankan adalah jagan sampai kita mengambil keputusan hanya atas dasar itu.
Kita mesti juga mempertimbangkan faktor-faktor lain. Ada kalanya memang ini kesempatan terbuka namun kalau kita ambil misalkan kita harus berpisah dengan pacar kita. Nah kita tahu bahwa prioritas kita bukan hanya bekerja tapi juga membangun relasi. Kalau kita pindah ke kota yang berbeda kita harus berpisah dari pacar kita, kemungkinan kita akan kehilangan waktu bersama untuk saling mengenal. Kalau kita digelapkan mata kita digelapkan hanya fokus pada pokoknya pekerjaan ini lebih bagus, uang lebih besar. Nah mulailah kita kehilangan perspektif ya yang namanya kesetiaan dan bertanggung jawab nah itu mulai kita kurangi. Nah ini yang mesti kita jaga. Banyak orang memulai masa pemudanya dengan modal setia dan tanggung jawab yang lumayan banyak, dengan berjalannya waktu makin hari makin kurang. Karena semua dikompromikan untuk kepentingan pribadi supaya mendapatkan yang diinginkan. Nah inilah yang harus kita jaga.PG : Kebetulan ada Pak Gunawan. Salah satunya yang menarik perhatian saya adalah kehidupan Yusuf. Yusuf adalah seseorang yang mengalami perubahan hidup cukup besar. Dan dapat kita katakan karienya juga tukar-menukar dengan cukup drastis.
Pertama dia adalah seorang gembala yang menjaga ternak dia diminta oleh ayahnya membantu kakaknya karena itulah mungkin yang dilakukan oleh keluarganya. Setelah itu apa yang terjadi, yusuf harus ditangkap oleh saudaranya sendiri, dijual sebagai budak akhirnya menjadi seorang budak. Setelah menjadi budak menjadi budak yang baik. Tapi akhirnya difitnah oleh nyonya majikannya dibuang lagi masuk sebagai seorang tahanan. Ganti lagi profesi menjadi seorang tahanan. Dari tahanan akhirnya Tuhan mempromosikan dia menjadikan dia seorang perdana menteri. Dengan kata lain kita melihat lonjakan-lonjakan perubahan hidup dan karier dalam hidup Yusuf ini.PG : Betul, memang itu adalah cara Tuhan membawa Yusuf ke Mesir dengan tujuan pada akhirnya membawa Yusuf ke Mesir untuk menyediakan kebutuhan orang Israel dalam masa kelaparan. Yusuf tidak tah itu namun kita melihat di sini satu karakter Yusuf setia dan bertanggung jawab.
Waktu dia di rumah disuruh oleh ayahnya menemui kakak-kakaknya yang sedang menjaga hewan. Sebetulnya dia bisa langsung pulang setelah menemukan bahwa kakaknya tidak ada di tempat itu. Namun waktu dia tanya-tanya di mana kakaknya berada dia tahu kakaknya berada bermil-mil jauhnya dari tempat dia di situ. Dia mengambil waktu berjalan begitu jauh untuk menemui kakaknya, membawa makanan untuk mereka. Dengan kata lain dari kecil kita melihat setia dan bertanggung jawab. Yusuf memang begitu. Waktu dia dibuang sebagai seorang budak bekerja di rumah Potifar, dia menjadi orang yang dipercaya, kenapa dipercaya, karena dia setia dan bertanggung jawab. Kesetiaannya terbukti waktu istri Potifar menggodanya. Dia berkata: "Semua hal di rumah ini dipercayakan kepada saya oleh suamimu. Hanya satu yang tidak yaitu engkau karena engkau miliknya. Masakan aku berbuat hal yang seperti ini kepada suamimu dan (ini yang ditekankan) masakan aku berdosa atau berbuat jahat kepada Tuhan." Nah, jadi kita melihat Yusuf seorang yang setia. Waktu dia di penjara juga seperti itu dia menjadi tahanan dia tetap menjadi orang yang baik. Temannya mimpi bingung dia mencoba mendoakan, dia mencoba mencari jawaban mimpi itu. Jadi kita melihat di dalam posisi apapun karier apapun yang harus dilewati oleh Yusuf baik itu karier yang baik maupun yang sangat buruk. Dia tetap setia dan bertanggung jawab.PG : Nah kita bisa juga menyoroti Yusuf dari sudut relasi Pak Gunawan. Yaitu ini dia tetap menjadi bagian dari keluarganya meskipun dia disakiti oleh kakak-kakaknya pada akhirnya dia tetap meneima keluarganya.
Dia tidak marah kepada mereka, dia tetap memeluk mereka sebagai bagian dirinya. Dan salah satu orang yang memang dikenal beristrikan satu adalah Yusuf di Alkitab di Perjanjian Lama ini. Nah Yusuf memang tidak dikenal sebagai orang yang mempunyai lebih dari satu istri, dia setia juga pada satu istrinya. Jadi dalam hal berelasi Yusuf pun menunjukkan kesetiaan dan tanggung jawabnya. Waktu kakak-kakaknya datang setelah ayahnya meninggal ya takut Yusuf akan marah kepada mereka. Yusuf berkata tidak. Dan Yusuf berjanji akan mencukupi kebutuhan mereka bertanggung jawab. Jadi dalam setiap relasi sifat atau karakter setia dan tanggung jawab diperlihatkan oleh Yusuf.PG : Saya percaya bahwa karakter ini bentukan dari keluarganya ada dari ayahnya dan yang kedua dari kecil Yusuf memang sudah menunjukkan satu sikap takut akan Tuhan. Jadi takut akan Tuhan yangakhirnya membentuk seseorang untuk bertangung jawab dan setia.
Kalau kita sudah tidak takut akan Tuhan, kita tidak lagi mempedulikan kesetiaan atau sikap bertanggung jawab. Yang penting kita bebas, kita selamat, kita mementingkan diri sendiri, hanya itu. Jadi saya kira Yusuf memperlihatkan sikap takut akan Tuhan dari awalnya.PG : Begini Pak Gunawan, memang kelurga Yakub adalah keluarga yang jauh dari ideal. Yakub tidak menyayangi istrinya, dia hanya menyayangi satu dari empat istrinya itu yakni Rachel yang lainnya emang tidak.
Dia menikah dengan Lea karena terpaksa dan Lea akhirnya menyerahkan budaknya kemuadian Rachel juga menyerahkan budaknya, jadilah Yakub mempunyai empat istri. Tapi yang sangat dia kasihi sebetulnya hanya satu, maka anak-anak dari Rachellah yang paling dikasihinya. Dengan kata lain anak yang dikasihinya menerima sangat banyak darinya, anak yang tidak dikasihinya tidak menerima apa-apa bahkan Yakub menciptakan kebencian pada diri saudara-saudara Yusuf. Nah, kalau kita bisa sedikit sejenak untuk kesampingkan relasi Yakub dengan anak-anaknya yang lain kita hanya fokuskan pada relasi dia dengan Yusuf dan Benyamin, kita bisa memetik suatu pelajaran di sini Pak Gunawan, bahwa anak menyerap banyak dari orang tua yang mengasihinya. Bahkan dalam hal ini anak-anak Yakub yang bernama Yusuf dan Benyamin ini terutama Yusuf ya menyerap sifat-sifat rohani papanya. Jadi apa yang menjadi keyakinan apa yang menjadi keyakinan si ayah, apa yang menjadi gaya hidup rohaninya itu diwariskan kepada anaknya. Kenapa, sebab memang Yusuf menerima kasih sayang dari papanya itu. Jadi kalau kita balikkan situasinya kalau seorang ayah tidak menunjukkan kasih kepada sianak ya jangan terlalu berharap tinggi si anak akan mewarisi iman kepercayaan kita juga. Kira-kira itulah yang terjadi dalam keluarga Yusuf Pak Gunawan.
PG : Saya akan bacakan dari
GS : Baik, terima kasih sekali untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih bahwa Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pemuda dan Tantangannya". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda, dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
33. Bersahabat dengan Remaja |
|
Anak remaja sangat membutuhkan seseorang yang bisa diajak curhat, cerita-cerita, dll. Sebagai orangtua seharusnya kita lebih banyak bersikap sebagai sahabat bagi anak remaja kita ketika dia mengalami kesulitan, memerlukan bantuan kita. Karena hal ini akan dapat membawa dampak yang besar, baik untuk anak remaja itu sendiri maupun orang tuanya.
Orang tua perlu menjalin persahabatan dengan anak remajanya, karena:
Pada masa remaja anak mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk bersikap mandiri dan untuk mendapatkan ruang yang lebih besar untuk mengambil keputusannya sendiri.
Remaja sudah memperoleh pengaruh yang lebih besar dari teman-temannya. Dengan menjalin persahabatan dengan remaja pengaruh baik orang tua dapat mencegah remaja terikat pada nasihat teman-teman yang belum tentu baik dan benar.
Manfaat bagi orang tua:
Dengan persahabatan, remaja dapat terbuka soal apa saja kepada orang tuanya. Jadi kita bisa segera mengetahui apa yang mereka alami baik itu hal yang baik maupun hal yang buruk. Bersahabat tidak selalu berarti berbicara, kadang-kadang bersahabat hanya duduk diam, mungkin tidak terlalu banyak yang dibicarakan, tetapi kehadiran dari sahabat itu yang penting.
Langkah-langkah yang perlu orang tua lakukan:
Jangan terlalu banyak berkomentar kalau kita berbicara dengan anak. Terutama komentar-komentar yang negatif.
Saudara-saudara pendengar yang kami kasihi dimanapun Anda berada, Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen bersama Ibu Wulan, S.Th., kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Bersahabat dengan Remaja", kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian, dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
HE : Dalam konteks tema ini yang lebih saya bicarakan adalah orang tua yang bersahabat dengan anaknya yang sudah mencapai usia remaja.
HE : Adakalanya seperti itu, tetapi dalam konteks pembicaraan kita saya akan lebih mengarahkan bahwa perlu orang tua atau kita sebagai orang tua menjalin persahabatan dengan anak remaja kita sediri.
HE : Pertama, karena anak yang dulunya masih kanak-kanak sekarang sudah berkembang ke arah dewasa dan pada masa remajanya ini anak mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk bersikap mandiri da untuk mendapatkan ruang yang lebih besar untuk mengambil keputusannya sendiri.
Kemudian yang kedua, pada masa ini remaja sudah memperoleh pengaruh yang lebih besar dari teman-temannya. Nah, kalau kita bisa menjalin persahabatan dengan mereka, pengaruh baik orang tua dapat mencegah remaja terikat pada nasihat teman-temannya yang belum tentu baik dan benar.HE : Tidak persis seperti itu, pada waktu mereka masih anak-anak biasanya cara kita memperlakukan mereka akan berbeda. Kita misalnya lebih banyak memberikan nasihat, kita misalnya lebih banyak enginstruksikan ini dan itu, kita melarang ini dan itu.
Pada saat mereka mulai menjadi besar mereka tidak bisa lagi menerima cara-cara yang kita lakukan pada waktu mereka masih kanak-kanak.HE : Tentu saja ada dan besar sekali manfaatnya. Pertama dengan persahabatan, remaja dapat terbuka soal apa saja kepada orang tuanya, mereka merasa aman, nyaman bercerita. Jadi kita juga bisa sgera mengetahui apa yang mereka alami baik itu hal yang baik maupun hal yang buruk.
Sehingga kalau misalnya terjadi hal yang buruk kita bisa mencegah dari awalnya.HE : Kadang-kadang memang ciri anak berbeda-beda, ada anak yang lebih mudah untuk berbicara ada yang lebih sulit. Tetapi tetap kita dapat mencari peluang untuk bersahabat dengan mereka dan tida selalu bersahabat itu berarti berbicara.
Kadang-kadang bersahabat hanya duduk diam, mungkin tidak terlalu banyak yang dibicarakan, tetapi kehadiran dari sahabat kita itu yang penting. Memang adakalanya seperti ini, anak tidak nyaman berbicara pada saat-saat tertentu, tetapi kalau kita sabar menunggu dan kita lebih banyak mendengarkan, saat itu akan muncul dia kemudian bertanya sesuatu, nah itu kesempatan yang lebih baik untuk kita bisa menggali dirinya lebih jauh.HE : Ya problem itu memang ada kemungkinan bisa terjadi, tetapi kalau kita pernah menanamkan respek kepada anak kita waktu mereka kanak-kanak, sehingga mereka pernah merasakan wibawa orang tua ada waktu mereka kanak-kanak, mereka tidak demikian saja sembarangan dengan kita sekalipun kita adalah sahabat mereka.
HE : Betul, apalagi kita sendiri juga menjaga supaya persahabatan kita dengan mereka itu tidak dimanfaatkan untuk mereka manipulasi.
HE : Betul, mungkin tidak persis bisa disejajarkan tapi bisa dianalogikan seperti persahabatan antara Allah dengan manusia yang percaya, seperti Tuhan Yesus dengan kita. Tuhan Yesus mengatakan alau kamu adalah sahabatKu, kamu menaati perintaKu, seperti itu jenis persahabatannya.
HE : Memang ada beberapa hambatan yaitu, bahwa kita itu berada pada generasi yang berbeda dengan anak kita dan itu sendiri sudah otomatis membuat anak seolah-olah merasa bahwa orang tuanya tida mengerti dunia mereka, nah itu salah satu kendalanya.
Dan hal lain lagi adalah kemungkinan orang tua dahulu pernah memperlakukan anak dan membuat anak sakit hati kepada orang tuanya, entah itu salah paham atau itu memang fakta bahwa kita pernah melakukan sesuatu yang membuat anak sakit hati. Kemungkinan hal-hal seperti itu membuat anak juga kurang bisa dekat dengan kita.HE : Ya, dan di sini kuncinya sekali lagi adalah kesabaran. Memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Memang ini adalah dua dunia yang berbeda tetapi kalau kita sabar, anak juga bsa belajar memahami dunia kita ketika kita mulai belajar memahami dunia mereka.
HE : Karena secara natural mereka pada saat ini sudah lebih banyak dekat dengan teman-temannya. Nah, kenapa mereka dekat dengan temannya, antara lain karena teman-temannya mungkin lebih menerim mereka, lebih menghargai mereka.
Nah, orang tua dalam hal ini, nah ini bedanya ketika mereka kanak-kanak. Sebagai orang tua, pada saat mereka remaja kita harus sudah mulai juga lebih banyak menghargai mereka dan menerima mereka, ini tentu bukan hal yang mudah karena mungkin ada hal-hal yang kita kurang sukai. Nah di sini kita perlu membedakan dan memberi toleransi tentang hal-hal yang tidak terlalu prinsip tetapi kita bisa menerima mereka.HE : Ya, jadi seperti ini yang sering kali terjadi, tentu kalau misalnya kita bisa menjalin persahabatan dengan mereka, hal-hal seperti ini akan lebih mudah diselesaikan. Nah, gaya kita berbicaa, nada suara kita, itu juga mempengaruhi hubungan kita dengan mereka.
Membuat mereka merasa apakah mereka itu diterima atau tidak, jadi kita tidak perlu serta merta datang langsung dengan nasihat, kita nadanya bertanya dan kita menghargai pendapat-pendapat mereka. Pada suatu saat nanti dia akan meminta sendiri nasihat kepada kita, kalau kita dekat dengan mereka.HE : Ada beberapa hal yang kita harus tahan dari diri kita yaitu yang pertama kita jangan terlalu banyak berkomentar kalau kita berbicara dengan anak. Terutama di dalam hal ini komentar-komenta yang negatif, dan kita lebih banyak menanggapi mereka dengan nada dan suara yang menunjukkan pemahaman atau penerimaan.
Salah satu contoh misalnya, anak berbicara tentang temannya. "Oh......teman saya ini suka iri dengan orang dan sebagainya." Nah, kita tidak perlu memberi komentar: "Ya, belum tentu, kamu periksa dulu apa benar seperti itu, jangan-jangan kamu terlalu banyak curiga." Nah, itu kita tahan dulu, lebih baik kita katakan dengan nada suara seperti ini, "O.....ya, em......temannya begitu ya," supaya ia lebih banyak bercerita. Semakin banyak ini dilakukan, anak semakin terbuka kepada kita.HE : Ya, di sini keberhasilan Bapak untuk menjalin persahabatan dengan anak Bapak ditunjukkan oleh anak merasa nyaman sekali cerita apa saja. Di lain pihak memang kadang-kadang kita bisa kehilagan kesabaran untuk mendengarkan lebih banyak.
HE : Ya mungkin kejenuhan, di dalam hal kejenuhan kita bisa saja segera mengalihkan pembicaraan. Atau dengan cara kita melihat ke arah lain seperti agak menunjukkan sedikit bosan dengan topik yng itu.
Tetapi ini jangan sering-sering dilakukan sehingga anak merasa bahwa orang tuanya bosan dengan dia. Tetapi ini petunjuk bahwa anak merasa senang bersahabat dengan Bapak.HE : Dan mungkin ini yang lebih baik daripada anak tidak pernah cerita apa-apa kepada orang tuanya, karena mungkin merasa orang tuanya tidak dekat dengan mereka.
HE : Ya kalau misalnya persahabatan sudah terjalin dengan baik biasanya bisa lebih terus-terang seperti itu, tapi pada awalnya biarkan dia bercerita dulu.
HE : Kita perlu mengetahui apa penyebabnya, karena kemungkinan sebabnya bermacam-macam. Kemungkinan pertama, anak merasa jera ngomong-ngomong dengan orang tuanya, karena setiap kali ngomong orag tua lebih banyak mencela mereka, kemudian kadang-kadang orang tua terlalu ingin ikut campur dengan urusan mereka.
Nah, untuk yang ini orang tua perlu belajar untuk sabar, tidak terlalu mendesak anak supaya anak bercerita banyak tentang masalah-masalah mereka. Jadi biarkan anak bercerita secara natural nanti, dan orang tua lebih banyak menunggu. Nah, ada hal yang lain yang bagi orang tua seolah-olah seperti penolakan padahal sebetulnya bukan. Misalnya saja pada masa remaja kadang kala anak itu merasa ingin menyendiri, sedang tidak mood dan tidak ingin bicara dengan siapapun. Nah untuk yang demikian memang mereka perlu diberi ruang untuk itu, biarkan mereka menyendiri seperti itu nanti kalau kita merasa mereka sudah lebih baik dan mereka menginginkan kontak dengan kita, kita katakan seperti ini: "Papa atau Mama, melihat kamu hari ini murung," atau dengan cara yang lain, "Kalau kamu suka Papa atau Mama akan mendengarkan pengalaman kamu hari ini." Tapi kalau anak misalnya tetap menolak untuk berbicara, saya kira biarkan saja dan kita menunggu saja.HE : Penyebab yang paling umum adalah anak pernah merasa sakit hati dengan kita, baik ini terjadi dengan kita sadari atau tidak. Nah, kadang-kadang juga anak merasa sepertinya orang tua pilih ksih dan dia adalah anak yang tidak dikasihi, nah waktu remaja anak sudah berani memperlihatkan kemarahannya secara terbuka.
Kadang-kadang kalau hal ini begitu sulit untuk diselesaikan, kita perlu minta pertolongan pihak ketiga misalnya konselor yang bereputasi baik, jadi konselor itu bisa menengahi konflik antara orang tua dan anaknya.HE : Ya, bisa terjadi, orang tua sebetulnya tidak merasa apa-apa tetapi anaknya merasa bahwa ada sesuatu yang menghalangi misalnya rasa sakit hati itu.
HE : Ibu Wulan menggambarkan dengan baik sekali pikiran remaja, dan saya kira ini perlu dimengerti juga oleh para orang tua.
HE : Saya kira ini point yang penting di dalam kita menjalin persahabatan dengan anak remaja kita, bahwa kita harus mendahulukan atau menyelesaikan masalah-masalah pernikahan kita. Kalau masala pernikahan ini masih berlangsung, ada konflik antara suami-istri yang begitu besar maka memang ada kesulitan yang cukup besar untuk kita bisa bersahabat dengan remaja.
Karena anak remaja kemungkinan tidak akan kerasan di rumah dan dia akan lebih dekat dengan teman-temannya yang lain.HE : Betul, memang tidak bisa disepadankan antara persahabatan antara orang tua dan orang dewasa yang lainnya dengan persahabatan orang tua dengan anak remajanya. Benar bahwa ada perintah yang elas supaya anak menghormati dan menaati orang tuanya di dalam segala hal.
Adakalanya kita juga perlu memberikan nasihat kepada anak tanpa mereka minta, adakalanya kita meminta atau bahkan memaksa agar mereka taat kalau mereka sudah terlalu jauh dari jalan kebenaran. Tetapi kalau sungguh sudah terjalin hubungan yang erat dengan mereka, segalanya tampak menjadi lebih mudah.HE : Saya berpikir dan saya setuju dengan pendapat Dr. James Dobson seorang Psikolog Kristen yang terkenal, yang berpendapat bahwa pukulan atau hukuman fisik bagi anak remaja itu lebih merupaka penghinaan bagi mereka.
Selain itu hukuman fisik berdampak buruk karena saat ini remaja sudah berani menentang, jadi kita harus meyelesaikan bagian besar dari mendidik anak, mendisiplin anak, itu pada waktu anak belum sampai pada masa remajanya. Dengan demikian persahabatan itu akan terjalin lebih mudah dengan anak remaja.HE : Dan sungguh-sungguh kita harus berhati-hati dengan omongan kita. Lebih perlu bagi kita menggunakan kata-kata yang menguatkan, menghibur, dan memahami anak remaja.
HE : Ada suatu nats dari
GS : Memang itu menimbulkan kesan yang sangat dalam, jadi kalau dia mengalami kesulitan dan kita membantunya bahkan menyelesaikan masalah, itu memberikan kesan yang sangat dalam. Misalnya anak saya pernah mengalami kehilangan SIM, saya dampingi terus, sampai ketemu dan dia memiliki SIM lagi dan itu tidak terlupakan buat dia. Jadi terima kasih sekali Pak Heman dan juga Ibu Wulan untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Heman Elia, M.Psi. dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Bersahabat dengan Remaja". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat, alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id. Kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs atau website kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan dan akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
34. Gaul yang Kristiani |
|
Tatkala kita membahas tentang pergaulan remaja, ada beberapa pertanyaan yang biasanya kita ajukan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya: Apakah remaja boleh bergaul dengan siapa saja? Apakah remaja boleh bergaul dengan teman yang tidak seiman? Seberapa dekatnya remaja boleh menjalin relasi dengan lawan jenisnya? Apakah remaja boleh bebas menentukan tempat dan aktivitas yang ingin dilakukannya?
Masa remaja adalah masa yang penting dalam kehidupan karena di masa inilah kita menjembatani masa kanak-kanak dan masa dewasa. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang penting karena masa ini juga merupakan masa:
Prinsip Pergaulan
Tatkala kita membahas tentang pergaulan remaja, ada beberapa pertanyaan yang biasanya kita ajukan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
Nasihat Firman Tuhan: Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Gaul yang Kristiani". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Saya kira Pak Gunawan, dewasa ini salah satu ketakutan orangtua yang terbesar adalah dampak pergaulan bagi anak-anak mereka. Dan saya kira orangtua beralasan memiliki ketakutan sepertiini karena kita melihat begitu banyak contoh, anak-anak yang terpengaruh oleh pergaulan yang buruk dan akhirnya mengikuti contoh buruk itu.
Jadi sebaiknya kita mempunyai suatu kejelasan tentang apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua dengan anak-anak kita. Salah satu masalah yang sering kali muncul sebetulnya adalah ada sebagian orangtua yang terlalu keras, terlalu mengekang anak dan sebaliknya ada orangtua yang terlalu membiarkan anak. Baik orangtua yang terlalu mengekang maupun yang terlalu membiarkan keduanya tidak sehat dan mesti mempunyai suatu kejelasan di tengah, apa yang harus kita lakukan sebagai orangtua sehingga anak-anak kita bisa bertumbuh sehat, tidak kehilangan kesempatan bergaul, karena pergaulan satu bagian yang penting dalam pergaulan anak remaja tapi sekaligus menjaga anak remaja kita sehingga akhirnya tidak terseret dalam pergaulan yang buruk.PG : Kita mesti menyadari pertama-tama bahwa sebetulnya apa yang terjadi pada masa remaja. Saya mencoba memberikan kerangka pikir terlebih dahulu. Masa remaja sebetulnya adalah masa pengujin Pak Gunawan, pengujian adalah pengujian nilai-nilai, yang tadinya dianut oleh si anak tanpa tanya dan tanpa keraguan, namun sekarang dipertanyakan kebenarannya.
Dengan kata lain si anak mulai mempertanyakan nilai-nilai yang dianutnya karena dia melihat kenyataannya tidak selalu sama, realitasnya berbeda dari apa yang dianut atau diyakininya. Atau dia juga memang bertemu dengan begitu banyak pengalaman-pengalaman yang baru yang tidak dicakup, tidak dibahas di dalam keyakinannya atau di dalam nilai-nilai iman kristianinya. Nah hal-hal yang baru ini akhirnya membuat dia bertanya-tanya apakah yang saya percaya itu cukup atau lengkap atau benar, sebab saya sekarang melihat yang seperti ini atau seperti itu. Saya berikan beberapa contoh misalnya banyak anak remaja yang mulai mempertanyakan mengapakah tidak boleh berbohong, apakah tidak boleh berbohong itu senantiasa tidak boleh berbohong atau hanya dalam kasus tertentu. Misalkan lagi, mengapa tidak boleh berhubungan seksual sebelum menikah, nah anak-anak remaja mungkin berkata: "apakah salahnya, bukankah ini hanyalah kontak fisik, kenapa kontak fisik mempunyai dampak atau makna rohani, sehingga Tuhan harus mencegahnya." Mungkin mereka juga melihat teman-teman mulai melakukannya, tetapi kenapa kami tidak boleh melakukannya. Contoh yang lain lagi yang mungkin mereka juga pertanyakan adalah mengapa tidak boleh berpacaran dengan yang tidak seiman, apa salahnya, kenapa tidak boleh bukankah yang penting saling mencintai dan sebagainya. Nah di dalam gejolak remaja ini, orangtua perlu memberinya ruang untuk bertanya, jangan terlalu cepat memadamkan api pertanyaan anak. Jangan langsung berkata: "Kenapa kamu murtad, kenapa kamu tidak percaya dan sebagainya." Saya kira itu tindakan yang tidak bijaksana, jangan sampai kita menutup pintu untuk anak masuk ke dalam rumah kita (secara simbolik) dan mempertanyakan nilai-nilai yang dianutnya. Kita mesti memberikan jawaban yang jujur namun benar.PG : Ini memang perlu dipandang dari sudut yang berbeda. Itu sebabnya tadi saya memunculkan kerangka pikir, sebab inilah yang diperlukan oleh orangtua mempunyai kerangka pikir yang jelas, mmahami inilah yang memang harus terjadi dalam diri anak.
Justru karena dia mempertanyakan dan kita menjawabnya seyogyanya keyakinannya makin bertambah kuat, makin bertambah mendalam. Sebab pertanyaan-pertanyaan itu merupakan ujian terhadap keyakinan yang telah dimilikinya. Tanpa ujian, keyakinan itu menjadi sebuah keyakinan yang sangat kaku, sangat legalistik dan saya takutnya tidak realistik. Sehingga waktu nanti akhirnya menemukan goncangan atau benturan akhirnya patah, benar-benar anak kita itu membuang iman kepercayaannya dan malah memeluk keyakinan yang bertolak belakang dari keyakinannya yang semula itu. Jadi saya kira penting orangtua memahami bahwa ini bukanlah bentuk pemberontakan, ini adalah bagian pertumbuhan remaja, bagian yang kita sebut masa pengujian.PG : Kadang-kadang itu yang dilakukan oleh remaja, karena dia sebetulnya sudah mempunyai pertanyaan-pertanyaan itu namun tidak berkesempatan menanyakannya kepada orangtua atau dia akhirnya erpengaruh oleh teman-temannya dan langsung melakukan tanpa berpikir panjang.
Nah itu kadang-kadang yang dilakukan oleh remaja. Apa yang bisa kita lakukan? Sudah tentu kalau itu sudah terjadi kita tak bisa mengubah yang telah terjadi, kita hanya bisa mencoba untuk mengajarkan kepadanya bahwa ini adalah hal yang keliru, jadi jangan dilakukan kembali. Yang pertama yang telah terjadi kami maafkan tapi jangan sampai terulang lagi. Dan kenapa jangan sampai terulang lagi? Ini penyebabnya, ini alasan-alasan kami. Hal-hal seperti inilah yang perlu orangtua komunikasikan kepada anak. Tapi ada juga yang bisa orangtua lakukan agar anak tidak sampai menguji coba pertanyaan-pertanyaannya itu. Memang rasa keingintahuan anak sangat tinggi pada usia-usia remaja ini, mereka ingin sekali mencoba sebab bagi mereka pengalaman itulah guru yang terbesar. Jadi mereka lebih mempercayai pengalaman langsung daripada apa yang telah didengar dari orangtua mereka atau dari hamba-hamba Tuhan di gereja mereka. Jadi kalau misalkan anak-anak kita ini sudah memiliki nilai-nilai yang baik, yang kuat dan sebagainya, saya kira orangtua bisa secara proaktif membicarakan pertanyaan-pertanyaannya ini sebelum si anak mengajukannya. Dengan kata lain orangtua yang dalam percakapan membicarakan tentang mengapa tidak boleh berhubungan seksual sebelum menikah, kenapa Tuhan melarangnya, mengapa merokok bisa mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan manusia, apakah sikap seorang anak remaja ketika ditawari untuk merokok baik rokok biasa maupun rokok-rokok yang berisikan seperti ganja dan akhirnya menggunakan narkoba, mengapa tidak baik melakukan hal-hal seperti itu. Nah ini semua sebaiknya dimunculkan oleh orangtua sehingga si anak berkesempatan menguji keyakinannya di dalam lingkungan yang aman ini. Saya kira itu yang bisa juga dilakukan oleh orangtua.PG : Yang kedua adalah masa remaja merupakan masa pembangunan, yang saya maksud adalah remaja sudah mengumpulkan kepingan-kepingan informasi siapa dirinya sejak dia kecil. Dari orangtua, dai teman-teman dan sebagainya, dia mulai mendengar komentar-komentar tentang dirinya.
"Kamu kok berani, kamu terlalu berhati-hati, kamu pengecut, kamu kurang percaya diri dan sebagainya, kamu bisa musik, kamu jago olahraga." Itu semua informasi-informasi yang dikumpulkan oleh remaja sejak masih kecil. Pada masa remaja si anak akan mengikat semua informasi itu menjadi sebuah gambar tentang siapa dirinya. Gambar yang baik adalah gambar yang seharusnya konsisten, misalkan si anak itu tahu bahwa dirinya pemberani dan anak yang cenderung misalkan mempunyai jiwa petualang. Nah pemberani dan petualang adalah dua informasi yang kita sebut koheren atau konsisten. Yang tidak sehat adalah kalau anak remaja mempunyai dua informasi yang bertolak belakang, misalkan dia mendengar kata-kata atau komentar dari teman-temannya dia pemberani sedangkan di rumah, orangtuanya sering memarahi dia dan berkata kamu pengecut. Nah dua informasi yang bertolak belakang ini bisa membingungkan anak remaja, sehingga dia kesulitan membentuk jati dirinya atau konsep dirinya. Itu sebabnya penting bagi orangtua mempunyai pengenalan yang dalam tentang anaknya, sehingga orangtua dapat memberikan informasi yang tepat tentang diri anaknya itu. Sebab siapakah orang pertama yang dekat dengan si anak dan yang paling mengenal si anak selain dari orangtuanya. Saya kira orangtua memang memegang kunci, mempunyai tempat yang sangat strategis untuk bisa memberitahukan tentang siapa dirinya. Nah inilah yang saya maksud dengan masa pembangunan, masa di mana anak membangun gambar dirinya, mengenal siapa dirinya dan konsep diri inilah yang nanti dibawa oleh si anak memasuki dunia orang dewasa.PG : Ini sesuatu yang sering terjadi, karena kadang-kadang orang itu memberikan masukan dari satu sudut pandang, sedangkan orang lain memberikan masukan yang berbeda dari sudut pandang yangberlainan pula.
Itu sebabnya saya tidak mengatakan si anak sama sekali tidak boleh mengalami kebingungan adanya informasi yang bertolak belakang. Sampai titik tertentu ketidaksesuaian ini sebetulnya ada baiknya buat si anak remaja sehingga dia lebih serius, lebih mendalam lagi memikirkan sebetulnya siapakah dirinya. Dia bisa mulai menanyakan kepada orang lain, menggali lagi siapa dirinya sehingga dia akhirnya lebih mengkristal, konsep dirinya akan lebih mengkristal. Kira-kira inilah yang seharusnya dilalui oleh remaja.PG : Biasanya ini akan menjadi masalah pada masa dewasanya, sebab dia seperti perahu yang berlayar tapi tidak mempunyai arah, benar-benar terombang-ambing. Dia misalkan menjadi bahan bulan-ulanan atau dia menjadi obyek suruan dari teman-temannya karena dia tidak mempunyai pendapat atau pendirian yang independen, yang mandiri atau kokoh.
Atau karena itu dia menjadi anak yang kurang percaya diri, selalu menempel pada orang lain agar dia bisa merasa aman dan tahu kemanakah arah hidup yang harus ditempuhnya.PG : Yang berikutnya atau yang terakhir adalah yang saya sebut masa perluasan. Pada masa remaja anak sebetulnya mulai membagikan dirinya dengan lebih banyak orang. Pergaulannya meluas dan mngenal lebih banyak orang, bukan saja teman-teman di kelasnya, dia mulai mengenal teman-teman di kelas lain, di kelas bawah atau di kelas atas dan bahkan mulai mengenal teman-teman dari sekolah yang lain.
Misalkan teman SD-nya pindah ke SMP yang berbeda, nanti teman-teman SMP-nya pindah ke SMA yang berbeda dan selanjutnya, pergaulan si anak makin meluas dan akibatnya si anak akan lebih sering dan lebih banyak menerima masukan dari lingkungannya. Karena pergaulannya meluas maka dia juga lebih sering menerima masukan-masukan dari orang lain. Nah ini yang akan memperluas dirinya karena semakin banyak teman-teman, semakin banyaklah masukan yang akan diterimanya. Bahkan dapat saya katakan sesungguhnya berapa luasnya diri seseorang tergantung pada seberapa luas pergaulannya. Kalau anak remaja tidak mempunyai pergaulan yang luas, saya khawatir dirinya pun juga akan sempit. Cara pandangnya juga akan sangat terbatas, toleransinya juga akan sangat lemah dan pengambilan keputusannya pun nanti akan menjadi terlalu sederhana. Jadi memang baik anak remaja mempunyai pergaulan yang luas.PG : Nah ini pertanyaan yang baik Pak Gunawan, dan jawabannya adalah sudah tentu tidak. Kita tidak mengijinkan anak remaja kita bergaul dengan siapa saja. Prinsip ini sebetulnya bukanlah prnsip yang hanya kita gunakan untuk remaja, sebab bukankah kita pun sebetulnya tidak bebas bergaul dengan siapa saja.
Ada orang-orang tertentu yang seharusnya masuk dalam daftar orang yang akan kita jauhi, tidak semua orang kita akan jadikan teman dan tidak seharusnya semua orang kita jadikan teman, jadi perlu selektif. Saya akan memberikan beberapa contoh, teman yang memanfaatkan kita, jangan jadikan teman; anak remaja perlu tahu apakah teman ini teman yang baik atau teman yang memanfaatkan dia. Yang berikutnya adalah teman yang berupaya menjerumuskan kita ke dalam perbuatan yang melanggar hukum manusia atau hukum Allah. Misalnya merampok, mencuri, berbohong, mencontek dan sebagainya, nah itu hal-hal yang kita tahu melanggar hukum manusia dan melanggar hukum Allah. Teman-teman yang meminta dan mendorong kita melakukan hal-hal seperti itu, kita memang harus jauhkan. Misalnya lagi, teman yang tidak membangun tapi kerap melecehkan kita, kita tidak harus menerima teman itu sebagai teman kita kalau teman itu terus-menerus merendahkan kita, melecehkan kita, meragukan kita dan sebagainya. Kita tak terbangunkan oleh teman seperti itu, seyogyanyalah kita menolak teman yang seperti ini. Saya kira tugas orangtua adalah menolong remaja memiliki sistem kriteria yang tepat sehingga si anak dapat memilah teman dengan benar.PG : Jawabannya ialah boleh Pak Gunawan, remaja boleh bergaul dengan teman yang tidak seiman jika teman itu tidak masuk dalam daftar teman yang harus dijauhi, tadi saya sudah jabarkan beberpa di antaranya.
Kendati teman berbeda iman kepercayaan, seyogyanya remaja diijinkan menjalin pertemanan dengannya. Alasannya adalah ada banyak persamaan di antara kita sebagai sesama insan ciptaan Allah dan di atas landasan kesamaan ini kita dapat menjalin relasi yang kuat, kita dapat saling mengisi dan memperkaya kehidupan kita masing-masing di samping menjadi saksi bagi Kristus. Teman-teman yang tidak seiman melihat o.......ini seorang Kristen, o.......ini seorang yang takut pada Tuhan. Namun dalam hal berpacaran dengan yang tidak seiman batasnya adalah tidak boleh, kenapa tidak boleh karena Tuhan menghendaki kita menikah hanya dengan yang seiman. Ini tercatat di I Korintus 7:39, bebas menikah dengan siapa saja asalkan dia adalah sesama orang percaya.PG : Saya memang mempunyai pendapat Pak Gunawan, bahwa sebaiknya remaja tidak menjalin relasi romantis sampai dia berusia misalkan 19 atau 20 tahun, memasuki masa pemuda barulah dia berpacaan.
Tapi pada usia-usia sekitar 13, 14 sebaiknya tidak, namun saya juga ingin mengatakan remaja boleh menjalin relasi yang dekat dengan lawan jenis sebagai teman saja. Kenapa? Karena ada begitu banyak kekayaan yang hanya dapat diperoleh dari perkawanan kelompok namun akan langsung hilang bila kita mengikatkan diri ke dalam relasi ekslusif atau relasi berpacaran. Itulah sebabnya saya hendak mengatakan kepada para remaja juga, inilah saatnya remaja mengenal lawan jenis dalam lingkup yang aman yakni lingkup yang bebas alias pertemanan yang biasa tanpa ada ikatan-ikatan romantis.PG : Kalau orang bertanya apakah boleh remaja bebas menentukan tempat dan aktifitas yang ingin dilakukan, saya tidak setuju, tidak boleh. Mengapa? Karena ada tempat dan aktifitas yang tidakseharusnya dikunjungi atau dilakukan oleh remaja.
Misalnya jangan mengunjungi tempat pelacuran, meskipun teman yang pergi kita hanya diajak dan mengantar, jangan. Kali ini tidak tergoda, minggu depan tidak tergoda, mungkin dua minggu lagi kita tergoda dan akhirnya kita jatuh, melakukan hal yang salah dan berdosa. Jangan menonton film porno, melihat gambar-gambar porno meskipun kemungkinan besar banyak teman-teman kita melakukannya. Jangan, karena endapan dosa itu akan terus menempel di benak kita dan mengacaukan atau pun mencemari jiwa kita. Yang lainnya jangan memulai kebiasaan yang buruk, yang mencandu seperti merokok atau menenggak minuman keras atau bersumpah serapah atau berjudi. Ini adalah aktifitas-aktifitas yang harus dihindari oleh remaja, karena hal ini bukan saja berdosa, tapi juga akan merusak kehidupannya.PG : Betul sekali, dan memang ketakutan remaja adalah kalau dia nanti dikucilkan oleh teman-temannya yang melakukan hal-hal atau aktifitas yang salah itu. Saya ingin berkata kepada remaja, angan lakukan meskipun teman-teman melakukannya tetap jangan lakukan.
Karena ini adalah tindakan berdosa di mata Tuhan dan yang kedua ini adalah tindakan yang merusak diri kita. Mengapakah kita mau melukai hati Tuhan dan berdosa kepadaNya, mengapakah kita mau merusakkan diri kita, nah jagalah diri kita dengan baik. Ada hal-hal yang dilakukan nanti berakibat buruk dan disesali oleh remaja sampai nanti tua, jadi jangan kita terjebak dengan perilaku seperti itu.PG : Tepat sekali, maka kuncinya adalah remaja perlu mendengar jawaban yang jujur tapi benar. Kalau orangtua juga pada masa remajanya pernah mengalami atau melewati pergumulan yang serupa yng sekarang dialami oleh remaja, bagikanlah, ceritakanlah, jangan sampai orangtua beranggapan bahwa agar anak remaja dapat mendengarkannya maka saya harus memberikan citra saya sempurna, saya ini tak pernah mengalami godaan-godaan ini, ini justru membuka jarak yang terlalu jauh antara orangtua dan si anak.
Sehingga si anak merasa orangtuaku tak akan bisa mengerti karena orangtuaku tak pernah mengalami semua ini padahal si orangtua pun pernah remaja dan kemungkinan besar pernah melewati pergumulan yang serupa. Jadi pentinglah bagi orangtua menceritakan, membagikan pengalamannya, ketidakberhasilannya, tidak hanya keberhasilannya dan sekaligus membagikan apa yang firman Tuhan katakan. Sehingga anak remaja bisa melihat masalah yang dihadapinya dengan prespektif yang lebih tepat.
PG : Sekali lagi saya akan bagikan dari
PG : Betul sekali, pada masa kecil anak-anak memang tidak terlalu membutuhkan penjelasan-penjelasan yang logis tapi pada masa remaja dia sangat membutuhkan. Jadi anak remaja perlu dilibatka dalam proses pemikiran dan pengambilan keputusan ini.
PG : Betul sekali, ini adalah tugas yang Tuhan embankan kepada kedua orangtua bukan hanya satu.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk kesempatan perbincangan kali ini, para pendengar sekalian, kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Gaul yang Kristiani". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
35. Mengapa Remaja Susah Pede |
|
Salah satu krisis yang sering kali menerpa remaja adalah krisis kepercayaan diri. Ada beberapa nasehat untuk bertindak dalam mengurangi krisis kepercayaan diri yaitu : senantiasa bertanya, meminta pendapat teman yang lebih berhikmat, dsb.
Salah satu krisis yang sering kali menerpa remaja adalah krisis kepercayaan diri. Remaja yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba mengalami masalah kejiwaan dan perilaku yang bersumber dari hilangnya kepercayaan diri. Berikut ini akan diuraikan beberapa keterangan yang dapat membantu remaja memahami dan melewati krisis ini.
Kepada remaja saya ingin memberikan beberapa nasihat dalam bertindak:
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen, kami akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengapa Remaja Susah PD". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Saya ingin menjelaskan terlebih dahulu makna kepercayaan diri. Sebetulnya percaya diri mempunyai makna mempercayai penilaian diri, mempercayai suara hati dalam diri kita, mempercayai pndapat atau opini sendiri, mempercayai perasaan sendiri.
Jadi kalau kita katakan seseorang percaya diri artinya itu bahwa dia mempercayai penilaian dirinya sendiri sehingga dia tidak terlalu bergantung pada penilaian orang, opini orang, dia tidak harus ragu pada waktu orang lain mengatakan yang sebaliknya, itu maksudnya dengan percaya diri. Remaja memang sering kali mengalami krisis dalam hal kepercayaan diri ini. Ini memang cukup mengejutkan Pak Gunawan, sebab kadang-kadang orangtua itu bingung kenapa anak saya yang tadinya baik-baik saja sekarang menginjak remaja menjadi bermasalah. Perilakunya bermasalah, kejiwaannya bermasalah, melakukan hal-hal sepertinya aneh-aneh, menarik perhatian yang tidak-tidak, nah orangtua dibuat bingung oleh perilaku remaja ini. Salah satu sumbernya sebetulnya adalah krisis kepercayaan diri, karena dia kurang percaya diri maka akhirnya dia melakukan tindakan-tindakan yang tidak lazim agar menarik perhatian orang, sehingga dari perhatian-perhatian orang itu dia merasa lebih aman dan bisa lebih kuat membangun kepercayaan dirinya. Itu sebabnya saya kira kita perlu memahami masalah kepercayaan diri ini.PG : Tepat sekali, jadi memang sebelum-sebelumnya remaja atau anak-anak hidup dalam dunia yang relatif kecil dan terlindungi. Pada masa remajalah dia mulai terjun ke dalam lingkup yang lebi luas, bertemu dengan lebih banyak orang dengan berbagai jenis, biasanya di saat inilah remaja mengalami goncangan-goncangan, kebingungan, keraguan, dan memang ini adalah waktunya mereka mengalami gempuran-gempuran ini sehingga diri yang asli, yang mereka bawa dari kecil mendapatkan pembentukan atau menerima pembentukan dan akhirnya kalau dia melewati masa ini, dia akan keluar menghasilkan sebuah diri yang realistik dan kokoh.
PG : Saya kira besar sekali sumbang sih orangtua dalam hal ini Pak Gunawan. Misalnya yang ingin saya bagikan adalah orangtua perlu memahami bahwa sesungguhnya krisis kepercayaan diri merupaan fenomena yang alamiah dan sesuai perkembangan remaja.
Artinya krisis ini sendiri bukanlah suatu problem yang permanen dan akan merusak pembentukan jati diri remaja. Kadang-kadang orangtua terlalu panik melihat anak-anak mulai meragukan diri, kekurangpercayaan dirinya itu nampak begitu jelas. Dan orangtua marah, kenapa kamu penakut, kenapa ragu-ragu dan sebagainya, sebaiknya jangan terlalu bereaksi terhadap hal-hal ini karena ini adalah bagian yang alamiah. Jika krisis ini terus berlanjut sampai masa dewasa barulah kita dapat memandangnya sebagai problem yang menuntut suatu penyelesaian klinis.PG : Sebetulnya kepercayaan diri ini lahir dari proses pembentukan jati diri remaja, di mana pada saat ini remaja mendasarkan penilaian dirinya atas penilaian kolektif. Yang saya maksud penlaian kolektif adalah data-data yang diperoleh remaja dari teman-temannya.
Jadi dia akan bergaul dengan banyak orang dan akan menerima banyak masukan dari teman-temannya. Sangat masuk akal jika pada masa ini remaja tidak mempercayai penilaiannya sendiri dan malah bergantung pada pendapat teman-temannya. Ini bukanlah hal yang buruk sebaliknya ini adalah bagian dari proses yang alamiah dan sesuai dengan perkembangan remaja. Jadi justru yang lebih alamiah adalah remaja mendasari pendapatnya atau opininya atas dasar masukan teman-teman secara kolektif. Kalau dari awalnya tidak mau mendapatkan masukan dari teman-teman malah menutup diri dan sebagainya, ini justru menunjukkan tanda-tanda yang tidak sehat. Jadi sekali lagi saya ingin tekankan kalau remaja tidak bia mengambil keputusan sendiri dan harus bertanya, jangan kita panik, jangan kita malah memarahinya seolah-olah ada masalah besar dalam diri anak kita. Saya ingin justru mengatakan kepada para orangtua, ini adalah bagian yang alamiah biarkan mereka bertanya, biarkan mereka mengambil keputusan secara kolektif, karena inilah yang memang dilakukan oleh remaja sesuai dengan usianya.PG : Memang ada sebagian yang dari kecil mempunyai kejelasan tentang apa yang diyakininya. Anak-anak ini bisa saja melewati masa remaja dengan lebih mudah karena dia sudah memiliki pandanga yang jelas, sehingga dia lebih mempercayai penilaian dirinya.
Atau dia memang sejak kecil diberikan kesempatan oleh orangtuanya untuk berdialog dan orangtuanya juga memberikan arahan-arahan sehingga pada usia yang relatif muda si anak ini cukup mengenal apa sebenarnya yang diyakininya, apa sebenarnya yang disukainya, apa yang tidak disukainya, apa yang salah dan sebagianya. Tapi ada sebagian anak lain yang kita justru perlu perhatikan, yaitu anak-anak yang sama sekali tidak mau mendengarkan masukan dari orang lain, sama sekali tertutup. Ini justru mengkhawatirkan saya, sebab kalau si anak sama sekali tertutup mendengarkan masukan dari teman-temannya berarti dia terisolasi, berarti dia tidak melewati fase yang seharusnya dilewati yakni fase di mana seharusnya dia diperkaya oleh masukan yang didengarnya dari teman-teman. Jadi ini adalah sesuatu yang kita mesti pikirkan dan kita amati sehingga anak-anak kita akhirnya tidak terjebak di dalam sebuah ruang isolasi dan terpisah dari teman-temannya.PG : Sering kali dianggap sombong atau yang lebih serius lagi dianggap aneh, karena dia sama sekali tidak mau berkonsultasi dengan teman-temannya atau ngobrol minta pendapat dan sebagainya palagi mendengarkan masukan dari teman-temannya.
Saya khawatir nanti anak-anak ini setelah dewasa benar-benar hidup dalam dunianya sendiri, tidak lagi mengikutsertakan orang lain dalam dunianya sehingga nanti pandangan-pandangannya justru makin melenceng karena makin terlepas dari realitas.PG : Saya kira demikian, karena anak-anak yang mempunyai intelegensia yang tinggi seharusnya melihat lebih banyak, kemampuannya untuk melihat juga lebih besar. Dan melihat lebih dalam, dan ering kali juga melihat dengan lebih tepat karena tingginya tingkat intelegensia yang dimilikinya.
Jadi betul sekali memang ini bisa mempengaruhi. Dan juga ada faktor yang perlu kita ingat yaitu anak-anak yang pandai cenderung mendapatkan masukan atau penilaian yang positif dari orangtua, dari guru, dari teman-temannya sehingga dia lebih mempercayai penilaiannya. Oleh sebab itulah yang bisa kita katakan anak-anak yang pandai cenderung mempunyai penilaian diri atau kepercayaan diri yang lebih kokoh.PG : Ada beberapa yang ingin saya sampaikan kepada para remaja. Yang pertama adalah senantiasa bertanyalah apakah yang Tuhan kehendaki dalam hal ini. Para remaja, saya ingin berkata, "Jika indakan yang engkau akan ambil itu melawan kehendak Tuhan jangan lakukan kendati semua teman melakukannya.
Beranikan diri untuk menolak, jangan selalu meng-iakan tindakan teman-teman. Sebaliknya jika tindakan yang engkau akan ambil sesuai dengan kehendak Tuhan, lakukanlah meski teman-teman tidak menyetujuinya. Saya berikan contoh: misalkan semua teman menghendaki kita membalas memukul seseorang, teman-teman berkata misalkan "Balas, pukul dia masakan kamu takut, masakan setelah diejek kamu diam saja, pukul dia." Nah ini yang ingin saya katakan jangan lakukan, sebaliknya beritahukan mereka bahwa seharusnyalah kita mengampuni perbuatannya." Saya kutib ayatnya diPG : Saya kira ini merupakan kewajiban dan keharusan, kalau remaja sendiri tidak mengenal apa yang Tuhan katakan, mustahil dia bisa melakukannya. Maka dia perlu mengenal firman Tuhan sehinga dia dapat mengerti kehendak Tuhan, dan ini juga yang akan menjadi panduannya di dalam bertindak.
Saya masih ingat bahwa waktu saya belum lahir baru, apapun yang saya lakukan, saya lakukan karena ini baik dan ini ingin saya lakukan kalau tidak ingin saya lakukan ya tidak saya lakukan. Tapi saya tidak mengaitkan itu dengan kehendak Tuhan, saya ingat sekali setelah saya lahir baru yang muncul dalam benak saya adalah pertanyaan, "Apakah yang saya lakukan ini sesuai dengan kehendak Tuhan?" Pertama kali dalam hidup saya, saya memikirkan kehendak orang lain yaitu kehendak Tuhan dan bukan kehendak saya. Saya kira inilah ciri-ciri orang percaya dalam Kristus, selalu memikirkan apakah yang Tuhan Yesus katakan dan yang Dia kehendaki atau yang sebaliknya yang Dia tidak kehendaki. Atas dasar panduan ini barulah kita memutuskan bertindak atau tidak bertindak.PG : Betul sekali.
PG : Saya ingin mengatakan ini kepada remaja, "Pertimbangkanlah dampak tindakanmu pada orang lain. Jangan hanya melihat dampak sesaat atau menganggap bahwa pastilah orang dapat menerima ata memaafkan kita."
Misalkan, kita ingin ngebut-ngebutan karena kita sedang ingin ngebut-ngebutan dan kita lupa dampaknya pada orang lain. Kalau kita menabrak orang, orang bisa mengalami kerugian yang besar bahkan ada orang yang sampai kehilangan nyawa oleh karena kita sebagai anak remaja tidak berhati-hati dalam mengendarai kendaraan kita. Atau ada anak remaja yang menghamili temannya, apa akibatnya, akhirnya temannya sekarang menuntut tanggung jawab. Orangtuanya menuntut tanggung jawab dan anak ini harus dinikahi. Cocok pun tidak, tapi harus bertanggung jawab untuk menyelamatkan reputasi atau nama baik keluarga. Akhirnya apa yang terjadi? Yaitu kemalangan demi kemalangan yang harus dituai oleh keluarga muda yang memang belum siap untuk menikah ini. Jadi jangan sampai bertindak dan melupakan dampak tindakan kita pada orang lain. Ada anak remaja yang tiba-tiba memutuskan berhenti sekolah karena tidak suka lagi sekolah, yang penting pengalaman, mencari uang dan sebagainya. Melupakan bahwa banyak hal yang dapat dipelajari di sekolah dan memang salah satu prasyarat memasuki dunia kerja adalah ijazah atau keterampilan tertentu. Nah ini hal-hal yang perlu remaja pikirkan, jangan beranggapan hidup gampang, orang pasti bisa, pasti mengerti, orang pasti memaafkan. Tidak demikian, tidak semua orang mengerti, tidak semua orang bisa memaafkan dan hidup tidak selalu gampang, kadang-kadang akan sangat susah. Jadi terapkanlah prinsip yang diambil dariPG : Dan itu memang betul bahwa remaja masih mengalami gejolak-gejolak emosional yang kuat dan itu akan sangat mempengaruhinya. Tapi itu bukanlah sebuah dalih untuk melepaskan tanggung jawa penguasaan diri, sebab dia tetap masih bisa memilih mengambil keputusan yang benar dan menjauhi keputusan dan tindakan yang salah, itu masih bisa dilakukan oleh remaja.
Ini penting sekali, karena banyak remaja tidak memikirkan dampaknya pada orang lain dan juga pada masa depannya. Banyak remaja terlalu memikirkan dengan pola pikir sesaat, yang penting sekarang ini, yang penting sekarang seru, sekarang enak dan sebagainya, tidak memikirkan dampaknya baik pada dirinya sekarang maupun pada masa depannya atau dampak pada diri orang lain. Terlalu banyak masalah muncul karena remaja gagal memikirkan dampak perbuatannya.PG : Itu sebabnya kepada remaja saya juga ingin menasihati, jangan ragu untuk mencari hikmat dari orang lain, tanyalah, mintalah masukan dari orang lain terutama dari teman-teman atau orangorang yang lebih berhikmat dari kita.
Carilah masukan dari berbagai sudut, jangan hanya mencari masukan dari sudut yang kita sukai atau seturut dengan ide atau pandangan kita. Kita mesti menggunakan prinsip yang saya ambil dariPG : Di sini memang diperlukan keluasan hati seseorang Pak Gunawan, kalau si anak remaja itu memang tidak mempunyai hati yang luas, dia hanya mencari dukungan saja dan tidak mau menerima maukan yang lain.
Maka ini membawa kita ke prinsip berikutnya yang ingin saya bagikan kepada remaja yaitu belajarlah dari orang yang lebih tua. Sering kali remaja hanya mau mendengarkan masukan dari anak-anak sebayanya, belajarlah dari orang yang lebih tua dari kita termasuk orangtua, guru-guru dan para rohaniwan di gereja kita, belajarlah dari mereka. Karena pengalaman hidup mereka adalah guru yang baik, baik keberhasilan maupun kegagalan mereka akan dapat menambah hikmat kita. Firman Tuhan diPG : Karena waktu kita menyampaikan masukan kepada remaja, sering kali dalam bentuk kemarahan, teguran, suruhan, perintah akhirnya remaja tidak suka mendengarkan masukan kita meskipun sebetlnya masukan kita itu baik.
Maka orangtua perlu mawas diri, perlu bercermin, "Sebetulnya waktu saya menyampaikan wejangan saya menyampaikannya dengan cara seperti apa." Orangtua sering kali beranggapan: "Saya bermaksud baik, ini untuk kebaikan anak, seharusnyalah anak terima." Tapi bukankah semua hal yang baik misalkan makanan yang lezat sekalipun kalau disampaikan dengan cara yang tidak tepat, tetap tidak bisa diterima. Kalau kita melempar makanan itu atau kita bungkus dengan daun atau dengan bungkusan yang sudah kotor, makanan seenak apapun tidak akan diterima oleh orang. Jadi orangtua perlu mawas diri bagaimanakah mereka menyampaikan wejangan itu kepada anak remaja. Saya kira kalau orangtua bisa menyampaikan dengan cara yang tepat, anak remaja sebetulnya akan senang mendapatkan masukan dari orangtuanya.PG : Ini tepat sekali, memang remaja hampir masuk menjadi seorang dewasa dan sebagai orang yang hampir dewasa mereka mengerti bahwa kredibilitas itu penting. Artinya dia hanya akan rela menrima dan mendengarkan masukan kalau orang itu mencontohkan atau memberikan teladan dalam kehidupannya.
Kalau orang itu tidak memberikan teladan, remaja akan menolak melakukan hal itu. Sebab bukankah ini yang kita lakukan sebagai orang dewasa, kita tak mau mendengarkan masukan orang yang kita anggap, engkau hanya bisa bicara tapi tak bisa melakukannya, nah remaja juga sama. Jadi betul sekali yang Pak Gunawan katakan bahwa orangtua mesti memberikan contoh kehidupan yang baik.GS : Jadi memang untuk percaya diri saja sudah susah, jangan kita ini membuat lebih susah lagi remaja untuk mempunyai percaya diri. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini, para pendengar sekalian, kami juga mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengapa Remaja Susah PD". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini, silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen atau LBKK Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan. Akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara Telaga yang akan datang.
36. Cinta yang Melek Mata |
|
Untuk memilih pasangan hidup kita mesti melek mata, sayangnya ada sebagian orang yang malah menutup mata sewaktu memilih pasangan hidup. Ada beberapa hal kenapa kita menutup mata dan apa yang harus kita lakukan agar kita dapat melek mata dalam mencari pasangan hidup?
Apakah mungkin kita salah memilih pasangan hidup? Mungkin! Itu sebabnya penting sekali bagi kita untuk memilih pasangan hidup dengan saksama; dengan kata lain, kita mesti melek mata. Sayangnya ada sebagian orang yang malah menutup mata sewaktu memilih pasangan hidup.
Tanda Tutup Mata
Sebetulnya hanya ada satu tanda utama "tutup mata" yakni gagal melihat dengan jernih dan realistik. Dengan kata lain, kita tidak melihat kekurangannya, tidak melihat perbedaan, tidak melihat bahwa kita tidak sesuai untuknya.
Penyebab Tutup Mata
Pemilihan pasangan lebih didominasi oleh kebutuhan yang mendesak, yakni:
Pemilihan pasangan dimotivasi oleh ilusi atau impian, seakan-akan telah menemukan pasangan yang sempurna. Dengan kata lain, dia adalah jawaban atau solusi yang kita nanti-nantikan.
Pemilihan pasangan dimotivasi oleh ikatan seksual. Tidak ada kesempatan atau keinginan untuk melihat perbedaan sebab kepuasan seksual menutupi segalanya.
Apa yang Harus Dilakukan?
Sudah tentu kita mesti melek mata yaitu melihat dengan jernih dan
realistik.
Bagaimanakah caranya kita melihat dengan jernih dan
realistik?
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Cinta yang Melek Mata". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Memang kita ini manusia Pak Gunawan, kita tidak selalu sempurna, kita tidak selalu bisa tepat di dalam menilai sesuatu jadi saya kira apakah terbuka kemungkinan kita salah memilih pasanganhidup, saya kira "YA".
Dalam konseling-koseling yang saya lakukan akhirnya saya simpulkan, kita tidak selalu tepat dalam menilai, dan adakalanya memang jelas-jelas keliru memilih. Ini sesuatu yang perlu kita waspadai, nah inilah tujuannya kita membahas topik ini pada kesempatan ini.PG : Saya kira banyak faktor penyebabnya, tapi kalau boleh saya rangkumkan dengan satu kata yaitu, kita itu 'buta', kita itu membutakan mata sehingga kita tidak cukup melek untuk melihat dengantepat.
PG : Saya kira ada benarnya Pak Gunawan, jadi orang-orang tertentu itu sewaktu jatuh cinta akhirnya tidak dapat melihat dengan jelas. Yang saya maksud dengan melek mata yaitu bisa melihat denga jelas, bisa melihat perbedaan, bisa melihat kekurangan pada diri pasangannya.
Dan bisa juga melihat bahwa saya tidak sesuai untuk dia dan dia pun tidak sesuai untuk saya. Orang yang buta matanya tidak melihat perbedaan, tidak melihat kekurangan, tidak melihat bahwa pasanganya tidak sesuai untuk dia dan sebaliknya.PG : Sering kali itu yang terjadi Pak Gunawan, jadi kadang-kadang kita itu saking dikuasai oleh emosi akhirnya tidak bisa melihat dengan jelas. Nah pertanyaan berikutnya adalah kenapa emosi kit bisa begitu kuat.
Memang ada beberapa penjelasan, tapi saya kira yang paling utama adalah kita akhirnya dikuasai oleh kebutuhan kita. Ada sesuatu yang mendesak, misalnya usia yang lanjut; ada orang karena sudah cukup usia tapi belum mempunyai pasangan, akhirnya membabi buta memilih pasangan tanpa melihat dengan jelas kecocokannya. Yang lainnya juga adalah tekanan lingkungan atau tekanan keluarga yang mengharuskan menikah dengan si ini, menikah dengan si itu, akhirnya menikah tapi tidak melihat dengan jelas. Atau karena sudah hamil; karena sudah hamil akhirnya harus menikah, padahal banyak sekali perbedaan di antara mereka. Atau yang lainnya lagi yang cukup sering terjadi adalah hidupnya tidak bahagia, tertekan dalam keluarganya sehingga buru-buru mau ke luar dari rumah. Nah kebutuhan inilah yang akhirnya mendorong dia untuk memilih pasangan dengan sembarangan. Ini salah satu penyebab kenapa untuk sebagian orang buta sewaktu memilih pasangan.PG : Ada juga yang begitu karena misalkan ada orang itu hidupnya dipenuhi dengan impian, ilusi bahwa, "Saya itu kalau bertemu dengan dia, benar-benar dia itu paling cocok dengan saya, paling sepurna maka semuanya akan beres dan saya tidak perlu melewati masa perkenalan yang panjang."
Jadi ada sebagian dari kita beranggapan bahwa kita diperkecualikan dari tuntutan yang normal, yang seharusnya atau yang wajar sehingga kalau kita memilih pasti akan langgeng seumur hidup. Orang lain memang harus melewati masa perkenalan 2, 3 tahun, 4 tahun dan sebagainya, tapi kita tidak perlu. Akhirnya bertemu sebulan langsung menikah. Atau karena memang sudah terlalu mendambakan, impian seperti itu, kemudian mendapatkan jadi langsung tabrak begitu saja padahal dibalik impian itu ada banyak kenyataan yang seharusnya disadarinya, tapi tidak disadarinya akhirnya menikah dan berantakan.PG : Ada orang yang sebaliknya betul, jadi standar terlalu tinggi namun dalam hal-hal tertentu standar tinggi ini saya kira ada baiknya asalkan jangan sampai kaku. Standar tinggi kita yang mest kita tetapkan misalkan menikah dengan orang yang percaya pada Tuhan Yesus, terus standar tinggi kita adalah kita mesti menikah dengan orang yang cocok dengan kita, itu dua hal yang kita tidak bisa kompromikan.
Hal-hal lainnya mungkin masih bisa kita kompromikan, maka belajarlah untuk fleksibel. Dalam hal membutakan mata ini saya kira orang-orang ini memang tidak mempunyai standar, atau kalaupun mmepunyai standar, standarnya itu dangkal. Sehingga waktu menemukan seseorang, "Wah.......ini benar-benar jawaban dari kebutuhan saya," sehingga langsung ditabrak, nah setelah menikah baru menyadari. Dalam praktek konseling saya cukup sering mendengar perkataan seperti ini, "Ya......waktu masih pacaran tidak terlihat setelah menikah baru terlihat. Betul, tidak semua hal bisa kita lihat pada masa berpacaran tapi sesungguhnya kita itu harus sudah bisa menggambarkan kerangkanya siapakah pacar kita itu dan kira-kira apakah perbedaan yang ada, sehingga penyesuaian seperti apa yang harus kita lakukan di dalam pernikahan, seharusnya itu sudah ada. Tapi ada sebagian orang yang tidak memiliki gambaran seperti itu sama sekali dan tiba-tiba setelah menikah dibuat terkejut oleh banyak hal-hal yang baru, dan berkata sekarang baru saya lihat. Nah pertanyaannya, apa yang dilakukan pada masa berpacaran itu, sehingga tidak bisa melihat.PG : Betul sekali, lama memang tidak menjamin seseorang mengenal pasangannya dengan dalam, tapi di pihak lain juga harus saya akui bahwa kedalaman itu sering kali harus melewati proses waktu, sbab relasi tidak bisa dikarbit untuk menjadi matang dengan waktu yang relatif singkat.
Tidak demikian, relasi bertumbuh bersama dengan berjalannya waktu, kita menghabiskan waktu menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita bersama, saling mengecek bagaimana kita menghadapinya, bagaimana kita bereaksi; itu yang akan mematangkan pengenalan kita akan pasangan kita.PG : Saya kira tanda-tandanya misalkan kita terlalu eksklusif, itu tanda bahwa kita buta atau kita tidak bisa melihat dengan jelas bahwa kita sebenarnya tidak cocok dengan dia. Kalau orang suda terlalu eksklusif, tidak mau lagi bersama-sama bersosialisasi dengan orang, itu menimbulkan tanda tanya, "kenapa harus eksklusif seperti itu?" Sering kali karena mereka tidak siap mendengar komentar dari orang-orang di sekitarnya dan daripada harus mendengar tanda-tanda itu atau mendengar masukan dari teman-temannya, tidak usah bergaul.
Atau tanda orang itu buta adalah mereka menjadi pasangan yang defensif artinya saling menutupi dan membela. Kita tidak bisa mengatakan satu hal yang negatif pun tentang pasangannya, dia bisa marah, menutup diri dan membela pasangannya, itu pertanda kemungkinan sekali terjadi kebutaan. Tanda lainnya lagi tentang kebutaan adalah kalau berbicara dengan pasangannya terlalu muluk, tidak ada sedikit pun hal yang tidak disenanginya tentang pasangannya itu, semua terlalu baik buat dia. Nah buat saya hal-hal seperti itu membuat saya bertanya-tanya, sebetulnya apakah yang terjadi, kenapa dia melihat pasangannya itu sepertinya solusi/jawaban terhadap persoalan hidupnya. Nah itu tanda-tanda membutakan mata dalam masa berpacaran.PG : Itu point yang bagus Pak Gunawan, sering kali penyebab kenapa kita buta salah satunya adalah ikatan seksual. Karena seks itu sesuatu yang memang colourfull, sangat mempunyai kekuatan sehinga akhirnya relasi berpacaran diisi dengan seks terus-menerus.
Tujuannya bertemu adalah untuk memuaskan hasrat seksual. Hal lain menjadi tidak penting, karena yang penting adalah pemuasan hasrat seksual itu sendiri. Misalkan adanya perbedaan, tapi sengaja atau tidak sengaja diabaikan, kenapa? Sebab kalau ribut menjadi tidak bisa berhubungan seksual. Tidak enak berbicara tentang hal yang berat-berat, nanti menjadi ribut dan tidak bisa berhubungan seksual. Jadi hal-hal seperti itu jadinya diabaikan. Atau orang ini berkata, "Tidak apa-apa ada perbedaan-perbedaan, yang penting kami itu cocok secara seksual, nah nanti semuanya bisa beres, karena kami saling mencintai dan hubungan seksual kami begitu baik." Hal-hal itu yang akhirnya menggelapkan mata, sehingga akhirnya kita masuk dalam pernikahan dengan pengenalan yang sangat minim akan pasangan kita. Saya kira itulah salah satu sebab mengapa Tuhan melarang hubungan seksual di luar nikah, sebab Tuhan mengerti jelas bahwa seks memang mempunyai potensi yang begitu kuat untuk membutakan penilaian kita, sehingga relasi itu tidak bertumbuh dengan sehat sebab hanya diisi melulu oleh seks. Jadi betul sekali yang tadi Pak Gunawan sudah katakan bahwa akhirnya pasangan itu buta, tidak melihat apa-apa lagi sebab seks menjadi kebutuhan, dan yang dilakukan hanyalah memuaskan kebutuhan seks itu.PG : Karena setelah menikah resmi, tiba-tiba seks itu (apalagi setelah melewati satu masa) tidak lagi menggebu-gebu, tidak lagi mempunyai daya tarik sekuat pada waktu sebelum menikah. Kenapa, mngkin saja faktor pertama pada masa awal, masih baru mengekplorasi, seks menjadi sesuatu yang sangat dinanti-nantikan, tapi setelah biasa mengalaminya; seks menjadi biasa juga buat mereka.
Akhirnya karena seks tidak lagi penting, mereka mulai melihat dengan lebih jernih, yang terlihat adalah perbedaan-perbedaan. Jadi dengan kata lain relasi yang diisi dengan seks apalagi sebelum menikah, hampir dapat dipastikan nantinya setelah menikah akan mengalami banyak sekali badai.PG : Jadi jawabannya adalah kita memang harus melek mata, artinya melihat dengan jernih, melihat dengan realistik, dengan tepat. Apa yang harus kita lakukan supaya bisa melihat dengan jernih da realistik, sekurang-kurangnya ada tiga yang akan saya paparkan.
Yang pertama adalah kita mesti menyadari motivasi yang terkandung dalam diri kita dan dalam diri pasangan kita. Maksudnya adalah kita mesti mengajukan pertanyaan, mengapakah kita memilihnya, apa motivasi yang terkandung di dalam pemilihan, mengapa dia memilih kita; kita mesti juga menyadari apakah motivasi yang terkandung dalam pilihannya terhadap kita. Dengan kata lain kita mesti benar-benar mengenal diri kita dan mengenal dirinya dengan sangat mendalam, sehingga kita bisa melihat, "O.......dia memilih kita, sebab dia membutuhkan arah dan kita memang orang yang berpikir panjang sehingga kita bisa memberikan arah." Kalau begitu kesimpulannya adalah dia orang yang kurang terarah, maka dia membutuhkan kita yang bisa memberikan arah. Jadinya kita harus bertanya, "Kalau dia orang yang kurang terarah, mengapakah dia orang yang kurang terarah, apa yang membuat dia kurang terarah." Dalam menjawab pertanyaan itu akhirnya kita akan menemukan lebih banyak hal tentang pasangan kita. "O......dia kurang terarah karena emosinya terlalu labil, saking kuat emosinya sehingga dia selalu diombang-ambingkan oleh emosi." Kita juga harus menilai diri kita dengan tepat, kenapa kita memilih dia. Misalkan kita memilih dia karena kita tidak berani memilih yang lain, maksudnya kita memang kurang percaya diri. Kita tidak berani memilih orang yang lebih setara dengan dia, kita mau memilih orang yang di bawah kita, supaya kita bisa merasa diri kita berharga, berguna baginya, ada fungsi dalam hidupnya. O.....sebetulnya itu yang kita butuhkan, jadi pertanyaan berikutnya adalah apakah sebabnya kita menjadi orang yang kurang percaya diri, kenapa kita tidak merasa cukup layak untuk bersama dengan orang yang lebih setara dengan kita, apa penyebabnya. O.....misalkan kita melihat diri kita negatif, kita tidak melihat ada yang baik pada diri kita. Nah hal-hal ini menolong kita melihat dengan lebih jernih. Memang waktu kita menggunakan kacamata pikir seperti ini Pak Gunawan, tiba-tiba cinta itu mulai kehilangan pamornya, bunga-bunga cinta itu mulai redup, sebab kita memang tidak lagi mau hidup dalam impian, kita mau hidup dalam realitas. Cinta yang sehat, cinta yang nanti akan terus bertumbuh kuat, cinta yang didasari atas realitas. Memang realitas akan menepis bunga-bunga cinta, tapi tidak apa-apa justru ini sesuatu yang sehat.PG : Betul, memang sebaiknya kalau kita mau menikah kita datang ke gereja minta bimbingan pranikah. Dalam bimbingan pranikah akan ada orang lain misalnya konselor atau hamba Tuhan yang dapat meolong kita melihat tentang siapakah kita dan kenapa kita menikahi dia, apa yang menjadi dorongan atau motivasi utamanya.
Dengan cara-cara itu kita akhirnya mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.PG : Ini memang sering kali dialami oleh pasangan-pasangan Pak Gunawan, apalagi pasangan yang misalkan takut nanti putus lagi sedangkan sudah berkali-kali putus. Atau oleh orang yang susah mendpat pasangan, eh...ada
yang mau, jangan pusingkan hal-hal yang lain nanti menjadi masalah, nanti tidak jadi menikah. Jadi dengan kata lain orang yang memang mempunyai kepentingan yang besar, takut sekali relasi ini akan putus kalau menyadari perbedaannya. Tapi justru untuk kita melek mata dalam masa berpacaran kita mesti menyadari, menyadari perbedaan bukan membutakan mata dan menganggap semua pasti akan beres, yang penting menikah dulu, nanti masalah kita selesaikan setelah menikah. Jangan, justru memang kita harus membuka mata terhadap perbedaan-perbedaan ini. Caranya bagaimana untuk menyadari perbedaan, beranikan diri untuk bertanya kepada orang, teman, sahabat, orangtua, pendeta kita, minta pendapat mereka tentang relasi kita. Apakah dia orang yang cocok atau tidak, seperti apakah pasangan kita, seperti apakah kita ini. Kadang-kadang kita takut bertanya, nanti orang berkata terus-terang bahwa, "Kamu tidak cocok dengan dia, kamu orangnya terlalu spontan, dia orangnya terlalu kaku, kami bisa bayangkan nanti kamu akan terus berkelahi. Dia orangnya sangat kaku, semua harus tepat sementara kamu orangnya begitu bebas dan cenderung urakan. Sekarang ini kalian memang saling melengkapi, nanti saling tabrakan, coba pikirkan bagaimana cari yang lebih sesuai, yang lebih mirip dengan kamu." Kita kadang-kadang tidak siap mendengar realitas seperti itu dengan perbedaan-perbedaan yang ada. Jadi jangan mengecilkan perbedaan, sebaliknya juga jangan membesarkan kesamaan. Ada orang yang seperti itu Pak Gunawan, perbedaan dikecil-kecilkan tapi kesamaan dibesar-besarkan. Kalau orang sudah begitu berarti dia buta, tindakan-tindakan ini akhirnya menjauhkan kita dari realitas.PG : Sebetulnya kalau kita katakan apakah pasti akan menjadi masalah, jawabannya adalah 'ya' pasti akan ada masalah, namun apakah masalah itu sudah pasti akan menghancurkan pernikahan mereka, nh ini belum tentu.
Kenapa belum tentu, sebab orang bisa berubah (ini fakta). Ada orang-orang yang setelah menghadapinya dalam pernikahan, benar-bener berusaha sekeras mungkin menyelesaikannya, dua-dua berusaha menyelesaikannya atau dua-dua mencari bimbingan dari orang lain untuk menolong mereka menyelesaikannya. Atau mereka bener-bener berlutut lagi datang kepada Tuhan, memohon pertolongan Tuhan, ada orang-orang yang begitu dan akhirnya bisa. Tapi intinya tetap sama yaitu problemnya lumayan besar.PG : Hati-hati kalau kita mempunyai prinsip seperti itu, sebetulnya kita bisa berkata juga terhadap orang lain, sebab kita akan dipertemukan Tuhan dengan begitu banyak orang. Bukan maksud Tuhanmempertemukan kita bahwa ini jodoh buat kita, Tuhan tetap menuntut kita untuk membuka mata, meminta hikmat kepadaNya agar akhirnya kita dapat memilih dengan tepat.
Dan dalam proses itu ada satu hal yang mesti kita lakukan yaitu beriman, memercayakan diri hidup kita, masa depan kita pada pemeliharaan Tuhan. Kenapa orang buta mata di dalam memilih pasangan hidup, saya kira salah satu akarnya adalah kita takut; kita takut nanti masa depan kita suram kalau kita tidak mempunyai pasangan, kita takut kalau melihat perbedaan nanti menjadi putus, kita takut nanti pasangan kita melihat diri kita apa adanya nanti ada apa. Jadi saya kira akarnya adalah kekurangan kita daam hal beriman, maka kita mesti memercayakan hidup sepenuhnya pada pemeliharaan Tuhan. Jangan takut kehilangan pacar, takutlah kehilangan rencana Tuhan dalam hidup kita, itu yang harus lebih kita takuti. Jangan sampai lebih takut kehilangan pacar, takutlah kehilangan rencana Tuhan atas hidup kita. Saya ingatkan dengan firman Tuhan yang tercantum dalam Matius 6:25 dan 33, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu,....Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Semuanya termasuk masa depan kita dalam hal pernikahan, semua akan Tuhan tambahkan Tuhan akan pelihara, jangan kuatir. Jadi bagaimana melawan kebutaan ini? Yaitu benar-benar beriman, hidup ini dalam pemeliharaan Tuhan dan kita percayakan hidup ini kepadanya.PG : Yang akhirnya keliru betul sekali, banyak orang berkata begini Pak Gunawan, ini juga karena stigma sosial, tekanan dari masyarakat, "Tidak apa-apalah menikah, nanti bercerai yang penting prnah menikah."
Jangan, kita tidak hanya melibatkan diri kita tapi kalau kita sudah mempunyai anak itu akan berdampak buruk pada anak-anak kita. Jadi berpikirlah panjang bukan hanya memikirkan diri sendiri.GS : Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan ini, saya rasa perbincangan ini akan membukakan lebih banyak mata saudara-saudara kita yang sedang berada pada masa pacaran. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Cinta yang Melek Mata", bagi Anda yang berminat mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristesn (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
37. Tatkala Orangtua Tidak Setuju |
|
Ada orang yang mengatakan bahwa orangtua adalah wakil Tuhan di bumi ini; oleh karena itu kita harus menaati perintah orangtua, termasuk dalam hal pemilihan pasangan hidup? Apa yang Alkitab katakan tentang ini?
Ada orang yang mengatakan bahwa orangtua adalah wakil Tuhan di bumi ini; oleh karena itu kita harus menaati perintah orangtua, termasuk dalam hal pemilihan pasangan hidup. Bagi sebagian orang ini, pernikahan yang tidak direstui orangtua sudah pasti tidak akan diberkati Tuhan.
Apakah yang Alkitab katakan tentang otoritas orangtua dan anak?
Pertanyaan berikutnya adalah, apakah ketaatan kepada orangtua berlaku tanpa batas?
Ternyata jawabannya adalah, tidak. Batas ketaatan terhadap orangtua berhenti tatkala kita harus memilih Tuhan atau orangtua. "Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya... Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." Matius 10:35-37
Prinsip Ketaatan kepada Orangtua dalam Mencari Pasangan Hidup
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Tatkala Orangtua tidak Setuju". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Pada umumnya ada dua pandangan yang ekstrim dalam hal-hal seperti ini, pertama adalah ada orang yang berkata kita harus menaati orangtua sepenuhnya, apapun yang orangtua katakan harus diikti, sebab orangtua adalah wakil Tuhan di bumi ini untuk kita.
Kalau kita tidak menaati orangtua, babgaimanakah kita menaati Tuhan jadi kita harus menaati orangtua apapun keputusan mereka. Ekstrim yang satunya adalah setelah kita menjadi orang dewasa, kita bukan lagi menjadi hak orangtua. Hak ada pada kita sendiri, berarti kita tidak harus bertanya kepada orangtua, meminta pendapat mereka apalagi meminta restu mereka, jadi semuanya kita putuskan bersama tanpa melibatkan orangtua. Saya kira di antara dua pandangan yang bertolak belakang ini, kita mau mencari titik temu di tengah sehingga kita bisa tetap hidup dalam rencana Tuhan sekaligus juga bisa melihat dengan lebih jelas sebetulnya apa yang harus kita lakukan.PG : Untuk bisa memahaminya kita mesti melihat pandangan Alkitab tentang otoritas orangtua terhadap anak-anaknya. Kita melihat dua ayat di sini Pak Gunawan, yang pertama adalah Keluaran 20:12, irman Tuhan berkata: "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu."
Ini jelas Tuhan memberikan perintah kepada anak untuk menghormati orangtua. Saya kira ada orang yang langsung bertanya kepada kita, bukankah menghormati tidak sama dengan menaati? Pertanyaan itu baik, tapi sebetulnya jawabannya adalah sangat jelas yaitu menghormati dan menaati adalah satu paket. Bagaimanakah kita menghormati kalau tidak menaati, begitu kita tidak menaati jelas kita tidak menghormati. Ada satu ayat lain yang lebih memberikan kepada kita kejelasan bahwa menghormati sebetulnya adalah menaati. Yaitu Ulangan 21:18-21, Tuhan memerintahkan pemberlakuan hukuman mati kepada anak yang membangkang kepada orangtuanya, ini mungkin susah untuk kita terima di zaman sekarang ini perintah Tuhan yang seperti ini. Tapi sekali lagi ini firman Tuhan untuk orang-orang Israel pada saat itu. "Apabila seseorang mempunyai anak laki-laki yang degil dan membangkang, yang tidak mau mendengarkan perkataan ayahnya dan ibunya, dan walaupun mereka menghajar dia, tidak juga ia mendengarkan mereka, maka haruslah ayahnya dan ibunya memegang dia dan membawa dia keluar kepada pra tua-tua kotanya di pintu gerbang tempat kediamannya, dan harus berkata kepada para tua-tua kotanya: Anak kami ini degil dan membangkang, ia tidak mau mendengarkan perkataan kami, ia seorang pelahap dan peminum. Maka haruslah semua orang sekotanya melempari anak itu dengan batu, sehingga ia mati. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu; dan seluruh orang Israel akan mendengar dan menjadi takut." Ini adalah konteks kehidupan umat Israel dalam perjalanan menuju ke tanah Kanaan. Mereka hidup di tengah padang gurun, jadi suatu kehidupan yang.....(06.20) tidak mempunyai suatu tempat yang tetap. Tuhan adalah kepala negara, kepala bangsa pada saat itu bagi orang Israel. Maka Tuhan harus menetapkan hukum supaya masyarakat Israel dapat hidup dalam ketenteraman. Seorang anak yang mempunyai sikap-sikap seperti digambarkan tadi degil, membangkang, tidak mau mendengarkan, pelahap, peminum, adalah seorang anak yang mempunyai benih dan potensi yang sangat besar nantinya untuk menjadi masalah dalam masyarakat, dalam keluarganya. Dia akan menjadi orang yang bisa menebarkan kejahatan di tengah-tengah masyarakat di mana dia hidup, maka Tuhan memberikan perintah yang sangat jelas sekali. Kalau seorang anak sudah menunjukkan bakat atau potensi menjadi seorang penjahat seperti itu maka Tuhan menghendaki orang ini dihukum, dan hukumannya adalah hukuman mati. Sangat keras sekali perintah Tuhan, kenapa? Sebab memang Tuhan tidak menoleransi dosa. Jadi suatu dosa hendak ditelorkan maka Tuhan meminta telor itu harus dibuang, sehingga tidak akan menjadi benih-benih dosa yang lebih besar lagi nanti di dalam masyarakat Yahudi saat itu. Dari ayat ini kita bisa simpulkan dengan sangat mudah bahwa Tuhan memang mengharapkan anak menghormati dan secara spesifik menaati orangtuanya. Nah pertanyaan berikutnya adalah kenapa Tuhan meminta itu, sebab memang bukankah Tuhan sudah menetapkan sebuah mata rantai ketaatan. Yang pertama adalah kita taat kepada Tuhan, kemudian di atas dalam keluarga seorang suami, istri taat kepada suaminya, kemudian anak-anak taat kepada orangtuanya. Jadi sebuah mata rantai otoritas, maka Tuhan menghendaki anak hormat kepada orangtua. Kenapa, karena ini mata rantainya. Tapi pertanyaan berikutnya adalah apakah inilah satu-satunya petunjuk di Alkitab tentang otoritas orangtua. Dan ternyata tidak demikian Pak Gunawan, sebab kalau kita hanya mendasari pada kedua ayat ini kita tidak bisa tidak harus berkata apapun yang orangtua katakan kita harus ikuti. Kalau orangtua tidak setuju dengan pasangan kita, kita harus putuskan langsung tanpa bertanya. Nah apakah ketaatan seperti itu yang Tuhan inginkan dari kita sebagai anak-anak Tuhan, dan ternyata jawabannya tidak seperti itu sewaktu kita melihat firman Tuhan. Misalnya di Matius 10:35-37, firman Tuhan berkata: "Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seiisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku....." Di sini Tuhan memberikan perintah yang sangat jelas, di atas segalanya manusia harus taat kepada Tuhan. Jadi tidak benar kalau anak membabi-buta menaati orangtuanya, sebab di atas orangtua masih ada Tuhan. Dan ketaatan yang paling puncak adalah ketaatan kepada Tuhan sendiri.PG : Untuk itulah memang kita harus mencoba menemukan prinsipnya Pak Gunawan, sebab benar sekali, inilah pergumulan. Orangtua berkata, "Kami adalah wakil Tuhan, kami lebih tahu apa yang baik da sebagainya, kalian harus ikuti."
Tapi si anak berkata, "Tidak, Papa-Mama tidak mengerti sepenuhnya dan Papa-Mama tidak selalu benar dalam penilaiannya, jadi berilah juga kebebasan kepada kami untuk memilih." Apalagi dalam soal memilih pasangan hidup, hal yang sangat sensitif sekali, sering kali yang terjadi adalah pertikaian orangtua dan anak soal pemilihan pasangan hidup ini. Saya akan bagikan tiga prinsip Pak Gunawan, yang pertama adalah sikap pertama yang harus kita miliki adalah sikap menghormati orangtua. Ini perintah Tuhan, jadi titik berangkat kita adalah keinginan menaati orangtua, jangan sampai kebalikannya. Titik berangkat kita adalah "O, ini urusan saya, ini kehidupan saya, nanti yang menikah saya, peduli amat dengan perkataan orangtua saya." Jangan sampai ini menjadi titik berangkat kita, kalau ini titik berangkat kita berarti kita sudah menyalahi firman Tuhan. Sebab firman Tuhan meminta kita dengan jelas menghormati orangtua, dan menghormati artinya menaati. Tadi saya sudah jelaskan kalau dibandingkan dengan ulangan pasal 21 tadi, sudah jelas Tuhan benar-benar melarang anak membangkang kepada orangtua. Itulah maknanya menghormati yaitu tidak membangkang alias menaati. Jadi titik berangkat adalah menaati. Bersiaplah untuk mendengarkan masukan orangtua, ini harus menjadi titik berangkat kita. Kenapa kita harus menerima masukan orangtua, sebab pada umumnya mereka memang lebih mengenal kita, dibandingkan orang lain yang lebih mengenal kita adalah orangtua, dan orangtua lebih memiliki pengalaman hidup yang panjang, sehingga dapat memberikan arahan yang sesuai pula. Sekali lagi titik berangkatnya adalah mau menghormati alias mau menaati, jangan kebalikannya, titik berangkatnya mau membangkang dan berkata masa bodoh dengan pendapat orangtua.PG : Itu sebabnya orangtua memang harus memberikan penjelasan kenapa mereka mengambil posisi itu. Ini membawa kita kepada prinsip berikutnya yaitu kita mesti meneropong semua hal termasuk posis orangtua kita atau nasihat orangtua kita dari teropong firman Tuhan.
Apakah pendapat orangtua kita itu sesuatu hal yang sesuai atau berlawanan dengan firman Tuhan. Ini perlu kita teropong, sebab adakalanya jelas-jelas kehendak orangtua tidak sesuai dengan firman Tuhan. Misalnya, kamu harus menikah dengan dia sebab dia mempunyai kekayaan yang sangat besar, kalau kamu menikah dengan dia itu baik untuk keluarga kita dan sebagainya. Alasan ini jelas tidak sesuai dengan firman Tuhan, kita tidak memilih orang karena dia kaya, kita harus melihat orang dengan lebih jelas yaitu siapakah dia, bukan melihat pada hartanya. Jadi adakalanya orangtua bisa keliru. Di sinilah tugas semua baik orangtua maupun anak untuk bisa meneropong keputusan-keputusan itu dari teropong firman Tuhan. Jadi kita jangan sampai kita akhirnya melalaikan firman Tuhan demi mengikuti pendapat orangtua.PG : Saya memahami bahwa pada umumnya orangtua berniat baik untuk anak-anaknya, wah ini sepertinya cocok buata anak saya." Saya kira tujuannya tidak buruk tapi masalahnya adalah orangtua juga hrus mengerti batas bahwa meskipun menurut mata orangtua ini cocok, tapi kita juga harus mengerti bahwa cinta tidak bisa dihidupkan secara mekanistik.
Ada orang-orang yang kita temui dan memang kelihatannya cocok tapi memang tidak ada perasaan apa-apa terhadapnya. Kalau orangtua kita bertanya, "Kenapa, tidak cocoknya apa?" Cocok, tidak ada yang tidak cocok tapi memang tidak ada perasaan apa-apa, memang ini sering kali menjadi dilema sebab orang akan berkata, "Jangan pusingkan cinta, yang penting cocok." Tapi bagaimanapun juga cinta memang penting dalam pernikahan. Akan sulit sekali bagi anak-anak kita untuk hidup dengan orang-orang yang tidak dicintainya. Jadi perlu sekali dialog antara orangtua dan anak; orangtua menjelaskan kenapa mereka berpendapat seperti ini, mengapakah menurut mereka orang ini cocok untuk anak dan sebagainya. Si anak juga menjelaskan bahwa, "Ya, orang ini baik, cocok buat saya tapi saya juga mempunyai satu kriteria yaitu saya mesti mencintainya. Bagaimana kalau kita menunggu sampai menemukan yang cocok dan yang saya cintai, jangan sampai tergesa-gesa hanya memilih karena cocok tapi tidak mencintai." Ini perlu dialog, tapi yang terpenting di sini adalah perlu kepercayaan. Kadang-kadang anak tidak bersedia mendengarkan masukan orangtua karena anak sudah mempunyai praduga bahwa orangtua meminta saya menikah dengan orang ini atau melarang saya karena orangtua itu hanya memikirkan kepentingannya tidak memikirkan kepentingan saya. Ini sering kali akhirnya menjadi gap atau pemisah, kalau si anak bisa percaya orangtuanya itu berniat baik dan memang memikirkan kepentingannya, dia akan lebih siap mendengarkan orangtuanya.PG : Tidak ada salahnya orangtua menguraikan tentang siapakah pasangan yang sehat, yang cocok, yang sesuai, dengan cara itu anak mempunyai gambaran. Namun sebisanya orangtua membicarakan hal in jauh hari sebelumnya, jangan waktu kita misalkan si anak mulai membawa pacarnya baru orangtuanya berbicara.
Itu sudah terlambat, maka pelajaran-pelajaran ini harus dibagikan kepada anak tatkala anak masih lebih kecil. Namun yang kedua adalah orangtua juga harus berhati-hati, kadang kala orangtua dilihat oleh anak terlalu menghakimi orang, jadi orangtua akhirnya dinilai orang jahat oleh anak. "Papa, mama itu memang senang menghakimi orang, belum apa-apa sudah menghakimi, membeda-bedakan orang, mendiskriminasi orang." Nah kalau anak sudah mempunyai konsep seperti itu kepada orangtua, maka besar kemungkinan si anak tidak mau lagi mendengarkan orangtuanya sewaktu dia bersama dengan orang yang dia tahu orangtuanya pasti tidak setuju, karena berlawanan dengan yang diminta oleh orangtuanya. Maka perlu keseimbangan, orangtua perlu memberitahukan siapa yang cocok dengannya, tapi jangan terlalu sering, dan jangan terlalu memaksakan karena kalau terlalu memaksakan, si anak akan mempunyai anggapan bahwa orangtuanya terlalu menghakimi, terlalu membeda-bedakan orang sehingga nanti apapun yang orangtua katakan aakan diabaikan oleh si anak.PG : Betul, namun dalam perjalanannya saya tidak berkata orangtua tidak boleh memberikan sama sekali masukan, tetap saya kira ada baiknya. Tapi bukan dengan nada 'kamu harus', kamu tidak boleh egini, kamu harus begini.
Nah itu susah, lebih baik dengan nada berdialog. "Kamu mencintai dia, dia baik dengan kamu tapi kamu pernah pikirkan atau tidak tentang hal ini, tolong kamu pikirkan." Dengan cara-cara seperti itu sering kali anak akan lebih tanggap, dibandingkan dengan orangtua yang belum apa-apa mengkritik apalagi menjelek-jelekkan. Misalnya, "Ngapain kamu sama dia, pendek seperti itu." Anak akan berkata, "Papa-mama kok menilai orang berdasarkan tinggi badannya, papa-mama tidak mengenal hatinya. Bukankah hati lebih penting daripada tinggi badannya." Nah di situ orangtua harus berhati-hati. Jadi untuk hal-hal yang tidak terlalu krusial, orangtua memang tidak perlu terlalu menekankan; yang penting-penting itulah yang orangtua perlu lebih tekankan.PG : Ada juga yang begitu, jadi mereka akhirnya tidak terlalu takut mendapatkan tantangan dari orangtuanya. Tapi sekali lagi saya ingin tekankan, orangtua seharusnya tetap berperan namun dengancara yang lebih lunak dan lebih tepat.
Kembali pada contoh tadi tentang terlalu pendek, memang anak kita akan berargumen hatinya baik, tidak apa-apa terlalu pendek. Itu argumen yang betul, namun sebagai orangtua kita bisa mengajukan pertanyaan misalnya, "Papa-mama tidak malu dengan dia, papa-mama siap menerima dia, nah pertanyaan kami untuk kamu hanyalah ini saja; apakah nanti kamu tidak akan malu dengan dia, apakah kamu dengan tinggi badan yang terlalu berbeda itu seperti jari telunjuk dan jempol, apakah kamu nanti siap menghadapi kolega-kolega kamu di dunia profesional, dengan perbedaan yang mencolok seperti itu. Kalau kamu berkata, 'saya siap, saya tidak apa-apa dan saya tidak akan merasa malu dengan dia.' Bagus, peganglah janji itu jangan sampai nanti dia kasihan. Kamu malu membawa dia ke mana-mana, kamu hanya keramkan dia di rumah nah bukankah itu kasihan dengan pasanganmu, jadi mohon ini dipikirkan." Jadi dengan cara seperti itulah kita menuntun anak kita.PG : Mungkin sekali pesannya itu anak bisa terima, tapi sikapnya, caranya yang otoriter itu yang membuat anak akhirnya tidak mau menerima.
PG : Betul, nah ini sayang sekali Pak Gunawan, sebab sesungguhnya ketidaksetujuan orangtua sering kali memang lebih berkaitan pada kesejahteraan hidup anak itu sendiri. Memang adakalanya berkaian dengan dosa dan itu yang harus kita teropong tapi cukup sering sebetulnya konflik orangtua anak dalam pemilihan pasangan bukan berkaitan dengan dosa tapi lebih berkaitan dengan kesejahteraan hidup anak itu sendiri.
Artinya kadang orangtua melihat hal-hal yang tidak dilihat anak, dalam kasus seperti ini saran saya kepada si anak adalah carilah masukan dari orang lain, dari anak-anak Tuhan yang matang, dengarkan masukan mereka, bandingkan masukan mereka dengan pendapat orangtua. Nah dengan kita membandingkan kita bisa melihat dengan lebih obyektif. "Ya...ya orangtua saya benar juga," misalkan tentang pernikahan yang tidak sesuku dan sebagainya, sudah jelas firman Tuhan tidak melarang dan tidak boleh kita membedakan orang berdasarkan suku. Namun dalam pernikahan yang kita mesti juga camkan adalah kesesuaian, kecocokan, nah kecocokan ini menyangkut perbedaan. Semakin berbeda budaya dan latar belakang kita, kita semakin banyak perbedaan. Kita mesti siap untuk bisa membereskan perbedaan ini, ini yang menjadi tugas orangtua untuk memunculkannya kepada anak. Sehingga anak-anak melihat, "O.....orangtua saya itu bukannya rasialis, tapi orangtua memikirkan kesejahteraan saya; saya siap atau tidak menikah dengan orang yang latar belakang sangat berbeda dengan saya. Apakah saya sudah cukup menyesuaikan diri dengan dia." Jadi dengan cara-cara ini si anak akan lebih jeli dengan hal memilih pasangan. Firman Tuhan yang bisa saya bagikan di sini adalah Amsal 11:14, "Jikalau tidakada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." Jadi carilah banyak penasihat, carilah teman-teman, carilah hamba Tuhan, pemimpin kita yang lebih rohani dan lebih matang dari kita. Bandingkan nasihat mereka dengan nasihat orangtua kita, nah ini akan menolong ktia melihat dengan lebih jernih.PG : Betul, atau misalkan menikah dengan orang yang tidak seiman; kita dengan tanpa kompromi harus berkata, "Kami tidak setuju." Tapi kalau anak itu tetap berkata, "Saya akan menikah juga," ya ita sebagai orangtua memang tidak bisa berkata apa-apa lagi tapi kita harus menyatakan posisi kita, "Kami tidak setuju, dia mungkin baik tapi begitu kamu menikahinya kamu melawan kehendak Tuhan dan kami tidak siap dengan kamu melawan kehendak Tuhan."
38. Membedakan Cinta dan Suka |
|
Suka dan cinta bukanlah dua perasaan yang berlawanan; sebaliknya, acap kali cinta dan suka merupakan dua perasaan yang berdekatan sebab pada umumnya rasa suka merupakan benih bertunasnya rasa cinta. Kendati keduanya berdekatan, keduanya tidaklah sama, dimana letak perbedaan itu?
Suka dan cinta bukanlah dua perasaan yang berlawanan; sebaliknya, acap kali cinta dan suka merupakan dua perasaan yang berdekatan sebab pada umumnya rasa suka merupakan benih bertunasnya rasa cinta. Kendati keduanya berdekatan, keduanya tidaklah sama. Masalah muncul tatkala kita menyamakan keduanya dan memasuki pernikahan dengan bekal rasa suka-yang kita anggap, cinta. Itu sebabnya penting bagi kita untuk dapat membedakan keduanya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa perbedaannya.
Suka bersifat permukaan; dengan kata lain, kita menyukai apa yang
dapat kita lihat atau tangkap dengan pancaindera, misalkan penampilan,
gaya bicara, kecocokan minat dan sebagainya. Cinta bersifat lebih
dalam; kita mencintai seseorang karena karakternya.
Suka bersifat sektoral, artinya kita menyukai bagian tertentu dari
orang tersebut dan sudah tentu, ada bagian lainnya yang tidak kita
sukai. Cinta bersifat utuh dan menyeluruh, artinya kita tetap
mencintainya kendati ada hal tentang dirinya yang tidak kita sukai.
Cinta dapat menoleransi dan menerima ketidaksempurnaan sedangkan suka
berpusat pada apa yang pas dan sesuai di hati.
Berdasarkan perbedaan di atas ini, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil agar kita tidak terjebak dalam keputusan keliru akibat rasa suka belaka.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami pada acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Membedakan Cinta dan Suka". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Memang ada perbedaan Pak Gunawan, ini memang mesti dicermati, sebab kalau tidak adakalanya orang menyamakan keduanya dan ada yang memutuskan menikah atas dasar suka meskipun menurut orang ersebut dasarnya adalah cinta.
Sudah tentu suka dan cinta bukanlah dua perasaan yang berlawanan, sering kali suka mendahului cinta, dengan kata lain dari suka berkembanglah cinta. Namun keduanya memiliki beberapa perbedaan. Yang pertama adalah suka dan cinta berbeda dalam hal pemunculannya. Biasanya suka muncul dalam waktu yang singkat sedangkan cinta bertumbuh lewat pengenalan yang panjang. Jadi perasaan yang kita rasakan tatkala bertemu dengan seseorang dan langsung "mencintainya" sebenarnya adalah rasa suka yang kuat. Kenapa saya berkata seperti itu, sebab cinta tidak bertumbuh dalam waktu yang sesingkat itu, yang bertumbuh dalam waktu yang sesingkat itu adalah rasa suka. Jadi kita membedakan rasa suka dan cinta, pertama-tama dari pemunculannya itu.PG : Biasanya kita harus melewati waktu yang lumayan panjang, berbulan-bulan. Jikalau cinta, maka rasa suka itu akan bertumbuh. Setelah melewati waktu misalkan 5, 6 bulan dan rasa itu tetap adadan malah makin menguat, kita bisa dengan aman berkata, ini lebih dari sekadar rasa suka, ini adalah cinta; meskipun cinta itu sendiri harus mengalami ujian-ujian.
Tapi setidak-tidaknya kita akan lebih aman untuk memanggilnya cinta, tapi kalau misalkan baru satu hari kita langsung berkata ini cinta, kemudian kita memutuskan sebulan kemudian untuk menikah; saya kira ini terlalu tergesa-gesa. Ini kadang-kadang yang terjadi di Amerika Serikat, ada orang-orang pergi ke Las Vegas dalam masa kencan mereka. Tiba-tiba dalam satu malam mereka memutuskan, "Marilah kita menikah." Di Las Vegas, memang untuk menikah sangat mudah sekali, sudah ada wedding caple yang langsung bisa menikahkan mereka. Langsung pergi ke wedding caple yang sering kali buka 24 jam dan di sana langsung menikah. Tapi apa yang terjadi, seminggu kemudian mereka menyesal berkata, "Kenapa harus menikah dengan kamu, ternyata tidak cocok dan sebagainya." Dan perasaan yang tadinya begitu kuat, sekarang hilang, tidak ada lagi. Apa yang terjadi? Rasa suka itu akhirnya lenyap dan digantikan oleh perasaan tidak tertarik sama sekali. Jadi waktu biasanya akan diperlukan, sekitar mungkin 5, 6 bulan untuk bisa memastikan bahwa ini adalah sebuah perasaan cinta.PG : Saya kira itu bukan cinta tapi rasa suka yang sangat kuat. Apakah dari situ bisa berkembang menjadi cinta? Bisa, sudah tentu lebih baik memulai sebuah relasi atas dasar suka daripada atas asar benci.
Meskipun ada orang yang berkata dari benci nanti lama-lama bisa menjadi cinta, ya mungkin saja tapi bukankah jauh lebih baik bahwa relasi itu didasari awalnya oleh rasa suka. Rasa suka yang sangat kuat, seolah-olah kita menemukan yang kita cari-cari itu, itulah yang sering kali dikatakan sebagai cinta pada pandangan pertama.PG : Yang berikutnya adalah dalam hal kedalaman, ternyata suka dan cinta juga berbeda. Rasa suka bersifat permukaan, dengan kata lain kita menyukai apa yang kita bisa lihat atau tangkap dengan anca indra.
Misalnya kita menyukai penampilannya, gaya bicaranya, kita melihat adanya kecocokan minat dan kita menyukai minatnya itu. Itulah biasanya yang melahirkan rasa suka, sedangkan cinta bersifat lebih dalam. Kita mencintai seseorang karena karakternya, sesuatu yang lebih tersembunyi dan tidak nampak dengan langsung, biasanya dengan kita menghabiskan waktu bersamanya, melewati peristiwa demi peristiwa dalam kehidupan kita bersama. Barulah kita menyadari karakter yang terkandung dalam diri orang tersebut. Nah apakah karakter bisa terlihat pada hari pertama kita bertemu, biasanya tidak, kita hanya melihat sebuah permukaan. Kalau kita berkata saya suka, saya menyukai semua itu, ya memang itu adalah rasa suka karena kedalamannya sangat bersifat dangkal atau permukaan. Apa yang tampak dan kita lihat itulah yang kita sukai sedangkan cinta harus melewati proses waktu dan proses kebersamaan sehingga akhirnya kita bisa berhasil melihat karakter-karakter yang terkandung pada diri orang tersebut.PG : Sering kali begitu, misalkan kita ini orang yang suka berdiskusi secara rasional, kemudian bertemu dengan seseorang yang mempunyai kesamaan, suka diskusi secara rasional. Dan misalkan mendskusikan topik yang sama, meskipun kita dua-duka suka berdiskusi tapi kalau topiknya berbeda kita susah merasakan adanya kesinambungan atau adanya kecocokan, tapi kalau senang diskusi dan pas senang diskusi dengan topik yang sama, wah kita benar-benar merasa menyatu atau istilahnya nyambung, bicaranya enak.
Sekali lagi itu hal-hal yang nampak di permukaan dan tidak salah. Saya ini tidak berkata, "Jangan memulai relasi atas dasar kesukaan seperti ini, o.....tidak, ini adalah hal yang positif, hal yang baik namun berhati-hatilah jangan identikkan ini dengan rasa cinta sebab cinta bersifat jauh lebih dalam.PG : Nah ini sebetulnya memunculkan lagi suatu dimensi yang lain Pak Gunawan, tentang perbedaan cinta dan suka, ternyata cinta itu mempunyai cakupan yang lebih menyeluruh sehingga cinta itu menakup bukan saja apa yang kita sukai, namun apa yang tidak kita sukai.
Nah di sini kita mulai melihat perbedaannya, kalau suka bersifat sektoral, artinya kita hanya menyukai bagian tertentu dari orang tersebut dan sudah tentu ada bagian lainnya yang tidak kita sukai. Sedangkan cinta bersifat utuh dan menyeluruh meskipun kita menyadari ada hal-hal yang tidak kita sukai dari dirinya tapi tetap kita berkata kita menerimanya. Kita bisa melihat dia secara utuh bahwa dia tidak terdiri hanya dari bagian-bagian ini, bagian-bagian yang tidak kita sukai dan bagian-bagian yang kita sukai dan kita lihat keseluruhannya dia adalah orang yang cocok dan baik untuk kita. Sedangkan rasa suka, waktu kita melihat ada hal yang tidak kita sukai ya sudah kita tidak mau lagi melanjutkan hubungan itu sebab dasarnya memang hanyalah suka. Suka yang dilandasai atas hal-hal yang menyenangkan hati kita.PG : Betul sekali, dan ini sering kali menjadi masalah dalam pergaulan, dalam berelasi, misalnya di gereja dalam pengurusan di antara pemuda. Kita akhirnya kecewa berat dan berkata saya kok diprmainkan dan sebagainya.
Tapi pihak yang satunya sebetulnya memang tidak pernah menyatakan cinta, dia hanya menyukai hal tertentu tentang diri kita. Misalkan dia suka berbicara dengan kita, dia suka mendengarkan masukan-masukan kita, dia suka penghiburan-penghiburan yang bisa kita berikan kepadanya. Nah bisa jadi itulah yang merekatkan kita, yang membuat kita bersahabat dengan dia tapi dia tidak memiliki maksud lain, dia hanya menikmati bagian tertentu itu saja. Kita memang mesti menunggu dan tidak langsung menyimpulkan wah dia mencintai saya. Tunggulah apakah dari rasa suka ini nanti ada perkembangan lebih lanjut, apakah misalkan dia mulai mengajak untuk pergi, untuk berbicara di luar, untuk misalkan dia mengajak kita menikmati sesuatu sebab dia juga menikmatinya. Nah makin banyak hal-hal yang dia ajak untuk kita terlibat di dalamnya, makin menunjukkan dia ingin mengembangkan relasi ini dan rasa sukanya ternyata sekarang mulailah melebar sebab dia sedang mengekplorasi area-area lain dalam hidup kita. Ini memang memunculkan hal yang penting, jangan kita itu langsung menyimpulkan orang tersebut mencintai kita.PG : Jangan tergesa-gesa dalam menentukan pilihan dengan siapa kita menikah. Benar-benar satu prinsip yang mesti kita pegang dalam berpacaran dan menikah adalah jangan tergesa-gesa. Waktu akan enjernihkan perasaan apakah itu suka ataukah cinta.
Jika perasaan kita bertahan lama dan makin bertumbuh, besar kemungkinan itu adalah cinta. Tapi kalau sudah 1bulan, 2 bulan perasaan itu makin menukik, makin menukik dan akhirnya hilang berarti itu bukan cinta. Jadi jangan langsung mengutarakan perasaan kita terhadap pihak yang satunya, kita akan sangat merugikan dia, kita membuatnya percaya bahwa kita ini serius mencintai dia, pada hal setelah tiga bulan kita berkata, "Maaf, perasaan cinta saya sudah tidak ada lagi." Bukan, memang pada awalnya yang ada adalah rasa suka bukan rasa cinta, jadi kita mesti dewasa dalam hal ini. Waktu mulai merasakan sesuatu dalam hati kita, ketertarikan pada seseorang jangan buru-buru membuka mulut, menyampaikan, apalagi janji-janji, komitmen-komitmen, jangan. Ujilah dulu melalui proses waktu, beri misalkan 4 bulan, 5 bulan atau 6 bulan barulah bertindak. Kalau ada di antara kita yang berkata, "Tapi bagaimana kalau sudah menunggu 6 bulan kemudian diambil oleh orang lain?" Berarti itu memang bukanlah pasangan yang Tuhan berikan untuk kita, sebab kalau itu untuk kita dalam rencana Tuhan, Tuhan akan mempersiapkan dia untuk kita dan kita tidak perlu takut kehilangan dia.PG : Sering kali begitu Pak Gunawan, sebab ternyata memang keduanya merupakan perasaan yang bertetangga jadi kalau yang satu memang tidak ada, yang satunya juga sering kali turut-turut lenyap.
PG : Adalah ini Pak Gunawan, jangan bersandiwara dan menutupi diri. Maksud saya adalah kita mesti dari awal menjalin relasi menekankan prinsip keterbukaan. Keterbukaan akan memperjelas pandanga orang terhadap diri kita sehingga ia dapat melihat bagian yang mungkin tidak disukainya dan menimbang untuk menerimanya atau tidak.
Jangan dari awal kita itu sudah bersandiwara. Kita mulai mengatur perilaku kita, sikap kita, nada suara kita, respons kita, perasaan kita yang kita munculkan. Bersikaplah apa adanya, berceritalah apa adanya, jangan dari awal kita itu sudah main sembunyi-sembunyian, berusaha menyembunyikan masa lalu kita, hal-hal tentang diri kita yang kita anggap memalukan, yang kita anggap buruk kita sembunyikan semua itu rapi-rapi. Jangan, berilah kesempatan kepada pasangan untuk mengenal kita apa adanya. Nah ini berhubungan dengan yang tadi kita bicarakan yaitu rasa suka bersifat sektoral, cinta bersifat utuh dan menyeluruh. Tugas kita pada masa berpacaran adalah membuka pintu agar pasangan dapat melihat siapa kita apa adanya. Dengan kata lain kita mencoba untuk memperlebar sektor demi sektor sehingga pasangan dapat melihat seutuhnya siapakah kita ini. Kalau setelah melihat tetap akhirnya berkata saya mencintai kamu, bukankah kita juga yang paling senang, kita juga sebetulnya yang akan menimba manfaat dari keterbukaan kita bahwa kita sekarang tahu pasti bahwa dia mencintai kita. Kalau kita tutup-tutupi memang seolah-olah kita mendapatkan jaminan dia tidak akan meninggalkan kita karena dia tidak tahu siapa diri kita sepenuhnya. Tapi bukankah kita bermain api karena dia hanyalah akan terus berkutat pada rasa suka, suka akan apa yang dilihatnya dan kita memang mengatur supaya dia hanya melihat sektor tertentu dalam hidup kita ini. Saya kira ini berisiko tinggi, relasi ini akan mudah sekali patah. Tapi relasi yang kuat, relasi yang bisa diuji adalah relasi yang dari awalnya menekankan keterbukaan apa adanya.PG : Itu betul sekali Pak Gunawan, dan ini mengingatkan kita akan pentingnya prinsip waktu. Artinya, janganlah kita ini langsung terjun ke dalam sebuah relasi cinta atau komitmen, tapi mulailahdengan persahabatan, pertemanan dalam kelompok, sehingga lewat pertemanan yang lebih bersifat kelompok ini dan tidak terlalu mengikat ini, kita bisa berkesempatan untuk mengenal teman kita ini dengan lebih dekat.
Sehingga kita bisa melihat pula karakternya, sifat-sifatnya; apakah dia orang yang bisa kita percaya, apakah memang dia orang yang layak dan cocok menjadi pasangan kita. Kalau orang itu juga menunjukkan minat yang sama dan kita sudah cukup mengenalnya, nah ini akan menjadi bekal untuk kita menentukan berapa banyak tentang diri kita yang dapat kita bukakan kepadanya. Awal-awalnya kita tidak akan membukakan semuanya, kita akan membukakan secara bertahap tentang siapa kita, masa lalu kita, kebiasaan atau hal-hal yang mungkin kita takut nanti akan menimbulkan penolakan dari pasangan kita. Tapi secara bertahap bukalah, lihatlah reaksinya; apakah dapat dipercaya, apakah dia orang yang bertanggung jawab, melewati semuanya itu, melewati suatu proses yang agak panjang, pada akhirnya kita bisa berkata, "Saya bisa percaya, dia sudah membuktikan diri layak dipercaya, saya akan cerita semuanya." Setelah itu lihatlah apakah dia tetap masih bisa menyukai dan mencintai kita, jikalau 'ya', kita pun dengan damai bisa berkata, "Dia mencintai saya, sebab dia sudah tahu semuanya siapa saya dan tetap dia mau memelihara relasi ini."PG : Betul, memang seperti tadi saya katakan, keduanya itu bertetangga; yang satu mendahului yang satunya, rasa suka mendahului rasa cinta, maka membedakan keduanya kadang sulit. Satu prinsip yng ingin saya bagikan yaitu jangan mencurigai rasa suka, sebab relasi seharusnya diawali rasa suka meski tidak selalu harus diisi olehnya.
Janganlah takut membiarkan diri diuji, sebab ujian akan memurnikan rasa suka. Jika rasa suka hilang, memang seharusnya lenyap, namun sebaliknya bila bertahan itu akan bertumbuh menjadi sebuah rasa cinta, dan akan memperlihatkan rasa cinta yang telah tahan uji.PG : Betul sekali, jadi benar-benar jangan takut. Jangan takut dengan waktu, jangan takut kehilangan dia, ini semua adalah tindakan-tindakan yang meninggikan risiko patahnya relasi di kemudian ari.
PG : Saya kira dalam kota yang sama kita mungkin bertemu dua, tiga kali seminggu selama-lamanya enam bulan, seharusnya kita sudah mempunyai gambaran yang jelas, apakah ini rasa suka atau rasa cnta.
Kalau setelah enam bulan masih belum jelas juga, saya kira ini tidak lazim, sebab seharusnya setelah enam bulan akan lebih jelas semua ini.PG : Betul, dan tidak adil untuk kita terus berkata saya masih tetap menguji, sampai lima tahun kemudian tetap masih menguji, kapan lulusnya. Jadi memang tidak bijaksana kalau orang bersikap seerti itu.
Setelah cukup tahu misalkan lima, enam bulan, kita seharusnya sudah bisa memastikan ini cinta atau bukan.PG : Betul, tapi kita apa adanya sehingga tidak merugikan orang tersebut, jangan sampai dia terus memelihara harapan bahwa kita nanti akan memberi tanggapan seperti yang diingininya.
PG : Betul, maka sekali lagi cinta memang harus timbal balik, relasi dibangun oleh dua orang dengan dua perasaan yang memang seharusnya akhirnya menyatu dan sama. Jadi jangan kita memaksakan yag satunya, kalau kita sudah mencinta dan yang satu belum, ya tunggu sampai waktu tertentu, kalau dia tetap belum mencintai kita juga, ya sudah kita harus terima dan berkata, "Ok, saya lepaskan, memang bukan ini yang Tuhan sediakan untuk kita."
Yang terakhir yang ingin saya bagikan adalah cinta merupakan keinginan yang kuat untuk memberi, bukan untuk menerima. Jadi ukurlah dengan berjalannya waktu apakah keinginan untuk berjorban dan memberi bertambah kuat atau melemah. Firman Tuhan berkata, "Kasih tidak mencari keuntungan sendiri." IKorintus 13:5. Kalau relasi diikat hanya oleh rasa suka, manfaat untuk diri menjadi titik tolak. Sebaliknya relasi yang didasari oleh kasih atau cinta akan terus bertumbuh melewati apa yang tidak disukainya. Ini adalah kriteria yang dapat kita gunakan. Rasa suka berlawanan dengan keinginan untuk memberi atau untuk berkorban, sebab suka bersifat kepentingan pribadi (untuk saya), sedangkan cint adalah pemberian, bersifat memberikan, berkorban untuk pasangan atau seseorang yang kita cintai. Jadi kalau orang berkata saya mencintai tapi dia ingin menjajah, menguasai orang itu supaya orang itu mengikuti semua kehendaknya dan memuaskan segala keinginannya, itu bukanlah cinta, itu adalah rasa suka. Dan kalau sampai seperti itu ekstrimnya rasa suka itu memang tidak diisi oleh kedewasaan tapi cinta akan siap memberi, siap berkorban, kalau memang itu yang bertumbuh dalam diri kita, keinginan memberi, berkorban, melewati proses waktu yang panjang dapatlah kita berkata dengan aman, ini bukan rasa suka belaka tapi ini adalah cinta.PG : Betul sekali, itu sebabnya di Yohanes 3:16 dikatakan Allah mengasihi isi dunia sehingga mengaruniakan anakNya yang tunggal. Jadi sekali lagi konsep kasih selalu adalah konsep memberi dan brkorban.
Sedangkan konsep suka lebih bersifat pada kepentingan diri sendiri.GS : Terima kasih sekali Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp.Pdt.Dr.Paul Gunadi dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Membedakan Cinta dan Suka", bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristesn (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami mengundang Anda untuk mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
39. Kehamilan Di Masa Remaja |
|
Masa remaja adalah jembatan yang menghubungkan masa kanak dan masa dewasa. Pada masa inilah remaja tahu dan dapat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang dewasa dan salah satu hal yang juga dapat secara fisik dilakukan remaja adalah berhubungan seksual. Akibat buruk perbuatan ini adalah kehamilan yang biasanya akan mengobrak-abrik kehidupan remaja. Jika itu yang terjadi, apakah yang harus dilakukan?
Masa remaja adalah jembatan yang menghubungkan masa kanak dan masa dewasa. Pada masa inilah remaja tahu dan dapat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang dewasa dan salah satu hal yang juga dapat secara fisik dilakukan remaja adalah berhubungan seksual. Pada masa remaja hormon seksual telah siap tersedia dan memampukan remaja bukan saja untuk memiliki dorongan seksual tetapi juga memberinya kesanggupan untuk melakukannya. Akibat buruk perbuatan ini adalah kehamilan yang biasanya akan mengobrak-abrik kehidupan remaja. Jika itu yang terjadi, apakah yang harus dilakukan?
Pertama, kepada anak remaja saya meminta agar kamu datang kepada Tuhan. Firman Tuhan berkata di Mazmur 118:8-9. Dalam doa, mintalah pengampunan Tuhan atas dosa yang telah kamu lakukan. Firman Tuhan berjanji, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil sehingga Ia akan mengampuni segala dosakita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9)
Silakan bagikan ketakutan, kebingungan, dan kehancuran hatimu. Tuhan akan menolongmu namun buatlah komitmen di hadapan Tuhan bahwa kamu akan menghadapi masalah ini dengan cara Tuhan. Kamu mesti berjanji kepada Tuhan bahwa kamu tidak akan menyelesaikan dosa dengan dosa yang lain.
Tuhanlah pemberi hidup; Dialah yang berhak mengambilnya. Kita tidak berhak menghilangkan kehidupan seorang ciptaan Tuhan yang Ia telah titipkan di tubuhmu. Firman Tuhan menegaskan, "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.... mata-Mu melihat selagi aku bakal anak...." (Mazmur 139:13 dan 16)
Kedua, saya meminta kamu untuk berbicara dengan pacarmu dan menegasulangkan komitmenmu untuk menghadapi semua ini dengan cara Tuhan. Apa pun yang dikatakannya bila itu berlawanan dengan kehendak Tuhan, jangan terima. Setelah itu katakanlah bahwa kamu akan menyampaikan berita ini kepada orangtuamu. Tetapkanlah hari di mana kamu dan pacarmu secara terpisah akan menyampaikan berita ini kepada orangtua masing-masing. Ini penting untuk disepakati sebab hampir dapat dipastikan, setelah satu pihak tahu, mereka tentu akan menghubungi orangtua pihak satunya.
Ketiga, saya meminta kamu untuk memberitahukan orangtuamu. Jika engkau takut, berbicaralah dengan kakak pembimbingmu di gereja atau gurumu di sekolah dan mintalah bantuannya untuk mendampingimu sewaktu engkau menyampaikan berita ini kepada orangtua. Kenapa kamu harus memberitahukan orangtuamu? Sebab bagaimanapun juga kamu tetap anak dan mereka orangtuamu yang mengasihimu. Sudah tentu reaksi pertama adalah terkejut dan marah, namun yakinlah di balik itu semua, mereka mengasihimu. Hati mereka hancur sebab mereka tidak ingin melihat hidupmu hancur. Itu sebabnya mereka marah.
Dalam pembicaraan dengan orangtua, apa pun yang mereka katakan, coba dengarkan dan jangan bantah. Mereka ingin melihat penyesalanmu; jika kamu membantah, kamu hanya membuat mereka beranggapan bahwa kamu belum bertobat, apalagi menyesali perbuatanmu. Mintalah maaf, kemudian berdiam dirilah. Jangan memberi penjelasan-penjelasan jika tidak diminta. Berilah tahu siapa nama teman atau pacarmu yang bertanggung jawab atas perbuatan ini. Beritahu orangtuamu bahwa pacarmu pada saat yang sama juga tengah memberitahukan orangtuanya. Jadi, mereka bisa saling menghubungi setelah pembicaraan ini berakhir.
Keempat, buatlah rencana. Kamu perlu meminta bantuan pelayanan Kristen yang menampung remaja seperti kamu pada masa kehamilan. Di tempat itu kamu akan tinggal bersama teman-teman yang sepenanggungan dan bersekutu bersama mereka. Kamu dapat saling menguatkan di dalam Tuhan. Juga di tempat itu kamu akan mendapatkan perawatan kesehatan untuk menjaga kondisi kamu dan bayi. Pada akhirnya kamu akan disiapkan untuk melahirkan dan menyerahkan anak ini untuk diadopsi.
Kamu sendiri masih belia dan belum tentu kamu siap untuk berumah tangga. Menurut saya, adopsi adalah jalan terbaik yang diperkenankan Tuhan.
Selama beberapa bulan kamu memang harus tinggal di tempat baru itu dan berhenti bersekolah. Semua ini memang tidak mudah namun perjalanan ini bukannya tanpa akhir. Pada masa ini hanya Firman Tuhanlah sumber kekuatanmu sebab memang kamu akan terombang-ambing. Tetap peganglah janji Tuhan; Ia setia dan akan menolong kamu. Ingatlah bahwa kehamilan ini bukanlah akhir hidupmu; kehamilan ini adalah (seharusnya) akhir dosamu. Jadi, lanjutkan hidup dan jangan berbuat dosa lagi.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Kehamilan Di Masa Remaja". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Masa remaja adalah jembatan yang menghubungkan masa kanak-kanak ke masa dewasa, pada masa inilah remaja tahu dan dapat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagaimana endaraan bermotor, merokok dan sebagainya.
Salah satu hal yang juga dapat dilakukan oleh remaja secara fisik adalah berhubungan seksual. Pada masa remaja kita tahu hormon seksual telah siap tersedia dan memampukan remaja bukan saja untuk memiliki dorongan seksual tapi juga memberinya kesanggupan untuk melakukannya. Dan kita tahu perbuatan ini dilarang Tuhan sebab Dia hanya menginginkannya terjadi di dalam pernikahan, namun kita juga memaklumi betapa kuatnya dorongan untuk melakukannya terutama tatkala remaja dan kita tahu akibat buruk dari perbuatan ini adalah kehamilan yang biasanya akan mengobrak-abrik kehidupan remaja. Waktu saya SMP saya masih ingat sekali ada seorang kakak kelas yang baru berumur kira-kira 15 tahun, saat itu hamil dan karena sudah ada pacar dan pacarnya jauh lebih tua kemudian mereka langsung dinikahkan. Saya tidak bisa membayangkan anak berumur 15 tahun menikah karena kehamilan. Jadi kadang-kadang itulah yang terjadi pada anak remaja kita, inilah berita yang paling buruk yang mungkin kita pernah dengar kalau ini harus terjadi dalam keluarga kita. Saya tidak bisa membayangkan apa reaksi orang tua tatkala anaknya datang dan berkata "Pa atau Ma, jangan marah saya hamil", sudah tentu ini akan menggoncangkan orang tua namun orang tua mesti menyadari bahwa waktu si anak menyadari bahwa dia hamil sudah tentu dia tergoncang sangat dahsyat, hidupnya benar-benar terjungkal, dia sangat ketakutan, bingung dan sebagainya. Itu sebabnya kita mau mengangkat topik ini Pak Gunawan, agar remaja bisa dengan penuh kekhusyukan memikirkan jangan sampai akhirnya terbawa emosi atau terbawa arus melakukan hal-hal yang kemudian dia sesali sewaktu dia menyadari atau mengetahui bahwa dia hamil.PG : Seringkali begitu. Jadi umumnya setelah misalkan lewat 3-4 bulan dia memang berharap-berharap mungkin haid saya terlambat atau ada anak remaja yang memang haidnya itu belum terlalu regular Jadi betul sekali Pak Gunawan, karena ketidaktahuan semacam ini karena dia masih kecil, akhirnya seringkali baru sadar, baru tahu dia hamil setelah melewati 4-5 bulan dan sebagainya.
PG : Betul sekali. Jadi sekali lagi karena banyaknya ketidaktahuan maka akhirnya terjadilah hal seperti itu, dan teman-temannya pun yang sudah melakukannya akan berkata kepadanya "Jangan takut,jangan khawatir saya sudah melakukannya berkali-kali tapi tidak pernah hamil dan sebagainya".
Karena banyak ketidaktahuan akhirnya remaja hamil dan baru mengetahuinya setelah berbulan-bulan hamil.PG : Betul sekali. Karena memang ini sudah menjadi fakta, kita harus memikirkan selanjutnya apa yang mesti kita lakukan.
PG : Saya ingin berbicara langsung kepada remaja, jadi saya ingin meminta kepada kamu yang remaja. Pertama-tama datang kepada Tuhan, firman Tuhan berkata dalam Mazmur 118:5-6, "Dalam kesesakan ku telah berseru kepada TUHAN.
TUHAN telah menjawab aku dengan memberi aku kelegaan. TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" Dalam doa mintalah pengampunan Tuhan atas dosa yang telah kamu lakukan, jangan dengarkan bisikan iblis yang mencoba meyakinkan kamu bahwa hidup kamu sekarang sudah tamat dan Tuhan pun tidak mau lagi menerimamu. Firman Tuhan berjanji di I Yohanes 1:9, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan". Silakan bagikan ketakutanmu, kebingunganmu, kehancuran hatimu dengan Tuhan maka Tuhan akan menolongmu dan akan mendampingimu melewati masa yang sulit ini, namun buatlah komitmen di hadapan Tuhan bahwa kamu akan menghadapi masalah ini dengan cara Tuhan. Kamu mesti berjanji di hadapan Tuhan, kamu tidak akan menyelesaikan dosa dengan dosa yang lain; yang saya maksud disini adalah aborsi. Tuhan pemberi hidup, Dialah yang berhak mengambilnya, kita tidak berhak menghilangkan kehidupan seorang ciptaan Tuhan yang telah Ia titipkan di tubuhmu. Bayi ini adalah ciptaan Tuhan yang Ia kehendaki untuk hadir dan hidup di dunia ini. Firman Tuhan menegaskan dalam Mazmur 139:13& 16, "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak." Jadi jangan sampai kamu melakukan dosa untuk menghilangkan dosa yang telah terjadi.PG : Justru datang kepada Tuhan, Tuhan mengerti bahwa kita ini manusia terbuat dari daging dan darah dan kita adalah seorang yang berdosa. Jadi Tuhan sudah mengerti dan Tuhan sudah menunjukkan tika baikNya dan kasih sayangNya kepada kita lewat kematianNya di kayu salib.
Tuhan mati di kayu salib bahkan sebelum kita bertobat, makanya firman Tuhan berkata bahwa Dia itu sudah mati untuk dosa-dosa kita, bahkan ketika kita masih berdosa. Jadi datanglah kepada Dia, Dia pasti membuka tanganNya dan akan mengundang kita masuk ke pelukanNya. Jangan sampai kita mendengarkan bisikan iblis yang mencoba meyakinkan kita untuk justru lari dari Tuhan, jangan dengarkan kalau iblis berkata "Pasti Tuhan sudah jijik dengan kamu dan sebagainya", justru kita mesti datang kepadaNya, Dia akan menolong. Jangan sampai mengira atau berpikir Tuhan tidak akan menolongmu lagi, Dia pasti mau menolong.PG : Betul sekali Pak Gunawan. Jadi saya minta benar-benar kepada remaja, jangan sampai menyelesaikan satu masalah dengan memunculkan masalah yang baru. Kembali lagi saya mau mengatakan kepada emaja, memang kamu dan pacarmu telah berdosa dan memang itu kenyataan, namun fakta dari kenyataan ini ada dalam kandunganmu itu menyatakan bahwa Tuhan menghendaki kehadiran dan kehidupannya di dunia ini.
Tuhan tidak akan membenarkan perbuatan dosa yang telah kamu lakukan, yang salah tetap salah. Namun Tuhan tidak ingin kita menambahkan dosa dengan dosa yang lain.PG : Biasanya itulah yang dilakukan oleh remaja putra dan saya juga mengerti kenapa remaja putra berkata seperti itu. Dia pasti juga ketakutan, dia tidak mau nanti orang tuanya tahu dan sebagaiya.
Namun sekali lagi saya harus berbicara kepada si remaja apapun yang dikatakan pacarmu, bila itu berlawanan dengan kehendak Tuhan, lebih baik jangan. Kalau pacar berkata "Gugurkan dan sebagainya" maka jangan terima, setelah itu katakanlah kepada pacarmu kamu akan menyampaikan berita ini kepada orang tuamu. Dia mungkin juga akan berkata, "Jangan beritahukan orang tuamu", Kita mesti menyampaikan berita ini kepada orang tua. Tetapkanlah hari dimana kamu dan pacarmu secara terpisah menyampaikan berita ini kepada orang tua masing-masing. Ini penting untuk disepakati sebab hampir bisa dipastikan, setelah satu pihak tahu maka mereka akan menghubungi orang tua pihak satunya dan jangan sampai orang tuanya tidak tahu dan baru tahu setelah diberitahukan oleh orang tua kita misalnya. Jadi sepakatilah hari dimana kamu berdua berbicara kepada orang tua secara terpisah. Justru kita mesti mendorong pacar kita untuk berbicara jujur kepada orang tuanya pula. Jadi orang tua dari kedua belah pihak sama-sama tahu dan juga saling berkomunikasi tentang masalah ini.PG : Saya mengerti sekali lagi, remaja pasti ketakutan dan menunda-nunda, kadang-kadang kita berharap siapa tahu dengan berjalannya waktu maka ada sesuatu terjadi. Misalnya bayi ini dengan sendrinya gugur sehingga dia tidak perlu lagi menghadapi masalah kehamilan dan sebagainya.
Kalau si remaja takut, ini yang saya ingin katakan kepada remaja berbicaralah dengan kakak pembimbingmu di gereja atau gurumu di sekolah, minta bantuannya untuk mendampingimu sewaktu engkau ingin menyampaikan hal ini kepada orang tuamu. Kenapa kamu harus memberitahukan orang tuamu? Sebab bagaimanapun juga kamu tetap anak dan mereka orang tua yang mengasihimu. Sudah tentu reaksi pertama adalah terkejut dan marah namun kamu mesti meyakini bahwa dibalik itu semua sebetulnya mereka mengasihimu, hati mereka hancur sebab mereka tidak ingin melihat hidupmu hancur, itu sebabnya mereka marah. Jadi jangan sampai kamu tidak memberitahukan orang tuamu. Saya juga mengerti di dalam kemarahan, orang bisa berbuat hal-hal yang kemudian mereka sesalkan, itu sebabnya penting bagi kamu untuk datang kepada orang tua dengan pendampingan seseorang jika kamu tahu bahwa orang tuamu akan melakukan hal-hal yang salah. Misalkan kamu tahu kalau orang tuamu bisa kalap memukulimu atau mereka mengunjungi rumah pacarmu dan melakukan hal-hal yang sangat salah kepadanya. Jika ini kemungkinan yang besar terjadi saya menyarankan agar kamu berbicara dengan orang tua dengan pendampingan kakak di gereja atau guru. Kehadiran orang lain dapat meneduhkan hati yang bergelora sehingga mereka tidak melakukan hal-hal yang gegabah.PG : Maka dia harus berbicara dengan orang yang tepat, umumnya saya yakin kalau saya berbicara dengan guru atau dengan hamba Tuhan di gereja, di persekutuannya, saya yakin kalau mereka akan mennggapi masalah yang serius ini.
Kalau misalnya dia tahu, misalnya ayahnya ada sakit jantung sebaiknya jangan berbicara dengan ayahnya dulu, berbicara dengan ibunya dulu dan biarkan nanti ibunya memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikan berita ini kepada ayahnya. Jadi perlu hikmat disini untuk mengabarkan berita ini kepada orang tua.PG : Bisa, jadi bisa disampaikan kepada kakak atau sanak saudara lain yang lebih tepat berbicara dengan orang tua kita.
PG : Apapun yang mereka katakan maka dengarkan dan jangan membantah, itu suatu reaksi yang penting sekali kita tunjukkan, sebab mereka ingin melihat penyesalan si remaja. Jadi kepada remaja say mau berkata, "Jika kamu membantah kamu hanya membuat mereka beranggapan kalau kamu belum bertobat apalagi menyesali perbuatanmu".
Jadi mintalah maaf dan berdiam dirilah jangan memberi penjelasan-penjelasan jika tidak diminta. Beritahukanlah siapa nama teman atau pacarmu yang bertanggung jawab atas perbuatanmu ini, jangan justru menyembunyikannya lagi, tidak mau memberitahukan dan sebagainya. Tapi beritahu orang tuamu bahwa pacarmu pada saat yang sama juga tengah memberitahukan orang tuanya. Jadi mereka bisa saling menghubungi setelah pembicaraan ini berakhir. Jadi dengan kata lain waktu orang tua mendengar bahwa anak itu sudah berbicara dengan pacarnya dan mereka sudah bersepakat memberitahukan orang tua masing-masing. Sedikit banyak ada rasa tenang pada orang tua bahwa mereka sudah langsung bicara dengan orang tua pacar dari anaknya sehingga masalah ini sekarang labih tertata dan tidak benar-benar meledak kesana-sini.PG : Betul, sebab pada akhirnya kita harus percaya bahwa orang tua itu setelah mendengar semua ini, memang akan marah tapi tindakan selanjutnya adalah pasti mau menolong anak. Saya yakin kalau rang tua tidak akan menjerumuskan si anak.
Justru orang tua akan mau menolong anak melewati masa ini.PG : Sudah tentu kalau hubungan mereka memang buruk, sudah tentu kemarahannya akan sangat panjang sekali karena orang tua akan membangkit-bangkitkan masalah, "Dari dulu kamu tidak mendengarkan ami, kamu dulu terlalu sombong, kamu dulu terlalu bebas, kamu memang tidak tahu diri".
Jadi orang tua akan terus marah-marah seperti itu. Sekali lagi saya minta kepada anak, meskipun orang tua marah-marah seperti itu, berdiam dirilah jangan membantah, jangan sampai kita berbicara balik kepadanya apalagi menyerang orang tua. Tapi dengarkan dengan baik-baik, karena ini akan membawa kita ke langkah berikut, setelah semua itu terjadi kita memang harus mempunyai rencana sebab, kenapa saya tekankan ini Pak Gunawan, sebab saya harus akui kadang orang tua pun akan bisa memberikan saran agar anak misalnya menggugurkan kandungannya. Jadi orang tua pun kadang memberikan saran kepada anak untuk melakukan sesuatu yang salah. Di sini anak perlu mempunyai suatu kemantapan, sebuah tekad mau melakukan hal yang benar di hadapan Tuhan, tidak mau menambahkan hal yang salah dengan hal yang salah yang baru.PG : Kalau memang diusir, maka tidak ada pilihan lain. Maka dia terpaksa harus pergi namun jangan pergi ke tempat-tempat yang justru lebih berbahaya untuknya, carilah mungkin sanak saudaranya tau mungkin bisa hubungi pendeta di gereja agar bisa ditampung dulu untuk sementara.
Jadi jangan sampai justru memilih tindakan-tindakan yang lebih salah. Saya mau berbicara kepada remaja disini, jangan sampai kamu akhirnya gelap mata misalkan orang tua marah, kamu tersakiti, kamu diusir, kamu gelap mata, misalkan memikirkan untuk mengakhiri hidupmu, jangan! Jangan sampai kamu berpikir seperti itu, ingat Tuhan ada besertamu dan akan menolongmu melewati semua ini. Jadi bertahanlah karena ini pun nanti akan berakhir dengan pertolongan Tuhan. Jadi jangan gelap mata yang akhirnya terbujuk oleh desakan iblis untuk mengakhiri hidupmu, jangan sampai itu kamu dengarkan.PG : Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa dewasa ini ada beberapa anak-anak Tuhan yang memulai pelayanan khusus untuk menampung remaja yang hamil di luar nikah atau bahkan menampung orang dewasa yng juga hamil di luar kehendaknya.
Hubungilah lembaga-lembaga itu, kalau tidak tahu yang mana, maka mohon hubungi hamba Tuhan di gereja atau kakak pembimbing di gereja yang dapat memperkenalkan lembaga ini kepada si remaja. Di tempat itu, para remaja akan tinggal bersama teman-teman dengan orang-orang yang sepenanggungan dan bersekutu dengan mereka, kamu dapat saling menguatkan dalam Tuhan. Juga di tempat itu kamu juga akan mendapatkan perawatan kesehatan untuk menjaga kondisi kamu dan bayimu. Pada akhirnya kamu akan disiapkan untuk melahirkan dan menyerahkan anak ini untuk diadopsi. Jadi memang untuk sementara si remaja harus diungsikan Pak Gunawan, mereka memang tidak bisa lagi bersekolah karena nanti akan menjadi sorotan. Maka untuk sementara dia harus berhenti sekolah dan masuk ke rumah penampungan ini. Nanti setelah melahirkan memang dia harus melanjutkan lagi studynya tapi sudah tentu susah untuk kembali ke sekolahnya lagi. Mungkin harus pindah kota atau pindah ke sekolah yang lain. Namun dalam masa penampungan ini dia juga akan mendapatkan bekal-bekal rohani, dia akan mendapatkan bimbingan, dipahami, dimengerti, diberikan dorongan, kekuatan. Jadi akhirnya dia bisa lebih kuat menghadapi semuanya ini, dan bayi itu akan diadopsi. Ada banyak anak Tuhan yang merindukan anak namun tidak dapat mempunyai keturunan, mereka sudah siap menjadi orang tua sejak awal pernikahan namun setelah sekian tahun menikah mereka tetap tidak mempunyai anak, kepada merekalah biasanya anak ini diserahkan untuk diasuh dan dikasihi sebagai anak mereka sendiri. Jadi inilah targetnya, tujuannya jangan sampai menjalani alternatif yang tidak berkenan kepada Tuhan yakni menggugurkan kandungan, peliharalah bayi ini karena Tuhan menghendaki untuk anak ini dilahirkan di dunia. Bukan untuk diasuh oleh si remaja tapi untuk diasuh oleh orang lain yang lebih siap untuk mengasuhnya.PG : Ini memang seringkali menjadi rasa bersalah yang menurut saya berlebihan. Jangan sampai remaja merasa bersalah kalau tidak mengasuh si bayi, kenapa? Sebab saya bicara lagi kepada remaja, Kamu sendiri masih belia belum tentu kamu siap berumah tangga."
Saya telah bertemu dengan pasangan nikah yang terpaksa menikah di usia muda gara-gara kehamilan. Akhirnya pernikahan itu berakhir dengan perceraian sebab memang mereka belum siap menikah, bukannya cinta tapi akhirnya pertengkaranlah yang menjadi isi pernikahan. Jadi sekali lagi ingatlah prinsip ini, jangan menyelesaikan problem dengan menambah problem baru. Menurut saya, adopsi adalah jalan terbaik yang diperkenankan Tuhan.PG : Terlalu banyak pernikahan yang berakhir dengan perceraian karena mereka menikah bukan pada waktu yang sesungguhnya mereka siap untuk menikah dan biasanya karena kehamilan. Saya telah berteu dengan cukup banyak pasangan yang akhirnya dilanda konflik berat dan akhirnya setelah saya tanya-tanya kemudian mereka mengaku bahwa sebetulnya mereka belum siap menikah meskipun mereka sudah dewasa tapi karena hamil mereka menikah.
Jadi itulah bukti bahwa ketidaksiapan itu akhirnya berbuah panjang atau berbuntut panjang. Jadi dari pada mereka menambahkan problem baru maka stop di situ, belum tentu pasangannya adalah orang yang cocok buat dia juga. Jadi jangan menambahkan problem baru, lebih baik anak ini diadopsi dan jangan sampai si remaja merasa bersalah. Jadi inilah yang ingin saya sampaikan kepada remaja bahwa semua ini memang tidak mudah namun perjalanan ini bukannya tanpa akhir, pada masa ini hanya firman Tuhan sumber kekuatanmu sebab memang kamu akan terombang-ambing tapi peganglah janji Tuhan, Dia setia dan akan menolong kamu. Ingatlah bahwa kehamilan ini bukanlah akhir hidupmu, kehamilan ini adalah akhir dosamu, jadi lanjutkan hidup dan jangan berdosa lagi.PG : Sangat dibutuhkan sekali. Maka saya benar-benar menganjurkan masuk ke tempat penampungan sebab di sana dia akan bersama dengan yang lain yang sepenanggungan dan akan mendapat bimbingan dar pembina-pembina rohani sehingga mereka akan dikuatkan.
Sebab kalau tidak, hidup mereka akan terombang-ambing oleh rasa bersalah, rasa tidak layak, malu, putus harapan dan sebagainya. Dan disinilah memang si remaja memerlukan bimbingan dalam terang firman Tuhan.PG : Dalam masa ini dia harus dilibatkan juga dalam pembimbingan meskipun dengan orang lain. Dia pun juga harus kembali kepada firman Tuhan, menyadari keberdosaannya, dia juga harus tetap menjaa relasi dengan baik meskipun tidak menikah dengan gadis itu.
Jangan sampai dia memberikan sikap yang tidak peduli dan sebagainya sebab bisa saja nantinya memang mereka pasangan yang cocok meskipun bukan sekaranglah waktunya mereka menikah. Jadi mereka juga harus bertobat kembali berjalan di dalam Tuhan dan tetap menjaga relasi yang baik dengan ibu dari anaknya itu.PG : Betul.
40. Pasangan Yang Mesti Dihindari (I) |
|
Tuhan meminta kita untuk menikah dengan yang seiman. Namun untuk mendapatkan pasangan hidup yang sepadan diperlukan hikmat untuk menimbang dan memutuskan dengan tepat. Emosi cinta adalah emosi yang kuat dan kerap mewarnai proses pertimbangan. Itu sebabnya ada pepatah yang berkata bahwa cinta itu buta, dalam pengertian oleh karena cinta akhirnya kita membutakan mata terhadap hal-hal yang buruk yang seharusnya diperhitungkan. Ada beberapa tipe pasangan yang mesti dihindari sampai mereka mengalami pemulihan.
Tuhan meminta kita untuk menikah dengan yang seiman. Namun untuk mendapatkan pasangan hidup yang sepadan diperlukan hikmat untuk menimbang dan memutuskan dengan tepat. Emosi cinta adalah emosi yang kuat dan kerap mewarnai proses pertimbangan. Itu sebabnya ada pepatah yang berkata bahwa cinta itu buta, dalam pengertian oleh karena cinta akhirnya kita membutakan mata terhadap hal-hal yang buruk yang seharusnya diperhitungkan. Berikut akan dipaparkan beberapa tipe pasangan yang mesti dihindari sampai mereka mengalami pemulihan.
Pasangan yang Suka Berbohong
Jika pada masa sebelum menikah ia telah kerap berbohong, besar kemungkinan ia akan melanjutkan kebiasaannya sampai pernikahan. Ada orang yang berbohong karena takut; ada pula yang berbohong karena ingin memberi kesan yang lain tentang dirinya; namun ada pula yang berbohong karena ingin menutupi perbuatannya. Apa pun alasannya kita mesti berhati-hati dengan orang yang dengan mudah berbohong. Setidaknya ada empat alasan mengapa kita mesti berhati-hati agar jangan sampai berpasangan dengan tipe pembohong.
Firman Tuhan :
"Mulut orang benar mengeluarkan hikmat tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat." (Amsal 10:31-32)
Pasangan yang Pemarah dan Suka Memukul
Kebanyakan kasus pemukulan pasangan sesungguhnya berawal pada masa berpacaran namun kebanyakan kita mendiamkannya. Sayangnya sekali terjadi pemukulan, maka lebih besar kemungkinan terjadinya pengulangan. Ada beberapa alasan yang umum dikemukakan yang membuat perilaku ini terus berlanjut.
Firman Tuhan
"Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar." (Amsal 14:16-17)
Kesimpulan :Pernikahan dengan seorang pembohong dan pemukul adalah pernikahan yang berisiko tinggi dan berdaya merusak. Hindarilah, doronglah dia untuk menerima pertolongan dan pantaulah pemulihannya lewat rentang waktu yang panjang. Jangan cepat jatuh kasihan sebab pernikahan bukanlah sebuah rumah sakit untuk merawat orang yang bermasalah. Sudah semestinyalah kita membereskan masalah sebelum menikah agar tidak menimpakannya pada pasangan.
Pasangan yang Beremosi Labil
Beremosi labil lebih dari sekadar ciri kepribadian sanguin dan melankolik; sesungguhnya kebanyakan kasus emosi labil merupakan buah dari akar kepahitan dan penderitaan di masa lalu. Sesungguhnya kita semua lahir membawa sebuah tabung emosi yang kosong; di dalam keluarga yang sehat tabung ini akan terisi kasih sayang dan pengarahan dari orangtua. Sekali tabung ini terisi penuh, maka pengalaman seburuk apa pun tidak akan dapat dengan mudah memecahkan isi yang padat dan penuh itu.
Jika kita tidak menerima isian yang positif melainkan negatif, tidak bisa tidak, tabung emosi kita akan terisi kepahitan dan derita. Sekali tabung terisi padat dengan kepahitan dan derita, akan sukar sekali bagi pengalaman positif untuk datang masuk dan menggantikan kepahitan. Itu sebabnya pada akhirnya orang ini akan terus bereaksi dengan pahit dan negatif. Semua ditafsir dari kacamata buruk dan sebagai akibatnya, emosinya menjadi labil dan negatif.
Menikah dengan orang tipe ini sudah tentu akan sukar dan berikut akan dipaparkan kesukarannya.
Firman Tuhan
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota. Lebih baik sekerat roti yang kering disertai ketenteraman daripada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan." (Amsal 16:32; 17:1). Orang yang beremosi labil adalah orang yang tidak dapat menguasai dirinya; hidup dengannya tidak pernah sepi perbantahan. Pada akhirnya relasi nikah retak sebab kita tidak nyaman berdekatan dengannya.
Pasangan yang Hanya Mementingkan Diri Sendiri.
Pernikahan adalah tempat di mana diri harus ditanggalkan. Orang yang mementingkan dirinya adalah orang yang tidak memahami kasih dan tidak dapat mengasihi. Berapa besarnya kasih ditentukan oleh berapa besarnya kepedulian kita pada perasaan orang yang dikasihi dan berapa relanya kita menyesuaikan diri dengannnya. Jadi, orang yang hanya mementingkan dirinya sesungguhnya belumlah mengenal kasih dan belum dapat mengasihi dengan benar. Berikut akan dipaparkan masalah yang rawan timbul.
Firman Tuhan :
"Kecongkakan mendahului kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18) Orang yang mementingkan dirinya sesungguhnya adalah orang yang congkak; ia menganggap diri dan kepentingannya berada di atas orang lain.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pasangan Yang Mesti Dihindari (I)". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Pak Gunawan, kadang-kadang kita beranggapan pernikahan itu adalah utopia, yakni suatu tempat yang sempurna, yang indah dimana tidak ada lagi tangis dan duka dan menjawab semua persoalan hiup kita.
Dan yang menjadi pertanyaan adalah hal itu bukanlah pernikahan, tapi itu hanya impian kita saja. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati, mesti cermat dalam memilih pasangan hidup karena kita mesti menjalani sebuah relasi dimana kita harus saling menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan dan itu tidak mudah. Yang menyulitkan dalam penyesuaian diri adalah karakter-karakter tertentu, Pak Gunawan. Itu sebabnya waktu kita masih berpacaran atau dalam tahap berkenalan kita mesti cermat melihat beberapa karakter atau sifat yang tidak cocok untuk pernikahan, kalau nantinya kita tetap menikah maka besar kemungkinan kita akan menghadapi masalah. Apa yang nanti kita akan bahas bukanlah rahasia umum, banyak orang yang sudah mengetahuinya. Tapi kenapa kita mau angkat kembali masalah ini sebab banyak orang yang menyepelekan pada saat memilih pasangan hidup dan beranggapan hal itu adalah hal-hal kecil dan tidak apa-apa. Tapi setelah menikah barulah masalah-masalah ini menggunung dan menjadi sebuah problem yang besar dalam rumah tangga.PG : Sehingga orang akan berkata bahwa cinta itu buta, dalam pengertian cinta bisa membutakan pertimbangan kita. Pertanyaannya adalah kenapa cinta bisa membutakan mata kita? Tadi benar yang Pa Gunawan sudah sebut yaitu kita sudah didesak oleh kebutuhan, didesak oleh tekanan-tekanan sosial namun salah satunya juga adalah kita dikuasai oleh cinta yang berupa emosi.
Dan emosi yang kuat seperti cinta itu memang sanggup membelokkan pertimbangan kita sehingga akhirnya kita menutup mata dan berkata, "Tidak apa-apa" atau mungkin kita sama sekali tidak melihatnya.PG : Yang pertama yang kita mesti hindari adalah pasangan yang suka berbohong. Jika pada masa sebelum menikah dia telah kerap berbohong maka besar kemungkinan ia akan melanjutkan kebiasaannya smpai pernikahan.
Memang ada orang yang berbohong karena takut, adapula yang berbohong karena ingin memberi kesan yang lain tentang dirinya, namun ada yang berbohong karena menutupi perbuatannya. Apa pun alasannya, kita mesti berhati-hati dengan orang yang mudah berbohong, jadi janganlah kita menyepelekan kalau pasangan kita mulai berbohong. Kalau kita tahu dia berbohong maka kita tanya, kemudian dia berkata, "Itu hal kecil, saya kira kamu tidak mau tahu hal itu, saya pikir kamu sudah tahu, saya lupa dan sebagainya" hal itu yang terus menjadi pola maka itu adalah suatu tanda awas yang penting untuk kita perhatikan.PG : Padahalnya ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya dalam kehidupan pernikahan. Kita akan bahas 4 alasan kenapa kita mesti berhati-hati dengan tipe orang yang suka berbohong. Yang pertama dalah orang yang mudah berbohong cenderung mengambil jalan pintas yang mudah sebab kebohongan merupakan caranya untuk menghindar dari kesulitan.
Jadi misalkan dalam masa berpacaran dia tidak mau menghadapi suatu masalah, maka dia mengambil jalan pintas dengan cara berbohong, dia menutupi apa yang dia lakukan, dia menutupi hal yang tadi sudah terjadi karena dia tidak mau menimbulkan masalah. Kenapa? Karena dia tidak tahan, atau tidak terbiasa menghadapi masalah.PG : Memang untuk bisa mengetahuinya itu tidak mudah. Karena waktu kita berpacaran kita memulainya dengan kepercayaan, dan sudah tentu tidak baik kalau dari awal kita menaruh curiga kepada dia.Biasanya kita memulai dengan kepercayaan jadi kita tidak berpikir bahwa dia berbohong namun saya percaya satu hal, Pak Gunawan, bahwa Tuhan itu hidup dan menuntut hidup anak-anak yang dikasihinya sehingga kalau kita meminta pimpinan Tuhan, saya yakin Tuhan akan menghadirkan situasi dimana pada akhirnya kita disadarkan, diberitahu bahwa pasangan kita telah berbohong.
Kemudian kita konfrontasikan, mungkin awalnya dia mulai berkelit namun akhirnya dia akan mengakui, "Memang saya tidak mengakui apa yang sebenarnya terjadi." Sudah tentu kalau ini terjadi, mungkin masih bisa dimaafkan namun kalau ini menjadi pola hidupnya maka kalau ada kesulitan dia pasti berbohong. Misalnya dia tidak berbohong kepada kita secara langsung tapi dia berbohong kepada orang lain, maka kita harus berjaga-jaga. Karena kalau ini menjadi pola dia berbohong dalam menghadapi kesulitan, maka tinggal tunggu waktu dia pun akan melakukan hal yang sama di dalam rumah tangga kita nantinya.PG : Masalahnya adalah kalau orang sudah terbiasa melakukan hal yang mudah yaitu kebohongan untuk bisa lepas dari kesulitan, kenapa dia harus menghadapinya dengan hal yang lebih sukar. Memang mnghadapi kesulitan itu tidak gampang.
Jadi untuk dia belajar sesuatu yang baru itu tidaklah gampang. Namun dalam masa berpacaran, kalau kita ketahui dia berbohong sebaiknya kita tegur dia, kita minta dia berubah. Saya kira itu suatu tindakan yang tidak salah, kita beri dia kesempatan dan kita akan melihat apakah dia membuktikan dirinya berani menghadapi kesulitan ataukah dia tetap lari dari kesulitan dan berbohong. Kalau kita sudah menegur dan dia berubah, sehingga ada jangka waktu yang cukup panjang dari bohong yang terakhir sampai kita mau menikah, ada keyakinan diri, damai sejahtera maka baiklah kita menikah dengan dia.PG : Orang yang berbohong acapkali tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya, itu sebabnya berpasangan dengan tipe ini akan menyulitkan. Hidup menuntut tanggung jawab dan orang yang mengela tanggung jawab adalah orang yang tidak dewasa.
Besar kemungkinan dia menyalahkan orang lain agar dapat melepaskan dirinya dari tanggung jawab. Misalkan di tempat pekerjaannya dia menghadapi suatu masalah dan akhirnya dia diberhentikan, maka dia akan berputar-putar dan mengatakan bahwa semua oranglah yang salah. Kita mungkin berpikir bahwa hal ini bukanlah kebohongan, tapi kalau bukan berbohong lalu apa? Dia sama sekali tidak mau mengakui tanggung jawabnya, dia melemparkan tanggung jawab kepada semua orang. Ini berarti kalau sekarang dilakukan dengan orang lain, berarti nantinya setelah menikah kemungkinan besar dia akan melakukannya dengan kita. Kalau ada masalah dia akan lari dari tanggung jawab, dia menyalahkan kita, dia marah, Kalau kita yang membuat dia marah, dia lepas kendali, maka dia akan mengatakan bahwa kitalah yang membuat dia lepas kendali. Jadi seolah-olah dia merasa tidak harus memikul tanggung jawab sebab semua kesalahan orang lain. Ini adalah bahaya yang nantinya bisa mengancam rumah tangga kita, kita akan frustrasi kalau berhubungan dengan orang tipe ini karena kita tidak bisa benar-benar berhadapan dengan dia muka dengan muka, kalau ada kesulitan dia mau mengambil jalan pintas, kalau ada masalah dia mau lepas tanggung jawab menyalahkan orang atau menceritakan sebuah kisah yang baru atau sebuah kisah yang tidak berdasar. Akhirnya kita bingung bagaimana caranya untuk menghadapi dia karena dia tidak mau berterus terang dengan kita, dia selalu berputar-putar. Dan ini adalah bahaya yang harus kita alami kalau menikah dengan orang tipe ini.PG : Kebanyakan orang-orang yang melarikan diri dari tanggung jawab akan berkata, "Saya tidak berbohong" sebab dia berkata, "Saya melihatnya begini, dan saya kira itu bukan bagian saya." Jadi ekali lagi orang yang berbohong jarang berkata, "Saya berbohong," sebab dia mau mempertahankan citra diri yang baik.
PG : Ada orang yang sering berbohong dan menganggap itu tidak apa-apa. Tapi akan ada sesuatu yang sangat berbahaya yaitu dia kehilangan hati nurani, sekali nurani hilang maka apa pun akan dihallkannya.
Banyak orang yang berbohong untuk melakukan dosa, dengan berbohong ia akan dapat menutupi dan melakukan dosa tanpa terhalangi. Saya kira, Pak Gunawan, baik saya maupun Pak Gunawan dan juga pendengar, kita banyak mengetahui kasus-kasus seperti ini, orang-orang yang terus bergelimangan dalam dosa akan membohongi pasangannya, seolah-olah mereka tidak berbuat dosa itu. Kenapa dia berbohong? Karena dia ingin melakukan dosa-dosa tersebut dan memperoleh ijin untuk bisa melakukan dosa-dosanya. Akhirnya hati nuraninya habis mati. Begitu hati nurani mati, itu akan menakutkan karena dia bisa melakukan apa saja tanpa merasa bersalah sedikit pun.PG : Betul sekali dengan kata lain dia memang masih mau melakukan dosa, itu sebabnya dia masih terus mau berbohong.
PG : Yang lain adalah orang yang berbohong tidak dapat dipercaya, Pak Gunawan. Dan tanpa kepercayaan maka pernikahan akan ambruk, kita akan selalu bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan. Ap pun yang dilakukannya membuat kita meragukan ketulusannya dan tatkala tidak ada kepercayaan bagaimanakah kita bisa menjalani relasi yang begitu intim, ini adalah kondisi yang tidak nyaman.
PG : Dan ini masalahnya, kebanyakan pasangan dari orang yang sering berbohong adalah orang yang memang bisa dipercaya. Jadi dia sangat percaya kepada pasangannya dan dia juga sering membohongi asangannya, karena seringkali yang satunya ini polos, tulus, apa adanya, orangnya baik, berintegritas sehingga menjadi korban dia.
Kalau dia menikah dengan orang yang sama-sama pembohong, dia juga tahu kalau susah berbohong dengan orang yang suka berbohong karena masing-masing bisa menangkap sinyal-sinyal kebohongan itu.PG : Dia mungkin saja memperlakukan orang lain seperti itu tapi biasanya orang yang suka berbohong akan berusaha keras mencari pasangan hidup yang tulus, yang polos karena dia tidak mau dibohoni di dalam relasi yang begitu intim.
Tapi besar kemungkinan dengan orang lain di luar rumahnya, dia susah sekali percaya dengan orang.PG : Ini Firman Tuhan mengingatkan di Amsal 10:31,32 "Mulut orang benar mengeluarkan hikmat, tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulu orang fasik hanya tahu tipu muslihat."
Jadi Tuhan benar-benar memberikan kata-kata yang keras, "Lidah bercabang akan dikerat" tapi Tuhan juga katakan, "Tipu muslihat itu adalah milik orang fasik sedangkan bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan dan mulut orang benar mengeluarkan hikmat."PG : Pasangan yang mesti dihindari selain suka berbohong adalah pasangan yang pemarah dan suka memukul. Kebanyakan kasus pemukulan sebenarnya berawal pada masa berpacaran namun kebanyakan kita embiarkannya.
Sayangnya adalah karena didiamkan, akhirnya terjadi pengulangan. Dan pengulangan disebabkan oleh ciri atau karakter yang mesti kita waspadai.PG : Adakalanya tidak berani, adakalanya beranggapan, "Tidak apa-apa mungkin dia lagi lemah, emosinya sedang naik," jadi akhirnya kita menjadi pemaaf sekali. Memang pemaaf itu penting dan harusnamun di dalam hal mencari pasangan hidup selain memaafkan kita juga harus berani memutuskan.
Jangan sampai kita itu membawa diri kita masuk ke dalam suatu perangkap yang berbahaya.PG : Biasanya orang yang suka marah akan berkata, "Kamu yang membuat saya marah" jadi seringkali menyalahkan orang. Atau yang kedua adalah, "Kamu itu kurang ajar kepada saya, jadi saya harus meukul kamu untuk mengajar kamu supaya kamu tidak lagi mengulangi perbuatan kamu yang kurang ajar kepada saya."
Sudah tentu apakah bisa alasan itu dibenarkan? Bisa. Tapi tetap meskipun kita boleh punya alasan yang benar tapi tetap tidak boleh menggunakan kekerasan atau memukul pasangan karena cara itu adalah cara yang salah. Kita harus membereskan masalah yang ada dengan cara yang lain, tidak boleh dengan cara memukul.PG : Betul sekali. Makanya setelah memukul mereka akan meminta maaf, biasanya pasangan melihat ketulusannya dan menyesali kekerasan yang telah dia lakukan dan hati pun luluh kemudian menerimany kembali dan kita berkata "Bukankah Tuhan pun meminta kita untuk memaafkan orang yang bersalah kepada kita, jadi tidak apa-apa dan saya mengampuni."
Beri pengampunan tapi dengan kata-kata, "Sekali lagi kamu ulang maka saya tidak mau lagi bersama dengan kamu" kita tidak perlu berkata sampai tujuh kali kamu pukuli saya kemudian baru saya putuskan, atau kita berkata "Kamu pukuli 7x70 kali baru saya putuskan," itu salah! Dalam hal pemukulan, ini bukan soal memaafkan, dalam hal menikah orang yang memukuli kita ini tidak ada kaitannya dengan memaafkan. Kita boleh memaafkan dan memang itulah yang Tuhan kehendaki tapi sekali lagi kita mesti bijaksana, apakah kita bijak menikah dengan orang yang kita tahu memiliki perbedaan perangai dan senang memukuli orang.PG : Masalahnya adalah untuk pernikahan pemukulan itu berdampak sangat buruk baik bagi pribadi yang bersangkutan, yang dipukul atau nanti pada anak-anak yang harus menyaksikan orang tua bertengar dan dipukuli.
Itu berdampak sangat traumatis sekali bagi jiwa anak-anaknya. Dengan kata lain, kalau kita tahu pasangan kita mempunyai masalah dengan pemukulan kemudian kita tetap menikah, tetap punya anak, menurut saya ini bukan sikap bertanggung jawab, karena nantinya kita akan membuat anak-anak menderita dan membawa derita itu kepada jiwanya sampai nanti dewasa pula.PG : Ada meskipun jarang tapi tetap ada. Ada tipe-tipe wanita yang beremosi sangat tinggi dan meledak-ledak dan kalau marah akhirnya tidak lagi bisa mengontrol dirinya malahan memukuli suaminya Kebanyakan dalam kasus seperti ini, kebetulan si wanita menikah dengan suami yang lemah lembut dan agak pasif sehingga kalau dipukuli dia hanya diam saja.
PG : Saya mengerti, Pak Gunawan, memang dalam benak mungkin saja terbersit pemikiran, "Mungkin sekarang dia tidak sadar tapi mungkin dia akan sadar, siapa manusia yang tidak bisa belajar dari ksalahannya."
Tapi untuk kasus seperti ini jauh lebih baik kalau kita mencegah daripada kita terjerumus sebab banyak harapan seperti ini dan tidak terbukti, lebih banyak pemukul yang melanjutkan kebiasaan buruknya sampai setelah menikah, sekali pola pemukulan terpancang, maka sukar sekali untuk mencabutnya. Apalagi mengingat kebanyakan pemukul mempunyai daya stress yang tipis, karena dia tidak bisa mengatasi stress. Waktu dia tertekan, pusing, dia susah sekali mengendalikan dirinya dan akhirnya pemukulanlah yang terjadi. Jadi dengan kata lain sebelum masalah pokok diselesaikan maka dia akan terus melakukannya, stres-stres akhirnya meledak. Memang sudah tentu adakalanya ini yang terjadi, si istri bisa juga memicu tindakan-tindakan si suami, mengkonfrontasi menantang si suami. Tapi tetap harus saya katakan apa pun yang dilakukan istri kepada kita dengan kata-katanya, kita tidak boleh membalas dengan kekasaran atau pemukulan.PG : Salah satu yang umum adalah kebanyakan orang yang pemukul, sebetulnya melihat pada masa kecilnya Papa memukul Mamanya akhirnya mereka mengadopsi cara yang salah itu dan dia menerapkan di dlam rumah tangga, meskipun pada masa pacaran dia tidak memberitahu pacarnya, dan setelah menikah barulah dia bercerita bahwa, "Benar memang waktu kecil saya melihat Papa memukul Mama, kalau Mama tidak menurut maka Papa marah dan langsung pukul," walau pun waktu kecil dia benci melihat Papa memukul Mamanya tapi setelah dia dewasa dia mengulang perbuatan yang sama itu.
Akhirnya yang terjadi adalah pemukulan menjadi alat untuk menguasai pasangan dan itulah yang dia lakukan bukan saja untuk membungkamkan kita. Akhirnya kalau ada apa-apa, dia mau paksakan kehendaknya dia lakukan dengan cara memukul. Hidup dengan pemukul begitu mencekam, membuat kita ketakutan terus-menerus, anak-anak pun harus hidup dalam ketegangan akibat kekerasan yang dialaminya di rumah.PG : Seringkali menghentikan reaksi itu adalah gengsi, Pak Gunawan. Jadi dia berpikir gengsinya itu hanya bisa dipertahankan kalau dia menggunakan kekerasan. Kalau dia harus bicara baik-baik degan meminta istrinya tidak melakukan hal itu, maka dia merasa bahwa dia merendahkan diri dan dia tidak mau begitu.
Sehingga dia akan gunakan cara-cara yang keras, sekaligus untuk mempertahankan gengsinya sebagai seorang laki-laki dan ini yang salah. Kita mesti benar-benar belajar sekuat tenaga menahan emosi kita, kita tidak boleh sekali pun memukul pasangan kita.PG : Betul. Kondisi itu akan menimbulkan perasaan yang sangat mencekam, perasaan yang begitu menakutkan karena terbersit dalam pikiran kita kalau hari ini dia pukul meja, maka bisa-bisa besok wjah saya yang dipukuli.
PG : Takut sekali, Pak Gunawan. Sebab ada anak-anak yang setelah besar dihantui oleh ketegangan dan ketakutan akhirnya setelah menjalani terapi dan konseling yang panjang baru terbuka kesadaranya bahwa dia mengalami ketakutan waktu melihat bahwa wajah ayah atau ibunya yang membelalak yang wajahnya merah, menyeramkan, suaranya keras walaupun dia tidak dipukul.
Misalkan yang dipukul adalah ibunya tapi waktu dia melihat hal itu berkali-kali itu cukup menggoreskan bekas yang begitu dalam, sehingga hidupnya selalu dihantui oleh kecemasan.PG : Sebetulnya ada 2 jenis, Pak Gunawan dan yang lebih banyak adalah orang yang ketakutan tapi ada juga orang yang berani dalam pengertian tidak ada lagi hati nurani, tidak takut dengan segalahal, dan benar-benar nekat dan orang yang seperti ini memang orang yang sangat berbahaya.
PG : Amsal 14:16,17 berkata, "Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yangbijaksana, bersabar."
Pernikahan dengan seorang pembohong dan pemukul adalah pernikahan yang beresiko tinggi dan berdaya merusak, maka hindarilah. Doronglah dia untuk menerima pertolongan dan pantaulah pemulihannya lewat rentang waktu yang panjang, jangan cepat jatuh kasihan sebab pernikahan bukanlah sebuah rumah sakit untuk merawat orang yang bermasalah. Sudah semestinya kita membereskan masalah sebelum menikah agar tidak menimpakannya pada pasangan.GS : Terima kasih untuk Pak Paul perbicangan ini dan saya rasa ini suatu perbincangan yang sangat dibutuhkan oleh para pendengar kita, namun kita belum selesai dengan perbincangan kali ini dan kita berharap tentunya para pendengar akan terus mengikuti acara ini supaya bisa mengetahui kelanjutan dari pembicaraan ini pada kesempatan yang akan datang. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pasangan Yang Mesti Dihindari (Bagian I)." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
41. Pasangan Yang Mesti Dihindari (II) |
|
Tuhan meminta kita untuk menikah dengan yang seiman. Namun untuk mendapatkan pasangan hidup yang sepadan diperlukan hikmat untuk menimbang dan memutuskan dengan tepat. Emosi cinta adalah emosi yang kuat dan kerap mewarnai proses pertimbangan. Itu sebabnya ada pepatah yang berkata bahwa cinta itu buta, dalam pengertian oleh karena cinta akhirnya kita membutakan mata terhadap hal-hal yang buruk yang seharusnya diperhitungkan. Ada beberapa tipe pasangan yang mesti dihindari sampai mereka mengalami pemulihan.
Tuhan meminta kita untuk menikah dengan yang seiman. Namun untuk mendapatkan pasangan hidup yang sepadan diperlukan hikmat untuk menimbang dan memutuskan dengan tepat. Emosi cinta adalah emosi yang kuat dan kerap mewarnai proses pertimbangan. Itu sebabnya ada pepatah yang berkata bahwa cinta itu buta, dalam pengertian oleh karena cinta akhirnya kita membutakan mata terhadap hal-hal yang buruk yang seharusnya diperhitungkan. Berikut akan dipaparkan beberapa tipe pasangan yang mesti dihindari sampai mereka mengalami pemulihan.
Pasangan yang Suka Berbohong
Jika pada masa sebelum menikah ia telah kerap berbohong, besar kemungkinan ia akan melanjutkan kebiasaannya sampai pernikahan. Ada orang yang berbohong karena takut; ada pula yang berbohong karena ingin memberi kesan yang lain tentang dirinya; namun ada pula yang berbohong karena ingin menutupi perbuatannya. Apa pun alasannya kita mesti berhati-hati dengan orang yang dengan mudah berbohong. Setidaknya ada empat alasan mengapa kita mesti berhati-hati agar jangan sampai berpasangan dengan tipe pembohong.
Firman Tuhan :
"Mulut orang benar mengeluarkan hikmat tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat." (Amsal 10:31-32)
Pasangan yang Pemarah dan Suka Memukul
Kebanyakan kasus pemukulan pasangan sesungguhnya berawal pada masa berpacaran namun kebanyakan kita mendiamkannya. Sayangnya sekali terjadi pemukulan, maka lebih besar kemungkinan terjadinya pengulangan. Ada beberapa alasan yang umum dikemukakan yang membuat perilaku ini terus berlanjut.
Firman Tuhan
"Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar." (Amsal 14:16-17)
Kesimpulan :Pernikahan dengan seorang pembohong dan pemukul adalah pernikahan yang berisiko tinggi dan berdaya merusak. Hindarilah, doronglah dia untuk menerima pertolongan dan pantaulah pemulihannya lewat rentang waktu yang panjang. Jangan cepat jatuh kasihan sebab pernikahan bukanlah sebuah rumah sakit untuk merawat orang yang bermasalah. Sudah semestinyalah kita membereskan masalah sebelum menikah agar tidak menimpakannya pada pasangan.
Pasangan yang Beremosi Labil
Beremosi labil lebih dari sekadar ciri kepribadian sanguin dan melankolik; sesungguhnya kebanyakan kasus emosi labil merupakan buah dari akar kepahitan dan penderitaan di masa lalu. Sesungguhnya kita semua lahir membawa sebuah tabung emosi yang kosong; di dalam keluarga yang sehat tabung ini akan terisi kasih sayang dan pengarahan dari orangtua. Sekali tabung ini terisi penuh, maka pengalaman seburuk apa pun tidak akan dapat dengan mudah memecahkan isi yang padat dan penuh itu.
Jika kita tidak menerima isian yang positif melainkan negatif, tidak bisa tidak, tabung emosi kita akan terisi kepahitan dan derita. Sekali tabung terisi padat dengan kepahitan dan derita, akan sukar sekali bagi pengalaman positif untuk datang masuk dan menggantikan kepahitan. Itu sebabnya pada akhirnya orang ini akan terus bereaksi dengan pahit dan negatif. Semua ditafsir dari kacamata buruk dan sebagai akibatnya, emosinya menjadi labil dan negatif.
Menikah dengan orang tipe ini sudah tentu akan sukar dan berikut akan dipaparkan kesukarannya.
Firman Tuhan
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota. Lebih baik sekerat roti yang kering disertai ketenteraman daripada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan." (Amsal 16:32; 17:1). Orang yang beremosi labil adalah orang yang tidak dapat menguasai dirinya; hidup dengannya tidak pernah sepi perbantahan. Pada akhirnya relasi nikah retak sebab kita tidak nyaman berdekatan dengannya.
Pasangan yang Hanya Mementingkan Diri Sendiri.
Pernikahan adalah tempat di mana diri harus ditanggalkan. Orang yang mementingkan dirinya adalah orang yang tidak memahami kasih dan tidak dapat mengasihi. Berapa besarnya kasih ditentukan oleh berapa besarnya kepedulian kita pada perasaan orang yang dikasihi dan berapa relanya kita menyesuaikan diri dengannnya. Jadi, orang yang hanya mementingkan dirinya sesungguhnya belumlah mengenal kasih dan belum dapat mengasihi dengan benar. Berikut akan dipaparkan masalah yang rawan timbul.
Firman Tuhan :
"Kecongkakan mendahului kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18) Orang yang mementingkan dirinya sesungguhnya adalah orang yang congkak; ia menganggap diri dan kepentingannya berada di atas orang lain.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu yakni mengenai "Pasangan Yang Mesti Dihindari". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Ada kecenderungan kita sebelum kita menikah, Pak Gunawan, yaitu membutakan mata terhadap fakta, meskipun orang sudah berkata "Jangan, orang ini seperti ini," tapi kita berkata, "Tidak apa"kita sering beranggapan bahwa, "Seseorang bisa berubah, siapa yang tidak punya kelemahan dan sebagainya," sehingga menoleransi karakter-karakter tertentu yang memang sangat berbahaya atau tidak baik bagi pernikahan.
Kita sudah bahas dua di antaranya yaitu orang yang kerap berbohong, akhirnya kita tidak bisa percaya kepada dia lagi dan itu akan meruntuhkan pernikahan karena apa pun yang dikatakannya kita selalu mempertanyakan, "Benar tidak, ya?" Atau yang kedua adalah orang yang pemukul dan pemarah, sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit memukul. Kalau pada masa berpacaran saja seperti itu, maka ini pertanda buruk, kalau kita beri peringatan sekali kemudian diulang lagi maka kita harus benar-benar berkata, "Saya tidak bisa lagi bersamamu." Karena kalau pola ini sudah terbentuk yaitu kalau setiap kali dia marah dia mau mengancam kita, dia mau memukul kita, itu berarti akan menjadi bagian dari kehidupan kita yang bukan saja buruk bagi jiwa kita, tapi juga buruk bagi anak-anak kita yang lain yang harus hidup di dalam kehidupan yang mencekam.PG : Yaitu pasangan yang beremosi labil. Kenapa kita juga harus menghindar dari orang yang beremosi labil? Pertama-tama saya akan jelaskan dulu tentang beremosi labil, beremosi labil lebih dar sekadar ciri kepribadian Sanguin atau Melankolis, sesungguhnya kebanyakan kasus emosi labil merupakan buah dari akar kepahitan dan penderitaan di masa lalu.
Saya akan jelaskan sesungguhnya kita lahir membawa tabung emosi yang kosong dan di dalam keluarga yang sehat tabung ini akan terisi dengan kasih sayang dan pengarahan dari orang tua, sekali tabung ini terisi penuh maka pengalaman seburuk apa pun tidak akan dengan mudah mematahkan isi yang padat dan penuh itu. Tapi sebaliknya jika kita tidak menerima isian yang positif melainkan yang negatif maka pastilah tabung emosi kita akan berisi kepahitan dan derita. Sekali tabung terisi dengan kepahitan dan derita, maka akan sukar sekali bagi pengalaman positif untuk datang masuk dan menggantikan kepahitan. Itu sebabnya pada akhirnya orang ini akan terus bereaksi dengan pahit dan negatif, semua ditafsir dari kacamata buruk dan sebagai akibatnya, emosinya menjadi labil dan negatif apalagi kalau dia melihat ada orang tua bertengkar, memukul, saling berteriak dan sebagainya. Ini adalah lingkup kehidupan yang berpotensi besar untuk menciptakan emosi labil bagi anak itu setelah dewasa.PG : Misalnya karena ada sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, misalkan kita sudah berjanji akan menjemputnya kemudian kita terlambat dan dia bisa marah. Memang dia tidak memukuli kita, tapi da bisa marah sampai berjam-jam, sepertinya hatinya sudah gelap sehingga dia tidak bisa sama sekali menikmati malam itu.
Jadi malam itu dia habiskan dengan marah-marah dan besok pagi dia juga masih membawa emosi marahnya. Misalkan ada sesuatu yang terjadi, sehingga dia bisa merasa sedih dan sedihnya itu berlarut-larut, atau dia murung karena sesuatu terjadi dan dia murung terus sampai waktu yang panjang. Jadi sebuah reaksi emosi yang memang dalam kadar yang kuat dan dalam kurun waktu yang panjang. Memang karena emosinya yang kuat sehingga waktu dia sedih menjadi sangat sedih, kalau marah akan marah sekali dengan waktu yang lama dan seringkali turun naik. Sehingga kita tidak bisa memprediksi kapan dia akan senang dan kapan dia sedih karena untuk hal-hal yang terlalu sepele dia bisa menjadi sangat terganggu sampai berhari-hari atau berjam-jam, dan kita tidak tahu apa penyebabnya, "Kenapa hal-hal seperti itu harus membuatnya marah seperti itu." Jadi sekali lagi sebuah ketidakmampuan menguasai emosi.PG : Misalnya yang pertama emosi orang ini cepat terpancing, kadang naik dalam kemarahan, kadang jatuh dalam kesedihan pada akhirnya kita frustrasi tidak tahu apa yang harus dilakukan, kalau kia diam salah, bersuara pun salah.
Jadi ujung-ujungnya kita menjadi serba salah dan frustrasi sekali. Karena emosinya begitu kuat dan labil, sehingga dia bisa mendengarkan kita waktu dia beremosi tenang tapi kalau tidak maka dia tidak akan mendengarkan kita. Kalau kita ada masalah dengan orang lain maka kita bisa bicara dan membereskannya, tapi kalau dengan orang yang beremosi labil hal itu tidak bisa terjadi karena kalau dia sedang murung, sedih maka dia tidak bisa diajak bicara, waktu dia sedang marah kita juga tidak bisa mendiamkannya. Jadi akhirnya kebanyakan orang akan berkata, "Saya harus menjauh karena kalau nanti semuanya salah saya akan tersambar api."PG : Masalahnya adalah kalau untuk orang yang cepat marah tapi dengan cepat tenang itu tidak apa-apa. Tapi kalau dia marah dan dia akan terus dikuasai oleh api kemarahan dalam waktu yang panjan untuk alasan yang relatif sepele, atau kalau dia sedang gundah gulana, cemas maka dia bisa cemas untuk waktu yang panjang dan persoalannya adalah untuk hal-hal yang memang tidak masuk akal, terlalu sepele, namun reaksinya bisa begitu kuat.
Orang yang beremosi labil berbeda dengan kebanyakan orang biasa yang kalau marah karena hal besar. Jadi memang karena urusan yang sepele dan kemarahannya atau emosinya bisa berlanjut untuk waktu yang panjang.PG : Sudah tentu orang yang mempunyai emosi labil pada umumnya mempunyai perasaan yang relatif peka. Jadi dia mudah sekali bereaksi. Di dalam pernikahan akhirnya dia juga menjadi peka dengan tidakan-tindakan kita, kalau misalkan dia melihat tindakan-tindakan kita seolah-olah sudah muak dan sepertinya kita mau meninggalkan dia maka dia akan malah bereaksi sebab dia tidak mau kehilangan kita, karena dia merasa kalau kita suami atau istri yang baik yang bisa mendengarkan dia dan sebagainya.
Maka kalau dia melihat kita sepertinya kita mulai tidak suka dengan dia karena tindakan-tindakannya maka dia akan makin mencekam, dia makin membatasi ruang gerak kita supaya kita tidak kemana-mana.PG : Betul sekali. Dia memang mesti terus-menerus diyakinkan bahwa kita di sini untuk dia dan kita akan terus mencintainya apa pun perilakunya, karena dia juga mempunyai kemampuan berpikir sehigga ada waktu-waktu di mana dia bisa berpikir dan berkata, "Benar ya, jangan-jangan pasangan saya ini sudah tidak tahan lagi sama saya dan dia mulai memikirkan untuk keluar dari pernikahan ini."
Waktu ini terbersit dalam benaknya maka dia makin ketakutan dia makin mau menguasai si suami atau si istri.PG : Anak-anak akhirnya akan menjadi sama dengan si pasangannya yaitu tidak tahu harus bereaksi apa, tidak tahu harus berbuat apa, karena memang tidak bisa diprediksi. Untuk hal sesepele apa pu, orang ini bisa langsung mengamuk, cemas dan macam-macam.
Jadi akhirnya reaksi dari orang di sekelilingnya adalah berusaha menjaga jarak supaya jangan sampai ada apa-apa. Jadi akhirnya orang merasa untuk menjaga perasaan dia. Hal ini ada baik dan buruknya. Makin orang menjaga perasaan dia, maka dia makin merajalela tapi susahnya kalau ditegasi, dikerasi, ditegur maka tidak mempan, karena sewaktu-waktu dia akan marah lagi, sehingga akhirnya menjadi frustrasi.PG : Sebetulnya bisa, Pak Gunawan. Jadi dengan bimbingan yang panjang, dia harus dicerahkan dan melihat, "Kenapa dia bisa seperti itu" dan mengetahui bahwa ini adalah perilaku yang mempunyai akr yaitu akar kepahitan.
Inilah yang mesti dibereskan sehingga pada akhirnya dia bisa mengampuni orang-orang yang bersalah pada masa kecil. Yang kedua pada akhirnya dalam konseling dia mesti belajar untuk menguasai diri, bagaimana pun juga dia harus bebankan bebannya pada pundaknya, sebab kecenderungannya orang ini adalah menyalahkan orang sebagai pencetus kemarahannya, membuat dia marah. Jadi dia harus tempatkan ini pada perspektif yang tepat, yaitu dialah yang mesti berubah.PG : Firman Tuhan di Amsal 16:32 dan pasal 17:1 berkata, "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota. lebih baik skerat roti yang ering, disertai dengan ketentraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan."
Orang yang beremosi labil adalah orang yang tidak dapat menguasai diri, hidup dengan dia tidak pernah sepi perbantahan pada akhirnya relasi nikah retak sebab kita tidak nyaman berdekatan dengannya.PG : Sebelum kita menikah, kita harus benar-benar melihat dan kalau tidak ada perubahan lebih baik dihindari.
PG : Yang keempat adalah pasangan yang hanya mementingkan diri sendiri, pernikahan adalah tempat dimana diri harus ditanggalkan, orang yang mementingkan dirinya adalah orang yang tidak memahamikasih dan tidak dapat mengasihi sebab berapa besarnya kasih ditentukan oleh betapa besarnya kepedulian kita pada perasaan orang yang dikasihi dan berapa relanya kita menyesuaikan diri dengan dia.
Jadi bisa kita simpulkan, Pak Gunawan, orang yang hanya mementingkan dirinya sesungguhnya belum mengenal kasih dan belum dapat mengasihi dengan benar.PG : Misalnya yang pertama Pak Gunawan, orang yang mementingkan dirinya hanya dapat melihat segalanya dari sudut pandangnya. Dia adalah orang yang kaku dalam bersikap dan menuntut kita untuk meahami dan melaksanakan kehendaknya.
Jadi benar-benar merupakan jalan searah, tidak ada yang namanya jalan dua arah, jadi hanya sesuai kehendaknya, sesuai kemauannya, sesuai pemikirannya sehingga semua dilihat dari kacamatanya, sulit bagi dia menempatkan diri pada orang lain atau pasangannya. Susah untuk mengetahui, kenapa orang ini bisa seperti ini? Itu sangat sulit bagi dia. Apa yang dia pikirkan itulah yang harus terjadi dan itu yang benar.PG : Ada orang-orang yang memang sejak pacaran sudah menampakkan gejala ini, meskipun tidak begitu jelas, misalnya kalau dalam masa berpacaran dia susah berkorban, untuk menjemput kita saja rasnya sudah berat dan mencari-cari jalan supaya kita pulang sendiri, sekali-kali kita pulang sendiri itu tidak apa-apa tapi kalau lebih sering dijemput itu malah lebih baik lagi.
Itu adalah orang-orang yang sama sekali tidak mau repot. Misalnya dalam perbedaan pendapat dia selalu mencoba memaksakan pikirannya dan kalau kita tidak bisa menerima pemikirannya maka dia akan diam dia tidak akan mau menyelesaikan, sebab dia beranggapan kalau dia benar dan kitalah yang harus menyesuaikan diri dengan dia. Jadi ciri-ciri itu sebenarnya sudah mulai terlihat.PG : Tepat sekali.
PG : Orang yang mementingkan dirinya sukar sekali menjalin keintiman, sebab keintiman dibangun di atas penyerahan dan pengorbanan diri dan orang ini, tidak berserah dan dia juga tidak berkorban Pada akhirnya kitalah yang dituntut untuk terus berserah dan berkorban bagi dia dan bagaimanakah mungkin menjalin keintiman.
Kita tahu Pak Gunawan, di dalam pernikahan keintiman itu bagian integral yang penting sekali, kita rasakan kasih sayang lewat keintiman dan kita juga mewujudkan kasih sayang lewat keintiman. Dan orang ini susah sekali, dia susah dekat, dia susah membagi karena untuk dapat intim kita harus saling bagi, kita harus bisa mengerti satu sama lain, kita juga harus berani berkorban baik satu sama lain. Inilah hal-hal yang nanti menciptakan keintiman, karena dia tidak bisa seperti itu maka akhirnya keintiman tidak ada dalam pernikahan kita.PG : Yang dia maksud dengan orang lain intim dengan dia adalah sesuai dengan jadwal dia, sesuai dengan keinginan dan caranya. Tapi yang namanya benar-benar intim, dia tidak bisa karena untuk orng yang sudah penuh dengan dirinya sendiri tidak akan bisa memasukkan orang lain ke dalam dirinya, sudah penuh dengan dirinya, semua ruangan dalam dirinya itu dihadiri oleh dia, bagaimana dia bisa menghadirkan orang lain dalam dirinya, itu sangat susah sekali.
PG : Orang yang mementingkan dirinya biasanya membawa segudang masalah lainnya sebab sifat ini merupakan masalah yang berasal dari keluarga asalnya. Misalnya adalah kalau dia anak favorit, sehigga dia yang selalu didahulukan, itu sebabnya dia juga menuntut kita untuk mendahulukan keinginannya.
Ini berarti tingkat kedewasaannya rendah dan sudah tentu ini berdampak besar dalam membina rumah tangga. Atau dia tidak dihargai sehingga bertumbuh besar dengan keinginan untuk dihargai, itu sebabnya dia berlomba untuk mendapatkan keberhasilan dan hal ini membuat dia berbangga hati, hasil kebanggaan yang keluar dari kehausan ini terbentuk keegoisan yang tidak pernah dapat terpuaskan.PG : Sayangnya akibat kekurang tahuan orang tua, sehingga orang tua memperlakukan si anak seperti itu dan kerugiannya nanti akan ditanggung oleh si anak. Dia akhirnya beranggapan bahwa dia buka saja anak favorit di dalam keluarga tapi juga orang favorit di dunia ini, sehingga semua orang harus menganggap dia adalah orang terfavorit atau spesial sehingga orang harus selalu mengalah dan mengorbankan diri bagi dia.
Jadi benar-benar orang itu harus hidup mengelilinginya dan bisa melayaninya, bagaimana membuatnya bisa merasa senang, karena hal itulah yang dulu dialaminya dari orang tuanya, orang tuanya benar-benar sepertinya melayani dia, dia adalah anak yang di atas, diagung-agungkan dan itu juga yang dituntutnya dari orang lain pula. Dan kita tahu, itu adalah sebuah sikap yang pasti akan membuat orang jauh dari dia.PG : Pada saat-saat masih berpacaran belum ada sesuatu yang terjadi dan sudah tentu dia akan senang, dia difavoritkan, dia dipuja, dia dicintai, dia diperhatikan. Tapi kita tahu bahwa kita adalh manusia terbatas dan pada saat-saat tertentu lainnya akan ada hal-hal lain yang menyita perhatian kita sehingga kita tidak bisa selalu memberikan perhatian kepada dia sebesar itu.
Atau yang kedua adalah kita tidak selalu bisa sehati sepikir, seia sekata dengan dia, adakalanya kita juga akan mengeluarkan pendapat kita, di situ baru kita lihat berapa besarnya ego dia dalam mementingkan dirinya. Kalau dia susah sekali melihat dari sudut pandang kita, dia selalu membantah apa yang kita katakan dan dia ajukan pendapatnya lagi, itu yang akhirnya membuat kita merasa, "Ternyata benar, memang dia tidak mampu melihat dari kacamata saya." Kita coba objektif, kita tanya orang lain dan orang lain berkata, "Dia yang harus berubah, dia harus mengoreksi dirinya" namun dia tetap tidak melihatnya dan inilah yang kira-kira menjadi masalahnya.PG : Sebetulnya ya, tapi seperti yang tadi kita sudah bahas, ada saja orang-orang yang terdesak oleh kebutuhan, usia, ditekan oleh lingkungan harus menikah dan sebagainya atau diberi nasehat, Tidak apa-apa dia banyak kelebihannya" misalnya dalam salah satu faktor yang seringkali memainkan peranan besar adalah kekuatan ekonomi atau kemapanan ekonomi.
"Ya sudahlah dia sudah mapan ekonomi, kerjaannya bagus, sudah punya rumah, mau cari yang seperti apa lagi?" Jadi akhirnya orang tergoda dan berpikir, "Benar ya, mungkin standart saya terlalu tinggi, sudahlah tidak apa-apa" dan masalahnya adalah begitu kita masuk ke dalam rumahnya memang kita akan kehilangan diri kita, sungguh-sungguh kita akan kehilangan diri kita, sebab dia benar-benar akan hidup oleh dirinya sendiri.PG : Sebenarnya hidup dengan dia sama dengan hidup menghamba dan ini adalah sebenarnya sesuatu yang hampir mustahil, kita tidak lagi memikirkan pendapat kita, semuanya harus sesuai dengan dirina, kepentingan kita juga tidak terlalu dia pedulikan.
Kalau pun dia pedulikan kepentingan kita, nantinya untuk kepentingan dia juga. Jadi yang murni untuk kepentingan kita itu tidak ada dalam pikirannya. Apakah kita bisa tahan hidup seperti itu? Saya kira dalam keadaan yang normal tidak ada orang yang bisa tahan hidup seperti itu. Jadi akhirnya kita akan sangat tertekan, kita tidak bahagia lagi sebab kalau kita mulai mau meminta dia berdialog dengan kita, memperhatikan kita, itu bukanlah hal yang menyukakan dia dan dia memutuskan komunikasi, pokoknya dia akan melakukan cara dia, dan kita harus menurutinya. "Kapan dia akan datang, kapan dia akan melihatnya dari sudut kita" ini adalah derita yang harus kita alami oleh karena kita menikah dengan orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri.PG : Betul, sebab kalau kita hidup dengan orang seperti ini akan serba susah kalau kita tidak melawannya maka jarak akan makin menjauh, dia merasa kalau kita sudah tidak di pihaknya lagi, kita idak peduli dengan dia dan dia merasa "Kenapa saya harus dekat-dekat dengan kamu sekarang, saya tidak berhutang apa-apa kepada kamu."
Jadi justru dialah yang akan lebih cepat menghindar dari kita, lebih cepat lagi memisahkan diri, jadi memang serba susah.PG : Kebanyakan tidak. Memang secara tidak langsung orang yang seperti ini akan mencari orang yang bermental hamba. Kalau dia bersama dengan orang yang sehat, dia tahu kalau pasangannya tidak aan terima dengan perlakuannya seperti ini.
Jadi secara tidak langsung di bawah alam sadarnya dia memang akan lebih mudah tertarik dengan tipe-tipe orang yang ikut saja, yang baik, yang menghamba dan dia memang akan mencari orang yang seperti itu.PG : Dia kena batunya.
PG : Betul, dia justru akan mencari yang dianggapnya cocok dengan dia dan bisa mengerti dia. Itulah kira-kira pada masa berpacaran yang akan diungkapkan olehnya, "Saya suka dengan dia, dia bisamengerti saya dan sebagainya."
Misalkan dalam pernikahan kalau kita mulai menunjukkan diri kita, bahwa kita mulai tidak suka maka dia mulai bersitegang, kita mulai berbantahan dengan dia dan kita akan melihat secara langsung bahwa sikapnya berubah sekali, dia tidak menerima pendapat orang lain sebab bagi dia orang harus ikut dia, tidak boleh ikut orang lain.PG : Tepat sekali, saya bisa simpulkan Pak Gunawan, terburu-buru atau tergesa-gesa adalah resep kehancuran dalam pernikahan. Jangan terburu-buru, terburu-buru adalah resep kehancuran.
PG : Betul sekali.
PG : Saya bacakan Amsal 16:18, "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." Orang yang mementingkan dirinya adalah orang yang congkak, dia menganggap diri dan kepetingannya berada di atas orang lain.
Firman Tuhan berkata, "Kecongkakan mendahului kehancuran, tinggi hati mendahului kejatuhan." Orang yang congkak, orang yang mementingkan dirinya sebetulnya sedang menuju kepada kehancuran dan kejatuhan.PG : Betul sekali.
GS : Apa yang kita perbincangkan ini akan banyak menolong para pendengar kita. Terima kasih sekali, Pak Paul. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pasangan Yang Mesti Dihindari (Bagian yang kedua)." Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
42. Pergolakan Rohani Remaja I |
|
Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah pergolakan rohani di mana remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya dianut. Berikut akan dipaparkan penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan orangtua
Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah pergolakan rohani di mana remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya dianut. Berikut akan dipaparkan penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan orangtua.
Sebagai orangtua kita mungkin terkejut mendengar pertanyaannya. Kita mungkin mengira bahwa anak remaja kita telah murtad dan meninggalkan imannya. Semua reaksi ini wajar sebab keluar dari hati yang takut akan Tuhan dan dari keinginan melihat anak terus setia mengikut Kristus. Namun ada baiknya kita berusaha keras menahan emosi marah. Sedapatnya janganlah ketus menuduh anak murtad atau malah dikuasai iblis. Sebaliknya, dengan sikap lembut, berupayalah menjawab pertanyaan anak selogis mungkin. Ingat, pada tahap pertumbuhannya ini, remaja mulai berpikir abstrak dan ini berarti ia bergantung penuh pada pengunaan daya nalarnya.
Sebagai orangtua, kita harus peka dengan pergumulan remaja melawan dosa. Kita mesti menunjukkan bahwa kita mengerti betapa sulitnya memertahankan kekudusan. Kita dapat menyampaikan kepadanya bahwa kita pun pernah melewati masa pergumulan yang serupa dan mengakui bahwa tidak selalu kita berhasil menang melawan godaan. Kita mungkin dapat membagikan kepadanya bahwa ada momen di dalam hidup ini dan kita pun tergoda untuk menyerah dan mengambil sikap putus asa.
Kita pun dapat membacakan pergumulan Paulus yang diceritakan di Roma 7:15, "Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." Atau Musa yang tidak menaati perintah Tuhan di Meriba, Daud yang jatuh ke dalam dosa perzinahan dan pembunuhan, dan Petrus yang jatuh ke dalam dosa dusta dan ketidaksetiaan. Semua adalah anak Tuhan yang berusaha mengikut Tuhan namun di dalam perjalanannya, adakalanya anak Tuhan pun jatuh. Terpenting adalah kita mengakui dosa, bangkit dan berjalan kembali.
Menyangkut hal rohani, pada akhirnya remaja harus membuat iman kepercayaan kita sebagai milik pribadinya. Bila di masa lampau ia hanya mengikuti pengarahan kita, sekarang ia harus menempuh sebuah perjalanan rohani sehingga ia dapat tiba pada kesimpulannya sendiri. Singkat kata, iman orangtua harus menjadi imannya sendiri. Itu sebabnya kita harus membimbing sekaligus memberinya ruang untuk menggumulkan imannya sendiri. Iman yang tidak pernah dimilikinya sendiri pada akhirnya akan menjadi iman yang tidak bisa berdiri sendiri. Apabila pada masa kecilnya kita telah menanamkan Firman Tuhan pada dirinya, maka pada masa remaja, Firman Tuhan akan terus bersemayam di hatinya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)
Sebagai orangtua, kita mesti menyikapi pertanyaan ini dengan bijak dan penuh pengertian. Terus paparkanlah apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan tanpa harus menyerang dan menjelek-jelekan keyakinan lainnya. Sikap keras terhadap keyakinan lain hanyalah berdampak buruk. Pertama, ia akan merendahkan orang yang berkeyakinan lain dan jika ini terjadi ia tidak akan dapat mengasihi mereka. Kedua, ia justru berbalik dan marah kepada kita, orangtuanya, oleh karena ia merasa kita terlalu menghakimi. Ingatlah bahwa pada dasarnya ia tengah membicarakan tentang teman-temannya yang dinilai baik. Itu sebabnya komentar kita yang mendiskreditkan mereka tanpa mengenalnya hanya atas landasan perbedaan keyakinan, akan membuatnya mengecap kita sebagai orang yang tidak baik.
Sekurangnya ada tiga reaksi terhadap dosa:
Adakalanya remaja berhasil melawan, namun kadang ia gagal dan menyerah. Namun kadang, daripada mengakui kekalahannya, ia justru mendistorsi realitas dan perintah Tuhan, menjadikan perbuatannya tidak berdosa. Nah, pada waktu ia mendistorsi Firman Tuhan inilah, remaja biasanya bersitegang dengan kita. Ia melawan dan menuduh kita "mau menang sendiri" dan memertanyakan dasar kesimpulan kita apakah sesuatu itu dosa atau tidak. Pada dasarnya ia tengah berupaya membenarkan tindakannya supaya ia dapat terus berkubang di dalam dosa.
Sebagai orangtua kita mesti berdiri pada Firman Tuhan dan tidak menuruti pikirannya jika memang ia keliru. Namun, kita pun mesti sabar dan lembut dalam menyikapi pemberontakannya. Kita harus menyampaikan kepadanya bahwa kita mengerti pergumulannya dan akan terus mendoakannya. Kita mesti mengatakan bahwa kenyataan kita tidak bisa hidup sesuai dengan Firman Tuhan, itu tidak berarti kita boleh menurunkan standar Tuhan. Doronglah ia untuk mengakui keterbatasannya dan memohon pengampunan Tuhan. Ajaklah ia untuk terus berusaha kendati susah.
Sebagai orangtua, jangan kita membela diri tatkala memang kita telah hidup tidak konsisten dengan ajaran Kristus. Akuilah kegagalan sendiri tanpa perlu merasa defensif. Terpenting adalah kita bertobat dan tidak mengulang masalah yang sama. Jikalau ini menyangkut ketidakkonsistenan Pembina rohaninya, akuilah dan jangan mencoba menutupinya. Tindakan ini hanyalah akan memerparah ketidakpuasannya.
Tuhan Yesus berkata, "Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?" (Lukas 14:34). Memang sewaktu seorang Pembina rohani jatuh, itu sama dengan garam yang telah menjadi tawar dan membuat hati kita tawar. Tidak ada lagi keinginan untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan; sewaktu mendengar orang berkata-kata tentang Tuhan maka reaksi awal adalah tidak ingin menggubrisnya. Kita mengalami disilusi dan kecewa. Sungguhpun demikian ingatlah bahwa kita hidup untuk Kristus, jadi kita harus terus memandang-Nya, bukan orang lain.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pergolakan Rohani Remaja". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Tidak bisa disangkal inilah salah satu ketakutan terbesar orang tua tatkala melihat anak kita memasuki fase remaja, sebab bukan saja anak itu akan bergolak secara emosional, namun perilakuya juga sudah mulai bermasalah.
Perkataan-perkataannya lebih berani dan sekarang berani melawan kita dan sebagainya. Tapi ada satu hal lain lagi yaitu secara rohani, kadang-kadang orang tua mulai memerhatikan bahwa anak remajanya mulai meninggalkan iman kristiani yang telah dianutnya sejak kecil. Seolah-olah mereka tidak peduli lagi dengan pergi ke gereja, tidak mau ikut lagi beribadah, tidak mau mengikuti lagi hal-hal yang dia ikuti dulu dalam gereja. Hal-hal seperti itu memang menimbulkan kecemasan kepada kita sebagai orang tua. Itu sebabnya kita mau angkat topik ini, Pak Gunawan, supaya orang tua bisa mengerti sebenarnya apa yang sedang terjadi pada diri anak-anak remajanya secara rohani.PG : Memang ada yang membagi usia 10-12 tahun adalah usia praremaja atau tunas remaja. Namun kalau kita mau kelompokkan mereka menjadi satu, dapat kita kategorikan mereka yang berusia 10 tahun e atas hingga 20 tahun.
Dalam rentang 10 tahun itu mereka masuk ke dalam kategori remaja.PG : Sebenarnya ada beberapa, Pak Gunawan. Yang pertama yang akan kita soroti adalah pada masa remaja anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan melihat jauh ke muka. Jadi lewat kemampuanya berpikir abstrak remaja mulai memertanyakan hal-hal yang ia alami atau lihat.
Jika sebelumnya yang dia lihat diterima tanpa pertanyaan, tapi sekarang dengan kemampuannya berpikir abstrak remaja mulai memertanyakan hal-hal yang tidak masuk akal, mungkin masa inilah remaja mulai melihat ketidakadilan dalam dunia dan mengaitkannya dengan keadilan Tuhan. Mungkin dia mulai bertanya, "Jika Tuhan ada mengapa Ia terus membiarkan ketidakadilan merajalela." Atau ia menyaksikan penderitaan umat manusia dan memertanyakan kebaikan Tuhan, misalkan dia bertanya, "Bila Tuhan baik mengapa Ia membiarkan kejahatan dan kesusahan menimpa orang-orang yang tidak bersalah."PG : Eksistensi Tuhan dan juga sifat-sifat atau karakter-karakter Tuhan karena mereka sekarang sudah mampu berpikir dengan lebih abstrak, melihat lebih dalam, berpikir sehingga lebih jauh ke mua.
Maka hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya sekarang dilihatnya, Pak Gunawan. Dan dia mulai mencocokkan dengan apa yang diketahuinya tentang Tuhan. Misalkan dia tahu tentang Tuhan itu baik, kalau Tuhan itu baik kenapa banyak pengemis di jalanan, kalau Tuhan adil kenapa ada banyak orang yang begitu kaya namun ada juga orang yang begitu miskin, kalau Tuhan mendengarkan doa kita kenapa seseorang ini sakit berat minta kesembuhan, namun tidak dikabulkan malahan meninggal dunia. Mulailah si remaja itu mencocokkan antara apa yang diketahuinya tentang Tuhan dan fakta di lapangan yang sekarang dilihatnya.PG : Sudah tentu sebagai orang tua kita mungkin terkejut mendengar pertanyaannya, dulu dia tidak pernah bertanya seperti itu, dulu tidak pernah menggugat Tuhan tapi sekarang mulai menggugat Tuan.
Mungkin kita mengira bahwa anak remaja kita telah murtad dan telah meninggalkan imannya. Saya kira kita ini pada dasarnya takut kalau anak kita berdosa dan menentang Tuhan. Saya ingin menegaskan bahwa semua reaksi ini wajar sebab keluar dari hati yang takut akan Tuhan dan dari keinginan melihat anak terus setia mengikut Kristus. Namun ada baiknya kita berusaha keras menahan emosi misalnya sedapatnya jangan ketus menuduh anak bahwa dia telah murtad atau ada yang karena sangat marah dan mengatakan, "Kamu telah dikuasai iblis" itu jangan dilakukan! Sebaliknya dengan sikap lembut berupayalah menjawab pertanyaan anak selogis mungkin, ingatlah bahwa pada tahap pertumbuhannya ini remaja mulai berpikir abstrak dan ini berarti ia bergantung penuh pada penggunaan daya nalarnya. Bila kita menjawab tidak berdasarkan nalar, dengan cepat ia menyimpulkan bahwa kita tidak dapat mengertinya, dengan segera ia pun akan memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan sebab baginya tidaklah berguna untuk terlibat dalam diskusi dengan kita.PG : Memang bisa saja anak memilih untuk meninggalkan imannya, tapi sebenarnya kalau anak itu hidup di dalam rumah yang relatif konsisten, anak-anak itu melihat, kalau kita mencoba hidup sesuaidengan kepercayaan kita, kecil kemungkinan dia akan terpikir untuk meninggalkan imannya.
Jadi lebih besar kemungkinannya, pergolakan rohani disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Di dalam hal ini yang sedang kita soroti adalah perubahan cara berpikirnya yang jauh lebih abstrak, dulu sangat hitam putih, dulu anak-anak tidak melihat sedalam itu. Misalkan anak-anak melihat pengemis maka dia melihat orang pengemis, kalau dia melihat orang sakit maka yang dilihat adalah orang sakit, tapi pada usia remajalah anak itu mulai bisa mengaitkan saat melihat orang sakit dengan "Kenapa Tuhan tidak menjawab doanya," melihat orang miskin atau pengemis dia berkata, "Kenapa Tuhan tidak menolongnya, Tuhan tidak memberikan kepadanya kecukupan sehingga dia tidak harus mengemis lagi." Pada masa anak-anak, mereka belum bisa berpikir abstrak namun pada usia remaja mereka mulai berpikir abstrak mengaitkan semua ini. Jadi tidak bisa tidak akan mulai muncul pergolakan-pergolakan ini dan memang kita harus terima bahwa anak-anak ini sebenarnya ingin mencari tahu. Mungkin ini terlintas dan dia ingin tahu jawabannya, jadi kita harus menjawab selogis mungkin. Jika perlu gunakan buku rujukan agar kita bisa menjawabnya dengan lebih baik atau kita bisa memintanya untuk membaca sendiri. Jika kita tidak mengetahui jawabannya maka dengan terbuka akuilah, jangan sampai kita dilihat oleh remaja membenar-benarkan diri, mencoba menjawab tapi arahnya sudah tidak lagi tepat sasaran. Hal-hal itu malah mengganggu bagi si remaja. Jadi terpenting bagi masa ini adalah mengawalnya untuk tetap memelihara relasi dengan Tuhan, misalkan secara berkala kita mengajak anak berdoa bersama, kita membagikan pengalaman hidup dengan Tuhan kepadanya, agar dia bisa melihat bahwa Tuhan itu hidup, mungkin ada doa yang telah dijawab Tuhan, atau jawaban yang diperoleh setelah melewati suatu pergumulan, kita bagikan semua itu agar anak melihat realitas keberadaan Tuhan dan kebaikan-Nya. Kita tidak bisa menjawab semua pertanyaannya namun satu hal yang pasti adalah kita tidak bisa menyangkal bahwa Tuhan itu hidup dan memelihara kehidupan kita.PG : Tidak bisa tidak akan ada, Pak Gunawan. Meskipun kita mencoba untuk melindungi anak-anak dari pengaruh-pengaruh yang tidak sesuai tapi tidak bisa tidak, anak-anak kita akan terekspos pada emua itu maka saya kira yang terpenting adalah kita mesti memperkokoh anak kita.
Kita perlu membuka jalur komunikasi dengan anak supaya dia bisa bicara dengan kita apa adanya. Atau misalkan temannya bicara sesuatu yang memertanyakan iman percayanya, itulah pentingnya komunikasi yang terbuka dengan anak sebab di saat itulah dia akan datang kepada kita dan bertanya, karena dia bertanya maka kita bisa memberikan jawaban kepadanya. Sudah tentu akan ada pengaruh-pengaruh dari teman dan kita tidak perlu melindunginya dari teman karena kalau 100% kita melindungi maka anak kita akan terisolasi dan itu pun tidak sehat bagi pertumbuhannya.PG : Betul sekali. Jadi tidak bisa kita searah dalam memberikan pengajaran kepada anak-anak. Justru yang lebih berperan besar adalah sebuah kesaksian hidup, mungkin saja kita tidak bisa memberian jawaban yang memuaskan, kita mencoba menjawabnya tapi mungkin jawaban kita tidak lagi memuaskan.
Misalkan kita tidak bisa menjawab pertanyaan, "Mengapakah seorang ibu yang masih muda mempunyai anak kecil kemudian terkena penyakit kanker, mereka berdoa meminta penyembuhan Tuhan tapi akhirnya sang ibu itu meninggal dunia, kasihan anaknya tidak memiliki mama," kita tidak akan bisa memberikan jawaban karena kita sendiri tidak tahu kepastian jawaban itu sendiri dan kita hanya bisa memberikan jawaban-jawaban yang lebih bersifat rasional, tapi tetap susah untuk kita terima. Di situlah pentingnya kita mengakui, jangan sampai kita menempatkan diri sebagai orang yang sangat tidak sensitif dengan kondisi kehidupan ini. "Yang penting apa yang dikatakan oleh pembimbing rohani kita maka kita akan langsung berikan kepada anak-anak kita." Akhirnya mereka akan berkata, "Percuma bicara dengan Papa atau Mama karena jawabannya itu seperti mesin, seperti sudah direkam dan langsung dimuntahkan. Tidak pernah ada pergumulan pribadi." Dan anak-anak perlu melihat bahwa kadang-kadang kita pun perlu bergumul dengan hal-hal yang mereka tanyakan dan kita tidak selalu menemukan jawaban yang memuaskan hati kita. Jadi pada akhirnya kita harus berkata kepada si anak, "Kita memang hanya memahami sedikit, begitu banyak hal dalam hidup ini dan ada rencana Tuhan yang tidak kita ketahui tapi yang kita tahu adalah bahwa Tuhan itu baik," dan kemudian kita memberikan contoh waktu kita mengalami masalah dan sebagainya, kita meminta pertolongan Tuhan dan Tuhan menjawab. Jadi disamping apa yang dilihatnya, kita juga mesti menyajikan kepadanya bahwa inilah yang Tuhan lakukan di dalam kehidupan Papa dan Mama. Jadi kita tidak bisa berkata, "Tuhan tidak baik, Tuhan tetap baik dan terutama Tuhan baik karena telah mati untuk dosa-dosa kita. Kalau Tuhan tidak baik maka Tuhan tidak akan rela turun ke dunia menjadi manusia dan akhirnya mati." Lewat semua ini anak lebih dapat mengembangkan konsep tentang Tuhan yang lebih berimbang, ada sisi tentang Tuhan yang misterius yang tidak bisa kita ketahui, namun ada sisi tentang Tuhan yang telah Tuhan singkapkan dan semua itu adalah untuk kebaikan.PG : Itu sebabnya dari awal, sejak anak-anak masih kecil kita sudah harus memilih jalur komunikasi yang terbuka dengan anak-anak. Biasakanlah anak-anak itu mendapatkan jawaban yang jujur dari kta, dengan adanya sejarah relasi seperti itu besar kemungkinan sewaktu dia memasuki usia remaja dan bertanya maka dia akan datang kepada kita dan meminta jawaban kita.
PG : Berikut pada masa remaja anak berada pada posisi labil akibat perubahan fisik atau hormonal sehingga rawan mengambil keputusan secara impulsif tanpa berpikir panjang. Pada saat ini tidak jrang para remaja ini memutuskan melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya sehingga jatuh ke dalam dosa.
Kejatuhan ini bisa-bisa membuat dia enggan untuk dekat dengan Tuhan dan malah mendorongnya untuk hidup terpisah dari Tuhan. Saya berikan contoh misalkan remaja mulai terlibat dengan pornografi dan bergumul dengan kekudusan, dia tahu apa yang Tuhan tuntut tapi sekarang dia telah jatuh ke dalam dosa. Besar kemungkinan pergumulan ini membuatnya merasa diri kotor dan tidak layak untuk datang ke hadirat Tuhan. Atau contoh lain remaja jatuh ke dalam dusta, hal ini pun membuat diri tidak layak datang kepada Tuhan dan akhirnya memilih untuk menjauh dari persekutuan dan ibadah. Maka kita mesti menyadari bahwa di saat-saat inilah anak-anak akan cenderung melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan dan kejatuhannya ke dalam dosa bisa jadi membuat dia ingin menjauh dari Tuhan karena merasa tidak lagi layak datang kepada Tuhan.PG : Betul. Meskipun dia tahu apa yang Tuhan kehendaki, Tuhan menghendaki kekudusan dan sebagainya namun karena di dalam dirinya juga telah bertumbuh, hormon-hormon seksualnya mulai berkembang akin matang, sehingga gejolak itu begitu kuat dan dia mulai terlibat pornografi.
Atau dalam kasus yang lebih parah lagi ada anak-anak remaja yang mulai ikut-ikut jatuh ke dalam dosa perzinahan, benar-benar melakukannya dengan orang lain. Bisa jadi kalau dia melakukannya, dia memutuskan tidak lagi layak datang kepada Tuhan, untuk apa lagi ikut Paduan Suara, untuk apa ikut PA, untuk apa lagi memimpin PA, mereka tidak mau lagi melakukan dan mengundurkan diri. Orang tua mungkin tidak mengerti hanya bingung, "Kenapa tidak mau ikut lagi, tidak mau lagi terlibat dalam pelayanan." Bisa jadi karena anak kita itu jatuh ke dalam dosa dan merasa diri tidak layak terlibat dalam pelayanan lagi.PG : Sesungguhnya reaksi kerasnya itu muncul dari reaksinya terhadap kemunafikan. Jadi remaja adalah anak yang baru memasuki masa dewasa untuk pertama kalinya anak harus menghadapi ketidakkonsitenan, paradoks, tidak bisa tidak pada umumnya anak remaja akan mengalami kesulitan mengintegrasikan ketidakkonsistenan ini ke dalam hidupnya yang relatif masih hitam putih membuat dia sukar menerima ketidaksempurnaan.
Itu sebabnya ia cepat melabelkan semua itu sebagai kemunafikan dan kepura-puraan. Jadi waktu remaja melihat dirinya berdosa, tidak lagi kudus maka dia berpikir jangan sampai jatuh ke lembah kemunafikan. Maka dari pada hidup munafik lebih baik dia tidak perlu pergi ke gereja, tidak perlu lagi memimpin pujian atau ibadah. Sekali lagi ini adalah reaksinya terhadap kemunafikan. Remaja memang idealis pada masa-masa ini. Jadi bagian dari ketidakkonsistenan dan kemunafikan, sehingga remaja memilih untuk hidup konsisten dengan cara tidak ingin lagi terlibat dalam pelayanan, tidak perlu lagi bicara tentang Tuhan sebab saya sudah kotor, gagal dan inilah reaksi yang sudah ditunjukkan oleh remaja.PG : Sebagai orang tua sudah tentu kita harus peka dengan pergumulan remaja melawan dosa, kita harus menunjukkan bahwa kita mengerti betapa sulitnya memertahankan kekudusan, misalnya. Kita dapa menyampaikan bahwa kita pun pernah melewati masa pergumulan yang serupa dan kita mengakui bahwa tidak selalu kita menang melawan godaan dosa, kita mungkin bisa membagikan kepadanya bahwa ada momen dalam hidup kita dimana kita tergoda untuk menyerah dan mengambil sikap putus asa.
Jadi penting untuk kita tidak menghakimi, kita justru mau terbuka mengatakan bahwa, "Kita sama-sama orang berdosa." Namun setelah kita menyampaikan penerimaan kita kepadanya tanpa penghakiman maka kita dapat menyampaikan juga hal yang lain yaitu kita menyampaikan penghargaan akan ketulusannya, akan keinginannya dari pada mencemarkan nama Tuhan dan hidup munafik lebih baik dia hidup jauh dari Tuhan. Kita harus hargai tekad seperti itu, tekad tidak mau mencemarkan nama Tuhan, tekad tidak mau hidup munafik namun pada akhirnya kita harus mengingatkannya bahwa hidup kekristenan adalah hidup sebuah pergumulan, sebenarnya ini adalah esensi hidup kekristenan sewaktu kita memutuskan mengikut Tuhan, pada dasarnya kita memasuki sebuah arena perkelahian antara keinginan pribadi dan keinginan Tuhan.PG : Ada. Misalnya kita dapat membacakan pergumulan Paulus yang diceritakannya di Roma 7: 15, "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, etapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat."
Jadi Paulus sendiri pun bergumul, dia tahu apa yang benar tapi tidak dilakukannya. Atau Musa misalnya, Musa tidak menaati perintah Tuhan di Meriba, Tuhan perintahkan kepada Musa untuk berkata-kata atau memerintahkan kepada batu karang itu untuk mengeluarkan air, namun dia malah memukulnya sampai dua kali. Atau Daud jatuh ke dalam dosa perzinahan dan pembunuhan, seorang anak Tuhan yang begitu dekat tapi bisa melakukan dosa seberat itu. Atau Petrus, murid Tuhan Yesus yang jatuh ke dalam dosa dusta dan ketidaksetiaan, menyangkal mengenal Tuhan padahal dia begitu dekat dengan Tuhan Yesus. Lewat semua ini kita tunjukkan kepada anak kita bahwa mereka ini adalah anak-anak Tuhan yang berusaha mengikut Tuhan namun dalam perjalanannya adakalanya anak Tuhan pun jatuh, terpenting adalah kita mengakui dosa, kita bangkit dan berjalan kembali.PG : Ada, Pak Gunawan. Yang ketiga adalah pada masa remaja anak mengembangkan kemandirian dan salah satu bentuknya adalah memiliki pemikiran dan pendapat sendiri. Salah satu karakteristik kedewsaan adalah kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri tanpa harus tunduk pada kehendak orang.
Sebagai seorang anak yang tengah menuju ke arah kedewasaan, ia pun akan mulai mempraktekkan kemandiriannya dalam pengambilan keputusan namun ini yang harus kita sadari bahwa ada kecenderungan bahwa pada masa remaja ia akan bersikap agak ekstrem misalnya menolak pendapat kita secara membabi buta tanpa pertimbangan yang jelas. Kendati semua ini pasti mengganggu kita yang mendengarnya namun sesungguhnya respons si remaja ini merupakan jalan yang mesti di tempuhnya, dia memang harus melewati jalan yang kadang-kadang kebablasan, terlalu ekstrem dalam memertahankan pendapatnya. Itu sebabnya kita mesti menyeimbangkan respons yang kita berikan kepadanya, di satu pihak kita harus menjaganya jangan sampai mengambil keputusan yang berakibat fatal dan berdampak panjang, namun di lain pihak kita mesti memberinya ruang untuk mengambil keputusan yang tidak tepat. Jadi ada baiknya kita tidak lagi memaksakan kehendak namun berikanlah masukan seperlunya kemudian biarkan dia menimbangnya sendiri dan memutuskannya.PG : Misalkan anak kita itu mulai berkata, "Buat apa ke gereja karena kita juga bisa beribadah kepada Tuhan di rumah, kenapa harus ke gereja karena Tuhan juga ada di sini." Waktu anak mengataka hal seperti itu kita memang bisa bereaksi marah memaksanya ke gereja dan sebagainya tapi lebih baik kita mencoba berdialog dengan anak-anak kita, kita tidak mau dia mengembangkan sikap dimana nanti tidak akan mau ke gereja sama sekali dan itu juga tidak benar.
Tapi di pihak lain kita juga ingin anak kita tetap mempunyai suatu pendapat yang memang juga ada baiknya atau ada benarnya. Jadi kita bisa berkata kepada dia, "Benar kalau kamu berkata seperti itu, Tuhan memang ada di dalam hati kita, kita memang tidak wajib untuk menyembah Tuhan di gereja sebab di rumah pun juga bisa. Tapi bukankah Tuhan juga yang meminta kita datang, berbakti kepadaNya di rumahNya sebab Dialah yang juga menetapkan ibadah bersama itu mulai dari Perjanjian Lama sampai di Perjanjian Baru. Jadi kenapa kita tidak menaati Tuhan meskipun di rumah pun kita juga perlu beribadah kepada Tuhan." Dengan jawaban seperti itu remaja tahu bahwa perkataannya tidak sepenuhnya dipersalahkan orang tua, sehingga dia bisa mulai mengembangkan pemikirannya. Di pihak lain sebagai orang tua kita mengkomunikasikan kepadanya kebenaran-Nya yaitu dia diminta Tuhan untuk tetap beribadah kepada-Nya di gereja.PG : Pada akhirnya memang remaja itu harus membuat iman kepercayaan kita sebagai milik pribadi, bila di masa lampau ia hanya mengikuti pengarahan kita sekarang dia harus menempuh perjalanan rohni sehingga ia dapat tiba pada kesimpulannya sendiri.
Singkat kata, iman orang tua harus menjadi imannya sendiri, itu sebabnya kita harus membimbing sekaligus memberinya ruang menggumulkan imannya sendiri. Saya akan simpulkan dengan firman Tuhan di Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Jadi apabila pada masa kecil kita telah menanamkan firman Tuhan pada dirinya, maka pada masa remaja firman Tuhan akan terus bersemayam di dalam hatinya.PG : Betul sekali. Meskipun harus melewati jalan yang berliku tapi itu adalah jalan yang penting dan harus, sehingga dia harus sampai kepada keputusan inilah imannya sendiri.
GS : Tentunya masih banyak bentuk pergolakan yang lain dan kita akan bicarakan pada kesempatan yang akan datang. Terima kasih sekali untuk perbincangan kali ini dan kita berharap para pendengar tetap mengikuti kelanjutan perbincangan ini pada siaran yang akan datang. Para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pergolakan Rohani Remaja" bagian yang pertama dan kami akan melanjutkan perbincangan ini pada kesempatan yang akan datang oleh karena itu kami berharap para pendengar bisa terus mengikuti perbincangan di acara Telaga ini. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
43. Pergolakan Rohani Remaja II |
|
Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah pergolakan rohani di mana remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya dianut. Berikut akan dipaparkan penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan orangtua
T 269 A+B "pergolakan rohani remaja" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Masa remaja adalah masa pergolakan. Salah satu pergolakan yang kerap dialami remaja adalah pergolakan rohani di mana remaja mulai menolak nilai-nilai yang tadinya dianut. Berikut akan dipaparkan penyebab pergolakan ini dan tanggapan yang sebaiknya diberikan orangtua.
Sebagai orangtua kita mungkin terkejut mendengar pertanyaannya. Kita mungkin mengira bahwa anak remaja kita telah murtad dan meninggalkan imannya. Semua reaksi ini wajar sebab keluar dari hati yang takut akan Tuhan dan dari keinginan melihat anak terus setia mengikut Kristus. Namun ada baiknya kita berusaha keras menahan emosi marah. Sedapatnya janganlah ketus menuduh anak murtad atau malah dikuasai iblis. Sebaliknya, dengan sikap lembut, berupayalah menjawab pertanyaan anak selogis mungkin. Ingat, pada tahap pertumbuhannya ini, remaja mulai berpikir abstrak dan ini berarti ia bergantung penuh pada pengunaan daya nalarnya.
Sebagai orangtua, kita harus peka dengan pergumulan remaja melawan dosa. Kita mesti menunjukkan bahwa kita mengerti betapa sulitnya memertahankan kekudusan. Kita dapat menyampaikan kepadanya bahwa kita pun pernah melewati masa pergumulan yang serupa dan mengakui bahwa tidak selalu kita berhasil menang melawan godaan. Kita mungkin dapat membagikan kepadanya bahwa ada momen di dalam hidup ini dan kita pun tergoda untuk menyerah dan mengambil sikap putus asa.
Kita pun dapat membacakan pergumulan Paulus yang diceritakan di Roma 7:15, "Sebab apa yang aku perbuat aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat." Atau Musa yang tidak menaati perintah Tuhan di Meriba, Daud yang jatuh ke dalam dosa perzinahan dan pembunuhan, dan Petrus yang jatuh ke dalam dosa dusta dan ketidaksetiaan. Semua adalah anak Tuhan yang berusaha mengikut Tuhan namun di dalam perjalanannya, adakalanya anak Tuhan pun jatuh. Terpenting adalah kita mengakui dosa, bangkit dan berjalan kembali.
Menyangkut hal rohani, pada akhirnya remaja harus membuat iman kepercayaan kita sebagai milik pribadinya. Bila di masa lampau ia hanya mengikuti pengarahan kita, sekarang ia harus menempuh sebuah perjalanan rohani sehingga ia dapat tiba pada kesimpulannya sendiri. Singkat kata, iman orangtua harus menjadi imannya sendiri. Itu sebabnya kita harus membimbing sekaligus memberinya ruang untuk menggumulkan imannya sendiri. Iman yang tidak pernah dimilikinya sendiri pada akhirnya akan menjadi iman yang tidak bisa berdiri sendiri. Apabila pada masa kecilnya kita telah menanamkan Firman Tuhan pada dirinya, maka pada masa remaja, Firman Tuhan akan terus bersemayam di hatinya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)
Sebagai orangtua, kita mesti menyikapi pertanyaan ini dengan bijak dan penuh pengertian. Terus paparkanlah apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan tanpa harus menyerang dan menjelek-jelekan keyakinan lainnya. Sikap keras terhadap keyakinan lain hanyalah berdampak buruk. Pertama, ia akan merendahkan orang yang berkeyakinan lain dan jika ini terjadi ia tidak akan dapat mengasihi mereka. Kedua, ia justru berbalik dan marah kepada kita, orangtuanya, oleh karena ia merasa kita terlalu menghakimi. Ingatlah bahwa pada dasarnya ia tengah membicarakan tentang teman-temannya yang dinilai baik. Itu sebabnya komentar kita yang mendiskreditkan mereka tanpa mengenalnya hanya atas landasan perbedaan keyakinan, akan membuatnya mengecap kita sebagai orang yang tidak baik.
Sekurangnya ada tiga reaksi terhadap dosa:
Adakalanya remaja berhasil melawan, namun kadang ia gagal dan menyerah. Namun kadang, daripada mengakui kekalahannya, ia justru mendistorsi realitas dan perintah Tuhan, menjadikan perbuatannya tidak berdosa. Nah, pada waktu ia mendistorsi Firman Tuhan inilah, remaja biasanya bersitegang dengan kita. Ia melawan dan menuduh kita "mau menang sendiri" dan memertanyakan dasar kesimpulan kita apakah sesuatu itu dosa atau tidak. Pada dasarnya ia tengah berupaya membenarkan tindakannya supaya ia dapat terus berkubang di dalam dosa.
Sebagai orangtua kita mesti berdiri pada Firman Tuhan dan tidak menuruti pikirannya jika memang ia keliru. Namun, kita pun mesti sabar dan lembut dalam menyikapi pemberontakannya. Kita harus menyampaikan kepadanya bahwa kita mengerti pergumulannya dan akan terus mendoakannya. Kita mesti mengatakan bahwa kenyataan kita tidak bisa hidup sesuai dengan Firman Tuhan, itu tidak berarti kita boleh menurunkan standar Tuhan. Doronglah ia untuk mengakui keterbatasannya dan memohon pengampunan Tuhan. Ajaklah ia untuk terus berusaha kendati susah.
Sebagai orangtua, jangan kita membela diri tatkala memang kita telah hidup tidak konsisten dengan ajaran Kristus. Akuilah kegagalan sendiri tanpa perlu merasa defensif. Terpenting adalah kita bertobat dan tidak mengulang masalah yang sama. Jikalau ini menyangkut ketidakkonsistenan Pembina rohaninya, akuilah dan jangan mencoba menutupinya. Tindakan ini hanyalah akan memerparah ketidakpuasannya.
Tuhan Yesus berkata, "Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?" (Lukas 14:34). Memang sewaktu seorang Pembina rohani jatuh, itu sama dengan garam yang telah menjadi tawar dan membuat hati kita tawar. Tidak ada lagi keinginan untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan; sewaktu mendengar orang berkata-kata tentang Tuhan maka reaksi awal adalah tidak ingin menggubrisnya. Kita mengalami disilusi dan kecewa. Sungguhpun demikian ingatlah bahwa kita hidup untuk Kristus, jadi kita harus terus memandang-Nya, bukan orang lain.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu tentang "Pergolakan Rohani Remaja". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Memang ada beberapa sumbernya dan yang pertama pada masa remaja memang seorang anak mulai berpikir secara abstrak dan mulai dapat mengaitkan apa yang dilihatnya dan apa yang didengarnya dai firman Tuhan.
Misalkan dia sekarang melihat orang miskin, orang itu mengemis-ngemis, dia mulai bertanya, "Kenapa Tuhan tidak memberikan kecukupan kepada orang ini." Hal-hal seperti inilah yang makin sering ditanyakan oleh remaja dan sewaktu dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskannya, maka mungkin sekali dia akhirnya bergolak, dia akhirnya mulai menolak untuk melakukan atau terlibat dalam hal-hal rohani yang biasanya dia lakukan. Atau sumber yang lain adalah karena pada masa remaja anak itu cenderung mengambil keputusan tanpa berpikir panjang, dia lebih impulsif. Kadang akhirnya anak itu jatuh ke dalam dosa, waktu jatuh ke dalam dosa akhirnya memutuskan bahwa saya tidak mau menjadi orang munafik. Dari pada saya tetap pimpin PA, ikut Paduan Suara tapi hidup saya jatuh ke dalam dosa maka lebih baik tidak perlu lagi melayani. Jadi akhirnya orang tua bingung, "Kenapa tiba-tiba anak saya tidak mau lagi pimpin PA atau terlibat dalam Paduan Suara." Mungkin memang karena dia sedang jauh dari Tuhan, dia sedang berdosa, dari pada dia mencemarkan nama Tuhan dan hidup munafik maka lebih baik tidak perlu terlibat dalam pelayanan lagi. Jadi itu adalah sumber kedua yang kadang-kadang membuat anak-anak remaja kita bergolak secara rohani. Dan yang ketiga adalah pada masa remaja anak itu mulai mengembangkan kemampuannya untuk berpikir sendiri secara mandiri, ekstremnya adalah anak-anak ini kadang membabi buta, tidak mau mendengar sama sekali pendapat kita dan yang penting apa yang dia anggap sebagai hal yang benar maka dia akan pertahankan, itu sebabnya adakalanya dia mulai menyimpang mulai memunyai ide-ide atau gagasan-gagasan yang tidak kita ketahui sumbernya, tapi itu adalah bagian dari pertumbuhannya. Dari pada kita langsung menyerangnya, menudingnya maka lebih baik kita tetap mengajak dia bicara, tapi kalau dia memang sudah benar-benar keluar jalur maka kita juga harus tekankan bahwa kamu sepertinya sudah terlalu jauh, pikiran kamu sudah tidak lagi tepat, coba kamu kembali kepada firman Tuhan. Dengan cara itu kita bisa memastikan remaja itu tidak sampai melompat pagar, akhirnya tidak sampai menyangkal Tuhan dalam hidupnya.PG : Ada. Yaitu pada masa remaja, anak memasuki sebuah dunia yang jauh lebih kompleks dan terekspos pada berbagai keyakinan rohani dan moral yang lain. Misalnya teman-temannya tidak lagi homoge, banyak teman yang berkeyakinan berbeda.
Atau kalau pun seiman ada yang memiliki nilai-nilai moral yang berbeda. Misalnya ada yang berkata, "Kenapa tidak boleh berbohong? Boleh saja berbohong yang penting kita tidak merugikan orang." Bisa saja yang mengatakan hal itu adalah orang yang seiman juga. Tidak bisa tidak semua ini akan memberi pengaruh pada pertumbuhan imannya, misalnya ia mulai memertanyakan kebenaran iman kristiani yang tadinya dipeluk tanpa ragu. Itu sebabnya pada masa ini remaja kerap bertanya tentang keyakinan rohani lainnya karena memang dia ingin tahu kebenaran. Makanya dia mulai bertanya, "Mana yang benar? Karena banyak sekali orang yang percaya tapi berbeda dan sebagainya." Jadi secara tulus memang dia ingin tahu apa yang benar.PG : Betul sekali. Maka sebagai orang tua kita sendiri harus tahu apa yang kita percaya, kalau kita sendiri tidak tahu apa yang kita percaya, maka bagaimanakah mungkin kita mengajarkannya kepada anak-anak kita?
PG : Sebagai orang tua kita mesti menyikapi pertanyaannya ini dengan bijak dan penuh pengertian. Misalnya yang saya selalu tekankan adalah terus paparkan apa yang dikatakan oleh firman Tuhan tapa harus menyerang dan menjelek-jelekkan keyakinan lainnya.
Misalkan kita paparkan bahwa tidak ada yang bisa membayar upah dosa sebab hanya oleh kematian Anak Allah, Tuhan sendiri yang akhirnya dapat membayar hukuman dosa itu. Maka sekarang Alkitab mengatakan kita tidak lagi berada di bawah hukuman dosa, tapi kita telah dibebaskan. Maka kita sekarang bisa berkata, "Kita telah menerima hidup yang kekal dari Tuhan." Jadi kita hanya paparkan apa yang firman Tuhan katakan tanpa harus menyerang atau menjelek-jelekkan keyakinan yang lainnya, sebab sikap keras terhadap keyakinan lain saya kira akan berdampak buruk. Pertama misalnya, anak kita akan merendahkan orang lain yang memunyai kepercayaan yang berbeda karena dia menganggap, "Semua kepercayaan ini adalah salah dan saya yang paling benar," akhirnya merendahkan orang lain dan itu juga tidak baik. Sebab waktu dia melakukan itu maka dia akhirnya gagal untuk mengasihi orang, sedangkan kita tahu kalau Tuhan adalah kasih, yang Tuhan juga minta untuk kita lakukan adalah mengasihi-Nya dan mengasihi sesama. Kalau kita mulai melecehkan orang dan sebagainya, maka kita gagal melakukan perintah Tuhan yang sangat hakiki itu. Atau misalkan yang kedua ia justru berbalik dan marah kepada kita orang tuanya oleh karena dia merasa kita terlalu menghakimi orang lain. Ingatlah bahwa pada dasarnya sewaktu dia bertanya tentang, "Kenapa ini tidak benar? Kenapa hanya kita yang benar? dan sebagainya," dia itu sesungguhnya tengah membicarakan teman-temannya yang dinilai baik. Itu sebabnya komentar kita yang mendiskreditkan teman-temannya tanpa mengenalnya terlebih dahulu hanya atas dasar perbedaan keyakinan, akan mencap kita sebagai orang yang kurang baik padahal teman-temannya tidak seperti itu terhadap dia, namun kita seperti itu terhadap mereka. Jadi mereka akan berkata bahwa, "Kita ini jahat, kita ini begitu keras, begitu tajam menyerang orang lain sedangkan teman-teman saya tidak seperti itu," justru itu adalah hal yang kurang baik sebagai kesaksian kita juga. Sekali lagi kita sebagai orang tua mesti bijak dalam menyikapi dan menjawab hal-hal yang mereka tanyakan tentang imannya dan iman teman-temannya yang lain.PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Karena mereka itu berada bersama-sama dengan teman dari pagi sampai sore sekitar jam 3 atau jam 4, belum lagi nanti setelah pulang ke rumah masih ada sambunganny dengan chatting, telepon, SMS.
Jadi benar-benar teman-teman itu menempati porsi besar dalam hidup mereka. Jadi kalau mereka itu harus mendengar kata-kata kita yang menusuk, menyerang teman-temannya atas dasar iman kepercayaan, saya kira dia akan berontak dan waktu dia berontak dia akhirnya menolak iman kepercayaan yang kita tanamkan pada dirinya.PG : Yang pertama misalnya kita juga menyuruhnya mengasihi teman-teman yang tidak seiman, kita jangan sampai lupa mengajak anak untuk mendoakan teman-temannya supaya mereka pun akhirnya berkesepatan mengenal Kristus Tuhan kita.
Lewat siapa? Lewat anak-anak kita, lewat kehidupannya, lewat kasih sayangnya. Misalnya saya bisa langsung ingat firman Tuhan di Yohanes 13:14, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu." Lewat firman Tuhan ini kita bisa belajar bahwa Ia adalah Tuhan. Jadi ini yang mengatakan adalah Tuhan sendiri, "Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu," namun dari firman Tuhan yang sama kita bisa belajar bahwa kita diperintahkan untuk saling membasuh kaki sesama yang berarti bahwa kita harus saling merendahkan diri dan melayani satu sama lain. Jadi dari satu firman, dari satu ayat ini saja kita mendapatkan kebenaran yang sangat hakiki, kita mesti percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan kita tidak akan malu mengakui itu, kita tidak akan mengkompromikannya bahwa Yesus adalah Tuhan, Dia adalah Allah yang menjadi manusia, tapi Dia juga adalah seorang pelayan, Dia rela membasuh kaki murid-murid-Nya. Meskipun kita tahu kebenaran ini namun kita mesti menjadi pelayan bagi orang lain, kita mesti mengasihi, merendahkan diri, kita mesti menunjukkan kasih yang tulus kepada orang lain, sebab itulah yang Tuhan telah contohkan kepada kita pula.PG : Tepat sekali. Jadi kita tidak mesti menerima, memeluk apa yang diyakini oleh orang lain, tapi kita mesti menerima dan memeluk mereka sebagai seorang manusia yang Tuhan juga kasihi. Mereka dalah ciptaan Tuhan, jadi kita perlu menunjukkan kasih sayang itu, sebab itulah yang Tuhan inginkan dari kita.
PG : Pada masa remaja anak juga harus berhadapan dengan godaan dosa pada volume yang tinggi, sekaligus dituntut untuk bertahan dalam kehendak Tuhan. Tidak bisa tidak kedua hal ini akan menimbulan ketegangan yang kuat dalam dirinya dan ditengah tarik menarik ini remaja akan bergerak ke ekstrem kanan atau ke ekstrem kiri, kadang teguh dan kadang lemah.
Sekurang-kurangnya ada tiga reaksi terhadap dosa, Pak Gunawan, yang pertama menyerah namun mengakui keberdosaan kita, yang kedua kita melawannya dan yang ketiga adalah kita melabelkan dosa sebagai bukan dosa. Adakalanya anak remaja kita berhasil melawan dosa namun kadang dia gagal dan dia menyerah namun kadang dari pada dia mengakui kekalahannya, ia justru mendistorsi realitas dan perintah Tuhan, menjadikan perbuatannya malah tidak berdosa. Pada waktu dia mulai mendistorsi firman Tuhan, biasanya remaja bersitegang dengan kita, ia melawan dan menuduh kita mau menang sendiri dan memertanyakan dasar kesimpulan kita apakah sesuatu itu dosa atau tidak. Pada dasarnya dia tengah berupaya membenarkan tindakannya, supaya dia bisa terus berkubang di dalam dosa. Jadi jangan sampai kita melupakan bahwa anak kita itu adalah anak yang berdosa dan sebagai manusia berdosa sama seperti kita maka ada kecenderungan, ada keterpikatan terhadap dosa. Maka kalau kita tidak menjaga diri dan tidak mau taat kepada Tuhan, arah jalan kita itu adalah maunya masuk ke dalam kubangan dosa. Dan begitu pula anak kita, maka ada kecenderungan karena anak kita ingin tetap melakukan dosa itu maka ia mulai membantah-bantah kita, membenarkan perbuatan-perbuatannya, "Mana dosanya? Kenapa? Orang lain pun juga berdosa, ini dosanya kecil," barulah dia mulai berbicara tentang dosa. Saya kira salah satu alasan utamanya adalah karena bisa jadi dia sudah jatuh ke dalam dosa pula.PG : Betul, Pak Gunawan. Itu sebabnya dia merasa perlu untuk membenarkan tindakannya karena dia mulai tertuduh. Karena dia adalah anak Tuhan dan Roh Tuhan hidup dalamnya maka Roh Tuhan akan mengurnya dan dia tidak nyaman dengan teguran-teguran itu.
Waktu dia mendengar teguran kita, waktu kita bicara tentang kekudusan dan sebagainya maka dia merasa makin tertuduh, makin tertegur, itu sebabnya kecenderungannya adalah makin melawan. Sekali lagi yang saya sudah simpulkan adalah kita harus mengakui dosa bahwa kita lemah, tapi sebagai manusia karena kita memiliki kemampuan untuk berpikir maka kita tidak mudah dengan cepat takluk pada firman Tuhan dan berkata, "Saya telah berbuat dosa dan telah bersalah," kita mulai mencoba membenarkan, akhirnya kitalah yang dipilih olehnya untuk menjadi sasaran perdebatan untuk membenarkan dirinya itu.PG : Sudah tentu kita mesti membimbing lewat firman Tuhan, jadi tidak menuruti pikirannya, jikalau dia keliru. Tapi kita mesti sabar juga, lembut dalam menyikapi pemberontakannya, kita harus meyampaikan bahwa kita mengerti pergumulannya dan akan terus mendoakannya.
Dan kita mesti terus mengatakan bahwa kenyataannya kita tidak bisa hidup sesuai firman Tuhan, tapi bukannya kita tidak boleh menurunkan standar Tuhan. Jadi doronglah dia untuk mengakui keterbatasannya, memohon pengampunan Tuhan, jangan turunkan standart Tuhan. Kita mesti mengajak dia untuk terus berusaha kendati sulit, namun dia jangan menyerah. Selain dari itu kita juga harus mencoba mengalihkan perhatiannya agar tidak terus tertuju pada satu hal saja yakni pergumulannya dengan dosa. Ajaklah dia untuk mengembangkan minat pada hal konstruktif lainnya. Makin dia terserap dalam pergumulannya maka makin lemah dia. Sebaliknya makin beragam fokus perhatiannya maka masih terbuka kemungkinan bahwa pada akhirnya ia akan dapat melepaskan diri dari belenggu dosa itu.PG : Dengan kata lain saat kita bicara pada dia, kita tidak menfokuskan pada dosa itu saja, kita tidak selalu tanyakan kepada dia, "Bagaimana pergumulan kamu dengan dosa seksual, apakah kamu maih melihat gambar-gambar porno itu?" Sudah tentu kita ingin mengeceknya tapi ceklah secara berkala dan kita tidak harus fokuskan pada hal itu.
Namun sebaliknya dorong dia untuk keluar, untuk pergi terlibat dengan kegiatan-kegiatan olahraga atau pergi dengan teman-temannya yang lain yang juga sehat atau kita juga bisa pergi bersamanya atau membicarakan hal-hal yang lain. Jadi dengan kata lain, kita tidak terserap di dalam satu dosa itu, makin dia terserap maka makin dia susah untuk keluar. Justru kalau dia mengembangkan hal-hal lain dalam hidupnya yang konstruktif maka waktu untuk berbuat dosa juga makin mengecil dan berkurang, sehingga akhirnya dia makin terselamatkan oleh hal-hal yang dia lakukan di luar. Atau dengan dia banyak melakukan hal-hal yang lain maka penghargaan dirinya bertambah, dia merasa hidup lebih bermakna karena banyak hal yang bisa dia kerjakan sekarang. Dan itu pun juga bisa menolongnya dalam bergumul karena lebih memunyai kekuatan bergumul dengan godaan-godaan dosa itu sendiri. Atau yang lainnya lagi kita bisa mengajaknya untuk berdoa, memuji Tuhan, dengan kata lain memfokuskan pada Tuhan, bukan saja sebagai Tuhan dimana kepada-Nya kita harus bertanggung jawab atas kehidupan kita atau kekudusan kita, tapi Tuhan juga tertarik tentang hal-hal lain dari diri kita. Kita bisa memuji Tuhan atas kebaikan-Nya, memberikan kepada kita suatu keluarga yang saling mengasihi atau memunyai kebisaan-kebisaan tertentu yang lain dan kita bisa mengajaknya memuji Tuhan. Dengan kata lain, kita mesti melebarkan dan meluaskan dirinya.PG : Sudah tentu akar permasalahannya memang masih ada dan itu akan terus menjadi pergumulannya dan itu adalah pergumulan yang akan selalu hidup dengannya. Memang ini perlu waktu untuk dia bisamengatasinya, tapi bukankah memang ada pergumulan dalam hidup kita yang cepat selesai, tapi ada yang lama selesai dan yang penting adalah dia tidak menyerah dan yang penting adalah dia tidak mendistorsi firman Tuhan itu.
Dia tidak mengatakan bahwa, "Tidak apa-apa berdosa seperti itu, Tuhan akan mengerti," dan itu yang akan kita jaga jangan sampai dia total menyerah atau mendistorsi firman Tuhan. Kita mau mengajaknya agar dia tidak menyerah dan mengakui bahwa memang belum selesai dengan tetap berkata, "Ini adalah sebuah dosa dan kita akan coba lewati dan kalahkan."PG : Ada satu lagi, Pak Gunawan, dan ini yang penting yaitu pada masa remaja anak-anak berpapasan dengan ketidaksempurnaan dan ketidakkonsistenan. Mungkin misalnya remaja melihat tindakan orangtua yang tidak sesuai dengan perkataannya.
Atau mungkin remaja mendengar atau mengetahui kasus kejatuhan pembina rohaninya dan semua itu berpotensi melemahkan iman percayanya. Misalnya seorang remaja yang tadinya rajin atau aktif dalam pelayanan kemudian mendengar kabar bahwa ayahnya berselingkuh, itu biasanya menjadikan pukulan yang sangat berat bagi dia apalagi kalau si ayah adalah orang yang terlibat dalam pelayanan. "Mana mungkin ayah yang begitu rohani yang sering berdoa di rumah, sering memimpin persekutuan di rumah, yang kita banggakan sebagai panutan di rumah, akhirnya bisa jatuh ke dalam dosa" dan itu akhirnya menggoncangkan si anak. Atau si anak melihat pembina rohaninya yang juga jatuh ke dalam dosa atau jatuh ke dalam dosa keuangan misalkan dia memakai uang dan tidak bisa mempertanggungjawabkannya. Atau dia melihat sendiri dengan mata kepalanya pembina rohaninya berbohong, bicara dengan dia seperti apa dan kemudian berbicara dengan orang lain juga apa. Hal-hal seperti ini yang langsung mengena dalam dirinya dan biasanya akan menimbulkan gejolak rohani di dalam dirinya sebab ini akan melemahkan iman percayanya. Sebab bagi remaja kegagalan panutan rohaninya merupakan kegagalan iman kristiani, jadi dia langsung kaitkan keduanya itu. Dia sulit untuk berkata, "Ini kegagalan pribadi, ini bukanlah kegagalan suatu iman tapi kegagalan manusianya," jadi biasanya dia langsung mengaitkannya dengan kegagalan iman Kristiani itu sendiri. Tidak heran, Pak Gunawan, ada sejumlah remaja meninggalkan iman kristiani dan hanya melandaskan kehidupan rohaninya kepada doktrin "Terpenting adalah berbuat baik, jangan bicarakan tentang Tuhan yang penting adalah bukti berbuat baik dalam hidupmu." Dan akhirnya banyak remaja mengembangkan hal-hal seperti itu dan akan meneruskannya sampai mereka kuliah dan lulus kuliah dan berumah tangga akhirnya berubahlah arah hidupnya karena adanya panutan rohani yang gagal dan jatuh ke dalam dosa ini.PG : Betul, dan sudah tentu siapa pun sebenarnya waktu mendengar kisah kejatuhan seperti ini akan membuat kerohanian kita sedikit bergolak tapi khusus bagi remaja, pukulan ini lebih berat lagi arena kecenderungan remaja sewaktu dia mengagumi seseorang maka dia akan mengaguminya itu benar-benar maksimal, dia akan beranggapan bahwa orang ini tidak memiliki kesalahan sama sekali, susah untuk dia membayangkan orang yang dikaguminya ini sanggup dan bisa jatuh ke dalam dosa karena sekali lagi ini adalah kecenderungan mengidolakan orang.
Maka kalau dia mengidolakan orang tuanya atau dia mengidolakan pembina rohaninya, kemudian jatuh ke dalam dosa, ini akan menimbulkan pergolakan dan dia susah sekali menerimanya.PG : Sebagai orang tua jangan sampai kita membela diri tatkala kita tidak hidup konsisten dengan ajaran Kristus. Waktu anak melihat, waktu anak mulai berontak karena melihat kegagalan kita makaakuilah kegagalan kita dan jangan merasa perlu untuk membela diri, defensif dan terpenting adalah kita bertobat dan tidak mengulang masalah yang sama itu.
Jikalau itu menyangkut ketidakkonsistenan pembina rohaninya atau kejatuhan pembina rohaninya, maka sekali lagi akuilah dan jangan mencoba menutupinya karena dia sudah tahu dan itulah faktanya. Kalau kita ingin menutup-nutupi maka hal itu akan malah memerparah ketidakpuasannya.PG : Tepat sekali, Pak Gunawan. Sebab memang pada masa remajalah paling banyak orang menyerahkan hidupnya untuk menjadi hamba Tuhan, dan itu prosentase yang paling banyak dari orang-orang yang enyerahkan hidupnya sebagai hamba Tuhan yang dilakukan pada usia remaja bukan pada usia yang sudah dewasa atau pada masa yang terlalu kecil.
Karena kepolosannya waktu mendengar panggilan Tuhan dan benar-benar ingin melayani Tuhan. Jadi kepolosan-kepolosan itulah yang merupakan aset dan kepolosan itulah yang membuat dia lebih peka dengan suara Tuhan, waktu Tuhan memanggilnya, menegur dosanya maka dia dengan cepat bisa merasakan. Maka akhirnya lebih banyak terjadi pertobatan di antara mereka, tapi di pihak lain juga karena dia cenderung mengidolakan seseorang, tidak bisa menerima bahwa di dalam diri seseorang yang penuh dengan kebaikan bisa juga ada kebobrokan. Akhirnya saat itu terjadi entah itu orang tua atau pembina rohaninya jatuh ke dalam dosa maka susah sekali untuk dia bisa menoleransi.PG : Di Lukas 14:34 Tuhan Yesus berkata, "Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?" Memang sewaktu pembina rohani jatuh atau orang tua jatuh ke dalamdosa, itu sama dengan garam yang telah menjadi tawar dan membuat hati kita tawar, tidak ada lagi keinginan untuk hidup kudus dan berkenan kepada Tuhan.
Malah sewaktu ada orang-orang yang berkata-kata tentang Tuhan maka reaksi awal adalah tidak mau menghiraukannya. Dan kita mengalami dilusi-dilusi, kecewa dan sungguh pun demikian kita mesti mengingat bahwa kita hidup untuk Kristus dan kita harus memandang-Nya dan bukan memandang orang lain. Dan itulah yang akan kita tekankan kepada anak-anak terutama anak-anak remaja kita, terus memandang kepada Kristus sebab tidak ada manusia yang tidak berdosa. Jadi dorong mereka untuk tetap menghormati kebaikan-kebaikan, kesalahan-kesalahan anak-anak Tuhan, tapi juga menerima keterbatasan anak-anak Tuhan bahwa dalam hidup mereka suatu hari kelak juga bisa jatuh ke dalam dosa pula.PG : Tepat sekali. Jadi memang tugas kita adalah menempatkan masalah ini dalam perspektif yang benar bahwa seorang yang melayani Tuhan dan mencintai Tuhan, tapi kadang bisa lemah dan jatuh ke dlam dosa.
GS : Ini adalah perbincangan yang sangat menarik sekali, Pak Paul. Terima kasih Pak Paul telah mengangkat suatu perbincangan yang menjadi masalah bagi banyak orang tua. Para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang kelanjutan dari "Pergolakan Rohani Remaja". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 58 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
44. Remaja Putra dan Pornografi |
|
Salah satu bahaya besar yang mengancam kehidupan remaja putra dewasa ini adalah pornografi. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, berkembang pulalah kemudahan untuk mendapatkan materi pornografi. Berikut akan diuraikan bahaya pornografi bagi remaja putra antara lain ada tiga bahaya pornografi yang mesti dicermati yaitu (a) mencandu atau mengikat, (b) mencemarkan atau menghilangkan kesucian dan (c) jembatan masuk ke dalam dosa lainnya.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami tentang "Remaja Putra dan Pornografi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Yang tadi Pak Gunawan katakan itu sungguh betul, dewasa ini pornografi benar-benar merajalela terutama di kalangan anak-anak remaja dan sudah tentu di kalangan remaja putra, jauh lebih darpada remaja putri.
Jadi mulai di komputer, di laptop, di handphone, di I-pod disimpan gambar-gambar porno. Jadi sekarang begitu banyak peralatan yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang baik, yang positif malah menjadi tempat penyimpanan gambar-gambar yang penuh dengan pornografi. Dengan adanya "system password" sebagai pengaman, maka orang tidak bisa masuk untuk membuka data kita sehingga terlindunglah data-data tersebut. Waktu dulu, jadi sekitar 2 - 3 dekade yang lalu, orang tua masih bisa menggeledah-geledah kamar anak, melihat di lemarinya apa yang dia sembunyikan, tapi kalau sekarang tidak bisa seperti itu sebab kalau kita mau masuk ke komputernya, sudah ada passwordnya, kalau pada telepon bisa dilindungi ada "security system" sehingga orang tua tidak bisa lagi mengakses dalam kehidupan si anak. Yang ditakutkan oleh kita semua adalah anak kita itu secara diam-diam mengkonsumsi pornografi dan akhirnya makin hari makin dikuasai dan mereka makin tidak menyadari bahaya yang benar-benar menantikan mereka kalau mereka terus mengkonsumsi pornografi.PG : Betul sekali. Di Amerika, bahayanya sudah lebih dan lebih lagi yaitu sekarang anak-anak remaja gemar mengirimkan gambar-gambar bugil mereka sendiri yang sedang melakukan adegan-adegan seksal dan direkam di dalam telepon mereka dan disebarkan.
Karena mereka itu tidak merasa malu dan mereka tidak merasa berkeberatan padahalnya gambar-gambar itu nantinya akan dikonsumsi oleh siapa saja yang mereka tidak ketahui, tapi dalam pemikiran mereka itu tidak apa-apa. Sehingga di sana sedang digodok sebuah undang-undang untuk menjatuhkan sangsi kriminal kepada orang-orang yang baik menyebarkan atau orang yang memotret dirinya untuk gambar-gambarnya disebarkan, itulah yang nantinya akan dijadikan bagian dalam undang-undang pornografi. Jadi memang begitu banyak yang terjadi, yang dilakukan oleh remaja-remaja ini dan sudah selayaknyalah orang tua mengetahui bahayanya dan mulai memberikan pimpinan atau panduan kepada anak-anak kita.PG : Sangat-sangat besar, Pak Gunawan. Untuk diskusi pada saat ini saya akan bagikan sekurangnya 3 bahaya yang besar itu. Yang pertama adalah pornografi bersifat mencandu, jadi pornografi bukalah sesuatu yang bersifat netral sehingga setelah kita gunakan, kita konsumsi maka tidak ada efeknya pada diri kita.
Itu adalah suatu pandangan yang naif. Kalau ada orang yang berkata, "Tidak apa-apa saya melihat itu, setelah itu tidak bereaksi apa-apa." Itu adalah penyangkalan, sebab pada dasarnya pengkonsumsian pornografi akan menimbulkan bekas. Jadi seperti mobil yang lewat di tanah atau di semen yang basah maka pastilah akan menimbulkan bekas atau jejak. Demikianlah pornografi sekali melintasi otak kita maka akan menimbulkan jejak. Mencandu dalam diri penggunanya karena sekurang-kurangnya ada dua alasan, Pak Gunawan. Dan alasan ini memang sangat berkaitan dengan para remaja putra sebagai pengguna utamanya. Ada sekurangnya dua alasan kenapa bisa mencandu begitu kuat pada diri remaja putra, yang pertama di usia remaja inilah mereka mulai mengalami gejolak seksual. Perlu orang tua sadari bahwa gejolak seksual pada diri remaja terutama remaja putra adalah sesuatu yang baru, pengalaman yang baru. Sebelumnya belum pernah dirasakan oleh anak 6-7 tahun karena tidak mengalami gejolak seksual, tapi anak umur 16 tahun akan mengalami gejolak seksual. Ini adalah sebuah pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah dialami, semua pengalaman baru cenderung mengundang orang untuk mengulangnya menimbulkan rasa ingin tahu. Itulah sebabnya bagi para remaja putra karena ini adalah pengalaman baru maka mereka ingin sekali tahu, ingin sekali merasakannya dan tidak cukup tahu sedikit, tapi mau lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi. Kedua, kenapa mencandu, karena gejolak seksual pada diri remaja terutama pada remaja putra berada pada puncak-puncaknya, mulai dari usia 12, 13 tahun sampai usia awal pemuda sekitar 25 atau 27, disitu gejolak seksual sangat kuat. Setelah usia 30an sedikit demi sedikit mulai ada penurunan. Jadi benar-benar di usia remaja itulah si remaja putra itu harus menghadapi gejolak seksual yang sangat kuat karena yang pertama rasa ingin tahu yang kuat sekali dan yang kedua secara hormonal pada puncaknya kekuatan itu dinyatakan. Maka waktu dia mengkonsumsi pornografi, ibaratnya seperti memberikan daging kepada singa yang lapar, dilahap dan dilahap dan terus-menerus ingin diberikan daging yang sama. Jadi si remaja putra ini akhirnya sekali melihat, sekali mengkonsumsinya dia tidak bisa lagi melepaskan, terus-menerus di dorong oleh rasa ingin tahu dan didorong oleh rasa ingin dipuaskan, maka sangatlah mencandu.PG : Tepat sekali karena memang pada masa anak-anak kecil belum ada persiapan, baik itu peralatan dalam tubuhnya atau hormon-hormon seksual yang bisa memberikan tanggapan terhadap gambar-gambarpornografi tersebut.
Pada masa remaja hormon-hormon tersebut dalam tubuh remaja sudah ada, makanya begitu dia mengkonsumsinya sekali, maka kebanyakan dia langsung terikat memiliki keinginan mau lagi dan mau lagi.PG : Biasanya akan mencari objek yang baru karena setelah melihat satu atau dua, rasanya dia belum cukup. Jadi mesti melihat lagi dan melihat yang lain lagi, mau lagi mengalami yang lain lagi dn terus seperti itu.
Karena memang kepuasan seksual apalagi lewat pornografi bukanlah sebuah kepuasan yang terminal, tapi sebuah kepuasan yang transisional yaitu ingin mendapatkan yang lainnya. Jadi seperti orang yang ketagihan narkoba dan seperti itulah orang yang ketagihan pornografi.PG : Betul. Jadi seperti di negara Barat, ada yang namanya "phone service", yang melayani adalah para wanita dan bebas untuk ditelepon, tapi pengguna telepon itu harus membayar biaya yang mahaldan di situ akan dibicarakan hal-hal yang bersifat seksual sehingga orang yang menelepon itu pada akhirnya akan mendapatkan kepuasan seksual pula.
Akhirnya makin hari makin begitu banyak alat atau orang yang memanfaatkan seks untuk menjualnya kepada para remaja putra.PG : Yang kedua adalah pornografi bersifat mencemarkan. Sekali kita terbelenggu pornografi maka pikiran kita akan terus terkontaminasi, dalam hubungan dengan lawan jenis, remaja putra pada akhinya akan terus mengasosiasikan hubungan lawan jenis dengan seks.
Jadi begitu dia bergaul dengan remaja-remaja putri yang akan terbersit di benaknya adalah seks. Melihat teman, melihat perempuan maka akan terbersit seks. Karena didalam penyimpanan memorinya sudah penuh data-data seks itu, jadi akhirnya gambar seksual dari pornografi akan terus menampakkan diri dalam benak sehingga pada akhirnya remaja putra akan mengalami kesulitan menjalin relasi yang bersih. Pada akhirnya wanita pun direduksi menjadi objek pemuas gairah seksual belaka, sehingga nilai kemanusiaan wanita sebagai ciptaan Tuhan hilang. Maka Tuhan Yesus sendiri mengingatkan bahwa perzinahan tidak terbatas pada tindakan konkret berhubungan seksual tapi juga pemuasan nafsu lewat pemikiran atau khayalan. Firman Tuhan di Matius 5:28 berkata, "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."PG : Karena apa? Karena anak-anak remaja ini tidak lagi sensitif terhadap hal ini sehingga menganggap hal itu biasa. Saya kira memang ada strategi dari iblis untuk menghancurkan anak-anak remaa kita lewat pornografi ini.
Salah satunya adalah dengan ajaran-ajaran yang menekankan bahwa ini adalah hal yang normal dan semua orang juga memikirkannya, apa salahnya membayangkan, apa salahnya selalu mengingat-ingat seks, masalahnya adalah karena kita manusia diciptakan Tuhan bukan untuk melakukan atau memikirkan dan membayangkan seks terus-menerus apalagi gambar-gambar itu adalah gambar-gambar manusia, orang-orang yang memang digunakan untuk pengeksploitasian. Jadi ini mesti disadari bahwa ini adalah sesuatu yang berlawanan dengan kehendak Tuhan, manusia tidak diciptakan untuk menjadi seperti hewan yang kalau bertemu hewan lainnya, misalkan anjing ketemu anjing kemudian langsung bisa berhubungan. Kita manusia diciptakan bukan untuk itu, kalau si anak akhirnya memiliki sikap bahwa ini tidak apa-apa maka kemungkinan besar adalah dia menyangkal, supaya dia bisa tetap mengkonsumsinya.PG : Sekali lagi karena adanya pengaruh dari teman-teman yang mengatakan bahwa itu biasa apalagi kalau ada orang yang berkata, "Banyak orang yang melakukannya," sehingga karena terlalu banyak oang yang melakukannya seolah-olah itu menjadi sesuatu yang benar.
Pada kenyataannya meskipun dilakukan oleh banyak orang, namun hal yang salah tetaplah salah. Sebab sekali lagi, mustahil Tuhan menginginkan itulah yang ada di benak kita terus-menerus. Kalau kita misalkan memutarkan posisi, supaya anak remaja bisa mengerti misalkan kita bisa bertanya lalu dia berkata, "Ini tidak apa-apa ini," misalkan kita bertanya, "Bayangkan seandainya kamu itu bisa melihat dan membaca pikiran orang, misalkan kamu mempunyai kemampuan bisa membaca atau mengerti pikiran orang. Bayangkan kamu bertemu dengan seseorang pria yang sedang memandangi mamamu dan yang ada di benaknya adalah semua keinginan atau gairah-gairah seksual yang ditujukan kepada ibumu sendiri." Bagaimana perasaannya? Apakah kamu akan terima hal itu sebagai hal yang normal? Sebagai hal yang tidak apa-apa, bukankah kamu akan marah. Bukankah kamu akan berkata, "Ini tidak benar, kenapa kamu memandang ibu saya dengan gairah nafsu seperti itu?" Kalau kita mengajak remaja putra berdialog seperti ini mungkin ini akan menyadarkannya bahwa yang dilakukan itu tidak benar atau kita gunakan contoh misalkan kakaknya yang perempuan atau adiknya yang perempuan, jadi orang-orang yang memang dia kasihi dan itu adalah hal yang tidak benar dan dari situ baru kita bisa bawa ke argumen bahwa karena kita adalah anak Tuhan, kakak kita yang perempuan adalah anak Tuhan, ibu kita adalah anak Tuhan. Apakah Tuhan akan senang kalau anak-Nya dipandangi oleh laki-laki seperti itu, pastilah tidak senang sebab ini adalah anak-anak Tuhan. Jadi kalau kita tidak mau hal itu terjadi pada ibu kita, maka jangan lakukan itu kepada wanita lain pula dan selalu ingatkan bahwa Tuhan memang memandang hal ini.PG : Memang pelaku-pelakunya adalah dibayar tapi waktu kita melakukannya, melihatnya, efeknya adalah kita mencemarkan diri kita, kita tahu bahwa pikiran kita itu tidak lagi bisa bersih. Inilah ang menjadikan pornografi itu di dalam diri kita sebagai sebuah dosa karena efeknya benar-benar mencemarkan.
Sehingga nanti mulai dari pemikiran-pemikiran itu maka tidak jarang akhirnya anak-anak remaja putra ini mulai bereksperimen dengan tindakan-tindakan seksual yang konkret.PG : Betul sekali, Pak Gunawan, dan ini membawa kita kepada bahaya yang ketiga yang memang sangat berat yaitu pornografi merupakan jembatan kepada dosa lainnya. Ada remaja yang tenggelam di dalm dosa seksual akibat pornografi tapi ada pula yang meningkatkan kadar dosanya dengan melakukan dosa lainnya seperti berzinah secara langsung.
Jadi cukup banyak yang seperti itu, menonton, mengkonsumsi pornografi kemudian naik tingkat melakukannya baik itu ke pelacuran, baik itu dengan sesama teman dan sebagainya. Dengan kata lain, pornografi menjadi sebuah jembatan untuk kita melakukan dosa-dosa lain yang lebih berat. Ada juga yang terjebak di dalam dosa kebohongan, karena ingin menutupi kebiasaan pornografi jadi akhirnya dia mulai berbohong. Berbohong mula-mula memang soal pornografi tapi lama-lama karena terlalu banyak berbohong maka lama kelamaan mulailah berbohong untuk hal-hal lain pula. Ada pula yang menghamburkan uang untuk membiayai kebiasaan ini akhirnya jatuh ke dalam dosa pencurian uang, mencuri uang orangtua untuk mengkonsumsi pornografi ini. Semua ini adalah dosa yang serius, namun mungkin dosa terberat yang akhirnya sering ditanggung oleh pengguna pornografi di masa muda adalah kebergantungan pada pornografi hingga di usia dewasa. Jadi berapa banyak anak-anak yang sewaktu remaja menggunakan pornografi akan terus terikat oleh dosa seksual sampai di usia tua, bukan hanya di usia 30an tapi sampai usia 65an terus dikuasai. Jadi akhirnya kita melihat dosa yang ditimbulkan oleh pornografi, bisa mengikat manusia mulai di usia 15an dan mungkin sampai usia 65an. Jadi sekitar 50 tahunan dia akan terus dikuasai oleh dosa ini.PG : Betul sekali dan kesulitan dia selalu menjaga kesuciaannya, menjaga pikirannya jangan sampai tercemar, menjaga batasnya. Godaan-godaan seperti itu akan terus menghantui dirinya apalagi kalu dia tidak kuat-kuat dan akhirnya dia benar-benar jatuh terlibat di dalam perselingkuhan.
Jadi sekali lagi kita melihat dosa pornografi menjadi jembatan melakukan dosa-dosa lainnya yang lebih berat.PG : Pada awalnya karena ditunjukkan teman maka akan melihatnya bersama-sama dengan teman, namun sekali mereka bisa mendapatkannya sendiri maka semuanya tinggal ditransfer ke dalam komputer merka atau di dalam HP mereka.
Jadi akhirnya mereka mengkonsumsinya sendiri di dalam 'privacy' kamar mereka dan inilah yang akhirnya tidak diketahui oleh orang tua mereka padahal ini yang mereka lakukan.PG : Ada banyak Pak Gunawan, saya bisa memberikan beberapa contoh misalnya berapa banyak pemuda atau pemudi yang harus menikah lebih dini karena kehamilan di luar nikah dan bukankah cukup banya di antara mereka adalah pengguna pornografi.
Jadi anak-anak remaja yang terlibat dalam hubungan seksual seringkali mengawali perbuatan itu lewat pornografi dulu, nonton, lihat gambar dan sebagainya akhirnya berbuat karena waktu mereka punya pacar mereka tidak bisa lagi mengendalikan diri, sudah begitu kuat dorongannya dan sekarang tersedia orangnya maka akhirnya lebih mudah jatuh ke dalam dosa pornografi, dosa seksual. Akhirnya ada yang hamil dan akhirnya harus ada yang aborsi dan akhirnya harus ada yang menikah lebih dini. Misalkan lagi yang lainnya berapa banyak orang yang terlibat di dalam tindak kriminal perkosaan yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi pornografi juga. Saya masih ingat tahun 1980an di Amerika Serikat ada seorang pembunuh serial bernama Ted Bandy, dia membunuh, memperkosa dan akhirnya sebelum dia dijatuhi hukuman mati dia memberikan kesempatan kepada Dr. James Dobson untuk mewawancarainya di penjara dan dengan terbuka dia bercerita, dia mengadakan pengakuan bahwa sejak remaja dia pengkonsumsi pornografi kelas berat, akhirnya tidak bisa menguasai diri dan akhirnya membunuh orang, memperkosanya, membunuh orang, memperkosanya. Jadi sekali lagi bisa menjadi jembatan ke tindak kriminal. Atau berapa banyak rumah tangga yang hancur akibat pornografi yang dimulai sejak usia remaja, berapa banyak istri yang menangis karena malam-malam melihat suaminya menonton materi-materi pornografi. Istri yang merasa dirinya tidak ada harganya, tidak bisa menjadi idaman suaminya dan merasa benar-benar seperti barang rongsokan, tidak diperhatikan oleh suami karena maunya suaminya hanya itu saja, dan waktu berhubungan dengan si istri, si istri juga tahu bahwa yang ada di benak si suami bukanlah dirinya, yang diinginkan itu benar-benar bukanlah dirinya tapi gambar-gambar itu. Berapa banyak rumah tangga yang rusak dan sudah tentu kalau si istri melihat suami seperti itu maka respek terhadap si suami pun menurun belum lagi ini menjadi contoh buruk bagi anak-anak. Berapa banyak anak-anak yang menemukan gambar-gambar porno di HP ayahnya, di komputer ayahnya. Jadi benar-benar itu memberikan contoh yang buruk kepada anak-anak dan berapa banyak perselingkuhan yang dilakukan oleh orang yang semasa remaja terikat pornografi. Singkat kata, pornografi membuka pintu dosa yang lebih besar.PG : Betul sekali.
PG : Betul sekali. Jadi memang terlalu lebar dan luas dampak buruk dari pornografi.
PG : Betul. Akan terpengaruh karena memang mencandu mereka.
PG : Betul sekali. Maka dalam sesi berikut kita akan bicarakan cara penangkalannya dan penangkalannya itu tidak bisa sepenuhnya pada pembatasan alat-alat teknologi itu, sebab sudah sangat susahsekali untuk dicegah.
Maka penangkalan nanti harus dimulai dari dalam dan bukan dari luar.PG : 1 Korintus 6:13 berkata, "Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh." Dan tubuh kita, pikiran kita diciptakan Tuhan bukan untuk percabulan, bukanuntuk diisi dengan materi-materi pornografi, melainkan untuk Tuhan sebab memang Tuhanlah yang menciptakan dan Dia ingin sekali diam dan tumbuh di dalam pikiran kita.
PG : Tepat sekali.
PG : Betul sekali.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja Putra dan Pornografi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
45. Melindungi Remaja Terhadap Pornografi |
|
Kadang tahu apa yang benar dan salah tidak cukup untuk menghentikan kita berbuat dosa. Itu sebabnya kendati kebanyakan remaja putra tahu bahwa pornografi adalah dosa namun mereka tetap melakukannya. Bagaimana orang tua bisa membantu anak remaja untuk mengatasi masalah ini?
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami tentang "Melindungi Remaja Terhadap Pornografi". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Yang pertama adalah kita ingin menyadarkan orang tua akan bahaya pornografi yang sedang melanda, mengikat anak-anak remaja terutama anak-anak remaja putra kita. Dan orang tua tidak bisa beasumsi bahwa anak saya ini baik-baik saja, setiap malam belajar sebab belum tentu mereka hanya belajar karena begitu banyak anak-anak yang menyimpan materi-materi pornografi di teleponnya, di komputernya, di laptopnya, di I-podnya dan semua itu menggunakan "security system" sehingga orang tua tidak bisa masuk dan melihat apa yang ada di dalamnya itu.
Sekurang-kurangnya ada 3 bahaya besar yang harus diwaspadai. Pertama adalah pornografi itu mencandu sehingga ketika anak-anak yang baru berusia 12-13 tahun melihat gambar-gambar pornografi, maka mereka akan terus ketagihan dan berkeinginan melihatnya lagi. Sebab pada usia itu gejolak seksual adalah sesuatu yang baru, pengalaman yang belum pernah dialami sehingga begitu dia mengalaminya maka dia kecanduan ingin merasakan lagi. Dan yang kedua adalah di usia belasan tahun itulah gejolak seksual sangatlah tinggi sehingga keinginan untuk dipuaskan juga menjadi sangat besar. Jadi itu sebabnya pornografi cenderung mencandu, sekali orang melihat maka orang ingin menggunakan lagi dan menggunakannya lagi. Yang kedua adalah pornografi itu mencemarkan karena ketika pikiran diisi oleh pornografi, maka si remaja putra itu tidak bisa lagi berelasi dengan remaja putri secara bersih karena apa yang dilihatnya itu akan selalu diasosiasikan dengan seks, sehingga dia tidak lagi bisa memerlakukan orang sebagai manusia, dia akan mereduksi perempuan sebagai objek pemuas nafsu belaka. Nah, sudah tentu sebagai orang yang tercemar dia akan sukar sekali untuk bisa dekat dengan Tuhan. Mungkin dia merasa bersalah, dia akan merasa bahwa dia tidak patut datang kepada Tuhan. Hal-hal ini adalah alat yang digunakan iblis untuk menjauhkan anak-anak remaja terutama dari Tuhan. Yang ketiga bahayanya adalah pornografi menjadi sebuah jembatan membawa anak-anak remaja kita kepada dosa-dosa lainnya yang seringkali lebih serius. Berapa banyak anak-anak yang berhubungan seksual pada usia remaja dan akhirnya menghamili pasangannya, yang sebelumnya menggunakan materi pornografi. Atau berapa banyak orang yang terlibat di dalam tindak kriminal perkosaan yang sebelumnya adalah pengguna pornografi. Berapa banyak nanti setelah menikah keluarga yang terluka, istri yang disakiti karena suami-suami yang mengkonsumsi pornografi dan bukankah kita tahu suami-suami yang mengkonsumsi pornografi biasanya sudah memulai kebiasaan itu sejak usia belasan tahun. Belum lagi kita melihat, berapa banyak suami-suami atau bahkan istri yang akhirnya terlibat di dalam perselingkuhan yang juga adalah pengkonsumsi pornografi. Jadi pornografi pada akhirnya menghantar si anak remaja ini untuk melakukan dosa-dosa lain yang lebih serius.PG : Betul sekali sebab itu adalah sebuah ketergantungan yang sangat kuat sehingga keinginan dia untuk lepas sangatlah susah. Maka nanti kita akan belajar bahwa siapa pun yang pernah menggunaka atau mengkonsumsi pornografi harus datang kepada Tuhan, karena hanya dengan kuasa Dia akhirnya kita bisa melepaskan diri dari jerat pornografi.
PG : Ada beberapa, Pak Gunawan. Yang pertama sebagai orang tua adalah, kita mesti memantau pergaulan anak. Kebanyakan remaja belajar menggunakan pornografi dari teman. Firman Tuhan mengajarkan i 1 Korintus 15:33, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."
Jadi sebagai orangtua kita mesti hati-hati harus mengetahui dan mengawasi pergaulan anak. Jika kita melihat anak mulai bergaul dengan teman yang berpotensi memengaruhi pergaulan yang buruk, silakan tegur dan jika perlu melarangnya bergaul dengan teman tersebut.PG : Itu sebabnya orang tua mesti bergaul akrab dengan anak remajanya. Orang tua yang bergaul akrab dengan anak remajanya dengan cepat mendeteksi perubahan pada diri anak, mulai dari apa? Misakan mulai dari hal-hal yang dikatakan si anak.
Kalau misalkan anak-anak kita mulai mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan bahwa dia ingin membela bahwa menggunakan pornografi ini tidak salah, "Tidak apa-apa berhubungan sebelum menikah karena nantinya juga akan menikah pula", kalau itu yang mulai diucapkan oleh anak-anak kita, maka kita harus menyadari kalau kita sudah mulai mengalami perubahan dan ada sesuatu yang mulai berubah di dalam dirinya, ada yang memengaruhinya pula. Itulah waktunya untuk kita mengajaknya berbicara sehingga kita bisa tahu lebih dalam lagi sebetulnya apa yang tengah dialami oleh anak remajanya.PG : Sebaiknya dari dua belah pihak. Karena tidak bisa tidak remaja putra itu akan mengkonsumsi pornografi dan menjadikan wanita sebagai objeknya, maka biarkan si mama yang berbicara dengan si nak itu.
Misalkan seperti yang telah kita bahas di sesi yang sebelumnya kalau misalkan si mama menanyakan kepada si remaja putra, "Bagaimana perasaanmu kalau salah seorang teman kamu memandangi saya dengan nafsu untuk bersetubuh dengan saya, bagaimana perasaanmu?" Dia pasti akan menjawab, "Saya tidak suka." Maka mama harus berkata, "Kalau kamu tidak suka maka janganlah kamu melakukan hal yang sama kepada orang lain, dan karena kamu mengkonsumsi pornografi, maka kamu akan selalu tergoda untuk membayangkan dan bernafsu dengan perempuan yang kamu jumpai. Perempuan itu bisa jadi kakak dari orang, anak dari orang, bisa juga ibu dari orang. Maka janganlah kamu lakukan itu kalau kamu sendiri tidak mau orang memandang mama dengan pandangan nafsu seperti itu. Itulah pentingnya orang tua mengajak anak untuk berbicara langsung tentang seks. Anak akan jarang berinisiatif menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan seks, itu sebabnya inisiatif tersebut harus datang dari orang tua. Jadi jangan sungkan sebagai orang tua untuk bertanya kepada anak apakah ia pernah menggunakan pornografi, tanya langsung tidak apa-apa. Jika ia mengakuinya maka jangan hanya mengingatkannya bahwa ini tidak baik, tidak boleh melanggar kehendak Tuhan, tapi kita juga bagikan pergumulan pribadi kita di kala kita seusianya. Contoh-contoh konkret seperti ini akan menolong anak memahami kebenaran dengan lebih mudah dan memberinya kebebasan untuk mengangkat masalah ini. Bila pada akhirnya masalah ini menjadi pergumulannya sebab keterbukaan kita mengkomunikasikan pengertian dan penerimaan kita kepadanya. Jadi biasakan mengajak anak berbicara, akrablah bergaul dengan dia, sehingga terbukalah komunikasi dengan dia dan bisa menjadi tempat berbagi pergumulannya dengan kita.PG : Dalam hal seperti pornografi atau dosa-dosa seksual, saya kira keterbukaan orang tua sangatlah penting. Misalkan si papa mengatakan dengan jujur, "Papa dulu juga pernah terikat pornografi an papa merasakan bahwa pikiran papa itu tidak pernah lagi bisa bersih dan papa harus akui bahwa sampai sekarang pun papa masih harus bergumul dengan godaan-godaan dengan pikiran-pikiran yang terus membawa papa kepada seks.
Papa tidak mau seperti itu sebab papa ingin memandang wanita dengan bersih sebagai ciptaan Tuhan yang mulia, tapi papa susah dan papa harus bergumul. Maka papa tidak mau kamu akhirnya menjadi seperti papa. Belum lagi godaan itu membesar gara-gara sudah terbayangkan di benak kita, sehingga kita juga lebih mudah jatuh, nanti kalau kamu mempunyai pacar, godaan untuk melakukan hubungan dengan pacar kamu juga akan jauh lebih besar dibandingkan dengan orang tidak menggunakan atau mengkonsumsi pornografi." Dan terakhir yang kita harus tekankan dalam pembicaraan dengan anak-anak kita adalah "Tindakan ini berdosa kepada Tuhan dan tindakan ini bukanlah tindakan yang disetujui oleh Tuhan."PG : Maka ada baiknya setelah orang tua menemukan bukti-bukti anaknya mengkonsumsi pornografi, baik si ibu atau pun si ayah, yang pertama harus menunda berbicara. Pertama-tama mereka harus berbcara kepada Tuhan terlebih dahulu, meminta Tuhan untuk menunjukkan jalan atau cara yang tepat, hikmat dari surga untuk bisa berbicara dengan anak itu.
Setelah menenangkan diri berdoa, barulah ajak anak berbicara dan langsung saja tanyakan, "Apakah kamu pernah menggunakan atau mengkonsumsi pornografi?" Misalkan dia menyangkal, orang tua tidak perlu marah, cukup hanya berkata, "Saya tahu kamu susah untuk mengakui sesuatu yang kamu tahu papa dan mama melarangnya, tapi inilah kesempatan yang papa mau berikan kepada kamu untuk berkata jujur. Coba sekali lagi jawab pertanyaan kami, apakah kamu telah mengkonsumsi pornografi?" Jadi kita mau ajak anak kita ke level yang lebih dewasa, ke level dimana dia tidak ditakuti, tidak dipaksa, tapi diberikan kesempatan untuk keluar bersikap jujur. Dan itu adalah langkah yang penting yang harus dilalui oleh anak kalau dia nantinya ingin lepas dari jerat pornografi yaitu kejujurannya, keterbukaannya. Misalkan si anak berkata, "Ya pa, saya pernah mengkonsumsi pornografi," maka kita harus memuji dia dan langsung katakan, "Papa senang kamu bersikap jujur, sebab kejujuran adalah langkah pertama dan kunci untuk melepaskan kamu dari jerat ini." Kita bisa berkata, "Ini akan menjadi pergumulan yang panjang dan berat tapi papa dan mama mau membantu kamu, mari kita bekerjasama untuk menolong supaya nantinya kamu tidak terjerat oleh pornografi."PG : Betul, jadi niat baiklah yang mesti ditangkap oleh anak. Bukannya untuk menghukumnya.
PG : Kita mesti mengajarkan kepadanya tentang Firman Tuhan. Apa yang harus kita ajarkan kepada anak yang berkaitan dengan seks? Yang pertama adalah seks adalah pemberian Tuhan, memang Tuhan yag menciptakan hormon-hormon seksual di dalam tubuh kita.
Jadi itu merupakan pemberian Tuhan. Kedua, seks adalah bagian dari kemanusiaan kita namun kita diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan untuk bisa melakukan hubungan seks. Ketiga, seks adalah untuk dinikmati dalam mahligai pernikahan dan inilah ketetapan Tuhan bukan ketetapan manusia. Yang keempat, seks bukan untuk dieksploitasi menjadi sarana mencari keuntungan dan kepuasan belaka. Dan terakhir, seks digunakan untuk dikuasai dan tidak boleh dibiarkan menguasai kita. Kemudian kita jelaskan kepada anak bahwa pornografi melanggar faktor yang keempat dan yang kelima ini yaitu pornografi merupakan eksploitasi seks, untuk mencari keuntungan dan pemenuh kepuasan belaka. Dan pornografi pada akhirnya akan menguasai kita. Kita tidak bisa berdiam diri dan kita harus melawan supaya pornografi tidak masuk ke dalam kehidupan kita.PG : Dan kita perlu memberikan pengertian kepadanya bahwa ini adalah pergumulan yang berat karena di usianya yang masih muda namun gejolak seksual itu mencapai puncak kekuatannya. Dan karena in adalah suatu pengalaman kenikmatan yang baru sehingga rasa ingin tahu untuk melakukannya kembali terus-menerus muncul.
Jadi kita berikan pengertian bahwa kita juga memahami pergumulannya yang sungguh berat namun nantinya kita bisa menolong dia. Misalkan kita bisa ajak dia mengikatkan diri pada sebuah relasi pertanggungjawaban, artinya adalah misalkan kita mengajak dia untuk secara berkala mengizinkan kita mengecek perkembangannya. Jadi misalkan kita tanya, "Boleh tidak misalkan 1 atau 2 minggu sekali Papa atau Mama mengecek, bagaimana apakah kamu jatuh lagi ke dalam dosa pornografi ini," waktu dia berkata jujur kalau dia jatuh lagi, maka kita jangan memarahi dia atau menghukumnya, tapi kita harus berkata, "Mari kita berdoa dan berdoa lagi, kita datang kepada Tuhan dan kita katakan kepada Tuhan, kami butuh kekuatan-Mu, kami tidak bisa menghadapi ini dengan kekuatan kami sendiri." Relasi pertanggungjawaban ini dapat membantunya mengekang diri karena dia tahu bahwa dalam waktu yang telah disepakati ia harus memberi laporan kepada kita. Ini bisa menolong dia untuk menghindar dari pornografi.PG : Sama sekali tidak menolong. Jadi kita tidak bisa hanya menjadi pengawas kemudian meniup peluit, memarahinya, tidak seperti itu. Tapi kita harus dengan empati, dengan penuh pengertian berjaan bersamanya melewati tantangan yang berat ini.
PG : Betul, maka salah satu hal yang bisa kita ajarkan kepada anak adalah disiplin diri. Kalau sudah tahu film ini mengandung adegan-adegan seks maka jangan pinjam atau jangan lihat. Atau kalautanpa sengaja kita menonton dan tidak tahu bahwa akan ada adegan itu, maka biasakan diri untuk menutup mata.
Waktu anak-anak saya masih lebih kecil saya ingat waktu kami menonton VCD, dan kadang-kadang ada film-film yang memunyai adegan-adegan yang menjurus ke situ dan kami biasakan untuk mematikan atau putar dengan cepat supaya adegan itu tidak terlihat, dan yang saya juga lakukan adalah saya beritahukan kepada anak-anak bahwa saya pun menutup mata dan saya jelaskan kepada anak-anak bukan hanya kamu yang masih kecil harus menutup mata, tidak melihatnya, tapi saya juga atau papa juga tidak melihatnya. Sebab godaan ini bukan saja hanya untuk yang muda, tapi juga untuk yang tua seperti papa. Dan dampak buruknya juga bukan hanya menyerang anak muda tapi juga orang-orang yang sudah dewasa seperti papa. Jadi semua memang harus menjauhkan diri, maka saya beritahukan kepada mereka, "Papa sendiri menutup mata dan tidak mau melihat adegan itu, karena papa tidak mau nanti setelah menonton film ini pikiran papa menjadi tercemar, papa tidak mau melihat perempuan lain dengan mata seperti itu. Papa hanya mau melihat dan memikirkannya dengan mama." Jadi kalau kita mengkomunikasikan hal seperti ini kepada anak-anak maka ini akan menolong anak-anak untuk bisa lebih menjaga diri terhadap pornografi.PG : Kita bisa mengajak anak untuk bekerjasama dengan kita. Misalkan kita bertanya kepadanya, "Karena kamu sekarang bisa lebih terbuka dengan masalah ini, bagaimana kalau kita taruh komputer kau di ruangan terbuka, misalkan di ruang tamu atau di mana saja yang orang lebih sering lalu lalang."
Jadi kita tidak mengambilnya secara paksa, tapi kita mengajak dia berdialog bahwa ini sudah menjadi masalah dan kamu juga sudah mengakui kalau ini sudah menjadi masalah, bagaimana untuk menolong kamu maka komputer jangan ditaruh di kamar tapi di ruang terbuka. Dengan kamu selalu tahu bahwa orang bisa saja lewat dari belakang dan melihat kamu. Bukankah ini akan menolong kamu. Jadi kita ajak dia berdialog supaya dia dengan rela menempatkan barang-barangnya itu di ruangan terbuka.PG : Baik. Karena kita juga mau menolongnya dan niat baik itu telah diterima oleh anak kita maka kita bisa memintanya untuk memberikan izin kepada kita melihat alat-alat teknologi yang lainnya,misalnya handphonenya, sehingga kapan waktu papa atau mamanya bisa melihat-lihat.
Dan katakan kepada dia bahwa kita melakukan ini bukan untuk mengawasinya, karena kita tidak bisa mengawasinya terus-menerus tapi dengan dia memberikan izin kepada kita untuk mengakses semua ini maka kita menolongnya untuk bisa lepas dari jerat pornografi itu.PG : Yang lain adalah kita mesti mengingatkan anak akan konsekuensi dari mencemarkan diri. Firman Tuhan itu mengingatkan di 1 Korintus 3:16, "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah da bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" Jadi mengisi pikiran dengan pornografi yang adalah percabulan sama dengan membuang sampah ke rumah Allah yang kudus.
Tubuh kita, diri kita adalah tempat kediaman Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam diri kita. Maka waktu kita memasukkan materi-materi pornografi ini maka benar-benar sama dengan membuang barang-barang yang sudah kotor dan najis ke dalam rumah Allah sendiri. Makanya kita tidak boleh melakukan itu sebab rumah Tuhan itu kudus. Jadi tubuh kita, pikiran kita juga harus kudus supaya bisa menjadi tempat kediaman Tuhan dan kita harus ingatkan anak bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita menajiskan rumahNya. Itu sebabnya jika kita terus mengeraskan hati, suatu hari kelak Ia akan menjatuhkan sangsinya.PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Dan disini kita mau angkat satu kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua. Banyak orang tua itu lebih menekankan tentang kekudusan tubuh kepada anak perempunnya, "Kamu jangan main-main, jangan sampai menodai kekudusan kamu, kamu jangan sampai menodai kesucian kamu," seolah-olah anak laki-laki tidak dijatuhkan tuntutan yang sama oleh Tuhan, padahalnya sama.
Yang kita tahu yang lebih sering menodai dirinya atau kesuciannya adalah anak laki-laki. Jadi orang tua harus menekankan prinsip yang sama, baik kepada remaja putra maupun putri.PG : Ini yang terakhir, Pak Gunawan. Titik beratkan pada yang positif dan bukan pada yang negatif. Maksudnya adalah motivasilah anak untuk hidup menyenangkan Tuhan, bukan menghindar dari hukuma Tuhan semata.
Jadi ini yang saya maksudkan dengan menitik beratkan pada yang positif. Ingatkan bahwa setiap upaya menjaga kekudusan niscaya membuat Tuhan senang. Firman Tuhan berkata di Imamat 20:7, "Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu." Jadi waktu kita menjaga kekudusan, kita sedang menyukakan hati Tuhan dan ini hal yang positif. Jadi teruslah dan senangkanlah hati Tuhan, dan ini harus menjadi motivasimu dan bukan hanya motivasi karena takut dihukum Tuhan saja.PG : Betul sekali. Kalau orang tuanya mengkonsumsi pornografi kemudian melarang anaknya maka sudah pasti anak susah menaati perintah orang tua tersebut.
PG : Betul, kalau itu yang menjadi masalah maka yang pertama adalah orang tuanya sendiri yang harus berusaha lepas dulu barulah dia bisa menjadi panutan yang positif bagi anak-anaknya.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Melindungi Remaja terhadap Pornografi". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
46. Remaja Putri dan Cinta (I) |
|
Salah satu tekanan besar yang kerap menghantam remaja putri adalah pengalaman dicintai oleh seorang pria. Jika sampai usia tertentu tetap tidak mendapat pacar dan dicintai oleh seorang pria, remaja putri merasa seakan ia tidak lagi bernilai. Orangtua mesti mencermati hal ini dan memberi dukungan sekaligus pengarahan yang tepat kepada anak putri mereka. Sebenarnya apa saja yang menekan si remaja putri ini sehingga dia ingin dicintai? Dan dukungan apa yang orang tua perlu berikan?
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Remaja Putri dan Cinta" dan ini adalah bagian yang pertama. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Betul, Pak Gunawan. Saya kira salah satu masalah berat yang dihadapi remaja putri dewasa ini adalah bertambahnya tekanan untuk dicintai. Seolah-olah kalau mereka itu tidak dicintai maka meeka itu tidak lagi bernilai atau tidak berharga.
Sehingga seolah-olah di kalangan remaja putri ada sebuah perlombaan, persaingan untuk dicintai, diperhatikan oleh remaja putra, kalau tidak mendapatkan perhatian itu sampai usia tertentu maka seolah-olah mereka itu menganggap dirinya tidak berharga.PG : Sudah tentu, Pak Gunawan, kalau remaja putri sering mendapatkan kecukupan dari orang tuanya maka desakan ini makin berkurang. Tapi kalau dia tidak mendapatkan dengan cukup dari orang tuany maka desakan ini akan makin besar sebab dia merasa gamang dengan dirinya sendiri.
Maka karena dia merasa gamang akhirnya dia harus mendapat tambatan atau tempat dimana dia merasa aman, dan tempat itu adalah cinta dari seorang laki-laki.PG : Saya kira pengaruh dari apa yang ditonton itu pasti ada. Apalagi kalau banyaknya kisah-kisah yang memerlihatkan anak-anak remaja SMP, SMA sudah berpacaran, saya kira itu pun menimbulkan kenginan pada diri remaja putri untuk bisa seperti mereka, yaitu mempunyai pacar.
Tapi misalkan di dalam rumah mereka mendapatkan kekuatan, kasih sayang dari orang tuanya maka desakan ini tidak terlalu bergolak.PG : Ada beberapa yang bisa saya bagikan. Yang pertama, bertambah banyaknya penekanan pada kecantikan jasmaniah. Jadi sekarang ini penekanan untuk cantik menjadi lebih kuat karena sekarang ini ebih tersedianya alat-alat kecantikan sehingga anak-anak remaja sepertinya sudah disuguhi alat-alat yang bisa menambah kecantikan.
Dan tidak bisa disangkal pula sekarang ini ibu mereka sudah mulai terikat oleh alat-alat kecantikan dan mewariskan ilmu mereka kepada anak-anak mereka bahwa mereka pun harus pintar-pintar merawat kulit, pintar-pintar merawat wajah, mata, hidung, rambut dan sebagainya sehingga ada yang harus operasi ini dan itu. Semua ini akhirnya menambah beratnya penekanan pada penampilan jasmaniah. Kalau kita lihat, sekarang ini berjamuran tempat-tempat olahraga, tempat ini tujuannya satu yaitu menambah kebugaran supaya tampil menarik. Jadi hal inilah yang menjadi tekanan atau hal-hal yang diagung-agungkan oleh kita dewasa ini.PG : Betul sekali. Misalkan kalau kita mau melihat di televisi, berapa banyak iklan-iklan alat kecantikan baik itu dari shampo, alis mata, lipstik, minyak wangi dan sebagainya. Jadi, inilah genrasi di mana kita hidup bahwa anak-anak remaja ini akan dibombardir oleh alat-alat kecantikan yang menekankan bahwa hanya orang-orang cantiklah yang akan diperhatikan.
Jadi kalau tidak cantik maka tidak diperhatikan. Itu sebabnya akhirnya mereka terdorong untuk masuk ke dalam langkah berikutnya yaitu mereka mesti diperhatikan oleh pria, mesti disukai atau dicintai oleh pria, mesti ada pria yang terpikat olehnya sebab kalau tidak maka mereka tidak memeroleh buktinya, bukti bahwa mereka menarik. Jadi kalau ada pria yang menyukai mereka maka itu adalah bukti bahwa saya menarik, sehingga memikat seorang pria. Barulah hatinya lega bahwa "saya itu cukup berharga".PG : Kalau tidak hati-hati maka itu yang akan terjadi, karena betapa beratnya tekanan di antara mereka untuk bisa memunyai seorang pacar atau kekasih untuk dicintai, dan kalau tidak hati-hati mreka akan menerima siapa saja.
Coba kita masuk ke dunia remaja, Pak Gunawan, misalkan pesta, tidak bisa disangkal kalau mereka datang bersama pacar maka mereka akan menjadi buah bibir atau dibicarakan, apalagi kalau pacar mereka itu ganteng, trendy. Maka remaja putri yang tidak mendapatkan pacar atau dicintai oleh seorang pria tidak bisa tidak dia akan merasa tidak nyaman dengan dirinya, merasa ada yang kurang atau ada yang salah dalam dirinya. Mungkin saja ada perasaan iri terhadap teman-temannya misalkan temannya itu populer atau begitu mudahnya mendapat perhatian dari pria, inilah tekanan-tekanan yang harus dihadapinya. Misalkan dia diundang pesta maka dia sudah membayangkan, "Saya harus datang sendiri atau datang bergerombol dengan sesama teman wanita." Waktu mereka melihat teman wanita yang datang dengan pacarnya maka ada perasaan-perasaan tertentu yang timbul, "Kenapa saya tidak bisa, dan kenapa tidak ada yang tertarik dengan saya." Jadi akhirnya mulailah muncul rasa minder, mulailah merasa tidak berharga. Hal ini sudah tentu seperti yang Pak Gunawan ungkapkan bisa-bisa membuahkan perilaku yang tidak bijaksana, yaitu yang penting ada yang mau dengan saya dan kadang-kadang lebih jauh lagi yaitu apa pun yang diminta oleh si pria asalkan saya disukai oleh si pria maka tidak apa-apa, saya akan memberikan.PG : Kita hidup dalam dunia yang memang sudah mengglobalisasi. Jadi tanpa disadari sekarang dunia mempunyai satu patokan tentang kecantikan. Itu tidak bisa disangkal. Misalkan di Amerika Serika banyak wanita yang berkulit hitam merasa kurang percaya diri kalau wajah mereka terlalu berbeda dari wajah wanita yang mempunyai ras Kaukasia atau orang-orang Barat (orang-orang yang berkulit putih).
Jadi orang-orang berkulit hitam yang penampilannya makin mendekati orang berkulit putih, mungkin dikarenakan kawin campur dan sebagainya, mereka merasa lebih bangga, lebih percaya diri karena merasa diri lebih cantik, nantinya lebih bisa menarik hati orang. Tapi yang merasa dirinya terlalu jauh dari gambar orang kulit putih, mereka merasa kurang percaya diri. Tidak bisa disangkal ini juga menggejala di negara Asia. Jadi kalau wajah orang itu jauh dari berpenampilan seperti orang Kaukasia, maka orang ini makin kurang nyaman. Jadi dunia makin sederhana dalam hal standar kecantikan sebab seolah-olah sekarang sudah ada satu patokan.PG : Yaitu kurangnya interaksi dengan orang tua, Pak Gunawan. Saya tahu bahwa semua anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua termasuk anak perempuan. Jika anak merasa dikasihi, ditrima apa adanya, maka dia ibarat sauh dia akan tertanam dengan kuat dalam keluarganya.
Sebaliknya bila tidak seperti itu maka dia akan cenderung terapung-apung di tengah dunia pergaulan, mencari-cari arah dan pegangan. Masalahnya adalah makin bertambah sibuknya orang tua maka cukup banyak anak perempuan yang harus menerima fakta bahwa waktu yang harus diberikan adalah terbatas dan secara kodrati anak perempuan lebih membutuhkan ekspresi kasih orang tua dari pada anak laki-laki sebab anak perempuan memang mempunyai kepekaan perasaan yang lebih dari pada anak laki-laki. Itu sebabnya perasaannya, emosinya itu lebih harus diisi. Itu sebabnya kurangnya waktu dan perhatian orang tua cenderung menciptakan kekosongan dalam diri si anak dan untuk mengisi kekosongan inilah si anak perempuan akhirnya rentan untuk mencari pria guna mendapatkan cinta dan perhatiannya.PG : Saya kira sudah tentu kalau dia itu mempunyai banyak teman maka teman-teman itu sedikit banyak akan bisa mengimbangi kekurangannya, tapi tetap sebagai seorang anak karena dia dibesarkan disitu, dari awal dia hidup bersama dengan orang tua maka dari orang tualah dia membutuhkan cinta dan kasih sayang itu.
PG : Betul dan makin banyak teman maka akan semakin mengisi kehidupannya. Tapi sekali lagi kasih sayang itu perlu dialami dan bukankah hanya bisa dialami kalau ada interaksi langsung, ada pembiaraan langsung, ada pelukan langsung, ada ucapan-ucapan dari orang tua yang membesarkan hatinya yang membuat dirinya berharga.
Hal-hal itulah yang dibutuhkan terutama oleh remaja putri, sekali lagi remaja putra juga membutuhkan itu tetapi remaja putri memiliki kebutuhan emosi yang lebih kuat akibat perasaannya yang makin sensitif, maka dia lebih membutuhkan semua ini. Waktu dia tidak mendapatkannya maka itu akan menimbulkan kekosongan dan dia mencarinya, dan kalau ada laki-laki yang dapat memberikan kepadanya, maka itulah yang dia akan coba dapatkan. Problemnya adalah seringkali mereka tidak hati-hati, dia mau saja dengan siapa pun asalkan memberikan cinta kepadanya.PG : Betul. Jadi dalam kondisi mereka sangat kesepian tidak ada yang menelepon, tidak ada yang mengajaknya pergi keluar malam, apalagi malam minggu. Kalau dia masih mempunyai teman-teman yang lin, entah itu teman wanita untuk pergi ke gereja maka sedikit banyak itu bisa mengisi.
Tapi kalau tidak ada kegiatan, tidak ada yang mengajak keluar hanya di rumah, apalagi kalau orang tua repot pergi ke luar, maka dia akan makin terisolasi dan bisa saja dia mulai berkhayal-khayal. Anak-anak remaja seperti inilah yang rawan untuk dimangsa oleh pria-pria yang sudah diketahui butuh kasih sayang seperti ini. Itu sebabnya di Amerika Serikat sekarang ada sebuah unit khusus dari kepolisian yang masuk ke dunia maya berpura-pura menjadi anak-anak remaja putri supaya mereka bisa menjebak para pria jahat yang memang berniat memangsa anak-anak remaja putri ini dan puji Tuhan ada orang-orang yang telah ditangkap yang berusaha memangsa anak-anak remaja putri ini. Orang tua mungkin tidak tahu karena kesibukan di luar, banyak pekerjaan atau kegiatan yang lainnya dan hanya tahu anak putrinya di rumah, nonton TV atau main komputer, laptop dan tanpa diketahui masuk ke dunia maya. Mereka tidak tahu bahwa anaknya mungkin saja sedang menjadi target untuk dimangsa oleh pria-pria tertentu. Kenapa bisa menjadi target? Karena ada kebutuhan untuk diperhatikan dan dikasihi itu.PG : Betul. Dalam kasus di mana anak remaja putri meninggalkan rumah sudah kuliah dan sebagainya maka sudah tentu interaksi dengan orang tua akan berkurang namun sekali lagi kalau sebelumnya di pergi, jadi saat dia ada di dalam rumah, dia mendapatkan kehangatan itu, perhatian itu maka waktu dia di luar pun walau dia membutuhkan perhatian, namun tetap, apa yang telah diisi akan tetap ada.
Sudah tentu dia akan merasa kesepian, dia butuh orangtuanya atau dia butuh teman-temannya tapi apa yang telah diisi itu tidak hilang dengan begitu saja dan mungkin dalam kesepian dia akan menghubungi orang tuanya, bicara dengan mereka lewat 'chatting' atau lewat telepon. Jadi kita akan melihat perbedaannya, Pak Gunawan. Dan saya sudah melihat ini, saya sudah melihat remaja putri yang keluar rumah, study di luar, hidup sendiri, kalau memang dari keluarga yang hangat maka dia akan lebih mantap. Dan saya perhatikan, kalau remaja putri di rumah tidak mendapatkan perhatian seperti itu maka mereka berbeda sekali dengan yang mantap tadi, mereka terapung-apung mudah sekali hanyut dan sangat terlihat kalau mereka haus, membutuhkan perhatian dan cinta dari seorang pria. Tapi dari keluarga yang hangat dan kuat, meskipun sepi tidak ada orang tuanya, tetap mereka lebih mantap, lebih bijaksana dan lebih bisa membedakan orang, lebih bisa melihat orang. "Saya tidak mau ini, tidak cocok dan sebagainya ". Tapi bagi mereka yang memang kurang dan tabungnya kosong, maka mereka asal pilih, asal ada yang mau mencintai mereka.PG : Betul sekali. Akhirnya mungkin di kalangannya tidak ada yang mau, maka dia mulai keluar dan mencari di lingkungan yang berbeda darinya. Jadi misalkan awal-awal dia itu bersama-sama di dala lingkup gereja tapi sekarang sudah tidak lagi disitu, maka dia akan keluar dari lingkup gereja dan dia nanti mulai bergaul dengan teman-teman di luar lingkup itu, mudah-mudahan mereka tetap bergaul dengan relasi yang baik tapi kalau tidak hati-hati, bisa terjebak dan masuk ke dalam lingkup yang buruk.
PG : Di satu pihak memang sekilas kita akan melihat mereka yang biasa berkumpul bersama-sama kelompok wanita saja, seolah-olah mereka itu sungguh-sungguh senang atau puas dan tidak mencari cint tapi pada faktanya adalah beberapa di antara mereka ada yang memang belum merasa mantap atau belum terisi dari rumah, menjadi anak-anak yang menjadi haus dan membutuhkan cinta dari pria itu, Pak Gunawan.
Atau saya juga harus akui kalau pun dia mendapatkan cinta yang cukup dari rumah tapi memang ada tekanan untuk cantik dan untuk membuktikan diri cantik harus disukai oleh seorang pria, itu juga bisa memengaruhi dia sehingga terdoronglah keinginan untuk mendapatkan seorang pacar.PG : Terakhir adalah, bertambahnya tuntutan prestasi. Pada zaman sekarang hampir semua anak dituntut untuk cerdas dan memiliki kebisaan dalam banyak hal. Jadi selain dari nilai-nilai akademik tnggi, anak-anak sekarang diharapkan bisa main musik, mungkin juga bisa main dua instrumen dan bukan hanya satu, bisa belajar bahasa Inggris dan sebagainya.
Hal ini akan makin menambah daftar syarat untuk menjadi seorang remaja putri yang menarik. Maksudnya bagaimana? Maksudnya adalah kalau seorang remaja perempuan tidak bisa banyak hal maka dia sendiri akan merasa seolah-olah dia tidak berharga. Jadi sesungguhnya ada cukup banyak remaja putri yang mengalami ketertekanan akibat tuntutan prestasi yang tinggi ini, seolah-olah nilai diri ini tergantung pada prestasi terutama akademik, sebab kalau tidak, maka dia tidak akan dilirik oleh pria dan ini adalah anggapannya. Singkat kata, banyak remaja putri yang takut tampil bodoh dan tidak bisa apa-apa. Itu sebabnya dorongan untuk dicintai dan diperhatikan pria menjadi semakin besar supaya bisa sejahtera melihat dirinya sebagai perempuan yang berharga.PG : Memang kita tidak bisa pastikan atau kaitkan kecantikan dengan kecerdasan, sudah tentu ada yang cantik dan cerdas tapi ada yang kurang cantik tapi kurang cerdas, sebagaimana laki-laki jugademikian.
Tapi kalau Pak Gunawan berkata bahwa bisa saja ada anak perempuan yang karena terlalu mencurahkan waktu pada penampilannya maka akhirnya tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap tuntutan akademiknya, sudah tentu itu bisa terjadi. Intinya adalah sekarang ini tuntutan untuk cerdas begitu besar sehingga pria pun terbawa oleh arus ini, kalau mereka melihat perempuan yang dianggapnya atau dinilainya tidak secerdas yang mereka inginkan maka tidak dilirik, kecuali orang itu sangatlah menawan, cantik dan barulah dilirik. Jadi yang kasihan sudah tentu adalah remaja putri kita, sebab seolah-olah mereka itu seperti ingin membuktikan ini, bisa ini dan itu, cerdas ini dan cerdas itu agar lebih bisa dicintai, agar dirinya sendiri merasa dirinya berharga. Inilah dunia di mana kita hidup, Pak Gunawan, persaingan, tekanan lebih mengadu atau tidak mau ketinggalan untuk menjadi lebih besar, dan semua ini terkait dengan misalnya seseorang melihat dirinya.PG : Itu benar. Jadi ada sebagian perempuan yang memang takut terlalu pandai sebab takut kalau nanti tidak ada pria yang berani untuk mendekatinya. Jadi memang kebanyakan remaja putri tidak bersaha menjadi sepandai itu tapi setidak-tidaknya mereka berusaha untuk tampil lumayan cerdas, sebisanya mereka ingin dinilai sebagai anak-anak yang cerdas.
Sebab mereka sudah mengaitkan itu semua dengan daya tarik dan ini bukanlah sesuatu yang dikhayali atau yang dibayangkan oleh wanita sebab itulah faktanya. Banyak pria atau di kalangan pria, kalau mereka sedang berbicara maka dia akan meninggikan atau mengagungkan wanita yang dianggap cerdas. Jadi itu adalah suatu fakta dan remaja putri tahu itu, remaja putri mungkin tahu atau mendengar bahwa kalau remaja putra bicara kadang-kadang menjelekkan remaja putri yang tidak pandai, entah itu mengatainya atau mengolok-oloknya. Jadi sekali lagi tekanan bertambah besar. Semua ini menumpuk baik itu tekanan untuk cantik, tekanan untuk bugar, langsing, tekanan untuk dikasihi, tekanan untuk bisa cerdas dan semua itu semakin menekan remaja putri sebab ujung-ujungnya, dengan semua itu mereka berharap mereka akan dicintai dan dihargai oleh pria.PG : Bisa jadi. Adakalanya mungkin pria-pria tertentu senang sekali dengan wanita yang hambur dengan uang, sehingga dia diongkosi karena mungkin dia banyak pengeluaran yang besar dan rasa malu ang dimiliki kurang.
Memang dia merasa senang, yang penting dia mendapatkan alat-alat yang dia butuhkan dan perempuannya yang membayarkan.PG : Betul sekali. Jadi sekali lagi kasihan dan menyedihkan, tetapi itu salah. Jadi seolah-olah untuk membeli perhatian pria ini, supaya dia bisa berjalan berdampingan dengan pria ke pesta-pest dia harus mengongkosi kehidupan pria ini, seperti itu.
Mungkin pria itu akan berkata, "Mau beli handphone yang lebih canggih, mau beli I-pod, I-phone," dan si wanitanya yang harus mengeluarkan uang, membayarkan.PG : Betul, apalagi kalau pria yang disukainya mempunyai kehidupan seperti itu yang suka dugem, minum, merokok padahalnya si putri ini awalnya tidak seperti itu namun akhirnya terbawalah dia kaena mau menyenangkan pria yang dicintainya, supaya pria itu tidak kemana-mana dan juga mencintainya dan pada akhirnya merusakkan dirinya.
Jadi kita bisa melihat kalau tidak hati-hati, remaja putri kita bisa termakan oleh semua ini gara-gara membutuhkan cinta.PG : Di Pengkhotbah 3:14 Firman Tuhan berkata, "Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi." Ini yang akansaya katakan berdasarkan Firman Tuhan yaitu apapun penampilan jasmaniah kita, itu adalah pemberian dan penetapan Tuhan.
Sebagaimana Firman Tuhan katakan di sini, apa yang telah dilakukan Allah tetap selamanya dan tidak dapat ditambah atau dikurangi. Dengan kata lain, semuanya pas dan tepat untuk menggenapi rencana Tuhan, tidak perlu ditambah atau dikurangi apalagi disesali.GS : Ini sesuatu perbincangan yang sangat menarik, Pak Paul, tetapi kita harus akhiri perbincangan kita dan kita akan ulas lebih jauh masalah remaja putri dan cinta ini pada bagian yang akan datang. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja Putri dan Cinta" bagian yang pertama. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
47. Remaja Putri dan Cinta ( II ) |
|
Salah satu tekanan besar yang kerap menghantam remaja putri adalah pengalaman dicintai oleh seorang pria. Jika sampai usia tertentu tetap tidak mendapat pacar dan dicintai oleh seorang pria, remaja putri merasa seakan ia tidak lagi bernilai. Orangtua mesti mencermati hal ini dan memberi dukungan sekaligus pengarahan yang tepat kepada anak putri mereka. Sebenarnya apa saja yang menekan si remaja putri ini sehingga dia ingin dicintai? Dan dukungan apa yang orang tua perlu berikan?
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami merupakan kelanjutan dari perbincangan kami terdahulu tentang "Remaja Putri dan Cinta". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Sekurang-kurangnya ada tiga, Pak Gunawan. Yang pertama adalah dewasa ini penekanan pada kecantikan makin bertambah. Jadi alat-alat kosmetik yang ditawarkan atau juga penekanan pada kebugarn juga makin menguat.
Jadi remaja putri lebih ditekan untuk tampil langsing dan cantik, dengan kata lain akhirnya mereka mau tampil cantik dan menawan supaya dicintai atau diperhatikan oleh putra. Kalau misalnya mereka mendapatkan cinta dari seorang pria maka bagi mereka itu merupakan sebuah bukti bahwa mereka cukup cantik dan mereka cukup menawan. Sekarang juga cukup banyak orang tua yang repot di luar, sehingga sehingga kurang banyak waktu pada remaja putrinya. Semua anak pada dasarnya perlu kasih sayang dari orang tua tapi karena anak perempuan perasaannya lebih halus maka kebutuhan emosionalnya menjadi lebih besar. Sehingga mereka membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Kalau itu tidak mereka dapatkan, maka itu akan mendorong mereka untuk mencarinya di luar. Maka akibatnya mereka lebih mudah sekali menerima cinta dari pria siapa pun. Yang ketiga adalah dewasa ini juga menekankan pada prestasi akademik atau bisa melakukan ini dan itu, bisa bahasa Inggis, Perancis dan sebagainya. Dan memang tidak bisa kita sangkal bahwa kebisaan-kebisaan ini sepertinya membawa bonus, sebab pada faktanya pria juga cepat terkagum dengan wanita yang cerdas serta memunyai banyak kebisaan. Kita juga sudah bahas pada kesempatan yang lampau bahwa kalau wanitanya terlalu cerdas, itu juga bisa membuat si prianya menjadi takut. Tapi seringkali kalau pria-pria sedang ngobrol di antara mereka, seringkali yang mereka bicarakan adalah tentang wanita yang mereka anggap cerdas dan banyak kebisaan dan mereka mengagumi perempuan yang seperti itu. Dan akibatnya perempuan merasa lebih ditekan lagi untuk mampu dan cerdas, bisa ini dan itu. Dengan kata lain jadinya banyak remaja putri yang harus hidup di dalam tekanan-tekanan seperti ini yaitu tekanan-tekanan yang membuat mereka ingin sekali memunyai seorang pria yang bisa mencintai mereka, sebab inilah yang akan membuat diri mereka aman, komplit. Seolah-olah kalau belum memunyai pacar, rasanya masih ada yang kurang pas atau ada yang masih terhilang dalam diri mereka. Jadi itulah yang mereka kejar-kejar. Itulah yang kita mau bahas saat ini supaya kita bisa memerlengkapi remaja putri kita agar mereka tidak terjebak ke dalam pergaulan yang salah.PG : Yang pertama adalah sejak kecil, biasakan untuk tidak memberi penekanan pada penampilan jasmaniah, misalnya adalah jika kita harus memberinya arahan tentang kebiasaan olahraga jangan kaitkn olahraga itu dengan kecantikan.
Jangan berkata, "Makan sedikit saja dan jangan terlalu banyak nanti kamu jelek," atau "Jangan gemuk-gemuk nanti kamu jelek." Jadi jangan kaitkan dengan kecantikan dan sebaliknya kaitkan dengan kesehatan. Memang benar dia perlu menjaga makan agar sehat, memang benar dia perlu berolahraga supaya sehat. Jadi jangan kaitkan supaya cantik. Selama ia telah makan sehat dan telah berolahraga dengan teratur maka terimalah kondisi tubuhnya tanpa memberi komentar lainnya. Jika kita harus memberikan panduan berbusana atau memakai kosmetik maka janganlah memberikan penekanan pada "tampil cantik" melainkan pada "tampil enak atau sedap dilihat". Jadi ajarkan anak untuk sedikit memakai alat-alat kecantikan supaya enak dilihat, jangan sedikit-sedikit ditekankan pada "agar kamu tampil cantik atau kalau tidak pakai ini nanti kamu jelek dan pakai yang ini bagus." Anak-anak yang dijejali dengan konsep cantik atau jelek akhirnya rentan sekali untuk merasa diri minder atau tidak berharga kalau tidak mencapai standart kecantikan itu.PG : Ini adalah sebuah kesalahan. Jadi apakah tidak boleh memuji anak cantik? Itu boleh-boleh saja, tapi jangan sering-sering atau hanya sekali-sekali saja kita berkata, "Kamu ini cantik" dan angan terlalu tekankan, "Kamu cantik karena tubuhmu langsing dan tinggi semampai, matamu ini dan itu," mengapa? Seandainya dia memunyai adik dan adiknya tidak seperti kakaknya itu dan kemudian adiknya mendengar maka adiknya akan bercermin dan berkata, "Memang benar saya tidak secantik seperti kakak, berarti saya tidak berharga," dan ini menyebabkan keminderan dalam dirinya.
Sehingga kalau orang tua tidak hati-hati maka orang tua akan mengajarkan anak untuk membangun penghargaan diri atas dasar penampilan jasmaniah dan ini yang perlu kita hindari.PG : Betul dan boleh saja mendandani anak, tapi sekali lagi asal kita menjaga lidah kita dan tidak selalu menekankan kecantikan. Kalau pun mau memuji silakan tapi hanya sekali-sekali, dan yang ebih sering adalah kita mau tekankan pada enak dilihat.
"Kalau kamu memakai seperti ini kamu enak dilihat, kamu memakai pita seperti ini juga enak dilihat." Hal-hal seperti itu jauh lebih positif untuk didengarnya.PG : Yang berikut, sejak kecil ajarkan padanya bahwa pada dasarnya tidak banyak orang cantik di dunia ini. Jadi misalnya kita meminta anak untuk mengeluarkan foto kelasnya dan meminta dia untukmenunjuk teman yang sungguh cantik, misalkan di kelas ada 40 anak dan misalkan ada 20 puteri.
Saya kira waktu dia diminta untuk menunjuk teman-temannya yang cantik dari 20 orang itu maka dia tidak akan menemukan banyak, tapi justru dia akan menemukan bahwa teman yang sungguh cantik hanyalah sebagian kecil mungkin hanya satu atau dua. Jadi kalau pun dia harus membandingkan diri dengan sesama maka kita harus membandingkan dirinya secara realistik dan tepat karena kalau tidak anak-anak akan cenderung berkata bahwa saya tidak cantik, dan seolah-olah orang di luar cantik padahal faktanya hanya sedikit orang-orang yang sungguh cantik dan kebanyakan kita ini hanya biasa-biasa saja. Jadi ingatkanlah pada anak kita bahwa kamu itu biasa, papa dan mama biasa, kebanyakan orang biasa dan kita bisa menyebutkan nama-nama temannya atau orang tua temannya, bukankah semuanya biasa dan yang cantik itu sangatlah sedikit. Jadi bandingkanlah diri kita dengan yang lebih banyak atau yang lebih umum yaitu kebanyakan orang biasa. Dengan cara itu si anak disadarkan bahwa perbandingannya itu tidak tepat bahkan berlebihan.PG : Tidak bisa disangkal bahwa kalau dia melihat yang cantik maka dia ingin menjadi yang seperti itu, apalagi kalau melihat iklan, bukankah yang cantik itu dikerumuni oleh pria, dan dalam kehiupan nyata itulah yang dilihatnya yaitu di sekolah, teman-temannya yang cantik itu dikerumuni orang sehingga dia memiliki dorongan itu.
Tapi dia akan kita ingatkan bahwa dia adalah yang mayoritas yaitu yang biasa, supaya dia tahu bahwa dia tidak sendirian dan dia banyak temannya dan itu tidak apa-apa. Mudah-mudahan cara ini menolong dia untuk bisa menerima dirinya.PG : "Bagian tubuhmu yang mana yang kamu anggap indah" dan biarkan dia menunjuknya, biarkan dia berkata, "Rambut saya dan ini yang membuat saya cantik," dan kita akui rambutnya memang baik dan ita harus katakan "Memang rambut kamu indah."
Itu adalah permainan kata yang sama tapi ada sedikit perbedaan, maka itu sudah memberikan suatu perbedaan, Pak Gunawan. Misalkan kita tidak langsung berkata, "Memang benar wajah kamu cantik" tapi kita berkata "Memang benar rambut kamu indah" dan itu lebih spesifik, lebih berdasarkan fakta dan dia mulai melihat dirinya dengan lebih utuh dan lebih tepat pula dan tidak melabelkan dirinya seolah-olah sangatlah cantik tapi dia mulai melihat, "Memang benar, rambutnya yang indah." Atau kita bisa berkata, "Memang benar hidungmu itu mancung." Jadi dia spesifik melihat hidungnya itu.PG : Sebagai orang tua kita ingin mengajarkan atau membedakan antara cantik dan segar, tidak semua orang bisa cantik tapi semua orang bisa segar. Jadi berilah dorongan kepada anak untuk tampil egar dan tidak layu atau kusut.
Jadi kita tekankan kepada dia, "Lihat foto kelasmu, berapa orang yang cantik," hanya sedikit sekali tapi meskipun tidak semua orang berwajah cantik tapi semua orang bisa berpenampilan segar, tidak layu dan tidak kusut. Cobalah kamu berolahraga hiduplah dengan baik, tidur jangan terlalu malam jadi waktu kamu bangun tubuhmu segar dan kamu tampil juga segar. Tubuh dan penampilan yang segar, itu akan membuat orang senang melihat kamu.PG : Betul, dan sebenarnya itu tidaklah susah, misalkan keramas dengan teratur, sisirlah rambut dengan baik. Atau misalnya model rambutnya diubah sehingga yang awalnya tampil agak kusut atau awt-awutan sekarang dirapikan jadi lebih enak dilihat.
Jadi ternyata ada hal-hal yang masih bisa dilakukan untuk memaksimalkan penampilan seseorang tanpa dia harus mengubah wajahnya.PG : Justru kita harus ingatkan bahwa kita harus merawat tubuh kita sebaik-baiknya dan nantinya kita akan tekankan bahwa biarlah nanti orang yang menilai kita apa adanya dan yang penting kita tlah hidup bertanggungjawab dengan hidup kita, Tuhan memberikan kepada kita badan ini dan kita harus merawat sebaik-baiknya dan itu yang penting yang harus kita lakukan.
PG : Ini adalah suatu point yang bagus sekali, Pak Gunawan. Jadi memang ada yang namanya anak yang menyenangkan. Tidak harus cantik tapi menyenangkan, cantik adalah kwalitas jasmaniah sedangkanmenyenangkan adalah kwalitas batiniah.
Kita harus menjelaskan kepada anak-anak kita bahwa kecantikan adalah daya tarik berjangka pendek, tetapi menyenangkan adalah daya tarik berjangka panjang. Misalkan kita berikan contoh kepadanya tentang orang terkenal yang tampil cantik namun umur pernikahannya singkat. Ini semua memerlihatkan bahwa kecantikan tidak cukup kuat memikat orang untuk tetap bersamanya, ternyata karakter menyenangkan dan baik adalah perekat sejati yang bertahan lama. Kita bisa langsung bandingkan diri kita sebagai orang tua. Kita bisa berkata, "Papa tidak tampan, dan mama juga tidak cantik, kami hanya biasa-biasa, tapi mamamu adalah orang yang menyenangkan, berkarakter baik dan itulah yang memikat papa." Dari contoh langsung ini akhirnya si anak disadarkan, "Benar juga ya, jadi tidak mengapa kalau tidak cantik" dan itu memang sudah penetapan Tuhan tapi yang penting saya bertanggungjawab untuk membangun karakter yang baik, karakter yang menyenangkan sebab bukankah itu yang pertama yang diinginkan Tuhan dan yang nomor dua adalah itu yang menjadi perekat yang berjangka panjang di dalam relasi.PG : Sudah tentu menyenangkan tidak berarti selalu membuat hati orang tua senang dengan melakukan apa saja, orang meminta atau tuntut dari kita, itu bukanlah definisi menyenangkan yang kita makud.
Jadi menyenangkan berarti berkarakter baik, murah hati, rajin, ramah, tidak sombong, mau mengalah, mau mementingkan kepentingan orang lain tapi juga berani berkata untuk hal yang benar, tidak takut kalau memang ada orang yang mau menekannya kalau dia tahu kalau dia dalam posisi yang benar. Karakter-karakter yang baik ini yang akan menyenangkan orang, kita bisa memberi contoh tentang temannya yang cantik tapi karena tidak berkarakter baik, tidak berkarakter yang menyenangkan akhirnya dijauhi oleh orang, akhirnya kalau punya teman pun putus lagi, ribut lagi dan akhirnya selalu sendiri atau mencari teman baru. Dan bukankah kalau ada orang yang berkarakter baik dan menyenangkan, bisa menjaga persahabatan untuk waktu yang sangat panjang.PG : Betul. Jadi kebanyakan ada pertanyaan seperti itu. Jadi yang dia inginkan adalah apa yang harus dilakukan supaya teman-teman prianya bisa tertarik kepadanya. Dan sekali lagi kita harus teknkan padanya, bangunlah sebuah kepribadian yang baik, yang indah yang nantinya bisa menjadi daya tarik bagi pria-pria.
Kita mesti memberikan penjelasan kepada anak-anak kita bahwa pria menyukai perempuan cantik namun menghormati wanita berkepribadian. Maksud berkepribadian di sini adalah berkarakter baik dan berpendirian teguh dengan kata lain, pria tidak menghargai perempuan yang tampak gamang dan butuh perhatian, pria mungkin menyukainya sebatas penampilan tapi belum tentu menghormatinya. Itu sebabnya kita harus membentuk kepribadian anak sehingga makin hari makin baik dan kita pun mesti mengajarnya memahami hidup sehingga di usia belia dia menjadi seorang anak yang bijak.PG : Betul. Maka yang pertama adalah dia jangan selalu menatap pria dengan kacamata, "Apakah ini calon saya, apakah dia ini sedang mengejar saya" itu salah. Ini adalah salah satu masukan yang bsa kita berikan kepada orang tua yaitu alihkan anak perempuan dari keinginan mencari pacar ke mencari teman, jelaskan pada masa remaja tugas pertumbuhan terpenting bukanlah berpacaran melainkan berteman, makin sehat dan bervariasi pertemanannya maka makin diperkaya dirinya sehingga dia bisa makin bertumbuh menjadi pribadi yang kokoh, ajarlah dia untuk tidak melihat pria sebagai kandidat pacar "Apakah dia mau dengan saya atau tidak?" Jangan seperti itu, melainkan selalu lihatlah pria sebagai potensi pertemanan.
PG : Dan ini adalah sebuah kesalahan yang merefleksikan nilai-nilai yang ada pada diri orang tua itu bahwa si orang tua itu pun menekankan bahwa selama disukai, dicintai pria maka kita berharga dan itu adalah kesalahan.
Justru kita sebagai orang tua jangan sampai mewariskan nilai-nilai seperti itu, seorang anak perempuan berharga bukan karena dicintai oleh pria, bukan karena dijadikan pacar oleh seorang pria, tapi dia berharga karena karakter-karakternya yang baik dan yang indah itu.PG : Betul. Jadi kita anjurkan anak-anak kita pada masa remaja bertemanlah dan bergaullah dengan banyak teman, jangan hanya ekslusif dengan satu teman saja. Jadi itu adalah prinsip yang kita teankan kepada anak-anak kita.
PG : Terimalah remaja putri apa adanya, dan remaja perempuan mesti tahu dengan pasti bahwa orang tua menyayangi dan menerima sepenuhnya, bukan atas dasar kecantikan dan kecerdasan atau kebisaanlainnya melainkan karena ia adalah pemberian Tuhan yang berharga.
Syukurilah kehadirannya di keluarga atas dasar karunia Tuhan, inilah yang akan menjadi dasar penilaian dirinya bukan perhatian dari pria. Jadi limpahkan anak dengan kasih dan penerimaan dan jangan banding-bandingkan dia dan jangan mencela-cela penampilannya apalagi kecantikannya. Kalau kita lakukan seperti itu maka dia akan semakin merasa harga dirinya terletak pada semua itu yaitu kecantikan, kebisaan dan sebagainya, namun kita harus ucapkan, "Saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan sudah mengaruniakan kamu sebagai anak dan kami sayang kepada kamu" sehingga anak tahu dia berharga karena dirinya dan bukan karena kebisaan atau apa yang diperbuatnya.PG : Betul sekali. Jadi memang kita harus terima apa yang Tuhan tetapkan pada diri kita dan percaya pada apa yang Tuhan tetapkan itu adalah baik untuk menggenapi rencana Tuhan.
PG : Yang terakhir adalah sebagai orang tua kita mesti bergaul dengan anak perempuan seperti teman dan limpahkanlah kasih kepadanya supaya di dalam keluarga ia menambatkan siapa dirinya sehingg ia tidak tergantung pada yang lainnya.
Kalau kita bisa menjadi teman baginya yang tidak menghakiminya, yang mau menerimanya, yang mau mendengarkannya maka betapa indahnya, dia akan benar-benar menambatkan harga diri itu pada keluarganya sehingga dia tidak lagi seperti perahu yang diombang-ambingkan oleh ombak.PG : Betul sekali. Jadi semakin orang tua itu sudah mempersiapkan sejak awal baik dengan anak, bergaul akrab dengan anak, maka di masa remaja itu mereka sangat berperan besar, karena sebaik ap pun kita mempersiapkan anak-anak remaja putri, biasanya di usia remaja akan ada kegamangan, dia akan sedikit oleng karena tekanan dari luar begitu kuat dan di situlah kita berperan meneguhkan dirinya, dia berharga karena apa yang ada di dalam dirinya dan bukan apa yang tampak di luar dirinya.
Harga itu terletak di dalam dan bukan di luar. Lewat hal-hal seperti itulah akhirnya dia bisa lebih kuat melewati tekanan-tekanan dari luar tersebut.PG : Betul. Sudah tentu ada remaja putri yang lebih tertutup sehingga orang tua lebih sulit. Dan dalam kasus seperti itu, kita masih bisa berkata, "Saya masih tetap mencintai kamu dan kami masi sayang kepada kamu."
Jadi tetap komunikasikan hal-hal seperti itu.PG : Saya kira dengan bertambah besarnya remaja putri tentu hormon-hormon itu akan bertumbuh menjadi lebih matang dan kebutuhan untuk dekat dengan seorang pria juga akan lebih kuat dan itu betul. Jadi semuanya ini memang makin menekan, baik itu tuntutan dari luar atau pun tekanan dari dalam. Kalau tidak hati-hati maka mudah sekali menjadi orang yang mencari-cari cinta di luar.
PG : Amsal 31:30 berkata, "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji." Kita tahu istri adalah wanita, ini adalah menjadi dasar yang mnjadi kekuatan bagi anak-anak perempuan kita, yang penting adalah orang-orang yang takut akan Tuhan, itu yang akan dipuji dan itu yang akan dihormati.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja Putri dan cinta" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
48. Komitmen dan Keintiman (I) |
|
Sekarang ini muncul sebuah tren baru di tengah kawula muda seperti Teman Tapi Mesra dan Hubungan Tanpa Status. Pada dasarnya semua ini merujuk kepada relasi yang relatif intim bak pacar namun tidak berstatus sebagai pacar. Sudah tentu jika relasi ini hanyalah pertemanan biasa, kita tidak perlu mempermasalahkannya. Namun apabila relasi ini berubah menjadi relasi intim secara fisik tanpa komitmen, hal ini perlu mendapat perhatian kita. Apa pun namanya, sesungguhnya relasi seperti ini mencerminkan sebuah nilai yang berkembang di tengah kita yaitu hilangnya komitmen yang seyogianya menjadi dasar sebuah relasi yang intim. Di sini akan dipaparkan pentingnya keberadaan komitmen dalam keintiman dan peran keintiman dalam komitmen.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami tentang "Komitmen dan Keintiman". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Keduanya itu memang saling mengisi dan saling menyuburkan dan sangat terikat. Jadi pada akhirnya tidak mungkin kita ini mau membangun keintiman tanpa komitmen dan tidak mungkin juga memerthankan komitmen tanpa adanya keintiman.
Jadi kedua hal ini sebetulnya adalah unsur atau bahan yang membangun sebuah relasi yang kuat.PG : Begini, Pak Gunawan. Saya kira kita perlu untuk membahas hal ini karena dewasa ini tampaknya makin banyak saja orang-orang yang kendor dengan batas-batas antara relasi perempuan dan laki-lki.
Jadi misalkan di kalangan kawulamuda dan juga bahkan di kalangan suami istri mulai berkembanglah sebuah istilah seperti hubungan tanpa status atau teman tapi mesra, itu adalah istilah yang menggambarkan relasi antara dua orang tanpa komitmen tapi masih tetap mau mencicipi keintiman. Kalau hanya sebatas pertemanan saya kira tidak apa-apa, tapi kalau misalkan dalam relasi itu akhirnya terjadilah perbuatan seksual apalagi kalau mereka sudah menikah dengan orang lain maka ini akan menjadi suatu ladang dosa yang subur di tengah-tengah kita.PG : Saya kira ini adalah kodrat manusiawi kita, kadang-kadang kita itu tidak mau membayar harga untuk sesuatu yang kita inginkan. Untuk bisa mencicipi sebuah keintiman maka kita harus membayarharganya dan harganya adalah sebuah janji keterikatan.
Jadi seharusnyalah itu yang terjadi. Keintiman itu bergerak dari umum ke spesifik, dari luas ke sempit, dari banyak ke satu atau dari inklusif ke ekslusif, dengan pergerakan itulah maka relasi itu berkembang, jadi seperti kerucut dari bawah lebar dan luas kemudian naik ke atas menjadi kecil dan menyatu. Seharusnyalah suatu relasi menjadi makin intim, maka komitmen antara keduanya juga makin menguat dan makin menguat sehingga pada akhirnya keintiman itu makin diikat oleh komitmen dan nanti pada akhirnya komitmen itu juga menambah keintiman yang terjalin di antara kedua orang.PG : Tidak bisa, Pak Gunawan. Jadi akhirnya kita harus menyadari bahwa kalau pun kita ingin tapi tidak memungkinkan, karena kalau kita mau intim lebih dari satu orang maka kita akan merugikan slah satu pihak.
Mungkin kitanya disenangkan dan dipuaskan, tapi sudah tentu kita akan mengorbankan orang lain yang bergantung pada kita dan bersandar pada janji keterikatan kita. Sebab mungkin sekali dia memberikan dirinya kepada kita dalam keintiman karena dia percaya bahwa kita pun juga akan memerlakukan dia seperti itu. Itu sebabnya Pak Gunawan, sebagai anak-anak Tuhan kita mesti berhati-hati menjaga hati kita, sebab pada dasarnya setiap relasi sanggup atau berpotensi untuk berkembang menjadi sebuah relasi yang intim antara lawan jenis yang saya maksud. Jadi syaratnya sebetulnya hanyalah dua, yaitu adanya ketertarikan dan ketertarikan itu kemudian dipupuk dengan interaksi. Jadi kalau ada ketertarikan kemudian kita menyediakan waktu bergaul, berbicara dengan orang itu terus-menerus, maka tinggal tunggu waktu relasi itu akan berkembang menjadi sebuah keintiman. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus menyadari hal ini. Dan janganlah kita itu naif dan berkata, "Saya hanya berteman saja" tapi kita menyadari ada ketertarikan dan kita tidak mau membatasi malahan terus menyediakan waktu untuk kita bersama terus dengan dia. Tidak bisa tidak, relasi ini pada akhirnya akan bertumbuh menjadi sebuah keintiman. Maka kalau kita tidak mau menuju kepada keintiman, kalau kita sudah memunyai komitmen dengan orang lain, maka janganlah kita memulai dengan orang lain dengan berkata, "Saya hanya berteman saja," tidak! Selama ada ketertarikan dan dipupuk dengan interaksi maka pada akhirnya itu akan berubah menjadi sebuah keintiman.PG : Bisa jadi. Memang ada awal-awal kita tidak menyadari bahwa kita tidak memunyai ketertarikan sebab mungkin itu murni bahwa dia ingin menolong seseorang yang dalam kesusahan dan sebagainya. aktu relasi berkembang menjadi suatu ketertarikan, disitulah kita harus bertanya apakah ini suatu relasi yang boleh berkembang menjadi sebuah keintiman? Karena misalkan kalau kita sudah menikah atau kita sudah memunyai seorang pacar dan sudah memunyai komitmen dengan pacar tersebut maka kita harus membatasinya, kita tidak bisa naif dan berkata, "Tidak apa-apa hanya berteman saja," namun di dalam hati masing-masing sebetulnya kita menyadari bahwa kita sudah ada ketertarikan dan ketika ketertarikan dipupuk dengan interaksi, kunjungan, pembicaraan, SMS maka tidak lama lagi relasi itu menjadi relasi yang intim.
Seringkali orang tetap mau menikmati keintiman itu dan tidak mau disalahkan karenanya maka menamakan relasi itu dengan nama-nama yang lain. Kalau orang bertanya, "Ini siapa?" maka kita menjawab, "Teman." Ada seseorang yang saya kenal dan saya tahu tinggal bersama perempuan lain yang bukan istrinya karena mereka kumpul kebo dan ini terjadi di luar negeri, setiap kali kalau dia ditanya maka dia selalu menjawab, "Ini adalah teman saya" dan dia tidak pernah mengatakan kata yang lain atau istilah yang lain. Sudah tentu kenapa orang berkata, "Ini teman saya" dan tidak mau mengakui bahwa, "Ini adalah rekan perzinahan saya," karena itu adalah istilah yang begitu keras untuk menegurnya. Jadi itu adalah kecenderungan manusia bahwa kita akan menutupinya dengan nama-nama yang lain, supaya kita tetap bisa mendapatkan yang kita inginkan.PG : Dalam hal seperti itu yang ingin saya katakan adalah kalau kita memang belum yakin maka kita tidak boleh membangun keintiman. Jadi kita memang belum ada komitmen maka kita pun juga tidak bleh membangun keintiman dengan dia.
Dan dari awal kita juga harus jelas dengan dia bahwa ini adalah sebuah relasi biasa, pertemanan biasa dan tidak ada ikatan apa-apa. Dalam kapasitas sebagai teman seperti itu, saya kira kita bebas untuk bergaul dengan orang-orang dan siapa tahu dalam pergaulan itu kita akan menemukan kecocokan sehingga akhirnya dia bisa lebih serius. Yang salah adalah kalau kita sudah berjanji untuk menjadi pacarnya atau kekasihnya kemudian setelah itu disamping dengan dia, kita juga menjalin relasi dengan orang lain. Waktu pacar kita tanya dan kita menjawab, "Saya dan dia tidak ada hubungan dan hanya teman," tapi sesungguhnya keintiman antara kita dengan teman itu sama dengan keintiman kita dengan pacar kita. Kalau kita berbuat seperti itu maka kita sudah menyalahinya dan yang benar adalah kita harus membereskan dulu dengan yang satu ini. Kalau kita menemukan ketidak cocokan maka kita harus memikirkan ulang relasi ini kalau pun tidak cocok lagi silakan kita putus, tapi katakan secara terbuka dan jangan nantinya kita menduakan atau mentigakan orang, berjalan sekaligus dengan dua atau tiga orang dan kemudian melihat siapa yang nanti akan bertumbuh, tidak seperti itu. Kita ini membangun relasi satu tanaman demi satu tanaman, dan kita tidak boleh seperti menebar benih kemudian melihat siapa yang bertumbuh. Kalau limanya tumbuh maka kelima-limanya kita pilih, tidak seperti itu! Tapi satu relasi demi satu relasi, kalau satu relasi ini tidak jalan baru kemudian kita membentuk relasi yang lain.PG : Kalau kita melakukan itu dan hanya batas seperti itu dengan pengertian bahwa kita hanya pergi-pergi saja, tidak ada ikatan apa-apa saya kira sampai batas itu tidak apa-apa dan yang menjadiapa-apa adalah kalau itu berubah atau berkembang menjadi suatu keintiman fisik, misalnya kita mulai menciumnya, kita mulai memegang-megangnya dan sebagainya, dan itu menjadi sesuatu yang salah.
Jadi kita tidak boleh melewati batas itu. Dan yang seringkali terjadi seperti itu, jadi ada orang-orang yang mengatas namakan teman tapi bergaulnya sangat mesra bahkan ada yang berbuat hal-hal yang bersifat seksual namun tetap mengatakan bahwa kami hanya teman. Kita tidak boleh melihat hal ini hanya dari kacamata kita sebagai manusia tapi kita juga harus memandangnya dari kacamata Tuhan, "Apakah ini adalah perbuatan yang Tuhan kehendaki ataukah ini adalah suatu perbuatan yang Tuhan larang." Saya takutnya seperti ini, kita ini sebetulnya melakukan sebuah dosa yang lama yaitu dosa perzinahan namun kita memberikan nama yang lain untuk dosa yang sama ini sebab itu adalah akal bulus dari iblis. Iblis selalu menampakkan atau menyodorkan dosa yang sama, namun dengan wajah berbeda tapi ujung-ujungnya semuanya adalah sama. Sebagai contoh pada tahun 1960an waktu gerakan 'Hippies' berkembang di Amerika Serikat, mereka tinggal bersama dan banyak di antara mereka yang melakukan hubungan seks dengan teman dan sebagainya dan mengatas namakan semuanya itu dengan sebutan kasih atau cinta. Jadi atas nama cinta maka boleh saja berbuat apa pun, sebetulnya isinya adalah sama yaitu suatu perzinahan karena kita berhubungan dengan orang-orang yang bukan pasangan nikah kita, tapi kita membolehkannya atas nama cinta. Jadi kita melihat iblis selalu menyodorkan dosa yang sama namun dengan wajah yang baru, ini yang harus kita ingatkan kepada diri kita sendiri bahwa jangan sampai kita termakan dan masuk ke dalam dosa yang sama itu tapi dengan nama yang baru.PG : Ini memang yang dilakukan oleh masyarakat di negeri Barat karena saya cukup lama tinggal di Amerika dan saya tahu bahwa ini adalah hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang. Jadi dari beruluh-puluh tahun yang lalu waktu saya masih mahasiswa di sana yaitu di tahun 1970an, hal ini memang sudah lazim dilakukan oleh para kawulamuda di sana, mereka akan pergi kencan dan setelah kencan mereka juga akan berhubungan seksual dan nanti mereka juga bisa berkata, "Baik, saya akan pergi dengan yang lain" dan mereka melakukan hal yang sama lagi, misalkan pergi nonton bioskop setelah itu pulang dari sana berhubungan seksual dan mereka tetap berkata, "Ini teman saya, ini bukanlah kekasih saya atau pacar saya tapi dia hanyalah teman."
Dan sudah tentu kalau mereka berpacaran, hampir bisa dipastikan mereka juga berhubungan seksual, tapi intinya adalah apapun nama yang mereka gunakan, perbuatannya tetaplah sama yaitu berhubungan seksual dengan orang yang bukan istri kita atau suami kita dan Alkitab memanggil itu sebagai suatu perzinahan dan itu adalah dosa di hadapan Tuhan. Jadi kita tidak bisa ikut-ikutan atau menciptakan sesuatu yang baru supaya kita diperbolehkan melakukannya padahal kita tahu kalau isinya sama, isinya adalah ingin melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Tuhan.PG : Pada dasarnya memang itu, Pak Gunawan, yaitu semua bergantung pada nilai moral yang kita miliki. Apakah kita mau tetap berpegang pada nilai moral yang Tuhan telah gariskan ataukah kita aka membuat atau menciptakan sebuah nilai moral yang baru.
Awal atau isi dari dosa sebetulnya hanyalah sederhana yaitu saya di atas segalanya bahkan di atas Tuhan. Itulah dosa, dosa adalah saya mau bebas, saya yang mau melakukan apa pun dan saya tidak mau dihalangi oleh siapa pun atau apa pun dan dosa akan menampakkan dirinya dalam pelbagai bentuk. Kaitannya dengan para remaja pemuda ini, salah satu dosa terberat adalah masalah hubungan dengan lawan jenis apalagi dengan makin kuatnya serangan pornografi ke dalam kehidupan kita ini, maka dorongan untuk berhubungan seksual menjadi lebih besar lagi. Maka dipanggillah atau dibuatnya nama-nama baru agar para kaum muda ini bisa tetap mencicipi keintiman fisik tanpa harus membayar komitmen itu sendiri, apalagi kita tahu ini berhubungan dengan Tuhan, ini tidak menyenangkan hati Tuhan maka kita benar-benar harus taat kepada Tuhan dan tidak boleh menuruti kepentingan diri sendiri.PG : Jadi dasarnya adalah sebetulnya sebuah komitmen terhadap Tuhan. Jadi kita berkomitmen untuk menaati kehendakNya dan kita hanya akan mencicipi atau menikmati keintiman di dalam komitmen kit kepada Tuhan.
Langkah berikutnya sudah tentu adalah kita juga harus memunyai komitmen terhadap orang yang dengannya kita mau menjalin sebuah relasi yang akrab. Dalam konteks ini ada dua unsur yang kita harus perhatikan. Komitmen itu berdiri di atas dua tiang atau dua kaki, yaitu kesetiaan dan keterpisahan. Yang saya maksud dengan kesetiaan adalah bahwa kita akan bersamanya meskipun kita belum menikah, masih dalam tahap berpacaran tapi kita akan bersamanya dan tidak akan menduakan dia atau menjalin hubungan yang sama seriusnya dengan orang lain pada saat yang bersamaan. Jadi kesetiaan adalah benar-benar bahwa saya loyal dan saya akan bersamamu dan saya tidak akan melakukan hal yang sama dengan orang lain. Inilah dasarnya yaitu kesetiaan. Kedua adalah keterpisahan artinya saya akan memerlakukan pasangan saya secara ekslusif, secara berbeda dan saya tidak akan memerlakukan dia persis sama dengan orang-orang lain dan saya pun akan memerlakukan diri saya demi dia secara berbeda. Saya tidak akan membiarkan diri saya bergaul sama bebasnya dengan orang lain, karena saya sedang menjalin relasi yang eksklusif dengan pacar saya ini. Jadi mesti ada aspek keterpisahan, mesti ada aspek yang membuat kita merasa bahwa relasi ini berbeda dari relasi lainnya.PG : Betul sekali. Ini adalah modal, modal yang diperlukan nanti untuk membangun relasi nikah yang sehat sebab bukankah kita mendengar ada pasangan nikah yang belum apa-apa sudah ribut dan mau erai.
Kenapa? Salah satu alasan yang diberikan adalah waktu masih pacaran pun dia sudah tidak setia, waktu masih pacaran pun dia memunyai dua pacar, tiga pacar dan di belakang saya, saya tidak tahu apakah dia punya pacar lain dan sebagainya. Bukankah pengalaman seperti itu akan menorehkan sebuah luka di dalam hati orang dan waktu menikah maka luka itu akan mudah sekali untuk tergores kembali apalagi kalau melihat bahwa pasangannya itu seenaknya saja dengan orang. Jadi sekali lagi ini adalah modal yang kita bawa ke dalam pernikahan, sama seperti keterpisahan, kalau kita memerlakukan pasangan kita itu sama ringannya seperti kita memerlakukan orang-orang lain, maka pasangan kita tidak akan merasakan bahwa dia adalah orang yang khusus dalam hidup kita dan kalau pun kita memerlakukan diri kita seperti itu yaitu seenaknya kalau diajak orang mau saja. Maka pasangan kita akan melihat diri kita, bahwa kita tidak membuat dirinya khusus, kita tidak mau memisahkan orang lain demi dia. Akhirnya apa yang terjadi? Waktu sudah menikah perasaan-perasaan seperti ini mudah kita bawa dan akhirnya mudah muncul kemarahan, kalau misalkan masalah yang sama timbul maka kemarahan itu akan mengingatkan diri kita, "Memang dari dulu kamu selalu seperti ini, dan dari dulu kamu memang tidak pernah memerlakukan saya secara khusus, dari dulu kamu pun seenaknya sendiri." Dengan kata lain, akhirnya kita masuk ke dalam pernikahan dengan membawa benih-benih yang tidak sehat ini.PG : Betul. Jadi apa yang kita tanam pada akhirnya itu akan bertumbuh. Jarang sekali apa yang kita telah tanam pada akhirnya akan terkikis dengan sendirinya. Tidak seperti itu. Dan kita memang arus bekerja keras untuk membangun sebuah relasi nikah yang sehat dan itu diawali bukan pada hari tepat kita menikah tapi itu diawali tatkala kita mulai membangun relasi dengan dia.
Seperti apakah dia memerlakukannya? Apakah dengan kesetiaan ataukah dengan keterpisahan, itu nanti yang akan melahirkan keintiman, Pak Gunawan. Waktu kita telah berhasil membangun komitmen seperti itu pada masa berpacaran maka pada waktu kita menikah, nantinya akan melahirkan sebuah keintiman, baik keintiman emosional maupun keintiman fisik, karena pasangan kita dan kita akan merasakan aman bahwa kita ini sekarang bersama dengan orang yang saya tahu setia, yang saya tahu memerlakukan saya dengan terpisah dan dengan khusus yang juga membuat dirinya terpisah dari orang lain demi saya dan ini menimbulkan rasa aman dan dalam rasa aman seperti inilah barulah keintiman bisa muncul. Maka kalau orang setelah menikah misalnya mengeluh, "Suami saya tidak sayang kepada saya dan istri saya tidak sayang kepada saya, tidak bisa dekat dengan saya dan tidak bisa intim dengan saya," mungkin kita harus mundur ke belakang dan bertanya apakah kita telah melakukan bagian kita untuk memelihara komitmen itu, sebab komitmenlah yang nanti melahirkan keintiman dan keintiman hanya bisa muncul, bertumbuh dengan sehat kalau aman terlindungi di dalam ikatan komitmen tersebut.PG : Itu juga bisa. Jadi ada orang yang sebelum menikah memerlakukan kita secara khusus tapi lama-lama tidak lagi, itu berarti ada hal-hal yang muncul dalam pernikahan, mungkin itu pertengkaranatau mungkin perbedaan yang belum bisa diselesaikan.
Jadi hal-hal itu nantinya perlu dibereskan dan barulah keintiman itu dikembalikan ke dalam pernikahan.PG : Betul, Pak Gunawan. Dalam komitmenlah maka keintiman itu bisa bertumbuh dan keintiman itu akan terus bisa bertumbuh kalau dia dilindungi rasa aman di dalam komitmen.
PG : Betul sekali. Jadi secara alamiah kita melakukannya, kemudian baru akan menyerahkan diri kita dengan lebih bebas kalau kita merasa aman. Maka kita harus menyediakan rasa aman itu dulu yait suatu ikatan atau suatu komitmen, "Saya tidak akan kemana-mana dan saya setia kepadamu, saya memisahkan diri saya demi kamu," dalam komitmen seperti itu maka barulah keintiman bisa bertunas.
PG : Betul sekali. Maka dalam relasi nikah yang kuat seperti itu yang terjadi bertahun-tahun kemudian setelah mereka menjalani pernikahannya, kita akan melihat sebuah kesatuan yang sungguh-sunguh menyatu dengan sangat harmonis.
PG : Betul sekali. Kalau kita sembarangan di masa-masa awal maka kita tidak akan menikmati buah itu.
PG : Saya akan bacakan Amsal 19:22, "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong." Lawan dari kesetiaan adalah kebohongan. Jadi uhan menginginkan kesetiaan dan janganlah kita ingkar janji, kita sudah dekat dengan dia maka teruslah dan jagalah relasi ini, setialah dan pada akhirnya janganlah berbohong dan melukai hati orang yang kita kasihi.
GS : Pak Paul, mungkin ada beberapa segi yang harus kita bicarakan tentang komitmen dan keintiman ini, dan kita akan lanjutkan pada perbincangan TELAGA yang akan datang. Terima kasih sekali untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Komitmen dan Keintiman" bagian yang pertama, dan kita akan melanjutkan perbincangan ini pada kesempatan acara TELAGA yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id, kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
49. Komitmen dan Keintiman (II) |
|
Sekarang ini muncul sebuah tren baru di tengah kawula muda seperti Teman Tapi Mesra dan Hubungan Tanpa Status. Pada dasarnya semua ini merujuk kepada relasi yang relatif intim bak pacar namun tidak berstatus sebagai pacar. Sudah tentu jika relasi ini hanyalah pertemanan biasa, kita tidak perlu mempermasalahkannya. Namun apabila relasi ini berubah menjadi relasi intim secara fisik tanpa komitmen, hal ini perlu mendapat perhatian kita. Apa pun namanya, sesungguhnya relasi seperti ini mencerminkan sebuah nilai yang berkembang di tengah kita yaitu hilangnya komitmen yang seyogianya menjadi dasar sebuah relasi yang intim. Di sini akan dipaparkan pentingnya keberadaan komitmen dalam keintiman dan peran keintiman dalam komitmen.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu yaitu tentang "Komitmen dan Keintiman". Bagi anda yang belum mengikuti perbincangan kami yang lalu maka kami akan mengajak anda sekalian untuk mendengarkan sejenak apa yang kita sudah perbincangkan pada kesempatan yang lalu, karena ini akan sangat bermanfaat bagi kita sekalian.
PG : Semua ini lahir dari sebuah keprihatinan terhadap apa yang sudah terjadi di tengah-tengah kita terutama di tengah-tengah kawulamuda yaitu makin banyaknya orang-orang yang menjalin hubunganyang sangat mesra dan tidak jarang dalam kemesraan itu juga terjadi keintiman fisik, tapi dua-duanya mengatakan bahwa dia hanyalah teman dan tidak ada ikatan apa-apa.
Maka pada kesempatan yang lampau kita mengingatkan bahwa dosa itu datang dengan isi yang sama, tapi dengan wajah yang berbeda. Dosa yang sama yaitu perzinahan, percabulan tapi sekarang ditampilkan dengan wajah yang berbeda yaitu namanya yang diubah-ubah, maka kita harus mewaspadainya. Dalam kesempatan yang lalu kita membahas bahwa untuk menjalin keintiman diperlukan komitmen atau kesetiaan, ikatan janji keterpisahan bahwa kita untuk dia dan dia untuk kita. Di dalam komitmen seperti itulah maka akhirnya keintiman bisa muncul dan keintiman baru bisa terus muncul kalau dilindungi dan rasa aman di dalam komitmen itu. Kita pun sudah membahas bahwa ini juga penting dilakukan sebelum kita menikah, artinya kita menanam komitmen supaya pada akhirnya setelah kita menikah, kita bisa memetik buah keintiman sebab di dalam komitmen seperti itulah keintiman barulah bisa bertunas.PG : Yang pertama adalah ada orang yang takut terikat, karena takut terikat maka dia hanya mau mencicipi keintiman tapi tidak mau membayar harga untuk memberikan komitmennya. Kalau ini yang teradi maka relasi ini akan menjadi relasi yang saling pakai, "Tidak apa-apa yang penting keduanya saling memuaskan kebutuhan akan keintiman tapi tidak perlu ada komitmen," jadi sekali lagi relasi ini menjadi relasi saling pakai.
Atau yang satu membohongi yang satunya, yang membohongi adalah yang memakai dan yang dipakai adalah yang dibohongi atau dimanfaatkan. Sudah tentu relasi seperti ini rentan putus, karena tidak ada komitmen dan ketakutan untuk terikat membuat orang lebih cepat putus asa atau cepat lari kalau ada masalah, karena dia tidak mau terikat maka dia akan dengan mudah angkat kaki, melepaskan diri dari masalahnya. Itu sebabnya kalau tidak ada komitmen maka relasi akan mudah patah dan dengan adanya komitmen maka kalau pun ada masalah maka kita dipaksa untuk tinggal dan membereskan masalah itu sampai selesai. Jadi inilah yang diperlukan. Jadi kalau ada relasi yang sudah intim tapi tidak ada komitmen maka tinggal tunggu waktu maka relasi ini juga akan putus.PG : Dan memang ada orang-orang seperti itu di tengah-tengah kita dan sudah tentu yang terjadi adalah dia sedang memulai relasi yang tidak akan berumur panjang, tapi lebih dari itu adalah dia sdang menjalani kehidupan yang tidak berkenan kepada Tuhan, karena Tuhan tidak setuju dan Tuhan melarang kehidupan seperti itu, berhubungan dengan orang secara fisik secara seksual tanpa ada sebuah ikatan nikah dan itu adalah sebuah perzinahan di hadapan Tuhan.
PG : Betul dan nanti akan ada harga yang harus dibayarnya. Jadi saya tetap menghimbau dan mengingatkan kepada kita semua untuk tidak jatuh ke dalam perbuatan seperti itu.
PG : Yang berikut adalah kadang kita itu takut untuk ditolak, maka karena takut untuk ditolak maka akhirnya kita tidak mau mengikatkan diri dari komitmen dan kita hanya mau mencicipi keintiman tu saja dan kita tidak berani menyatakan niat kita untuk mengikatkan diri.
Kalau ini yang terjadi maka relasi itu menjadi relasi yang tidak ada keterbukaan karena kita takut ditolak dan kita tidak berani mengikatkan diri dengan komitmen karena takut ditolak, tapi relasi tidak mungkin bertumbuh tanpa adanya keterbukaan dan kita mesti menjadi diri kita apa adanya. Kalau tidak ada keterbukaan dalam relasi itu maka kepercayaan pun juga sukar bertumbuh artinya kita tidak percaya pada pasangan sehingga kita tidak mau berterus terang sepenuhnya pada dia. Dan dalam relasi dimana tidak ada lagi keterbukaan, kepercayaan pun juga tidak ada, maka sebetulnya relasi itu hanya merupakan kedekatan fisik sama sekali tidak ada isinya, tidak ada lagi yang mengikat relasi itu.PG : Benar, sebab dalam kasus seperti itu kalau pun sudah memunyai relasi yang intim namun dia tetap menyembunyikan sesuatu dalam dirinya, seperti keinginan-keinginannya, itu karena dia takut klau nanti ditolak, karena nanti orang akan tahu benar-benar siapa dirinya.
Jadi ketakutan itu menghalangi dia untuk sungguh-sungguh terbuka.PG : Betul. Jadi ini harus kita lakukan secara bertahap, dengan bertumbuhnya relasi maka kita bisa semakin terbuka. Di satu titik maka kita harus menyatakan komitmen kita untuk menjalin sebuah elasi yang serius dengan dia sehingga pasangan kita juga tahu kalau dia tidak akan dipermainkan, kita akan benar-benar bersedia membayar harga untuk terus menuntaskan relasi ini sampai ke jenjang pernikahan.
PG : Sudah tentu dalam sebuah relasi harus ada timbal balik, kalau tidak ada timbal balik maka hanya ada satu orang saja yang bekerja keras memertahankan dan memerdalam relasi itu. Jadi sebaikna keterbukaan itu dilakukan oleh kedua belah pihak namun di pihak lain kita tidak boleh memunyai mentalitas, "Saya mau terbuka kalau engkau terbuka," sebab mentalitas seperti itu akan menghalangi tumbuhnya relasi, tumbuhnya kepercayaan dan saling hormat di dalam relasi kita.
PG : Ada pula yang lahir dari nafsu jasmaniah yang membutuhkan pemenuhan tapi tidak mau membayar harga. Jadi dengan kata lain, ada orang-orang yang ingin intim secara fisik bisa menikmati tubuhlawan jenisnya namun sama sekali tidak memunyai komitmen menikah dengan dia.
Relasi seperti ini pasti hanyalah akan menjadi relasi seksual, dan relasi yang hanya bersifat seksual akan sukar bertahan sebab seks tidak pernah dan tidak dapat memertahankan relasi karena seks selalu bersifat mengikat tapi sangat sementara, begitu nanti kenikmatannya hilang dan kebosanan mulai muncul maka relasi itu pun juga akan mati. Dan yang berikut adalah relasi yang hanya diisi oleh kenikmatan seksual akan menyembunyikan masalah yang sebetulnya ada di dalam relasi itu namun mereka tidak sempat untuk membicarakan masalah itu lagi karena fokusnya adalah pada kepuasan seksual, sehingga kepuasan seksual dianggap telah menggantikan semua hal-hal yang harusnya ditumbuhkan atau dibereskan. Dengan adanya kepuasan seksual maka seolah-olah kita beranggapan relasi kita itu sudah menjadi relasi yang baik dan kuat padahalnya tidak sama sekali. Jadi seks berpotensi untuk menutup mata kita. Sebaliknya relasi berpacaran yang tidak diisi dengan seks maka akan menuntut orang untuk melihat masing-masing dengan sangat jelas dan menuntut orang untuk menyelesaikan masalahnya dengan tuntas. Jadi kita mesti berhati-hati, jangan sampai relasi kita menjadi sebuah relasi seksual.PG : Apakah seks bisa mengintimkan orang? Jawabannya adalah "Ya". Tapi seks mengintimkan orang sementara, sebetulnya yang mengintimkan orang adalah kedekatan atau penyatuan emosional, cinta kaih di antara keduanya, kepercayaan di antara keduanya, respek di antara keduanya, semua hal itulah yang mengintimkan orang dan seks dimaksudkan Tuhan menjadi penyempurnanya.
Jadi seks tidak pernah dimaksudkan Tuhan menjadi fondasi keintiman atau kedekatan, kalau seks yang digunakan maka itu akan rubuh. Jadi justru kita harus membangun alas-alas kedekatan emosional itu dan nanti di dalam pernikahan barulah dituntaskan ke dalam keintiman seksual.PG : Ada beberapa penyebabnya, Pak Gunawan. Misalnya adalah ada orang yang memiliki sifat pembosan atau mudah jenuh. Setelah dia menjalin sebuah relasi yang serius, pada awalnya dia menggebu-geu bersemangat namun pada akhirnya pudar dan dia tidak lagi tertarik dan bosan.
Sudah tentu relasi seperti ini juga akan berumur pendek tidak ada lagi keintiman atau rasa sayang, kemesraan. Dan sebaik apa pun relasi itu, rasa jenuh jauh lebih kuat. Jadi ada orang-orang yang mengeluhkan seperti ini, "Hubungan kami baik, kami berpacaran baik, kami jarang bertengkar tapi kenapa dia ingin meninggalkan saya? Waktu ditanya dia menjawab dia sudah tidak memiliki perasaan dengan saya lagi." Jadi kasih mesra itu cepat sekali pudar. Ada orang yang memang susah sekali memertahankan kasih mesra karena sifat dasarnya adalah pembosan, jadi tidak bisa lama-lama dengan orang yang sama. Sudah tentu kalau itu duduk masalahnya maka orang tersebut seyogianyalah tidak masuk ke dalam relasi yang serius, sebab dia itu akan menyakiti hati orang lain.PG : Memang di satu pihak kita bisa berkata perempuan yang lebih dirugikan entah itu nama baiknya dan sebagainya, tapi ada juga pria-pria yang dirugikan karena ada pria yang serius mencintai degan sungguh-sunguh, kemudian si perempuan berkata, "Saya tidak cinta lagi, cinta saya sudah habis" maka dia akan sangat terpukul.
Jadi ada juga pria yang sangat dirugikan dan terluka berat oleh karena ditinggalkan oleh pacarnya.PG : Penyebab yang lain adalah masalah yang tidak terselesaikan, ada orang yang membuat komitmen menjalani sebuah relasi dengan serius tapi akhirnya harus berhadapan dengan masalah. Karena masaah itu tidak terselesaikan maka lama-lama mengikis kemesraan di antara mereka, cinta dan kemesraan hilang pada akhirnya masalah itu memisahkan mereka dan masalah itu membuat tawar hati dan hati yang tawar mustahil menciptakan keintiman.
Jadi kalau kita berkomitmen dalam hal yang serius dan kemudian ada masalah, maka sekuat mungkin kita akan menyelesaikan masalah itu.PG : Betul. Memang kita tidak bisa membuat relasi itu bebas masalah karena kita berdua memiliki perbedaan dan tidak bisa kita sangkal bahwa hal-hal yang telah kita pelajari di dalam hidup ini ykni yang kurang sehat, maka setelah kita berelasi kita menggunakan cara-cara yang tidak sehat itu pada pasangan kita.
Kita harus berubah dan sedapatnya kita harus bisa memecahkan masalah kita, kalau kita tidak bisa memecahkannya maka mintalah bantuan kepada hamba Tuhan atau konselor untuk menolong kita menyelesaikan masalah kita, supaya keintiman atau kemesraan itu kembali bisa ditumbuhkan.PG : Jikalau kita memunyai masalah dalam relasi, maka yang pertama adalah kita harus yakinkan pasangan kita bahwa kita memegang janji keterikatan kita bahwa kita akan terus berkomitmen di dalamrelasi ini, dan kita tidak akan meninggalkan dia dan kita akan terus di sini bersamanya sampai masalahnya selesai.
Jadi itulah yang nantinya membuahkan keintiman sebab pasangan kita akan merasakan bahwa kita sungguh-sungguh menyayanginya dan kita setia kepadanya. Sehingga nantinya dia pun akan terdorong untuk menyelesaikan masalah. Jadi kalau ada orang yang dalam pertengkaran sudah berkata, "Saya akan pergi saja" maka hal itu nantinya akan lebih merusak sendi-sendi pernikahan mereka, karena kalau orang yang berkata, "Saya ingin pergi saja" itu menunjukkan bahwa dia tidak memunyai komitmen di dalam relasi ini. Jadi dia begitu mudah melepasnya atau membuangnya. Hal ini sudah tentu membuat pasangannya merasa tidak dihargai, akhirnya dia berpikir, "Untuk apa saya memberikan komitmen saya dan berinvestasi sebesar ini, kalau kamunya seperti ini." Jadi akhirnya motivasi dan semangat keduanya untuk memertahankan relasi makin hari makin kendor.PG : Ada orang yang memutuskan dengan tergesa-gesa, Pak Gunawan, memutuskan untuk menjalin relasi mungkin karena rasa kasihan atau mungkin karena tekanan-tekanan dari luar dan sebagainya. Bila ni yang terjadi maka sesungguhnya relasi sudah mati sebab sudah tidak ada lagi kemesraan, apalagi kalau kita tahu bahwa relasi ini dimulai dengan ketergesaan.
Salah satu contoh yang nyata adalah ada orang-orang yang menikah karena sudah hamil, sebetulnya mereka belum siap menikah dan belum merencanakan menikah, tapi karena sudah hamil lebih dulu, jadi mereka harus menikah. Jadi keputusan berkomitmen diambil tergesa-gesa dalam keadaan tidak siap, kebanyakan dari mereka setelah menikah akan menuai badai, masalah tidak akan berhenti-henti datang dan penyesalan, kemarahan juga tidak berhenti-henti datang. Jadi sesungguhnya kasih mesra itu telah hilang dan relasi itu juga hampir mati, tapi seringkali mereka tidak tahu harus berbuat apa dan seringnya juga ada orang yang merasa dirugikan karena sudah harus berkomitmen menikah. "Saya harus meninggalkan hidup saya, saya harus meninggalkan tugas saya," ada orang yang merasa terjebak, "Gara-gara kamu, jadinya saya harus hidup dengan kamu." Ini semua menimbulkan reaksi-reaksi yang negatif dan mengurangi respek serta kasih mesra terhadap pasangan, pada akhirnya relasi itu tidak bertahan lama.PG : Ada satu lagi, yaitu ada orang yang menjalin komitmen tapi tidak ada keintiman karena relasinya itu dimulai dari rasa kasihan atau tanggung jawab belaka dan akhirnya menikah dan sebagainya Bila ini yang terjadi maka sekali lagi relasi itu sebetulnya sudah mati dan dalam relasi seperti ini mudah sekali terjadi ketidak setiaan atau terjadi perselingkuhan karena dari awalnya sudah tidak ada cinta dan kasih mesra, yang ada hanyalah komitmen sehingga, "Ya sudahlah."
Akhirnya apa yang terjadi? Dia menjadi tidak setia ketika bertemu dengan orang yang sungguh-sungguh disayangi. Jadi hati-hati dengan rasa bersalah, meskipun rasa bersalah itu baik, tapi di pihak lain kita juga mesti hati-hati karena kalau kita menjalin komitmen dan relasi atas dasar rasa bersalah, maka sebenarnya kita hanya menyediakan kulit luarnya bukan tulang-tulang di dalam, yang bisa membangun sebuah relasi yang kokoh.PG : Saya akan memberikan contoh dari Firman Tuhan, yaitu pada kasusnya Daud dan Batsyeba di dalam Firman Tuhan di kitab II Samuel 11 dijelaskan apa yang terjadi di antara Daud dan Batsyeba, mreka melakukan perzinahan, ini adalah contoh keintiman tanpa komitmen.
Mereka berdua berhubungan di luar pernikahan dan karena dia takut ketahuan, bahkan Raja Daud membunuh suaminya Batsyeba yaitu Uria. Yang sangat menyedihkan adalah hampir sama seperti Daud, putranya pun melakukan hal yang sama kepada adik tirinya yaitu Amnon memperkosa Tamar, keintiman tanpa komitmen sama sekali. Apa hasilnya? Hasilnya adalah kehancuran. Keintiman tanpa komitmen adalah sebuah perzinahan dan hasil akhirnya adalah kehancuran. Gara-gara Daud berzinah dengan Batsyeba maka mulai dari titik itu sampai akhirnya Daud tidak pernah berhenti-henti dirundung oleh masalah, pemberontakan, perpecahan keluarga, upaya untuk membunuhnya. Jadi kita melihat ada sebuah kehancuran. Apa yang terjadi pada Amnon dan Tamar? Sama juga yaitu kehancuran. Kakaknya Tamar yaitu Absalom marah dan akhirnya merancang skenario membunuh adik tirinya Amnon. Jadi kita melihat kebenaran Firman Tuhan di Amsal 5 bahwa perzinahan adalah sebuah kematian, Alkitab tidak memanggil perzinahan dengan nama-nama manis yang lain, tapi memanggil dengan nama-nama yang sangat serius yaitu kehancuran dan kematian. Jadi janganlah kita menjalin sebuah keintiman tanpa komitmen. Contoh kedua yang bisa juga kita angkat dari firman Tuhan yaitu kasus Yakub dan Lea di Kejadian pasal 29 hingga 50, kita bisa melihat kehidupan keluarga Yakub. Yakub tidak mencintai Lea tapi Yakub memiliki komitmen dengan Lea karena dia adalah istrinya, ini adalah kasus komitmen tanpa keintiman. Apa isi dari komitmen tanpa keintiman? Isinya adalah penipuan, Lea merasa ditipu, tidak disayang dan akhirnya dia penuh dengan kepahitan dan akhirnya yang terjadi adalah kehancuran juga. Anak-anak Lea marah dan tidak menyukai papanya, karena papanya hanya menyayangi Yusuf dan Benyamin yang adalah anak dari Rahel (istri yang dicintai) dan merancang rencana yang sangat jahat yaitu membunuh Yusuf. Jadi akhirnya selama bertahun-tahun mereka harus hidup di dalam kemalangan, rasa sedih, dan Yakub benar-benar beranggapan bahwa anaknya sudah dibunuh oleh hewan buas padahalnya dijual oleh kakak-kakaknya sendiri. Jadi kita bisa melihat contoh adanya komitmen tanpa adanya keintiman dan yang terjadi adalah orang merasa ditipu dan dikhianati, dan kemudian nantinya anak-anaknya yang marah dan menjahati papanya dan orang yang dikasihi oleh papanya.PG : Betul sekali. Jadi memang dua-duanya harus ada. Tuhan mendesain kehidupan seperti itu dan mesti ada komitmen dan keintiman, kalau tidak ada salah satunya maka masalahlah yang kita harus tui.
PG : Jadi awalnya kita harus melandasi dengan sebuah komitmen, di dalam landasan komitmen itulah keintiman baru mulai bertumbuh. Namun untuk terus bisa bertumbuh maka keintiman itu harus terus ilindungi oleh komitmen.
Jadi komitmen harus terus bertambah dan bertambah, tambah setia, tambah eksklusif, tambah memisahkan diri dan nanti akan bertumbuh keintiman. Jadi awalnya adalah sebuah janji bahwa saya mau setia dan di dalam janji mau setia itulah maka keintiman baru bisa bertumbuh. Jangan kita memulai dengan keintiman dan barulah kita memikir-mikir apakah mau ada komitmen. Jadi harus dilandasi oleh komitmen terlebih dahulu.PG : Betul sekali. Jadi ada sebagian pasangan yang sudah lama menikah, tapi tidak ada lagi keintiman maka mereka sudah harus memeriksa lagi, kenapa sekarang tidak ada lagi? Kalau ada penyebab-enyebab atau masalah-masalah di antara mereka maka itu harus dibereskan agar nantinya keintiman bisa kembali bertumbuh dalam relasi mereka.
PG : Ada dua yang ingin saya bacakan, yang pertama adalah Amsal 5:21, "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan dan segala langkah orang diawasi-Nya." Ini peringatan dari kita buatTuhan, Tuhan melihat kita dan mengawasi kita jadi tidak bisa kita membohongi Tuhan dengan nama-nama yang bagus-bagus untuk menutupi perbuatan kita yang sesungguhnya.
Dan Firman Tuhan yang kedua adalah Zakharia 7:9, "Beginilah firman Tuhan semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!" Dua hal yang telah kita bicarakan yaitu kesetiaan atau komitmen dan kasih sayang kepada masing-masing. Ini adalah resepnya yaitu ada kesetiaan, ada kasih sayang.GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Komitmen dan Keintiman" bagian yang kedua. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
50. Mengapa Kita Memilih Dia? |
|
Pemilihan pasangan hidup adalah sebuah proses yang rumit dan kadang sulit dicerna. Namun sesungguhnya yang terjadi adalah kita tidak memilih pasangan secara acak atau kebetulan. Kita memilih orang yang memunyai kriteria yang kita idamkan. Dua kriteria yaitu NYAMAN dan AMAN yang kerap menjadi penentu orang yang akan mendampingi kita. Namun dari dua kriteria itu seringkali terjadi masalah yang dapat membutakan mata kita dalam pemilihan pasangan hidup ini.
Pemilihan pasangan hidup adalah sebuah proses yang rumit dan kadang sulit dicerna. Namun sesungguhnya yang terjadi adalah kita tidak memilih pasangan secara acak atau kebetulan. Kita memilih orang yang memunyai kriteria yang kita idamkan. Itulah sebabnya kita dapat menyukai sejumlah pribadi dan bukan hanya satu karena pada intinya selama orang memiliki kriteria yang kita dambakan, ia akan menjadi sasaran ketertarikan kita. Berikut akan dipaparkan dua kriteria yang kerap menjadi penentu siapakah yang akan mendampingi kita.
Pemilihan pasangan menuntut kejelian untuk melihat relasi secara menyeluruh. Kendati kedua faktor ini penting namun kita pun harus memerhatikan kecocokan dalam hal lainnya. Berikut akan dipaparkan beberapa masalah yang terkait dengan rasa nyaman dan aman yang kadang membutakan mata kita dalam melihat pasangan dengan tepat.
Firman Tuhan: "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan". (Amsal 3:7) Libatkanlah Tuhan dalam proses pemilihan pasangan hidup; Tuhan ingin memimpin kita kepada anak-Nya. Terbukalah terhadap penilaian orang lain dan senantiasa berdoa agar kita melihat jelas apakah ia orang yang tepat untuk kita dan kita adalah orang yang tepat untuknya.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Mengapa Kita Memilih Dia?" Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, memilih bukan suatu pekerjaan yang gampang, apalagi memilih pasangan hidup yang untuk selamanya. Tetapi apa sebenarnya yang melandasi seseorang untuk memilih orang lain sebagai pasangan hidupnya.
PG : Pada dasarnya, kita tidak memilih pribadi. Sebetulnya kita memilih orang yang memiliki kriteria yang kita idamkan. Dengan kata lain, sebelum kita bertemu dengan seseorang, sesungguhnya kita telah memunyai kriteria seperti apakah pasangan hidup yang kita dambakan. Waktu kita bertemu dengan orang tersebut, kita menjumpai kriteria itu pada dirinya, itulah yang membuat kita tertarik kepada dia.
GS : Walaupun kita sudah tentukan kriteria itu, karena kita tidak menemukannya, lalu kita mengubah kriteria itu. Itu bagaimana, Pak Paul?
PG : Saya kira pada akhirnya kita juga harus menyesuaikan diri dengan keadaan, adakalanya kriteria yang kita inginkan tidak dapat kita temukan, kita mesti memilah-milah manakah yang pokok yang tidak bisa dikompromikan dan manakah yang masih bisa dikompromikan. Misalkan, kita tidak mengkompromikan menikah dengan yang seiman, yang di dalam Kristus karena itulah perintah Tuhan, ini tidak bisa ditawar-tawar. Ini adalah bagian dari kehendak Tuhan. Kita menikah juga dengan yang cocok, yang bisa menjadi penolong buat kita saling terlibat dalam upaya untuk menumbuhkan diri. Ini juga kriteria yang penting. Jangan sampai kita menikah dengan orang yang kita tahu sangat tidak cocok dengan kita. Setelah dua hal ini kita penuhi mungkin yang lain-lainnya bisa kita kompromikan.
GS : Berarti menentukan kriteria itu cukup menentukan, Pak Paul? Siapakah pasangan hidup kita. Tapi bagaimana bila kita kesulitan dalam menentukan kriteria itu?
PG : Walaupun kita tidak menyadari, sesungguhnya dalam diri kita sudah ada kriteria itu. Memang ada orang yang secara sadar menetapkan kriteria itu, misalnya saya hanya mau menikah dengan orang yang berpendidikan sarjana. Di luar itu sebetulnya ada sekurang-kurangnya dua kriteria dasar yang kita bawa ke mana pun dan ini ada pada diri kita semua. Orang yang dapat memenuhi dua kriteria itulah yang akhirnya menjadi orang kepadanyalah kita tertarik.
GS : Apakah kedua kriteria itu, Pak Paul?
PG : Yang pertama adalah sebetulnya kita mencari orang yang membuat kita merasa nyaman. Apa itu yang saya maksud dengan rasa nyaman? Nyaman di sini ialah terpenuhinya semua kebutuhan dan pengharapan yang penting, yang ada dalam diri kita. Dengan kata lain, kita akan memilih orang yang dapat memenuhi kebutuhan dan pengharapan kita, misalnya ada di antara kita yang membutuhkan kasih sayang. Nah waktu kita bertemu dengan seseorang dan orang ini begitu penuh kasih sayang, dengan sendirinya kita tertarik kepadanya. Atau kita mengharapkan seorang pribadi yang matang atau bijak, waktu kita bertemu dengan pribadi yang seperti itu dengan sendirinya kita pun tertarik. Mengapa kita tertarik kepada mereka? Sebab di dalam diri kita adanya keinginan atau kebutuhan untuk merasa nyaman dan orang-orang ini memang sanggup membuat kita nyaman, karena kebutuhan yang kita miliki dapat dipenuhinya.
GS : Tapi itu cukup sulit untuk kita ketahui secara cepat, butuh waktu yang cukup lama. Dan bagaimana caranya kita tahu bahwa pasangan kita ini dapat memberikan rasa nyaman pada kita?
PG : Memang hal ini harus melalui proses waktu dan kebersamaan. Waktu kita bersama dia, apakah kita mendapatkan yang kita butuhkan itu? Waktu pada saat tertentu akhirnya kita menyadari yang kita butuhkan tidak dapat diberikannya. Itulah saat di mana kita mulai menimbang ulang, apakah kita mau terus dengan pasangan kita ini. Memang sebaiknya dan seharusnya ini dilakukan selama kita berpacaran. Kita harus melalui proses waktu dan jangan terlalu pendek agar kita benar-benar dapat melihat kecocokan kita dan apakah pasangan kita itu dapat memenuhi kebutuhan kita. Jadi tanpa disadari sebenarnya motor yang membawa kita pada orang tertentu adalah motor rasa nyaman. Kalau ada orang yang sanggup membawa kepada kita rasa nyaman, memenuhi kebutuhan kita, maka kita cenderung tertarik pada orang itu.
GS : Kriteria yang lain, apa Pak Paul?
PG : Yang lain adalah rasa aman. Kalau yang pertama rasa nyaman, yang kedua rasa aman. Di sini artinya adalah kepastian bahwa dia menerima diri kita apa adanya. Kita cenderung memilih orang yang tidak mengancam keberadaan diri kita. Kita memilih orang yang makin meneguhkan keberadaan diri kita. Misalnya, kita bisa melihat kalau bertemu dengan orang yang cenderung mencederai diri kita, melukai kita maka kita akan bereaksi menjauhi dia. Itu sebabnya kita akhirnya tidak mau dekat-dekat dengan orang yang menghina kita, melecehkan atau merendahkan kita. Sebaliknya kalau kita bertemu dengan orang yang mengagumi apa yang ada pada diri kita, maka kita merasa diri kita aman. Mengapa kita merasa aman dengan orang yang mengagumi kita? Sebab kekaguman pada dasarnya meneguhkan keberadaan diri kita. Singkat kata, kita mencari orang yang akan dapat meneguhkan keberadaan diri kita. Makin kita dikokohkan atau diteguhkan, makin kita merasa aman. Sebaliknya makin orang itu menghina, tidak menerima kita, menolak, mengkritisi kita maka kita merasa tidak aman dan kita akan menjauh dari orang seperti itu. Sebagai kesimpulan, Pak Gunawan, dua kriteria umum yang kita gunakan dalam memilih pasangan hidup sebetulnya dua hal yang sangat sederhana, rasa nyaman dan rasa aman. Kalau kita bertemu dengan orang yang membuat kita rasa nyaman dan rasa aman, dengan mudah kita tertarik kepadanya.
GS : Di dalam hal rasa aman tadi itu Pak Paul, apakah juga termasuk rasa aman secara finansial? Artinya kita bisa melihat bahwa memang dia dapat mengelola harta atau uang yang kita dapatkan.
PG : Tepat sekali jadi memang meneguhkan keberadaan diri kita itu menyangkut banyak aspek, Pak Gunawan. Salah satunya aspek finansial, karena kalau kita membayangkan masa depan kita akan suram, kita mungkin akan melarat dan kelaparan, berarti itu akan mengancam keberadaan diri kita. Jadi ada kecenderungan kita mau bersama orang yang kita bayangkan akan dapat memberi sumbangsih meneguhkan keberadaan diri kita bahkan juga secara ekonomi.
GS : Tapi ternyata Pak Paul, dasar pemilihan ini tidak hanya sekadar punya rasa nyaman dan aman, rupanya kompleks sekali. Apakah hal itu memang demikian?
PG : Memang betul, Pak Gunawan. Justru kita mesti berhati-hati. Saya memunculkan kedua faktor tersebut dengan tujuan agar kita menyadarinya sekaligus memahami bahaya yang bisa muncul dari kedua faktor ini. Karena ada kalanya kita tertangkap, tertelan oleh dua kebutuhan ini, sehingga kita bisa memilih pasangan yang keliru. Untuk itulah kita ingin memberi sedikit waktu membahas bahaya-bahaya yang terkait dengan kedua faktor tersebut.
GS : Bahaya apa saja itu, Pak Paul?
PG : Sekurangnya ada empat yang bisa saya bagikan.
Yang pertama, oleh karena pasangan terlalu mengidolakan kita pada akhirnya kita terbuai dan gagal melihat area di mana kita harus bertumbuh. Tadi sudah saya singgung, kita tertarik pada orang yang memberi rasa aman pada diri kita. Bagaimanakah orang memberi rasa aman pada diri kita, salah satunya memberikan afirmasi akan diri kita, meneguhkan siapa kita, kebisaan kita, kebaikan kita, kelebihan-kelebihan kita dan mengagumi kita. Itu memang aspek-aspek yang meneguhkan kita, tapi ada orang yang mengidolakan kita. Dia sangat-sangat mengidolakan kita, sudah tentu meneguhkan kita oleh pengidolaannya. Tapi masalahnya kalau kita akhirnya masuk ke dalam relasi berpacaran apalagi nanti menikah dengan dia tanpa menyadari dan mengoreksi hal ini, saya kira kita akan terlibat dalam relasi yang tidak sehat dan ini yang penting yaitu kita tidak bertumbuh. Saya jelaskan, relasi yang sehat mesti didasari atas penerimaan dan penghargaan, saya kira semua tahu hal itu. Namun tetap memberi ruang untuk pertumbuhan. Pertumbuhan biasanya terjadi tatkala kita berani terbuka untuk menyatakan ketidakpuasan terhadap pasangan. Sebaliknya pengidolaan mematikan pertumbuhan, kenapa? Sebab kalau kita terlalu mengidolakan seseorang, kita tidak berani mengemukakan apa yang menjadi ketidakpuasan kita, apa yang menjadi kekurangan dirinya, apa yang dalam dirinya kita rasakan perlu bertumbuh namun kita tidak berani mengemukakan hal-hal itu, karena apa? Terlalu terpukau dan mengidolakan dia, akhirnya relasi itu mati tidak lagi bertumbuh dan kalau kita yang menjadi obyek pengidolaan itu akhirnya kita menganggap diri kita sempurna. Tidak ada lagi yang perlu dikoreksi akhirnya karena kita merasa begitu diteguhkan oleh orang ini, kita mengiyakan mau menikah dengan dia, karena kita merasa sangat-sangat enak, sangat aman, tidak ada lagi yang mengancam, tidak pernah dikritik, tidak pernah dicela, semua tentang diri kita adalah baik, dia selalu meneguhkan kita, masalahnya adalah yang pertama tidak baik buat kita. Karena kita akhirnya menganggap kita sempurna. Nanti setelah kita menikah kemudian dia mulai melontarkan kata-kata yang tidak kita senangi maka kita marah. Atau orang lain di luar pernikahan kita yang ingin menolong kita, memberikan masukan, kritikan kepada kita, bukan hanya kita merasa tersinggung tapi pasangan kita yang mengidolakan kita juga tersinggung, sehingga kita berdua menjadi pasukan yang saling melengkapi saling membela, tapi buta terhadap satu sama lain. Memang ada masalah, memang ada hal yang perlu diubah dalam diri kita dan salah satu bahayanya yang sering kali terjadi dan ada satu lagi yang sangat penting kalau kita masuk dalam relasi dimana kita yang diidolakan, kita berdua akhirnya tidak bertumbuh. Tidak bertumbuh karena yang satu terus menutup-nutupi ketidakpuasannya terhadap kita.
GS : Jadi di situ dibutuhkan kejujuran penilaian dari pasangan kita terhadap kita, tapi sering kali juga ada orang yang minta diidolakan secara berlebihan dan itu mematikan komunikasi, Pak Paul?
PG : Ada orang yang seperti itu, Pak Gunawan. Dia terbiasa diidolakan, disanjung-sanjung sejak kecil, dia dianggap anak yang paling pandai, paling baik, paling cantik, paling tampan dan sebagainya, sehingga dia juga menuntut orang untuk mengidolakan dia. Jadi dia menganggap bahwa dirinya seperti itu dan selayaknyalah orang memberikan peneguhan-peneguhan seperti itu kepada dirinya. Masalahnya, yang seringkali terjadi ialah ketidakcocokan, namun karena kita sudah terlalu tersanjung, diidolakan padahal terbentang jurang di antara kita dalam hal lainnya. Ini yang sering terjadi, dalam banyak kasus orang yang terlalu mengidolakan dalam pernikahan, yang satu merasa beruntung mendapat pasangan yang begitu menyanjung-nyanjung saya, tapi di balik itu ada segudang perbedaan, ketidakcocokan yang tidak pernah diangkat. Setelah menikah bertahun-tahun barulah muncul, yang satu yang biasa diidolakan cepat marah, "Mengapa sekarang kamu menyerang saya, saya tidak bisa terima waktu ditegur", yang satu mengatakan, "Saya sudah lama simpan-simpan ketidakpuasan ini. Kita tidak cocok di sini, kita tidak cocok di sana". Nah akhirnya berantakan. Jadi meskipun rasa aman itu adalah motor yang mendorong kita dekat dengan seseorang, mesti kita waspadai jangan sampai kita buta.
GS : Yang dikuatirkan pengidolaan itu hanya semu, Pak Paul. Hanya untuk mencapai tujuannya dia, karena tahu bahwa pasangannya ini senang diidolakan. Setelah menikah, setelah ia mendapatkan pasangannya, kondisinya sangat berbalik, Pak Paul.
PG : Hal itu pun terjadi. Ada kalanya karena ingin mendapatkan seseorang, dia akan melakukan segala upaya supaya yang diidamkan bisa didapatkannya termasuk salah satunya adalah yang bermulut gombal, mengidolakan pasangannya sehingga akhirnya termakanlah dia oleh pengidolaannya dan bersedia menikah, tapi setelah menikah barulah kelihatan taring-taringnya. Dia akan kuasai pasangannya, dia akan injak-injak haknya dan akhirnya pernikahan itu berantakan.
GS : Apakah ada bahaya yang lain, Pak Paul?
PG : Bahaya yang berikut adakalanya kebutuhan yang kita miliki sangat besar sehingga pasangan mengalami kesukaran untuk memenuhinya. Tadi sudah saya sebut bahwa kita didorong oleh rasa nyaman, kalau kita bertemu dengan orang yang dapat memenuhi kebutuhan kita, kita merasa nyaman. Nah kita tertarik pada orang yang membuat kita merasa nyaman, tapi adakalanya kebutuhan kita sangat besar, akhirnya kita menjadi sangat sukar didekati oleh siapa pun. Misalnya kita lahir dan bertumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis, besar kemungkinan kita pun membawa kebutuhan dan pengharapan yang terlalu tinggi. Sudah tentu kondisi ini akan menyulitkan orang untuk mau dan dapat bersama kita. Kita merasa tidak cocok dengan si A, tidak cocok dengan si B, rasa tidak pas dengan si C. Mengapa tidak jadi-jadi setelah berpacaran berkali-kali, sebenarnya masalahnya karena kita tidak pernah merasa nyaman. Mengapa tidak pernah merasa nyaman, karena kebutuhan-kebutuhan kita tidak terpenuhi dan mungkin sekali kita tidak menyadari malah menyalahkan pacar-pacar kita itu yang tidak bisa memenuhinya, padahal masalah terletak pada diri kita. Kebutuhan kita yang terlalu besar, kita menuntut pasangan untuk dia bisa selalu memenuhinya atau pengharapan dia akan orang yang terlalu tinggi dan tidak realistis, sehingga dia pun tidak sanggup menjadi orang yang kita idamkan. Kalau terus-menerus kita putus dengan pacar, mungkin perlu kita evaluasi ulang, mungkin masalahnya ada pada diri kita yaitu kebutuhan kita terlalu besar sehingga kita tidak pernah merasa nyaman dengan seorang pun.
GS : Itu berarti kita harus menurunkan tuntutan-tuntutan kita atau bagaimana, Pak Paul?
PG : Sebaiknya kalau itu yang terjadi, kita mesti membereskannya, Pak Gunawan. Saya mendorong kita-kita ini untuk menjalani konseling pribadi lewat bantuan seorang hamba Tuhan atau seorang konselor sehingga kita bisa menggali apa yang menjadi penyebab, mengapa kebutuhan kita untuk dihargai begitu tinggi? Kebutuhan kita untuk merasa penting begitu tinggi, kebutuhan kita untuk dilibatkan dalam kehidupan orang begitu besar, kebutuhan kita untuk bisa bersumbangsih, untuk bisa dikasihi begitu besar. Kalau kita sadari ternyata ada cerita di belakang ini, kenapa saya mengembangkan kebutuhan yang begitu besar atau saya mengidealkan orang harus begini, harus sabar, tidak boleh marah, orang harus selalu bisa menerima kita tanpa harus menghakimi kita, karena dulu kita kenyang dihakimi atau selalu ditolak, sehingga kita butuh orang selalu menerima kita. Kita harus membereskan itu terlebih dahulu sebelum kita memulai relasi dengan seseorang.
GS : Apakah ada bahaya yang lain, Pak Paul?
PG : Bahaya yang lain adalah kadang kemampuan kita untuk memenuhi kebutuhan memang lemah, artinya kita susah untuk membuat orang merasa nyaman. Tadi sudah saya definisikan nyaman adalah terpenuhinya kebutuhan kita. Adakalanya kita memunyai masalah dalam hal ini sehingga kita tidak sanggup memenuhi kebutuhan pasangan sekecil apa pun. Diminta sedikit rasanya berat buat kita, kita tidak siap memberi dan ada juga di antara kita yang tidak tahu bagaimana memberi. Tidak tahu memberikan kasih sayang, tidak tahu bagaimana bisa mementingkan perasaan orang, akhirnya apa yang terjadi? Kita susah memenuhi kebutuhan orang alias kita susah membuat orang nyaman, akhirnya orang susah dekat dengan kita dan kita akhirnya tidak pernah bisa bersama dengan orang. Karena bagaimana pun juga orang memunyai kebutuhan dan dia mau merasa nyaman dekat kita.
GS : Kalau kelemahan kita saat ini tidak bisa memenuhi kebutuhan itu tapi nanti setelah menikah kita yakin kita bisa, itu bagaimana Pak Paul?
PG : Sudah tentu kalau kita memunyai keyakinan seperti itu, selayaknyalah sejak masih berpacaranlah kita mencoba untuk menerapkannya, untuk melakukannya. Jangan kita berkata "Nanti pasti bisalah." Sudah tentu pihak yang satunya, dia pun mesti melihat bukti. Bisakah kita memenuhi kebutuhannya? Jadi pentingnya waktu bersama dalam berpacaran agar kita juga bisa menimbang, apakah kita bisa atau tidak memenuhi kebutuhan pasangan kita. Hal ini baik untuk kita ketahui sebelum kita menikah. Kalau kita bertemu dengan orang yang bagi kita kebutuhannya terlalu besar dan kita tidak mampu memenuhinya, maka kita harus berterus terang dan kita berkata tidak sanggup kalau harus dituntut seperti ini oleh kamu. Mungkin tuntutan kamu tidak setinggi apa, tapi maaf saya tidak bisa, tinggal kita tanya apakah mau terus, apakah bisa ada penyesuaian atau tidak. Kalau memang tidak, sebaiknyalah pada masa berpacaran kita akhirnya berkata "Kita berhenti di sini." Kita mesti realistis dengan apa yang bisa atau tidak bisa kita lakukan.
GS : Repotnya ada orang yang terlalu optimis merasa bisa, tapi kenyataannya sulit sekali untuk dia bisa memenuhi kebutuhan pasangannya, Pak Paul.
PG : Betul, kuncinya di sini adalah bisa melihat diri dengan tepat dan realistis.
GS : Bahaya yang lain apa, Pak Paul?
PG : Yang keempat atau yang terakhir adalah oleh karena kita begitu terfokus pada pemenuhan kebutuhan tertentu, kita pun akhirnya luput melihat bahwa sesungguhnya terdapat banyak ketidakcocokan di antara kita. Kembali lagi kepada faktor nyaman, kita merasa nyaman karena ada satu kebutuhan kita yang dapat dipenuhi oleh pasangan kita. Misalnya kita mau diayomi, si pria dapat memberi kita pengayoman tersebut. Kita langsung dengan cepat mengatakan "Ya" kepadanya untuk menikah dengannya. Masalahnya kita luput melihat bahwa di luar kebutuhan ini banyak ketidakcocokan dalam diri kita, nilai-nilai moralnya tidak cocok, cara dia melihat dan memecahkan masalah juga tidak cocok, cara dia membesarkan anak juga tidak cocok. Begitu banyak perbedaan tapi semua itu luput diangkat pada masa berpacaran karena kita menganggap sudah pasti cocok, sudah pasti cocok karena satu-satunya kebutuhan penting kita dipenuhi olehnya. Jadi jangan sampai rasa nyaman karena satu kebutuhan dipenuhi, membutakan mata kita melihat perbedaan yang ada di antara kita.
GS : Kadang-kadang kita menghibur diri sendiri dan mengatakan bahwa sulit kedua faktor itu dipenuhi yaitu nyaman dan aman. Seringkali orang bisa merasa nyaman tapi tidak aman atau sebaliknya merasa aman tapi tidak nyaman, bagaimana Pak Paul?
PG : Saya kira pada akhirnya kebanyakan kita tetap akan berusaha mendapatkan keduanya, kita mau ada rasa nyaman karena kebutuhan kita dipenuhi, kita mau rasa aman karena kita tahu dia akan meneguhkan dan menerima keberadaan kita. Saya kita itu lumrah dan tidak apa-apa tapi yang tadi sudah kita bicarakan bahaya-bahayanya, jadi kita mesti waspadai Pak Gunawan.
GS : Maksudnya kita tidak terfokus pada satu aspek saja, itu caranya bagaimana, Pak Paul?
PG : Supaya kita tidak terjebak pada satu kebutuhan saja, kita mesti terbuka mendengarkan penilaian orang. Kadang-kadang teman baik kita atau orang tua kita akan berkata, "Rasanya ada ketidakcocokan, kamu orangnya begini dia orangnya begitu. Apakah kamu yakin dia bisa cocok dengan kamu?" Atau ada orang yang sudah lama mengenal kita dan berkata, "Dari dulu kamu susah untuk dekat dengan orang yang memunyai kriteria seperti ini, mengapa sekarang tiba-tiba kamu bisa sama dia? Kenapa, apa yang terjadi?" Dengarkan, terbukalah dan mintalah pendapat. Konsultasilah dengan orang, terbukalah, kita mau benar-benar melibatkan lebih banyak orang dalam pengambilan keputusan yang penting ini.
GS : Tapi pada masa pacaran biasanya kita tidak bisa seobjektif itu, Pak Paul. Balum lagi ada tekanan-tekanan yang lain entah itu dari faktor usia atau faktor-faktor lain yang mendesak.
PG : Nomor satu kita mesti berdoa, Pak Gunawan. Sebelum berpacaran atau selagi berpacaran kita mesti berdoa meminta Tuhan menuntun kita, memberikan tanda-tanda yang jelas supaya kita tahu apakah ini kehendak-Nya atau tidak. Dengan cara itulah kita bisa dibawa Tuhan kepada jalan atau kehendak-Nya.
GS : Pak Paul apakah ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Di Amsal 3:7 berkata, "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan". Jadi kita mesti melibatkan Tuhan dalam proses pemilihan pasangan hidup, jangan menganggap diri kita bijak, kita tahu ini yang paling cocok, yang paling benar. Minta Tuhan menolong, memimpin kita, minta pendapat orang yang lebih matang dan lebih rohani daripada kita, supaya kita bisa mengetahui bahwa dia orang yang tepat untuk kita dan kita pun orang yang tepat untuk dia.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Mengapa Kita Memilih Dia". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
51. Dampak Usia |
|
Pada umumnya kita beranggapan bahwa adalah baik bila seorang pria menikah dengan wanita yang lebih muda daripadanya. Ada banyak alasan yang dikemukakan untuk mendukung pandangan ini. Namun bagaimana jika ada seorang pria yang menikah dengan wanita yang lebih tua? Perbedaan usia berdampak pada cara berpikir, menyikapi hidup dll. Sebaiknya kita menikah dengan orang yang usianya tidak terlalu jauh berbeda. Pria maksimal 10 tahun lebih tua dari wanita dan wanita jangan sampai 5 tahun lebih tua dari pasangannya.
Pada umumnya kita beranggapan bahwa adalah baik bila seorang pria menikah dengan wanita yang lebih muda daripadanya. Ada banyak alasan yang dikemukakan untuk mendukung pandangan ini. Berikut akan dibahas dampak perbedaan usia pada pernikahan agar dalam memilih pasangan faktor ini pun dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan.
Firman Tuhan: "Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari". (Amsal 4:18) Hidup benar adalah hidup takut akan Tuhan dan hidup berhikmat. Memilih pasangan hidup memerlukan keduanya. Namun satu hal yang perlu dicamkan adalah sebaiknya janganlah memilih pasangan hidup yang jauh berbeda usia dari kita. Perbedaan usia yang terlalu jauh memisahkan dua dunia yang berbeda pula.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Dampak Usia". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, perbincangan ini menyangkut kehidupan rumah tangga, faktor usia itu bisa memberi dampak pada pasangan suami istri. Sejauh mana faktor usia itu memengaruhi hubungan suami istri, Pak Paul?
PG : Memang ini topik yang cukup hangat Pak Gunawan, jadi ada bermacam-macam pandangan orang tentang dampak usia pada pernikahan, ada yang sangat mementingkan masalah perbedaan usia, malah ada yang sampai takhayul menentukan jarak usia berapa yang ideal, berapa yang sangat tidak ideal dan sebagainya. Sudah tentu kita mau membahas hal ini terutama untuk mereka yang belum menikah, kalau sudah menikah mungkin sudah lewat waktunya dan harus menerima. Tapi bagi mereka yang masih belum menikah dan masih menimbang-nimbang, kita berharap bahwa yang kita bicarakan ini bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan mereka dalam memilih pasangan hidup.
GS : Faktor-faktor apa yang memengaruhi di dalam dampak usia ini untuk pernikahan?
PG : Banyak orang yang berkata bahwa seyogianyalah seorang pria menikah dengan wanita yang lebih muda daripadanya. Coba kita lihat konsep ini secara lebih teliti. Saya kira salah satu alasan mengapa orang berpandangan adalah baik bila pria menikah dengan wanita yang lebih muda daripadanya ialah dikarenakan pada umumnya wanita lebih matang atau lebih dewasa daripada pria. Coba kita teliti konsep ini. Saya kira sebetulnya belum tentu wanita lebih dewasa daripada pria yang seusia dengannya, namun satu hal yang hampir pasti adalah pada umumnya wanita lebih siap untuk hidup berumah tangga, dalam pengertian lebih siap untuk memenuhi tuntutan berumah tangga. Yang saya maksud dengan tuntutan sudah tentu adalah hal-hal tertentu yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat membangun rumah tangga.
GS : Hal-hal apa itu, Pak Paul?
PG : Yang pertama adalah yang kita kenal dengan kata keterikatan. Saya kira lebih banyak pria yang memunyai masalah dengan keterikatan dibanding wanita. Karena banyak pria yang setelah menikah masih terus menginginkan kehidupan lajang, masih senang bepergian dengan teman-temannya, masih terus ingin menjalin relasi dengan teman perempuannya. Sudah tentu dalam batas-batas yang wajar semua ini dapat dilakukan, tapi tidak dapat disangkal cukup banyak pria yang menginginkan kebebasan tanpa batas. Sebaliknya wanita memang jauh lebih siap untuk meninggalkan peran dan gaya hidup lajang demi suaminya. Singkat kata, jika seorang wanita menikah dengan pria yang seusia dengannya, dia mungkin takut bahwa suaminya ini masih tetap ingin hidup lajang, susah terikat, masih mau menjalin relasi dengan banyak orang di luar rumah. Tapi jika ia menikah dengan pria yang lebih tua dari dirinya, dia berharap si suami akan lebih siap untuk terikat.
GS : Apakah karena dulu terpengaruh ketika masih di rumahnya sendiri, bersama orang tuanya sendiri, Pak Paul?
PG : Saya kira pengaruh-pengaruh itu sudah pasti ada, bahwa apa pun yang telah kita terima dari lingkungan, dari keluarga kita akan memengaruhi kita, tapi secara alamiah pria itu lebih susah untuk terikat. Kecenderungannya pria adalah untuk bebas. Untuk dia mengikatkan diri pada istri, pada rumah tangganya lebih perlu perjuangan.
GS : Sebaliknya juga dengan kemajuan pendidikan sekarang ini, wanita pun memunyai kebebasan yang lebih besar daripada beberapa puluh tahun yang lalu.
PG : Betul, lebih banyak kesempatan yang terbuka bagi wanita, tapi tetap saya kira secara alamiah wanita itu lebih siap untuk melepaskan lingkup sosialnya, membatasinya dan memberikan lebih banyak waktunya untuk anak dan suaminya.
GS : Ada pasangan yang saling berjanji untuk tidak saling mengikat, jadi bila pihak yang pria mau berteman maka dipersilakan, saya juga tolong beri kebebasan pada saya untuk tetap berteman dengan teman-teman saya terdahulu.
PG : Tadi sudah saya singgung, sudah tentu berteman tidak salah Pak Gunawan, namun setelah kita menikah berapa dalam kita berteman dan berapa banyak waktu kita berikan kepada teman sudah tentu itu semuanya harus dikaji ulang dan harus diturunkan kadarnya, karena tidak bisa tidak kekhususan itu harus diberikan kepada pasangan kita. Dalam hal mengkhususkan pasangan inilah saya kira pria lebih banyak memunyai masalah, itu sebabnya ada orang berkata maka janganlah menikah dengan pria yang lebih muda atau yang seusia karena nanti masalah ini akan lebih banyak.
GS : Dengan wanita berkarier di luar rumah, sebenarnya ada kebebasan yang lebih besar daripada kalau wanita itu setelah menikah tinggal di rumah.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi kalau wanita itu sebelum menikah berkarier di luar rumah sudah tentu dia lebih mudah untuk memertahankan gaya hidupnya itu, namun dalam hal ini perempuan cenderung lebih mampu untuk mementingkan keluarganya. Saya kira inilah faktor yang berikut yang acapkali diasosiasikan dengan kedewasaan atau kematangan. Dalam usia muda kebanyakan pria akan mementingkan pengembangan kariernya, dia ingin memajukan usahanya, dia ingin menanjak dalam kariernya. Sudah tentu hal ini berdampak positif pada keluarganya juga. Karier yang menanjak pada umumnya diikuti dengan peningkatan penghasilan yang pada akhirnya akan menambah kesejahteraan keluarga. Tapi selain dari itu pengembangan karier pria sebenarnya sangat terkait dengan pemantapan identitas dan penilaian dirinya. Jadi bagi pria makin berkibar kariernya, makin kokoh jati dirinya, itu sebabnya kebanyakan pria pada fase awal pernikahan tersedot pada kegiatan di luar rumah. Karena dia tersedot di luar rumah, kecenderungannya dalam pengambilan keputusan dia lebih menitikberatkan pada karier atau pada yang di luarnya dan kurang mementingkan keluarganya. Ini adalah perbedaan besar antara pria dan wanita. Wanita akan jauh lebih siap memertimbangkan dan mengutamakan kepentingan keluarganya. Inilah yang seringkali diidentikkan dengan kematangan, Pak Gunawan. Jadi akhirnya orang berkata, wanita itu lebih matang daripada pria. Saya kira lebih matang dengan pengertian dua hal itu. Harus kita akui wanita lebih siap memenuhi tuntutan berumah tangga.
GS : Tapi dalam hal seperti itu, katakan si pria lebih tua atau lebih muda dari si wanitanya, tetap ia dalam usia-usia dini ini ia akan tetap banyak ke luar rumah karena mengejar karier itu, Pak Paul.
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan. Jadi sebetulnya dalam hal ini kalau ia menikah dengan orang yang hanya berbeda usia beberapa tahun akan kebanyakan sama sebab pria baru menoleh ke dalam, lebih memerhatikan ke dalam secara alamiah di usia paro baya dan mungkin lewat dari paro baya barulah ia mementingkan hal-hal yang di dalam rumahnya. Di awal-awal itu mungkin 25 tahun pertama dia akan lebih fokus pada yang di luar rumah. Harus kita akui dalam berumah tangga tuntutan-tuntutan itu lebih dapat dipenuhi wanita daripada pria.
GS : Berarti kalau ada wanita yang lebih tua menikah dengan pasangannya yang lebih muda berarti dia harus siap untuk sering-sering ditinggalkan oleh pasangannya, Pak Paul?
PG : Seringkali itu yang terjadi, Pak Gunawan. Jadi dengan kata lain pria itu lebih didorong untuk memajukan kariernya, ini hal yang sering kita lihat di sekeliling kita, orang-orang yang menikah kemudian istri-istri mengeluh suaminya jarang di rumah dan kurang memberi perhatian kepada dirinya, yang akhirnya nantinya menimbulkan keretakan dalam keluarga.
GS : Apakah mungkin ada alasan yang lain mengapa lebih baik prianya lebih tua dari pada istrinya.
PG : Memang saya mau mengangkat hal ini sudah tentu bukan dengan suatu perintah bahwa sebaiknyalah pria itu lebih tua daripada wanita, tapi saya mau mengangkat hal ini sebab inilah konsep yang berlaku di masyarakat. Dan kita mau mengajak pendengar kita untuk menelitinya. Ada orang yang berkata, pria seharusnya menikah dengan yang lebih muda, kenapa? Secara fisik wanita lebih cepat memerlihatkan penuaan. Pada kenyataannya kita semua baik pria dan wanita mengalami proses penuaan. Kulit akan menampakkan bercak dan mulai mengkerut, otot mulai mengendur mengakibatkan munculnya kantong-kantong kulit, baik di wajah, leher atau bagian tubuh lainnya. Rambut mulai menipis dan memutih dan gigi pun mulai tanggal. Saya kira semua orang mengalami proses penuaan ini, namun ada dua alasan mengapa kita cenderung melihat penuaan pada wanita dibanding pria. Yang pertama adalah karena kecantikan fisik lebih merupakan jati diri wanita ketimbang pria. Itu sebabnya perubahan penampilan pada wanita akibat penuaan akan lebih mudah ditangkap mata. Kita melihat wanita itu cantik dan berpenampilan menarik, dan karena yang disoroti adalah kecantikan secara fisik waktu mengalami penuaan maka perubahan itu pun jadi lebih nyata, karena itulah yang umumnya menjadi sorotan. Tapi sebaliknya kematangan berpikir dan kemapanan ekonomi lebih merupakan identitas pria, sehingga sampai batas tertentu justru proses penuaan bagi pria lebih merupakan nilai tambah karena dengan bertambahnya usia maka dia bertambah matang, dianggap lebih menarik.
GS : Dalam hal merawat tubuh, bukankah wanita lebih teliti sehingga walaupun usianya lebih tua ia bisa tampak lebih muda dari usia aslinya, sedangkan pria kurang memerhatikan perawatan tubuhnya sehingga walaupun usianya masih muda seringkali cenderung kelihatan tua, Pak Paul.
PG : Ini point yang bagus. Jadi tidak serta merta karena wanita selalu dianggap lebih cepat tua. Ada banyak wanita yang dapat menjaga tubuh dengan baik sehingga dia tetap bisa memertahankan kemudaannya dan kecantikannya. Sebaliknya ada pria yang tidak menggubris kesehatannya, tidak menjaga tubuhnya dengan baik sehingga akhirnya lebih cepat mengalami proses penuaan pula. Namun karena bagi pria penuaan atau usia tua itu dikaitkan dengan kematangan dan kematangan menjadi nilai tambah pria, tetap orang pada umumnya tidak begitu memerhatikan. Tapi begitu melihat kerat-kerut pada wajah wanita, melihat kantung-kantung kulit di bawah mata pada diri wanita, orang cepat mengaitkannya "Dia sudah tua". Sebetulnya kantong kulit pada mata, itu ada pada pria dan wanita, bercak-bercak pada kulit juda ada pada wanita dan pria, namun sekali lagi karena kita tidak terlalu memerhatikannya pada pria tapi lebih memerhatikannya pada wanita. Jadi saya kira itulah yang membuat seolah-olah wanita lebih cepat menua.
GS : Apa yang Pak Paul maksudkan bahwa penuaan bagi pria itu merupakan nilai tambah?
PG : Karena orang cenderung melihat dengan bertambahnya usia bertambah matangnya dia, bertambah berhikmatnya dia, bertambah pengalamannya dia dan itulah yang menjadi daya tarik pria, dia dianggap matang, bisa mengayomi orang dan wanita merasa aman di dekatnya.
GS : Secara fisik, hal lain apa lagi yang perlu diperhatikan, Pak Paul?
PG : Memang tadi sudah saya singgung mengapa orang berpandangan wanita lebih cepat menunjukkan ciri penuaan. Saya kira faktor kedua mengapa kita melihatnya seperti itu adalah karena wanita harus mengandung dan melahirkan anak. Perubahan drastik secara fisik terjadi pada wanita tatkala mengandung, melahirkan dan mengurus anak. Pada umumnya terjadi penambahan berat badan yang relatif harus dipertahankan sampai sekurangnya setahun setelah melahirkan, oleh karena kebutuhan gizi anak yang disusuinya dan kita juga harus mengerti betapa sulitnya menguruskan badan pada saat aktifitas mulai menurun, tidak seperti diwaktu kita remaja. Jadi sebagai akibatnya banyak wanita yang harus bergumul dengan masalah berat badan dan sudah tentu semua ini berdampak pada penampilannya pula yang nantinya diasosiasikan dengan penuaan. Memang terjadi banyak perubahan pada tubuhnya itu.
GS : Apakah karena alasan itu banyak wanita menunda melahirkan anak atau bahkan sama sekali tidak mau melahirkan anak, Pak Paul?
PG : Memang ada wanita yang sudah berkata dari awal, "Saya tidak mau melahirkan anak". Jadi kalau mau punya anak, kita akan mengadopsi anak saja, misalkan seperti itu. Karena ada sebagian dari mereka yang begitu mementingkan keindahan tubuhnya dan ini kita lihat pada beberapa bintang film di luar negeri. Di Amerika Serikat misalnya, yang sudah berumur 30-an lebih pun memilih untuk tidak memunyai anak. Karena mereka mementingkan tubuhnya itu. Mereka tahu ketika nanti mereka melahirkan anak, mengurus anak, tubuhnya akan mengalami perubahan drastik dan mengembalikannya seperti semula hampir mustahil.
GS : Dan itu juga menjadi ancaman hubungan dia dengan suaminya, Pak Paul?
PG : Dia takut kalau nanti tubuhnya tidak lagi menarik, nanti suaminya pun tidak akan tertarik kepadanya dan nantinya akan timbul masalah. Jadi sekali lagi ini menjadi hal yang ditakuti oleh sebagian wanita.
GS : Apakah ada hal lain yang berkaitan dengan fisik ini, Pak Paul?
PG : Yang lainnya, kita harus mengakui bahwa wanita itu lebih mudah untuk terlihat ciri-ciri tuanya karena adanya mati haid. Wanita mengalami mati haid, artinya apa? Hormon progesteronnya dan estrogennya mengalami penyusutan. Mengalami penurunan dan akhirnya lenyapnya hormon ini pada tubuh wanita seringkali diikuti dengan perubahan kondisi fisik pula. Singkat kata, satu hal yang mesti diakui adalah agar wanita tetap dapat memertahankan kondisi fisiknya diperlukan perjuangan yang jauh lebih berat dibanding pria.
GS : Tapi sekarang sudah ada kemampuan dari ilmu kedokteran untuk menambahkan hormon supaya menopause itu mundur, begitu Pak Paul.
PG : Memang ini kadang-kadang menjadi perdebatan medis, Pak Gunawan. Sudah tentu ada yang mengatakan "Tidak apa-apa asal terjaga atau terpantau, kita pertahankan hormon progesteron dan estrogennya", tapi juga ada yang mengatakan, "Jangan sebab ada resikonya" sebab kalau tetap ada, misalkan resiko terkena kanker, seperti kanker payudara akan bertambah. Memang selalu ada perdebatan-perdebatan, namun tetap ada wanita yang tetap ingin menambahkan hormon-hormon ini karena ia tidak mau melihat tubuhnya mengalami perubahan-perubahan yang terlalu drastik. Ia ingin tetap melihat tubuhnya relatif sama dan kalau pun harus mengalami penurunan itu terjadi lebih mulus dan bertahap.
GS : Menjadi masalah besar ketika si wanita sudah tidak memunyai gairah seksual lagi sementara yang pria sedang pada puncaknya, begitu Pak Paul.
PG : Ini salah satu penyebab mengapa orang-orang berkata, "Lebih baik kalau pria menikah, menikahlah dengan wanita yang lebih muda". Salah satunya memang karena itu, Pak Gunawan. Kalau seumur atau wanitanya lebih muda, nanti wanitanya waktu mengalami penurunan gairah seksual, bukankah ini menimbulkan masalah. Tapi kalau prianya lebih tua, berarti pada saat itu pun si pria lebih tua sehingga gairah seksualnya tidak lagi sebesar sewaktu dia lebih muda.
GS : Apakah ada alasan yang lain mengapa pria seyogianya lebih tua daripada wanita?
PG : Yang berikut adalah wanita itu sendiri membutuhkan figur pengayom seperti seorang bapak kepada anak. Tidak usah disuruh pun memang wanita lebih mudah tertarik dengan pria yang mencerminkan figur pengayom itu dan biasanya ini adalah pria yang lebih tua darinya. Secara naluriah wanita tidak terlalu mudah tertarik dengan pria yang tidak dewasa, jadi sangatlah lazim bagi wanita untuk akhirnya terpikat dengan pria yang lebih tua. Jadi dalam hal ini perempuan tidak usah disuruh pun ada kecenderungan memilih laki-laki yang lebih tua darinya.
GS : Tapi ada laki-laki walaupun usianya lebih muda tetapi ia dapat mengayomi, bisa memberikan rasa aman kepada wanita yang lebih tua dari dia, Pak Paul.
PG : Betul sekali, maka pada akhirnya kita harus juga akui bahwa dampak usia tidaklah sebesar dampak psikologis atau dampak emosional itu sendiri, karena yang penting adalah dampak psikologis dan emosional itu, bukanlah usia itu sendiri. Tapi kita tidak bisa menyangkal bahwa usia sedikit banyak memberi pengaruh pada kematangan psikologis dan kemampuan untuk berbagi emosi. Kalau orang berkata sebaiknyalah menikah dengan pria yang lebih tua darimu, itu memang ada benarnya. Namun sekaligus juga saya ingin menekankan bahwa tetap yang penting adalah isinya, jangan hanya kulitnya saja asal lebih tua, tapi yang penting isinya.
GS : Ada pria-pria tertentu yang mengidolakan figur ibunya dalam pernikahan, sehingga ia selalu mencari pasangan yang jauh lebih tua daripada dia, Pak Paul.
PG : Ada yang begitu, Pak Gunawan, kalau memang kebutuhan-kebutuhan kita itu terlalu besar, seringkali itu sedikit banyak membuat kita sedikit kurang objektif dalam memilih pasangan. Sudah tentu tidak apa-apa memilih pasangan hidup yang seperti mamanya, dapat mengibukan dia, masalahnya adalah kalau ia orang yang tidak bertanggungjawab karena yang tidak bertanggungjawab memang senang sekali mendapatkan wanita yang lebih tua yang dapat mengayominya. Kalau tidak hati-hati wanita merasa, "Memang inilah yang dibutuhkannya, dia perlu seorang mama dan saya bisa menjadi mama yang dibutuhkannya, tidak menjadi masalah dengan dia". Masalahnya si wanita nantinya akan memelihara dan menyuburkan rasa kurang bertanggungjawab pada si suaminya ini karena semua diurus, ditanggung oleh si istri, sehingga si suami makin hari makin tidak bertanggungjawab.
GS : Menurut pengamatan Pak Paul sendiri, idealnya berapa tahun perbedaan antara pria dan wanita ini, Pak Paul?
PG : Pada dasarnya yang penting jangan terlalu jauh, Pak Gunawan. Saya tidak anti dengan wanita yang menikah dengan pria yang lebih muda darinya, asalkan jangan terlalu jauh. Bahkan jika memilih pria yang lebih tua pun jangan terlalu jauh, jadi misalkan ada orang menikah bedanya 15 tahun atau 20 tahun, si prianya lebih tua. Tetap itu akan menjadi masalah, karena terjadilah perbedaan-perbedaan cara berpikir, menyikapi hidup dan lain sebagainya yang nantinya menuntut penyesuaian. Sebaiknya kita menikah dengan yang umurnya tidak terlalu jauh berbeda dengan kita, misalkan berbeda antara beberapa tahun sampai maksimal 10 tahun kalau wanitanya lebih muda. Kalau wanitanya harus lebih tua, harapan saya juga tidak terlalu jauh berbeda, jangan sampai misalnya lebih dari 5 tahun, karena nanti perbedaan itu akan menimbulkan masalah.
GS : Apa ada kesimpulan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Hal ini Pak Gunawan, bahwa semua hal ini yang tadi telah kita bicarakan, perlu menjadi bahan pertimbangan bagi kita dalam memilih pasangan hidup. Sudah tentu yang tadi kita bicarakan tidak mesti terjadi dalam setiap kasus, namun setidaknya semua hal yang telah kita bicarakan ini lebih sering terjadi. Satu hal yang patut dicamkan, janganlah memilih pasangan hidup yang jauh berbeda usia dari kita. Perbedaan usia yang terlalu jauh akan menciptakan dua dunia yang berbeda dan menyatukannya akan jauh lebih susah.
GS : Tapi perbedaan ini bukan hanya menyangkut usia, Pak Paul, juga bisa menyangkut misalnya pendidikannya, kalau beda terlalu jauh juga akan sulit bagi mereka untuk menyatu dengan baik, Pak Paul?
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan. Jadi salah satu prinsip yang bisa kita gunakan dalam memilih pasangan hidup adalah carilah yang lebih banyak kesamaannya dengan kita. Justru ada orang yang mengatakan, "Tidak apa-apa carilah orang yang paling berbeda dari kita sehingga bisa saling melengkapi", tapi pada kenyataannya yang menyatukan kita adalah kesamaan bukan perbedaan, jadi makin sama makin lebih mudah nanti menyatukannya.
GS : Apakah ada ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Amsal 4:18 firman Tuhan berkata, "Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari". Hidup benar atau jalan orang yang hidupnya benar adalah hidup takut akan Tuhan dan hidup berhikmat jadi ada dua. Saya kira memilih pasangan hidup memerlukan keduanya. Dalam memilih pasangan hidup kita mesti takut akan Tuhan, sehingga tidak mau memilih yang tidak berkenan kepada Tuhan dan yang kedua kita mesti hidup berhikmat. Inilah jalan hidup orang yang benar. Apa itu hidup berhikmat dalam hal ini? Memilih pasangan lewat pertimbangan yang matang, jangan sembrono dan jangan langsung mengiyakan. Benar-benar lihat kecocokan dan ketidakcocokan, barulah nanti kita berkata "Ya".
GS : Dan untuk mendapat pertimbangan, kita bisa mendapatkan dari orang-orang di sekeliling kita yang memunyai kemampuan untuk memberikan masukan itu, Pak Paul.
PG : Tepat sekali, Pak Gunawan.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Dampak Usia". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
52. Berpacaran dengan Siapa? |
|
Salah satu masalah yang sering dihadapi anak-anak Tuhan dewasa ini adalah keterbatasan pilihan pasangan hidup. Pada umumnya mencari orang seiman dan sepadan tidaklah mudah. Kadang kita menemukan yang seiman namun tidak sepadan; atau, kadang menemukan yang sepadan tetapi tidak seiman. Apakah yang mesti dilakukan dalam kondisi seperti ini? Karena seringkali keterbatasan pasangan hidup membuat kita mengkompromikan hal-hal yang di luar Tuhan.
Salah satu masalah yang sering dihadapi anak-anak Tuhan dewasa ini adalah keterbatasan pilihan pasangan hidup. Pada umumnya mencari orang seiman dan sepadan tidaklah mudah. Kadang kita menemukan yang seiman namun tidak sepadan; atau kadang menemukan yang sepadan tetapi tidak seiman. Apakah yang mesti dilakukan dalam kondisi seperti ini? Berikut akan dipaparkan beberapa masukan sebagai panduan menghadapi masalah ini.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Berpacaran dengan Siapa?". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Kalau kita memikirkan tentang para remaja dan pemuda yang mau berpacaran, untuk menentukan itu menjadi masalah yang cukup besar, Pak Paul, karena mereka tahu bahwa ini adalah pilihan sekali untuk seumur hidup. Ini merupakan suatu gejala yang umum atau pada tempat-tempat tertentu saja, Pak Paul?
PG : Memang kita harus menerima fakta bahwa dewasa ini agak sedikit sulit bagi orang itu bertemu dengan orang yang seiman karena bukankah kita sekarang tahu kalau pergaulan itu sangat meluas, misalkan di tempat kuliah kita bertemu dengan banyak orang, kemudian sekarang lewat 'internet chatting', kita juga bisa bertemu dengan banyak orang atau melalui facebook dan sebagainya. Jadi dengan kata lain terjadi perubahan secara sosiologis, kelompok-kelompok dimana kita bertemu dengan teman-teman. Jadi makin banyak kesempatan kita bertemu dengan orang-orang di luar sehingga akhirnya kemungkinan-kemungkinan kita tidak memilih yang di dalam gereja itu juga besar. Maka bagi sebagian orang yang menghabiskan waktunya dalam konteks gerejawi, kadang-kadang mereka kesulitan untuk menemukan pasangan hidup. Dan adakalanya kita juga menemukan fakta bahwa di dalam gereja misalkan lebih banyak wanita daripada pria, sehingga akhirnya para wanita itu mengalami kesulitan karena adanya batas dan tidak banyak anak-anak muda pria yang masih bergereja.
GS : Jadi masalah ini lebih banyak menjadi persoalan bagi remaja putri atau pemudi, begitu Pak Paul?
PG : Saya kira ya. Jadi lebih banyak masalah ini ditemukan oleh para wanita yang lajang apalagi waktu usia mereka mulai meningkat dan akan lebih kesulitan lagi mendapatkan pasangan karena kebanyakan pria seumur mereka sudah menikah namun dia di gereja masih tetap lajang. Akhirnya ada godaan untuk mengkompromikan nilai-nilai dan akhirnya asal terima saja dan yang penting menyandang status nikah, ini yang nanti harus kita waspadai.
GS : Sebenarnya dalam hal apa Pak Paul, mereka harus punya pedoman atau suatu norma atau ukuran pasangan hidup seperti apa yang layak menjadi pasangannya?
PG : Kita memang harus setia pada panduan atau pedoman yang benar dan yang Tuhan juga tetapkan, misalkan yang pertama adalah kita tidak boleh berkompomi dalam hal yang penting yakni mencari pasangan yang seiman dan jangan sampai kita itu mengkompromikan dengan berkata, "Saya sepadan, cocok, tapi tidak seiman. Mungkin hal seperti ini tidak apa-apa dan nanti kita bisa bersama-sama ke gereja." Tapi Firman Tuhan dengan jelas mengatakan di 1 Korintus 7:39, "Ia bebas kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang percaya." Dalam konteks percaya di sini adalah percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus, juga di 2 Korintus 6:14, Firman Tuhan menegaskan, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya." Sudah tentu Rasul Paulus di sini merujuk pada orang yang tak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka. Jadi meskipun kondisi mendesak, pilihan terbatas namun jangan kompromi dalam hal yang paling penting ini sebab ini adalah perintah Tuhan untuk anak-anak-Nya.
GS : Dalam hal ini sebenarnya gereja berpeluang atau memunyai panggilan untuk memertemukan para pemuda dan pemudinya. Jadi membuat suatu program yang bisa memertemukan mereka.
PG : Sayangnya kita harus akui, program seperti itu sangat langka. Jadi tidak terlalu banyak gereja yang memunyai program khusus untuk memertemukan para pria lajang dengan wanita lajang. Dan adakalanya gereja pun memunyai kesulitan untuk melakukan ini sebab kita tidak bisa memaksa-maksa orang untuk datang kalau orang itu tidak mau datang. Jadi intinya adalah seringkali ini menjadi masalah yang berat dalam gereja karena saya tahu bahwa bagi kebanyakan orang pernikahan menjadi sangat penting. Jadi mereka berusaha sedapat-dapatnya untuk menikah dan seringkali akhirnya mereka berkompromi dalam hal yang paling penting yaitu mereka akhirnya tidak menikah dengan yang seiman.
GS : Dengan alasan, beberapa orang yang mengatakan, "Nanti kalau kami sudah menikah, kami akan mengajak dia ke gereja dan sebagainya."
PG : Memang ada yang berkata seperti itu, namun kita mesti mengingat bahwa begitu kita memutuskan menikah dengan orang yang tidak seiman, sebetulnya kita telah mendukakan hati Tuhan yang memberikan perintah-perintah ini. Tuhan memberikan perintah untuk ditaati dan bukan hanya untuk dibaca. Waktu Tuhan memberikan perintah, Dia memikirkan kepentingan kita. Kita kadang berpikir bahwa Tuhan menyusahkan kita dengan perintah-perintah-Nya tapi sesungguhnya perintah Tuhan adalah untuk kebaikan kita. Bukankah akan jauh lebih indah jika kita hidup bersama seorang suami atau seorang istri yang seiman, yang sama-sama mengasihi Tuhan dan Juruselamat kita. Memang ada orang yang berkata bahwa, "Ini bukanlah hal yang besar, kami berbeda juga tidak mengapa," tapi seringkali saya harus berkata, "Yesus Tuhan adalah Bapa kita, Dia adalah Juruselamat yang telah mati untuk kita dan Dia telah mengadopsi kita sebagai anak-anak-Nya, jadi Dia adalah Bapa kita dan mana mungkin saya akan menikah dengan orang yang tidak mau mengakui Bapa saya, yang tidak mau bercakap-cakap dengan Bapa saya." Jadi masalahnya seperti itu, bagi saya penting sekali kita menikah dengan yang seiman yang dapat memanggil Bapa surgawi kita, yang mengakui bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat kita."
GS : Seringkali yang dipakai alasan adalah pasangan yang sama-sama Kristen seringkali menemui banyak masalah di dalam kehidupan rumah tangganya sedangkan mereka yang tidak seiman masih kelihatan lebih baik.
PG : Ini memang salah satu dalih atau rasionalisasi yang dikemukakan oleh orang untuk mengizinkan dirinya menikah dengan yang tidak seiman dan ini membawa kita kepada panduan yang berikutnya. Setelah kita tekankan jangan berkompromi dalam hal yang paling penting yakni menikahlah dengan yang seiman, kita juga harus mendengarkan panduan yang kedua yaitu kita tidak boleh berkompromi dengan hal yang paling penting lainnya yakni mencari pasangan yang sepadan. Artinya kalau kita bertemu dengan yang seiman namun tidak sepadan maka jangan teruskan dan jangan kita berkata, "Yang penting seiman karena kita berdua sudah sama-sama Kristen jadi tidak ada masalah meskipun banyak ketidakcocokan." Ingat bahwa pernikahan tidak dibangun di atas kesamaan iman saja, tapi juga di atas kecocokan atau kesepadanan. Jadi janganlah menggampangkan dengan berkata bahwa selama seiman maka segala macam masalah akan bisa diselesaikan. Secara teoritis hal itu betul, tapi kita ini bukanlah orang yang selalu super rohani. Jadi kalau kita memulai pernikahan dengan perbedaan-perbedaan, dengan ketidakcocokan yang begitu besar maka jurang ini akan memisahkan kita meskipun kita seiman. Jadi mesti kita camkan baik-baik walaupun kita dapat menyelesaikan satu dua hal, namun kalau kesepadanan begitu banyak, nanti akan menyulitkan kita dalam fase penyesuaian.
GS : Ketidaksepadanan itu juga dalam bidang kerohanian, jadi walaupun seiman tapi kalau di dalam pertumbuhan iman mereka itu tidak sepadan, maka itu akan menimbulkan masalah dalam rumah tangga mereka.
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi misalkan ada orang yang berkata, "Hidup ini adalah untuk Tuhan, uang adalah uangnya Tuhan, yang penting kita mengelolanya dengan bertanggung-jawab," orang ini kadang-kadang akan tergerak untuk memberikan lebih dari apa yang biasanya dia beri, sebab dia merasakan bahwa Tuhan menggerakkan dia untuk memberikan persembahan ekstra kali ini. Pasangan yang tidak memiliki persamaan pertumbuhan rohani mungkin sekali akan marah dan berkata, "Kenapa kamu memberikan lebih, untuk apa? Itu tidak perlu." Bagaimanakah kita menjelaskan kepada dia bahwa pada saat itu entah mengapa itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Tapi bagi orang yang tidak mengalami hal-hal seperti ini sulit untuk dia menerimanya. Pak Gunawan benar mengemukakan bahwa kita mesti menemukan yang sepadan juga dalam hal pertumbuhan rohaninya, dan yang sepadan dalam hal kepribadian. Jangan sampai kita menikah dengan orang yang kepribadiannya terlalu bertolak belakang dengan kita dan kita mesti ingat prinsip bahwa semakin berbeda maka semakin keras kerja atau usaha yang nanti harus kita keluarkan untuk menyesuaikan diri. Jadi dari awal pilihlan seseorang yang memang memunyai banyak kesamaan baik dalam hal nilai hidup, kebiasaan, dalam hal sifat-sifat. Makin sepadan maka makin memudahkan kita untuk menyesuaikan diri.
GS : Kesepadanan ini saya rasa juga penting dalam hal tujuan hidup. Jadi perlu ada kesamaan tujuan hidup kalau yang satu ke Utara dan yang lain ke Selatan, maka akan menimbulkan masalah dalam rumah tangga itu.
PG : Betul. Jadi misalkan tujuan hidupnya adalah kita hidup untuk Kristus artinya kita akan mendahulukan kepentingan Kristus dan bukan kepentingan kita. Tapi ada orang yang memunyai tujuan hidup hanyalah untuk mengumpulkan harta supaya nanti bisa diwariskan kepada anak-anak dan cucu kita sehingga tujuan mereka adalah membesarkan anak maka semua yang dihasilkan, sedapatnya disimpan untuk keperluan anak-anaknya. Atau ada orang yang memunyai tujuan hidup mengumpulkan harta atau melebarkan karier usahanya sebesar besarnya dan tidak sama sekali memikirkan kepentingan Tuhan. Sudah tentu jika itu yang terjadi yakni adanya perbedaan-perbeaan itu, tidak bisa tidak akan menimbulkan masalah.
GS : Dua syarat itu saja sudah membuat orang sulit untuk mendapatkan pasangan hidup, kemudian bagaimana dengan yang lainnya, Pak Paul?
PG : Kalau dua syarat ini dipenuhi dan kita mendapatkan orang yang sepadan dan seiman, faktor lainnya dapat dikompromikan misalkan kriteria 'seberapa cantik dan tampannya pasangan kita.' Hal itu mungkin masih bisa kita kompromikan. Atau tingkat pendidikan, asal tidak terlalu jauh berbeda maka kita masih bisa kompromikan, misalkan lagi tentang suku, ada orang yang memunyai target menikah dengan orang yang sesuku dan kadang-kadang hal ini tidak dapat kita lakukan, dan kita masih bisa terima asalkan kita menyadari perbedaan latar belakang yang ditimbulkan oleh perbedaan suku itu. Kemudian kita juga masih bisa mengkompromikan kemapanan ekonomi, ada orang yang tadinya memiliki prinsip akan menikah dengan orang yang sudah mapan, mapan artinya sudah punya rumah dan sebagainya. Sudahlah kita terima bahwa dia memang belum punya rumah, tapi nanti masih bisa kontrak rumah, yang penting dia sudah memunyai pekerjaan. Atau hal lain seperti warna kulit dan penampilan fisik lainnya. Semua ini adalah faktor yang terbuka untuk dipertimbangkan ulang, namun tetap satu pertanyaan yang mesti diajukan adalah dapatkah saya tinggal bersamanya dan terus menghormati serta mencintainya seumur hidup. Pada akhirnya kita harus bertanya apakah kita dapat hidup bersamanya tanpa kriteria-kriteria yang kita dambakan itu. Jadi kalau kita berkata, "Kalau tingkat pendidikan tidak sama maka saya sulit untuk menghormatinya, kalau kemapanan ekonominya belum maka saya juga sulit menghormatinya," itu berarti jangan, sebab pertanyaan tadi harus kita jawab secara positif, "Ya, saya dapat tinggal bersamanya, saya dapat terus menghormatinya serta mencintainya seumur hidup meskipun hal-hal yang tadinya saya dambakan tidak ada." Jadi bila kita memutuskan untuk menikah dengannya walaupun salah satu faktor idaman tidak ada dalam dirinya, kita mesti menetapkan hati menerima dirinya apa adanya. Jadi saya meminta kepada para pendengar kita, sekali kita menerimanya maka kita tidak boleh lagi membangkitkan faktor-faktor yang tidak ada dalam dirinya itu. Ada orang yang tidak suka kalau pasangannya itu makin gemuk, waktu menikah dengan dia pun sebetulnya orangnya tidak terlalu kurus dan sekarang tambah gemuk dan tambah gemuk. Dia memang telah berusaha menjaga makan tapi bawaannya sejak lahir memang sudah gemuk, maka janganlah kita membangkit-bangkitkan dan jangan malah menambah luka di hati orang dengan terus mengkritik tentang kegemukannya. Ingat bahwa menerima berarti tidak menuntutnya.
GS : Kesulitannya ini muncul tatkala masih dalam pacaran apalagi seperti yang kita sudah bicarakan, orang cenderung memilih, "Tidak mengapa kalau ini kita kompromikan." Tapi sejak awalnya memang sudah diragukan apakah dia bisa hidup terus dengan orang yang seperti ini. Kalau pun mereka memutuskan untuk menikah apakah nanti tidak merupakan suatu benih yang nantinya menjadi sumber permasalahan?
PG : Sudah pasti, Pak Gunawan. Jadi ini sebetulnya terjadi. Ada orang-orang yang menggampangkan, "Tidak mengapalah", tapi dalam hitungan beberapa tahun dan bukan hitungan puluhan tahun, sudah terjadi beberapa masalah dan akhirnya hendak bercerai. Karena mengharapkan menuntut pasangan menjadi seseorang yang bukanlah dia. Tapi persoalannya adalah dari awal dia sudah tahu namun tetap menerima dan setelah menikah menuntut pasangannya harus menjadi seperti itu. Ini benar-benar sesuatu yang tidak realistis, kalau kita sudah tahu kita tidak bisa menerimanya, maka jangan dilakukan dan kalau kita memang menerimanya maka kita harus diam dan jangan menuntut lagi.
GS : Di sini faktor keluarga juga penting dalam menentukan hal-hal yang bisa dikompromikan. Kadang-kadang pasangan itu sendiri kemungkinan besar bisa mengkompromikan itu tapi dari pihak keluarga itu keberatan, misalnya dalam hal suku, tingkat pendidikan, kemapanan ekonomi, di sini peran keluarga sangat kuat, Pak Paul?
PG : Betul. Jadi kadang-kadang kita harus menimbang banyak faktor dan tidak ada jalan yang paling mudah yang bisa kita lalui. Kita harus berbicara dengan orang tua kita, menjelaskan, meyakinkan dan pada akhirnya kalau memang adanya keterbatasan pilihan dan ini adalah yang terbaik maka terimalah dan jangan persoalkan lagi.
GS : Selanjutnya apa, Pak Paul?
PG : Panduan yang lain adalah boleh melihat, namun sebaiknya jangan mencari-cari pasangan hidup. Maksud saya seperti ini, silakan membuka mata dan diri untuk berkenalan namun jangan sampai kita pergi ke sana ke sini untuk mendapatkan jodoh, ini yang saya maksud dengan jangan mencari-cari pasangan hidup. Ada orang-orang yang sangat membutuhkan pasangan hidup sehingga ke sana ke sini tujuannya hanya satu, yakni mencari pasangan hidup. Jadi saya lebih menganjurkan, silakan bergabung dengan kelompok lajang agar dapat berkenalan namun jangan sampai kita terlalu menggebu-gebu dalam mencari pasangan hidup. Pada umumnya saya kira kita ini tidak suka dengan orang yang terlihat jelas tengah mencari-cari jodoh. Pada dasarnya kita tidak menyukainya oleh karena kita tidak ingin diperlakukan sebagai objek semata, objek untuk dinikahinya dan kita tidak mau diperlakukan seperti itu tapi kita ingin diperlakukan sebagai manusia yang utuh dan bernilai, kita menuntut orang untuk berkenalan dan menyukai kita atas dasar keberadaan diri kita bukan atas dasar kebutuhannya mencari pasangan hidup.
GS : Seringkali yang menjadi masalah adalah bagi pribadinya itu sendiri, tidak menjadi masalah dan dia tetap tenang menghadapi semua ini tapi lingkungan sekitar dia yang menjodoh-jodohkan dia, mendorong-dorong dia sehingga dia merasa terusik, Pak Paul.
PG : Kadang-kadang lingkungan yang terlalu bersemangat menolong kita, dan mungkin kita juga harus berhati-hati jangan sampai terlalu bersemangat sehingga membuat orang juga merasa tidak nyaman, namun kita sendiri kalau sedang menanti-nantikan pasangan hidup, jangan sampai kita ini terlalu agresif sebab pada umumnya baik laki-laki maupun perempuan yang terlalu agresif, biasanya membuat orang lain itu tidak suka dan bahkan menjauhkan diri dari mereka.
GS : Zaman sekarang, kalau kita ingin menghubungi seseorang itu mudah sekali seperti yang Pak Paul tadi katakan yaitu lewat 'online' dan macam-macam sarana yang tersedia. Menurut pandangan Pak Paul ini bagaimana?
PG : Sekarang ini ada banyak layanan-layanan 'online' untuk mendapatkan jodoh, berkenalan lewat 'online', dan ada juga yang lewat 'Facebook' dan 'Chatting' dikenalkan lewat teman dan sebagainya. Maka berhati-hatilah sebab kita bisa menaruh apa saja di layar dan kita bisa mengetikkan siapa kita, dari mana, gelar kita apa, saya berpendidikan apa, kita bisa menaruh itu di layar Facebook, 'Chatting lewat Online', tapi kita tidak tahu siapa yang akan mengecek. Bagi saya ini adalah membuka kesempatan untuk orang-orang yang tidak bertanggung-jawab dan orang-orang yang jahat untuk bisa memangsa kita-kita ini yang tulus mencari pasangan hidup. Jadi saya mau mengingatkan bahwa mencari pasangan hidup tidaklah sama dengan dengan mencari buku lewat Online. Bahkan dalam membeli buku pun kalau kita membelinya Online, salah satu kerugian terbesarnya adalah kita tidak tahu isinya dan sebaliknya bila kita membeli buku di toko buku, maka kita akan dapat membaca dan mengetahui isinya, demikianlah dengan mencari pasangan hidup, perkenalan lewat Online menurut saya tidak sama dengan perkenalan lewat interaksi langsung. Perkenalan yang langsung dan melewati rentang waktu yang panjang pun tetap menuntut penyesuaian. Apalagi bila kita berkenalan lewat Online. Jadi ini kesimpulannya, untuk urusan sepenting pernikahan lakukanlah dengan cara yang tradisional namun terbukti ampuh yakni perkenalan langsung, kalau memungkinkan kenalilah juga keluarganya, kenali juga komunitasnya, lingkungannya dan ini akan menolong kita mengenal siapa pasangan kita, jangan tergopoh-gopoh mengiyakan lewat Online. Saya tahu memang ada yang berhasil tapi saya tahu juga ada yang kurang berhasil, karena bisa saja terjadi kebohongan.
GS : Tapi kalau itu dipakai sebagai langkah awal saya rasa masih dimungkinkan, Pak Paul, jadi hanya tahap perkenalan kemudian mereka saling bertemu, saling pendekatan dan sebagainya, apakah itu masih dimungkinkan, Pak Paul?
PG : Betul. Jadi kalau dalam masa perkenalan yang normal, itu masih tidak mengapa jadi Online itu adalah tahap pertama berkenalan dengan seseorang, tapi setelah itu gunakan cara-cara yang tradisional namun yang terbukti ampuh yakni berkenalanlah dengan langsung.
GS : Sebagai kesimpulan dari pembicaraan ini, Pak Paul, apakah yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Kita harus mengingat bahwa hidup tidak hanya terdiri dari pernikahan dan kita pun tidak hidup hanya untuk menikah. Dan ini penting, Firman Tuhan mengingatkan di 2 Korintus 5:15, "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." Kita hidup untuk Kristus sebagaimana Firman Tuhan katakan, oleh karena itu terpenting adalah melakukan pekerjaan-Nya selama kita hidup. Adakalanya kita terkecoh dan kita menyangka bahwa tujuan hidup adalah untuk menikah, itu salah! Kita hidup bukanlah untuk menikah melainkan untuk Kristus, kita hidup bukan untuk menyenangkan hati sendiri tapi hati Kristus. Setelah kita menyenangkan hati Kristus, biarlah kita menyerahkan hidup kepada-Nya termasuk hal perjodohan ini.
GS : Ada semacam pendapat yang kurang tepat yang menganggap menikah itu adalah perintah dari Tuhan seperti kita mengasihi sesama, kalau kita mengasihi sesama, perintah itu jelas. Dan bagaimana dengan menikah, Pak Paul?
PG : Saya senang Pak Gunawan mengangkat hal itu sebab itu adalah sebuah kekeliruan bahwa Tuhan tidak pernah memerintahkan kita untuk menikah. Coba cari di sepuluh Hukum Tuhan, apakah ada perintah untuk menikah? Tidak ada. Perintah yang Tuhan intisarikan dari semua perintah-perintah Tuhan di dalam Matius 22:37-39, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Tidak ada sebutan tentang harus menikah, tapi perintah untuk hidup kudus, perintah untuk menyenangkan hati Tuhan, perintah untuk hidup bagi Kristus, semua ada namun kalau untuk menikah tidak ada. Dan hati-hati dengan kesalahpahaman yang kedua yaitu orang yang berkata, "Kalau tidak menikah berarti tidak normal, ada yang keliru, ada yang tidak benar dengan dirinya," itu salah! Ini adalah sebuah panggilan yang Tuhan berikan kepada sebagian anak-anak-Nya dan kita harus terima itu, tidak ada yang keliru dan tidak ada yang salah, tidak ada yang tidak normal dengan diri kita kalau kita memutuskan untuk tidak menikah.
GS : Hanya lingkungan sosial saja yang menganggap bahwa kalau tidak menikah itu menjadi tidak normal karena sebagian besar orang menikah.
PG : Betul sekali. Jadi konsep inilah yang mesti kita waspadai sehingga kita tidak termakan olehnya. Sekali lagi kita harus selalu menguji apakah hal-hal ini seturut dengan Firman Tuhan atau tidak, kalau tidak seturut maka jangan kita menerimanya.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Berpacaran dengan Siapa?" Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
53. Remaja dan Pergaulannya |
|
Salah satu gejala merusak yang mulai melanda kawula muda dewasa ini adalah pengiriman gambar porno lewat 'on-line', melalui alat komunikasi seperti komputer dan telepon genggam. Masalahnya adalah, bukan hanya gambar porno orang lain yang dikirimkan, tetapi juga gambar organ tubuh sendiri. Dampak dari perilaku ini sangat buruk, ada yang menyimpan gambar-gambar ini kemudian menyebarluaskannya di kalangan teman dan luar teman. Ada pula yang menjadikannya sebagai bahan untuk berfantasi seksual dan masturbasi. Dampak terberat adalah terjadinya hubungan seksual yang tidak jarang menghasilkan kehamilan di luar nikah. Apakah yang harus dilakukan orang tua dalam menyikapi masalah yang tengah menggejala ini?
Salah satu gejala merusak yang mulai melanda kawula muda dewasa ini adalah pengiriman gambar porno lewat on-line melalui alat komunikasi seperti komputer dan telepon genggam. Masalahnya adalah, bukan hanya gambar porno orang lain yang dikirimkan, tetapi juga gambar organ tubuh sendiri. Seperti dapat kita duga, pelaku utamanya adalah para remaja yang memang sedang berada dalam kondisi seksual yang prima. Dampak dari perilaku ini sangat buruk: Ada yang menyimpan gambar-gambar ini kemudian menyebarluaskannya di kalangan teman dan luar teman. Ada pula yang menjadikannya sebagai bahan untuk berfantasi seksual dan masturbasi. Dampak terberat adalah terjadinya hubungan seksual akibat tingginya tingkat rangsangan yang ditimbulkan yang tidak jarang menghasilkan kehamilan di luar nikah. Apakah yang harus dilakukan orang tua dalam menyikapi masalah yang tengah menggejala ini?
* Kita harus memantau anak-anak dari dekat. Dewasa ini ada orang tua yang berpuas diri mengatakan bahwa ia terus memantau keberadaan anaknya lewat... telepon genggam! Menghubungi anak dan menanyakan keberadaannya lewat telepon tidaklah sama dengan memantaunya secara langsung. Pada kenyataannya, anak yang tahu bahwa ia DIAWASI akan lebih takut untuk melakukan perbuatan terlarang dibanding dengan anak yang tahu bahwa ia TIDAK DIAWASI.
Memang kita mesti menambah kepercayaan pada anak dengan meningkatnya usia namun itu tidak berarti kita melepaskan pengawasan secara penuh. Kita harus tetap menanyakan ke mana ia pergi, jam berapa ia kembali, dengan siapa ia pergi, apa yang dilakukannya, dan kenapa ia terlambat pulang. Semua pertanyaan ini memerlihatkan bahwa kita mengawasinya. Kendati ia tidak suka, tetapi pengawasan ini perlu.
Mungkin kita berpikir tidak mungkin anak kita akan melakukan hal-hal seperti ini sebab pada dasarnya ia anak yang baik. Masalahnya adalah, kendati ia anak yang baik namun mungkin saja ia telah berkenalan dengan anak yang tidak begitu baik. Dan anak yang tidak begitu baik ini menyuruh dan memengaruhinya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya, ia telah menjadi mangsa anak yang tidak baik itu.
* Kita harus menggunakan pelbagai barometer untuk mengenali gejala yang tidak sehat ini. Misalkan, kita mesti memerhatikan kehidupan rohani anak. Jika ia mulai enggan ke gereja atau berdoa, tanyakanlah apa yang tengah terjadi pada dirinya. Bila ia tidak lagi bergaul dengan teman-temannya, tanyakanlah apa yang terjadi. Sewaktu ia sering mengurung diri di kamar dan terlihat kaget ketika kita memasuki kamarnya, tanyakanlah kenapa dan mulai curigalah. Jika ia terus memegangi telepon genggamnya dan sangat takut kita melihat isinya, curigalah dan paksalah untuk melihat. Semua perubahan memunyai penyebab dan adalah tugas kita untuk memastikan bahwa penyebabnya bukanlah masalah yang serius.
* Berhati-hatilah dengan tipe teman yang pemangsa. Ada anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang buruk sehingga sejak kecil, ia telah dikondisikan untuk menjadi pemangsa anak lainnya. Misalnya ada anak yang tidak terawasi dengan baik oleh orang tuanya sehingga ia bebas melakukan apa saja, termasuk menonton film porno. Bila anak kita berkenalan dengannya, dengan pelbagai cara ia akan membuat anak kita tunduk kepadanya dan bersedia bersetubuh atau melakukan adegan seksual lainnya. Jadi, awasilah teman-teman anak. Bila ia tampak sangat ketakutan atau begitu tunduk pada seorang temannya, berhati-hatilah.
Firman Tuhan:Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Remaja dan Pergaulannya. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Sudah menjadi ciri dari remaja yaitu bergaul dan kelihatan aneh kalau ada remaja yang tidak bisa bergaul. Tetapi pergaulan sendiri bisa membawa dampak yang positif dan juga bisa membawa dampak yang negatif dalam kondisi yang sekarang ini. Menurut pengamatan Pak Paul, hal apa yang membahayakan dalam pergaulan remaja ini?
PG : Salah satu gejala merusak yang mulai melanda kawula muda dewasa ini adalah pengiriman gambar porno lewat 'online', melalui alat-alat komunikasi seperti komputer dan telepon genggam. Masalahnya bukan hanya gambar porno orang lain yang dikirimkan, tapi juga gambar porno dari organ tubuh sendiri. Jadi dirinya sendiri yang menjadi pelaku dari gambar-gambar itu. Seperti yang dapat kita duga, pelaku utamanya adalah para remaja yang memang sedang berada dalam kondisi seksual yang prima. Mungkin Pak Gunawan juga mengingat beberapa hari yang lalu masuk ke dalam surat kabar Jawapos tentang beredarnya gambar porno seorang remaja putri yang adalah siswi di sebuah SMA di suatu kota di Jawa Timur dan gambar itu sudah meluas ke mana-mana. Benar-benar ini menjadi sebuah tren, kita tahu hal ini yang tertangkap belum lagi yang tidak tertangkap. Dan di Amerika sendiri hal ini telah menjadi masalah yang luar biasa besar. Bahkan ketika remaja itu diwawancara, mereka mengatakan bahwa mereka melakukannya untuk kesenangan dan tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang memaksa dan memang mereka ingin melakukannya, jadi memfoto diri sendiri melakukan adegan seksual kemudian mengirimkannya kepada teman-teman, bahkan ada yang mengirimkan itu secara umum. Jadi benar-benar kita melihat ini adalah sebuah badai yang sedang menerpa, dan bagi anak-anak kita, kalau mereka tidak kita bekali maka mereka ini benar-benar bisa tersapu oleh badai ini sebab teman-teman akan mengirimkan gambar-gambar ini kepada mereka dan mereka akan mulai melihatnya. Jadi benar-benar penyebaran pornografi melalui alat-alat komunikasi dan komputer akan menjadi masalah yang berat.
GS : Sebenarnya apa yang melandasi seseorang mengirimkan gambar-gambar porno, bahkan gambar porno dari bagian tubuhnya sendiri dibagikan kepada orang lain, Pak Paul?
PG : Yang menarik adalah tidak ada jawabannya selain untuk senang-senang saja. Jadi waktu saya membaca tentang hal ini dan para remaja ini diwawancara, mereka berkata hanya untuk senang-senang. Waktu ditanya, "Apakah tidak malu?" mereka menjawab, "Untuk apa malu, ini tubuh saya sendiri dan saya bangga dengan tubuh saya kalau orang mau melihat, silakan." Jadi benar-benar remaja ini tidak memikirkan dampaknya, bagaimana kalau nanti dia menjadi mangsa bahkan nanti akan ada orang yang mencari tahu di mana dia tinggal dan tergoda untuk melakukan hal yang lebih buruk kepadanya. Belum lagi kita harus menyadari bahwa gambar-gambar ini akan digunakan oleh orang untuk berfantasi seksual, untuk bermasturbasi. Jadi benar-benar kerugian yang sangat besar, belum lagi kalau orang-orang ini nanti menjadi seorang ibu rumah tangga, menjadi bapak, menjadi orang yang lumayan terhormat. Bagaimana kalau nanti ada orang yang menyimpan gambar-gambar ini? Bagaimana kalau nanti dia diperhadapkan dengan gambar-gambar ini setelah dia menjadi mama. Dan anaknya nanti yang akan berhadapan dengan gambar ini, yaitu mamanya atau papanya yang sedang beradegan porno dan direkam dan masih ada orang yang menyimpannya, bagaimana kalau nanti mereka bertobat, bagaimana kalau nanti mereka menjadi anak Tuhan dan melayani Tuhan, kemudian tiba-tiba ada orang yang berkata, "Saya memunyai gambarmu, waktu kamu sedang seperti ini dan seperti itu." Banyak anak remaja tidak memikirkan hari depan dan hanya memikirkan hari ini, yang penting hari ini senang-senang. Jadi hal ini sangat berbahaya dan sudah menjadi hal yang dianggap normal bagi banyak anak-anak remaja, sehingga banyak yang melakukan seperti ini, ada yang mengajak pacarnya untuk melakukan adegan porno sendiri dan mengirimkannya kepada dia, saling tukar menukar. Begitu banyak hal yang menyimpang yang sedang terjadi. Jadi sudah selayaknyalah kita orang tua mengetahuinya.
GS : Jadi sebenarnya dampak negatif mana yang lebih besar, Pak Paul? Terhadap dirinya sendiri atau terhadap orang yang melihat gambar-gambar itu?
PG : Pada akhirnya dirinya sendiri, Pak Gunawan, karena yang tadi sudah saya singgung. Bagaimana kalau nanti 10 tahun berlalu dan dia sudah menjadi seorang ibu rumah tangga, dia telah bertobat dan dia telah menjadi orang terhormat dan masih ada orang yang menyimpan gambar-gambar ini. Bagaimana nanti kalau ada orang yang mengenali dia dari gambar ini, dan waktu dia sedang berjalan ada orang yang mengenali dia maka orang akan mengingat gambar-gambar dia dalam adegan porno itu. Jadi ada dampak-dampak berat yang harus ditanggungnya. Salah satu dampak berat yang kita juga harus pikirkan adalah terjadinya hubungan seksual akibat tingginya tingkat rangsangan yang ditimbulkan yang tidak jarang menghasilkan kehamilan di luar nikah. Jadi mula-mula saling mengirimkan adegan porno yang dilakukan sendiri, karena sering dikirim lewat HP dan sebagainya akhirnya waktu mereka berjumpa, dari awal mereka sudah begitu terangsang dan kemudian setelah bertemu mereka langsung melakukan hubungan seksual dan akhirnya terjadilah kehamilan di luar nikah. Jadi benar-benar masalah ini terus berkembang dan orang tua tidak bisa menutup mata.
GS : Dan mereka yang melakukan hal-hal yang seperti ini, sebetulnya masih di dalam pengawasan orang tua, Pak Paul. Jadi sebenarnya apa yang orang tua harus lakukan?
PG : Yang kita harus lakukan, yang pertama adalah kita harus memantau anak-anak dengan dekat. Dewasa ini Pak Gunawan, ada orang tua yang berpuas diri dan mengatakan bahwa dia terus memantau keberadaan anaknya tapi hanya lewat telepon genggam, dia bisa SMS, telepon dan menanyakan di mana anaknya sekarang, sebab orang tuanya sendiri juga entah dimana, entah itu di klub malam atau mungkin sedang di kafe, pulang tengah malam. Jadi mereka sendiri tidak bisa mengawasi anak, hanya mengawasi anak lewat telepon genggam. Menghubungi anak dan menanyakan keberadaannya lewat telepon tidak sama dengan memantaunya secara langsung. Pada kenyataannya anak yang tahu bahwa dia diawasi, akan lebih takut untuk melakukan perbuatan terlarang, dibanding dengan anak yang tahu bahwa ia tidak diawasi. Jadi semua anak remaja Pak Gunawan, mesti tahu kalau dia diawasi. Begitu dia tahu kalau dia tidak diawasi, maka hilanglah pagar untuk melakukan perilaku yang menyimpang itu. Bukankah anak-anak yang melakukan hal-hal yang seperti ini hampir dapat dipastikan lepas dari pengawasan orang tuanya. Bisa memang orang tuanya mengabaikan secara tidak langsung karena pekerjaannya, tapi bisa juga diabaikan secara langsung akibat rumah tangga yang tidak harmonis. Jadi dengan kata lain, kemungkinan hal ini dilakukan oleh anak yang mendapatkan pengawasan yang ketat dari orang tuanya itu kecil, namun jika orang tuanya tidak mengawasi secara ketat maka kemungkinan ini jauh lebih besar.
GS : Kalau orang tua itu mengawasi anak terus menerus, itu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan, Pak Paul, karena anak sudah keluar dari rumah dan banyak temannya di luar rumah, bagaimana orang tua bisa mengawasi terus menerus? Lagi pula kalau anak hanya menurut kepada orang tua, tidak melakukan hal itu selama dia diawasi kemudian di belakang kita dia melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan itu, ini bagaimana, Pak Paul?
PG : Sudah tentu harus ada relasi yang akrab antara kita dan anak. Kita mesti mendapatkan kepercayaannya bahwa kita itu menyayanginya dan bahwa kita itu berpikir atau memikirkan kepentingannya. Di dalam relasi yang baik antara kita dengan anak, anak akan berpikir dua kali sebelum melakukan hal-hal yang dia tahu akan dapat memengaruhi reputasi orang tuanya atau melukai hati orang tuanya. Jadi anak yang tahu bahwa dia disayangi akan jauh lebih sulit melakukan hal-hal yang dapat mengecewakan orang tuanya. Tapi anak yang tidak tahu bahwa dia disayangi atau tidak peduli apakah dia disayangi atau tidak oleh orang tuanya, otomatis juga tidak akan begitu peduli apakah tindakannya akan berdampak pada orang tua atau tidak. Jadi saya tahu kita harus memberi ruangan kepada anak, kita harus memberi kepercayaan kepada anak dengan meningkatnya usia namun itu tidak berarti kita melepaskan pengawasan secara penuh. Kita tetap harus menanyakan kemana dia pergi, jam berapa dia kembali, dengan siapa dia pergi, apa yang dilakukannya dan kenapa dia terlambat pulang. Hal-hal seperti itu tetap harus kita tanyakan kepada anak-anak remaja kita sebab semua pertanyaan ini memerlihatkan bahwa kita mengawasinya. Kendati dia tidak suka namun pengawasan ini perlu, kita pun mesti menanyakan tentang penggunaan komputer dan telepon genggamnya. Jangan takut menanyakan hal-hal seperti ini. Dan jangan takut menyinggung perasaannya. Kalau misalkan anak bertanya kepada kita maka katakan dengan jujur, "Saya takut, oleh sebab itu saya ingin tetap memantau kamu" sebab saya tahu kalau anak dipantau, kemungkinan dia berbuat akan lebih kecil. Jadi kita katakan terus terang kepada anak-anak. Kalau anak-anak berkata, "Saya masih tetap bisa melakukannya meskipun papa dan mama mengawasi saya," maka kita menjawab, "Itu betul, tapi karena kamu tahu kalau kami mengawasi maka nantinya kamu akan lebih berhati-hati dan nanti kamu juga akan lebih merasa bersalah kalau kamu melakukannya karena kamu tidak mau kalau nanti ketahuan. Tapi kalau kami tidak mengawasi sama sekali, bukankah kamu lebih dapat tergoda, bukankah kamu nanti lebih dapat berkata tidak mungkin ketahuan." Jadi faktor tidak diketahui itu menjadi faktor yang besar yang mendorong anak untuk melakukan perilaku yang menyimpang ini.
GS : Tapi sebenarnya relasi antara orang tua dan anak, itu yang menjadi lebih penting dari pada kita bisa mengawasi anak karena kita sangat terbatas sekali. Apalagi kalau anak ini sudah di luar kota, sulit bagi kita untuk memeriksa HP atau komputernya, Pak Paul.
PG : Betul, Pak Gunawan. Jadi bukan saja kita harus menjaga relasi dengan anak tapi kita juga harus menjaga atau mengawasi perkembangan rohani karena anak yang tidak memiliki minat rohani, tidak peduli dengan kehendak Allah, otomatis juga tidak peduli dengan "Apakah tindakannya ini berdosa atau tidak." Jadi kita mesti menjaga relasi dengan baik dan juga mendorong dia untuk menjaga relasi dengan Tuhan dengan baik. Jangan sampai kita berpikir karena anak kita baik, maka tidak mungkin dia melakukan hal-hal seperti ini. Masalahnya adalah kendati dia anak yang baik, namun dia telah berkenalan dengan anak yang tidak begitu baik dan anak yang tidak begitu baik ini menyuruh atau memengaruhinya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya karena keluguannya ia telah menjadi mangsa anak yang tidak baik itu. Jadi sekali lagi meskipun anak kita baik, namun tetap kita mesti menjaganya karena kita tidak tahu dengan siapa saja dia bergaul. Maka jalanilah komunikasi sehingga kita tahu dengan siapa dia bergaul itu penting sekali, juga memastikan dia memunyai hubungan dengan Tuhan dengan baik, itu pun juga penting karena kalau dia tahu bahwa Tuhan juga mengawasi maka dia juga akan lebih takut untuk berdosa. Kalau dia tidak peduli bahwa Tuhan mengawasi atau tidak, sudah tentu dia akan lebih mudah jatuh ke dalam dosa pula.
GS : Sekarang ini banyak anak-anak yang oleh orang tuanya, kalau tinggal di luar kota bukan di-kost-kan namun disewakan atau dibelikan apartemen di mana pengawasan itu menjadi sangat longgar. Kalau di-kost-kan atau diasramakan, kita masih bisa menghubungi kepala asrama atau ibu kost atau orang tua asuhnya dan meminta tolong agar dia diawasi, tapi kalau sudah di apartemen, hal itu bisa menjadi kendala juga, Pak Paul?
PG : Betul sekali, Pak Gunawan. Jadi banyak sekali orang tua yang bersikap menggampangkan hal-hal seperti ini "Tidak mengapa beli apartemen dari pada menyewa atau kost," kalau kita tidak bisa memastikan perilaku si anak maka lebih baik jangan dan lebih baik di-kost-kan supaya ada yang mengawasi, namun kita pun juga mesti berhati-hati dengan tempat-tempat kost karena ada pemilik kost yang mengawasi tapi ada juga yang tidak, sebab mereka akan berkata bahwa ini bukanlah tugas kami dan ini adalah tugas orang tua mengawasi anaknya dan kami hanya menyediakan tempat, kami tidak menyediakan pengawasan atas perilakunya. Itu sebabnya kita juga tahu bahwa di tempat-tempat kost hal-hal seperti ini terjadi dan sering terjadi. Betapa banyak sekarang mahasiswa dan mahasiswi yang sudah berhubungan seksual di tempat kost. Jadi kita tidak bisa menyalahkan tempat kost atau orang tua kost karena itu memang adalah anak kita. Jadi pemilik kost hanya menyediakan tempat untuk tinggal, dan tugas kitalah sebagai orang tua untuk memelihara hubungan yang dekat dengan anak dan memastikan mereka pun memelihara hubungan yang dekat dengan Tuhan.
GS : Apakah kita bisa melihat gejala-gejala yang nampak dalam diri anak kita kalau anak ini mulai terpengaruh oleh pergaulan yang kurang sehat, Pak Paul?
PG : Saya kira bisa. Misalkan kita ini memerhatikan kehidupan rohani anak, jika kita melihat dia mulai enggan ke gereja atau berdoa dan kita melihat ketika bangun tidur dia langsung pergi, malam mau tidur dia langsung tidur, kita tidak lagi melihat dia membaca Firman Tuhan. Silakan kita tanyakan kepada si anak apakah yang sedang terjadi dalam dirinya, bila ia tidak lagi bergaul akrab dengan Tuhan, ini adalah pertanda yang tidak baik, jangan-jangan sekarang dia mulai terlibat dosa sehingga dia tidak begitu nyaman hidup dengan Tuhan, atau dia sudah kehilangan minat hidup dengan Tuhan, dia menganggap dulu ketika dia masih kecil ke gereja karena disuruh oleh orang tua dan sekarang saya sudah dewasa, saya tidak perlu lagi mengikuti kehendak orang tua saya dan saya mau memilih sendiri. Kita sebagai orang tua tetap harus mengawasi dan terus mengingatkan dia untuk hidup akrab dengan Tuhan. Atau ada juga yang seperti ini, ada anak yang tidak mau lagi bergaul dengan teman-temannya yang lama, yang kita kenal baik-baik dan sekarang sudah mulai bergaul dengan teman-teman yang lain. Kalau kita tanya dia tidak mau menceritakannya kepada kita, maka ini berarti ada sesuatu yang terjadi, biasanya anak tidak mau menceritakannya tentang teman-temannya, karena dia tahu kalau orang tuanya pasti tidak setuju bahwa teman-temannya itu adalah teman-teman yang baik. Jadi kalau dia tidak mau cerita dan sepertinya menghindar maka kita harus mulai curiga. Atau misalkan tanda yang lainnya, seorang anak sering mengurung diri di kamar dan sering terlihat kaget ketika kita memasuki kamarnya, maka tanyakan ada apa, dan mulai curigalah apa yang sedang dia kerjakan. Kadang-kadang orang tua masuk ke kamar, kemudian mereka kaget, dia mau menutup komputernya dan memencet sesuatu sehingga gambar yang keluar adalah misalkan permainan atau games padahal sebelum itu yang dia sudah mulai lihat mungkin gambar-gambar porno. Jadi kita mesti menanyakan dan jangan takut bertanya. Misalkan dia terus memegangi telepon genggamnya atau langsung memasukkan 'password' sehingga tidak ada yang bisa membuka telepon genggamnya, dia takut sekali kalau kita melihat isinya. Kita patut curiga kenapa kita tidak boleh memeriksa apa yang ada di 'handphone'nya itu. Jangan kita takut dan berkata, "Nanti menyinggung perasaannya," kadang orang tua zaman sekarang ini takut menyinggung perasaan anak dan ini yang mesti kita camkan baik-baik bahwa waktu kita hendak mendisiplin anak, maka kita pasti menyinggung perasaannya tapi demi kepentingannya. Maka kita tidak mau dihentikan karena ketakutan menyinggung perasaannya. Sudah tentu kita tidak sembarangan menyinggung-nyinggung perasaan, tidak sembarangan mau melecehkannya, menghinanya dan sebagainya, tapi untuk hal-hal yang penting kalau pun menyinggung perasaannya maka tidak apa-apa. Semua perubahan atau tanda-tanda yang tadi saya sebut biasanya memunyai penyebab, dan tugas kitalah untuk memastikan bahwa penyebabnya bukanlah masalah yang serius.
GS : Sulit memang bagi kita sebagai orang tua membedakan, kita mau mendisiplin anak dengan cara-cara seperti itu, tapi kita juga mau menghargai 'privacy' anak itu sendiri dengan tujuan mengajar si anak supaya menghargai 'privacy' kita. Dalam hal ini supaya seimbang bagaimana, Pak Paul?
PG : Kadangkala kita harus berterus terang kepada anak dengan mengatakan bahwa "Saya selalu menghargai 'privacy' kamu, saya tidak sembarangan memasuki kamar kamu dan kamu tahu itu, selama ini papa atau mama berusaha menjaga hal itu namun akhir-akhir ini papa dan mama punya kecurigaan dan untuk memastikan kecurigaan kami tidak benar, kami ingin menanyakan dan melihat langsung". Jadi lebih baik berterus terang seperti itu dari pada secara diam-diam buka ini dan itu, mencari ini dan itu tentang anak-anak kita, lebih baik kita langsung bicara dengan dia. Tadi yang sudah saya singgung adalah banyak orang tua sekarang takut melakukan hal itu kepada anak. Jangan menghormati anak lebih dari menyayangi jiwanya. Kita harus menyayangi jiwa anak dan jangan sampai jiwanya rusak, jangan sampai masa depannya hancur, saya akan korbankan menghormati perasaan anak sebab ada hal yang jauh lebih penting lagi.
GS : Disamping sebagian orang tua takut melakukan hal itu, kadang-kadang mereka juga tidak tahu caranya. Bagaimana caranya supaya saya bisa masuk mendekati anak dan menanyakan kepada si anak tanpa menimbulkan ketersinggungan atau bahkan menimbulkan jarak yang lebih jauh antara kita dengan anak?
PG : Jadi saya tadi sudah sarankan agar kita langsung berterus terang berkata kepada anak, "Kami curiga dan karena kami curiga maka kami mencari tahu." Misalkan semuanya dia memakai 'password', maka kita katakan, "Kalau begitu saya akan mengambil komputermu," dan kita katakan, "Saya akan membawa ke ahli komputer yang bisa memecahkan 'password'nya, supaya isinya bisa dilihat." Dan lihat reaksinya, kalau reaksinya begitu marah dan ketakutan maka kita tahu kalau ada sesuatu dan kita katakan, "Pilihanmu hanya dua, buka sekarang dan saya melihat semuanya atau saya akan ambil kemudian akan saya bawa ke tempat lain biar orang lain juga melihatnya." Jadi inilah yang harus dilakukan karena begitu banyak bahaya, dan sudah sering korban berjatuhan dan kita hendak menghentikannya.
GS : Tapi perlu diberitahukan kepada anak akan resiko apa yang dia lakukan pada saat ini, bahwa resikonya terlalu besar dan dampaknya begitu luas untuk masa yang akan datang.
PG : Betul sekali. Maka sekali lagi ini juga bergantung pada relasi orang tua dan anak, kalau relasi orang tua dan anak itu begitu renggang, tidak ada kedekatan jadi orang tua jarang memberitahukan anak akan apa yang baik dan sebagainya, anak-anak akan lebih mudah untuk melakukan hal-hal itu.
GS : Kalau mengenai hubungan rohani anak, biasanya kita bisa menanyakan misalnya tadi khotbahnya tentang apa dan ayat bacaan dari Kitab Suci apa. Hal ini bisa kita komunikasikan dengan anak tapi untuk hal-hal yang tertutup ini, kita harus hati-hati, tapi juga berani melangkah. Pak Paul, apakah ada hal-hal lain yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Yang terakhir adalah kita mesti berhati-hati dengan tipe teman pemangsa. Maksud saya, ada anak yang dibesarkan dalam lingkungan buruk karena sejak kecil anak ini telah dikondisikan untuk menjadi pemangsa anak lainnya. Misalnya ada anak yang mengalami penganiayaan, dipukuli dengan luar biasa kerasnya oleh orang tua sehingga dia akhirnya menjadi penganiaya pula. Jika keinginannya tidak terturuti, dia akan marah, dia akan mengancam serta melakukan hal-hal yang buruk, bila anak kita jatuh ke tangannya sudah pasti dia akan menjadi objek manipulasi dan ancamannya. Atau contoh lainnya ada anak yang tidak terawasi dengan baik oleh orang tuanya sehingga dia bebas melakukan apa saja termasuk menonton film porno, belum lagi kalau anak itu bisa mendapatkan film-film porno di rumah, dalam keluarga yang bermasalah dimana ada ayah atau ibu yang juga bermasalah yang memunyai akhlak yang buruk. Mereka juga mungkin pengkonsumsi film-film porno, sehingga anak-anak sejak kecil memunyai akses terhadap film-film porno itu, bila anak-anak kita berkenalan dengan anak yang seperti ini, yang dibesarkan dalam rumah seperti itu, dengan berbagai cara anak itu akan membuat anak kita tunduk kepadanya dan bahkan bersedia bersetubuh atau melakukan adegan seksual lainnya. Jadi awasilah teman anak-anak, bila ia tampak sangat ketakutan atau begitu tunduk dengan seorang temannya, maka berhati-hatilah.
GS : Rupanya tipe teman pemangsa ini tambah hari tambah banyak, mengelilingi anak atau anak-anak kita, Pak Paul?
PG : Betul. Karena makin banyak keluarga yang bermasalah dan makin banyak orang tua yang kawin cerai dan hidupnya itu juga tidak karuan, sudah bisa dipastikan anak-anak mereka pun juga tidak karuan dan akan ada sebagian yang memangsa anak-anak yang baik. Anak-anak kita yang baik mungkin sekali lugu dan tidak begitu mengerti kejahatan orang lain. Maka kita mesti melindungi dia. Saya harus mengingatkan orang tua, mesti berbuat sedapat-dapatnya melindungi anak-anak dari tipe-tipe teman yang berakhlak buruk seperti ini.
GS : Dan keteladanan orang tua ini sangat dibutuhkan oleh para remaja atau para pemuda kita saat ini karena mereka ingin melihat contohnya dari orang tuanya langsung.
PG : Betul, sebab kalau hidup kita sendiri tidak karuan kemudian kita menyuruh anak kita hidup lebih tertib maka anak kita akan berkata, "Papa sendiri hidup seperti ini, mama sendiri hidupnya seperti ini maka janganlah menyuruh kami hidup tertib." Jadi semua memang harus kembali kepada bagaimanakah kita hidup.
GS : Apakah ada ayat-ayat Firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Amsal 22:3 berkata, "Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka." Remaja berada pada tahap di mana dia beranggapan bahwa dia tahu semua dan tidak membutuhkan pengawasan orang tua, menurut Firman Tuhan ibaratnya dia orang yang tak berpengalaman namun percaya diri terus berjalan. Firman Tuhan berkata, "Orang yang seperti ini akan kena celaka," maka sebagai orang tua kita harus terus memerhatikan kehidupannya agar dia tidak kena celaka.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja dan Pergaulannya" Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
54. Pemangsa Lewat Online |
|
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan pelbagai berita tentang penyalahgunaan fasilitas online untuk tindak kejahatan. Sebagai orang tua kita harus waspada dan melindungi anak dari ancaman-ancaman ini. Banyak fasilitas online pada awalnya didesain untuk jalinan persahabatan namun sayangnya persahabatan online membuka peluang masuknya pemangsa. Di sini akan dipaparkan beberapa kejahatan yang telah terjadi lewat fasilitas online dan upaya untuk menangkalnya.
Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan pelbagai berita tentang penyalahgunaan fasilitas online untuk tindak kejahatan. Sebagai orang tua kita harus waspada dan melindungi anak dari ancaman-ancaman ini. Banyak fasilitas online pada awalnya didesain untuk jalinan persahabatan namun sayangnya persahabatan online membuka peluang masuknya pemangsa. Berikut akan dipaparkan beberapa kejahatan yang telah terjadi lewat fasilitas online dan upaya untuk menangkalnya.
"Pemangsa Lewat Online" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pemangsa Lewat Online". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Tadi Pak Gunawan memang sudah memberitahukan kepada kita semua bahwa penting bagi kita untuk berhati-hati, bahwa ada saja orang-orang jahat yang akan menggunakan fasilitas online untuk memngsa kita.
Misalkan saja kita tahu di Indonesia beberapa waktu ini kita digemparkan dengan beberapa berita tentang anak yang diculik setelah berkenalan dengan orang lewat online, tapi anak itu memang terlalu percaya, mudah sekali ditipu sehingga akhirnya menjadi korban. Hal-hal seperti ini sebetulnya terjadi cukup sering di negara Barat yang memang lebih canggih lagi di dalam teknologi informasi dan komunikasinya, seperti yang pernah saya katakan dalam acara yang sebelumnya di Amerika Serikat di beberapa wilayah kepolisian, mereka sengaja membentuk tim-tim khusus untuk menyamar menjadi anak-anak remaja atau anak-anak kecil, karena dengan menyamar maka mereka dapat menangkap para pemangsa anak-anak remaja atau anak-anak kecil. Jadi secara proaktif mereka akan masuk ke online dan mereka akan menjadi anak-anak atau remaja-remaja berpose dan sebagainya sebagai anak-anak, agar nantinya dapat menangkap para pemangsa itu. Inilah hal-hal yang nanti kita akan bicarakan dan memang tidak terbatas pada penculikan anak saja, tapi kita harus berhati-hati dengan masuknya teknologi online ini maka masuk pulalah kejahatan.PG : Betul sekali. Jadi sudah tentu kita tidak akan menyalahkan teknologinya, karena teknologinya justru bermanfaat. Sehingga kalaupun kita hidup di belahan benua yang berbeda dan berjauhan tap sekarang bisa diakrabkan lewat fasilitas online.
Jadi ini adalah alat pendukung jejaring sosial. Sekarang yang kita fokuskan bukan pada teknologinya tapi pada para penggunanya yang memang tidak siap dan akhirnya ada di antara mereka yang berhati jahat.PG : Misalkan yang pertama adalah kita ini mendapatkan tawaran untuk mendapatkan hadiah dengan syarat bahwa kita harus memberikan beberapa data pribadi. Tawaran ini bisa mengatas namakan lembag yang belum dikenal atau pun lembaga yang dikenal.
Saran saya adalah jangan tergesa-gesa memberi respons, jika kita mengenal lembaga tersebut maka silakan untuk menghubungi secara langsung dan tanyakan kebenarannya, apakah benar bahwa lembaga ini telah menawarkan hal-hal seperti ini lewat online dan sebagainya. Apabila kita tidak mengenalnya, maka saran saya adalah jangan menghiraukan tawaran ini dan kemungkinan semua ini bohong dan bertujuan untuk mencuri data pribadi kita. Kita tahu bahwa kalau ada orang yang berhasil mendapatkan data-data pribadi kita maka orang ini pun nantinya akan lebih berpotensi untuk membongkar rekening-rekening kita di bank atau penggunaan kartu kredit kita dan sebagainya.PG : Betul. Jadi kita harus berhati-hati, kadang-kadang di HP juga muncul tawaran-tawaran yang menggiurkan dan meminta kita untuk memasukkan data-data pribadi sebab dikatakan untuk pengecekan aau nanti akan dikirimkan ke alamat kita dan sebagainya.
Jadi hanya perlu beberapa data pribadi sebelum barang-barang ini ditawarkan, berhati-hatilah terlebih kalau lembaganya tidak pernah kita dengar maka lebih baik jangan hiraukan, kalau kita mengenal lembaganya maka langsung hubungi dan cek, apakah benar seperti itu.PG : Memang tidak bisa disangkal kalau kita itu memiliki sifat tamak. Jadi saya kira kalau kita mendapatkan sesuatu yang memang kita anggap berharga, kita susah sekali untuk menolaknya sehinggadengan cepat kita akan menabraknya dan mau memunyainya.
Itulah yang digunakan oleh para pemangsa ini sebab mereka tahu akan ada orang-orang yang cukup bodoh untuk menerimanya. Misalnya beberapa tahun yang lalu di Amerika Serikat ada seseorang yang menawarkan bahwa kalau mereka menaruh uangnya berapa banyak maka mereka akan mendapatkan bunga beberapa lipat kali ganda, celakanya adalah orang ini adalah seorang pendeta. Awalnya memang dia bukan seorang pendeta, awalnya dia adalah seorang pengusaha dan kemudian banting haluan menjadi seorang hamba Tuhan melayani di sebuah gereja yang dia rintis sendiri. Yang menjadi korban adalah jemaat-jemaatnya sendiri sebab dia tawarkan dan mengatas namakan Tuhan bahwa Tuhan berjanji kalau kamu tanamkan uang, investasikan berapa maka untuk beberapa waktu uang itu akan kembali kepadamu berlipat kali ganda dan banyak orang yang memercayainya, sebab yang berbicara adalah seorang hamba Tuhan. Akhirnya tempat itu diserbu oleh FBI, semua barangnya dan sebagainya disita dan orang itu pun dimasukkan ke dalam penjara dan sekarang tetap mendekam di dalam penjara karena telah terlibat dalam tindak penipuan. Orang itu mengambil beberapa juta dolar dari orang yang begitu mudahnya percaya memberikan uang kepadanya. Jadi hal-hal seperti ini, bisa dilakukan secara langsung dan bisa juga dilakukan lewat online.PG : Betul sekali.
PG : Kadang-kadang lewat surat-surat email kita juga bisa mendapatkan tawaran-tawaran seperti itu, namun kadang-kadang surat-surat seperti ini mengatas namakan orang yang kita kenal. Saya perna mengalami hal ini dan istri saya pun juga pernah mengalami hal ini.
Jadi orang-orang ini mengatas namakan orang-orang yang kita kenal, mereka berhasil masuk menggunakan alamat email orang yang kita kenal itu. Dan dalam surat itu, dia memohon bantuan. Misalnya, saya masih ingat orang yang mengirim surat kepada saya adalah sebagai berikut, "Saya sedang jalan-jalan ke Afrika dan uang saya dicuri, tolong kamu kirim uang kepada saya dan ini adalah rekening saya." Waktu awal saya membacanya, alamat ini adalah alamat dari teman saya dan nama teman saya dan dia adalah orang yang saya kenal yang ada di dalam daftar alamat email saya. Jadi saya sangat kaget, tapi untung sekali dalam waktu yang relatif cepat, teman saya yang bersangkutan mengirim email dan langsung berkata, "Ada orang yang mencuri data pribadi saya dan meminta-minta uang kepada orang yang ada di dalam daftar email saya, mohon jangan hiraukan." Jadi kemudian saya mendiamkannya, dan tidak lama setelah itu istri saya juga mendapat surat yang sama, tapi kali ini orang itu mengklaim dia berada di negara lain lagi dan bukan di Afrika, tapi isinya sama yaitu meminta bantuan karena dia sedang kesulitan entah itu uangnya dicuri dan sebagainya dan meminta untuk mengirimkan uang kepadanya melalui rekeningnya. Jadi kita harus berhati-hati sebab ini adalah tindak penipuan. Jadi coba perhatikan gaya dan isi surat tersebut, biasanya bersifat formal, biasanya kalau kita dengan teman kita pasti memiliki cara-cara khusus dalam memanggil atau menyapa dan surat ini biasanya tidak seperti itu, dia tidak menggunakan sapaan-sapaan yang khusus dan biasanya bersifat cukup formal. Lebih baik kita langsung menghubungi teman kita dan jangan lewat email tapi hubungi langsung lewat telepon dan sebagainya kemudian tanyakan apakah memang benar seperti itu. Jadi sekali lagi sangat berbahaya. Orang bisa mencuri alamat email kita dan menggunakan alamat email kita masuk ke alamat email teman-teman yang lainnya juga. Jadi dengan masuknya dia ke dalam jaringan kita maka benar-benar dia bisa langsung masuk dan berkomunikasi dengan kita padahal orang ini bukanlah orang yang kita kenal sama sekali. Jadi ini adalah modus operandi yang juga dilakukan oleh orang lewat online.PG : Bisa juga dengan yang seperti ini, Pak Gunawan. Jadi orang ini juga mengirim email dan kemudian meminta kita untuk bekerjasama menawarkan sebuah usaha. Jadi ini bukannya sebuah tawaran hadah atau meminta bantuan, tapi ini sebuah proposal untuk kerjasama.
Misalnya surat itu berisikan pengetahuan sedikit banyak tentang siapa kita, jadi kita juga cukup kaget karena dia bisa mengetahui siapa kita tapi surat itu seolah-olah mengenal kita, latar belakang kita, bisnis kita dan sebagainya makanya mengajarkan kita untuk bekerjasama, ajakan ini kemudian menjanjikan imbalan yang berkali lipat dari investasi awal dan berisikan proposal, mendapatkan laba dengan begitu mudah, tapi syaratnya adalah tanamkan dana atau uang muka terlebih dahulu maka mereka akan berkata, "Kalau setuju, maka harus cepat karena....." diberikan beberapa alasan yang bohong. Jadi ada orang yang mendengar hal-hal seperti itu akhirnya terlalu nafsu dan langsung mengirimkan dana agar tidak kehilangan kesempatan ini, padahal itu adalah penipuan.PG : Betul. Jadi memang tekanan itu diberikan kepada kita untuk bertindak secepat mungkin supaya kita itu tidak berpikir lagi apakah ini benar atau bohong, tapi langsung saja diiyakan. Sudah tetu ada dana yang dia minta awalnya tidak terlalu besar karena dia tahu kalau kita diminta terlalu besar maka kita akan langsung menolak karena kita curiga.
Jadi jumlahnya memang secara nominal tidak terlalu besar, tapi jangan mengharap kalau uang itu akan kembali, jadi benar-benar akan ditipu olehnya.PG : Biasanya ini dilakukan lewat fasilitas online seperti facebook atau 'mailing list', saya juga anggota dari beberapa 'mailing list' misalkan teman-teman SMP atau SMA dan kami pernah kecolonan, ada orang masuk ke 'mailing list' kami.
Jadi yang menjadi moderator dari 'mailing list' kami, langsung memberitahukan kepada kami, "Jangan terima, jangan menanggapi dan saya akan mengeluarkan orang ini." Karena tiba-tiba muncul orang dalam 'mailing list' kami padahalnya 'mailing list' itu sangat tertutup karena hanya anggota yang bisa menerima dan dimasukkan ke dalam daftar 'mailing list', tapi tiba-tiba ada orang yang bisa masuk dan bisa bertanya-tanya tentang data-data pribadi kita dan berbicara padahalnya kita tidak mengenal sama sekali dengan orang ini. Kadang-kadang kita mendapatkan undangan atau orang memerkenalkan diri misalkan lewat facebook kemudian memerlihatkan minat untuk bersahabat, kita mungkin berpikir, "Orang ini dikenalkan oleh siapa?" dan kemudian kita percaya dan kita tanggapi. Mula-mula dia merayu atau nanti lama kelamaan dia meminta kita untuk melakukan hal-hal yang merugikan diri dan sangat-sangat salah. Misalnya ada yang meminta untuk wanita ini berpose dengan menggunakan pakaian minim atau bahkan tanpa busana sama sekali dan ada saja orang yang mau melakukannya karena tergiur, percaya, jatuh cinta padahal belum kenal dengan orang ini, ada saja orang yang sebodoh itu. Saya memang harus menggunakan kata yang keras atau kasar, tapi memang itu adalah faktanya. Jadi orang yang sebodoh itu mau atau bersedia berpose dan berfoto dan kemudian dikirimkan lewat fasilitas online. Kita harus mengerti bahwa semua yang masuk ke dalam dunia maya dapat disebarluaskan untuk segala macam kepentingan. Dan biasanya yang dituntutnya adalah kalau kita tidak memberikan yang dia minta yaitu sejumlah uang, atau kalau kita tidak memberi uang itu maka dia akan berkata, "Saya akan menyebarluaskannya, saya akan masukkan foto kamu di facebook di jejaring sosial kamu." Kita pasti akan kelabakan apalagi kalau kita memang sadar setelah melakukan hal itu kemudian berkata, "Kenapa saya mau saja melakukan hal itu?". Gambar-gambar ini bisa kemana-mana, jadi berjuta-juta orang bisa melihatnya dan ini sangat berbahaya sekali. Jadi kita juga harus berhati-hati.PG : Hal itu juga bisa terjadi, jadi seperti kontrak bisnis yaitu hal-hal yang bersifat komersial tapi ada juga yang lewat persahabatan, jadi benar-benar dia memupuk persahabatan ini, dia akan ertanya dan dia akan memerhatikan, dia akan mengirimkan barang, menunjukkan kalau dia sungguh-sungguh mau bersahabat dan ini memang tidak terjadi dengan cepat dan lewat waktu yang agak panjang dan bisa berbulan-bulan sehingga anak kita yang tidak tahu apa-apa kemudian berpikir bahwa saya memunyai sahabat yang begitu baik dan memerhatikan saya dan sebagainya.
Karena mereka masih anak-anak remaja dan ketika mereka diajak berbicara yang mendekati ke arah seks kemudian menanggapi, berbicara dan sebagainya maka lama kelamaan memunculkan perkataan, "Tolong kamu berfoto tanpa memakai....." tapi ada juga yang tanpa busana sama sekali. Dan cerita ini memang sungguh-sungguh terjadi, tapi ada saja orang yang mau diperlakukan seperti itu. Padahal selama ini belum pernah bertemu dengan orang tersebut. Jadi anak-anak tersebut harus kita beritahukan untuk berhati-hati karena banyak pemangsa yang seperti ini juga.PG : Bisa jadi. Jadi banyak sekali arus perdagangan yang terjadi lewat fasilitas online, kalau kita memesan barang dan kita minta untuk barang itu dikirimkan kepada kita dan kita membayarnya bisanya lewat kartu kredit.
Maka kita harus memastikan bahwa lembaga itu terpercaya dan memiliki sistem pengamanan yang baik. Jadi jangan membeli barang sembarangan dari perusahaan atau lembaga yang sama sekali kita tidak kenal. Jadi kita harus berhati-hati sebab lembaga-lembaga ini tidak bertanggung jawab kepada lembaga yang lebih besar yang menaungi mereka. Jadi percayalah atau pergunakanlah atau pilihlah lembaga-lembaga yang memang besar dan terpercaya dan kita tahu bahwa teman-teman kita juga sudah membeli barang di sana dan mendapatkan barangnya dengan baik. Karena yang pertama bisa saja kita itu ditipu, jadi nomor-nomor kartu kredit kita ada pada orang tersebut. Hal ini memang adalah hal yang harus diwaspadai, sebab beberapa kali terbongkar di Amerika Serikat orang mau meminjam uang dari Bank menggunakan pinjaman dan data-data pribadi yang diserahkan kepada Bank kemudian disalahgunakan oleh petugas Bank itu sendiri. Dan sudah tentu setelah pihak Bank itu mengetahui maka mereka bersikap sangat tegas sekali melaporkan kepada polisi, menangkap serta memasukkan orang itu ke dalam penjara tapi, pointnya adalah hal itu pernah terjadi juga karena waktu kita menyerahkan data-data pribadi itu, kalau orang itu berniat jahat maka dia bisa menyalahgunakan. Sebab waktu kita membeli barang dan sebagainya yang ditanya biasanya adalah data-data pribadi selain dari nomor kartu kredit kita. Selama kita bisa menyediakan semua itu maka kita akan memiliki semua data-data pribadi kita itu. Jadi kita harus berhati-hati karena kalau tidak berhati-hati maka mereka akan menggunakan kartu kredit kita dan kemudian mereka akan mengeruk uang kita. Bahkan di Amerika Serikat, ada orang yang saya kenal sehari-hari secara pribadi ternyata box suratnya digerayangi oleh orang asing dan surat-surat yang berisikan data pribadi orang yang saya kenal itu diambil oleh orang asing itu dan orang itu berhasil masuk ke rekening orang yang saya kenal menggunakan kartu kreditnya, membelanjakan kartu kredit itu sampai ribuan dolar, tapi untung sistem di sana baik sehingga ketika hal itu dilaporkan maka kartu kreditnya langsung ditutup dan pihak Bank tidak meminta orang yang saya kenal ini untuk membayar balik karena ini adalah tindak penipuan. Jadi mereka terus menelusuri dan akhirnya bisa menangkap orang tersebut. Hal-hal seperti ini bisa, jadi kalau kita mau serahkan nomor kartu kredit kita, benar-benar kita harus pastikan kalau lembaga itu terpercaya.PG : Saya akan coba simpulkan, Pak Gunawan, supaya kita mengerti lebih baik lagi tentang manusia dan apa yang harus kita lakukan. Yang pertama kita harus menyadari bahwa orang jahat akan selaluada dan orang jahat akan selalu merancang modus baru untuk melakukan kejahatannya, namun prinsipnya selalu sama yaitu memanfaatkan sifat tamak dalam diri kita.
Jadi berhati-hatilah dengan tawaran yang begitu menggiurkan sebab inilah kail yang digunakannya untuk mencuri di kolam kita. Jadi kita harus benar-benar berhati-hati. Yang kedua adalah mengecek ulang, bukan pertanda kita kehilangan kepercayaan kepada sesama, tapi ini adalah pertanda hikmat dan kita harus mengecek ulang dan Tuhan meminta kepada kita untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati berhubung banyaknya orang jahat di sekitar kita. Jadi tidak ada salahnya kalau kita harus berhati-hati dan mengecek ulang. Sekali lagi ini adalah perlambang hikmat dalam hidup kita.PG : Kita mengerti bahwa kita ini manusia yang memiliki sifat tamak. Jadi kita harus hati-hati karena kalau kita tidak hati-hati justru kita akan mengalami kerugian. Jadi jangan kita memikirkanuntuk mendapatkannya, tapi kita pikirkan kerugiannya dulu, kalau ini akan menimbulkan kerugian maka kita harus menempuh jalan yang lebih panjang memastikan bahwa ini bukanlah sebuah penipuan.
PG : Kalau kita yang di cek ulang maka kita harus berbesar hati dan kita mengerti bahwa inilah dunia yang kita tinggali sekarang, kejahatan mulai berubah modus operandinya dan sekarang lebih bayak orang yang menggunakan fasilitas online.
Jadi kalau ada orang yang mengecek ulang tentang siapakah kita maka kita harus terima dan berikan data-data seperlunya supaya orang bisa kembali memercayai kita atau jangan sampai orang memiliki praduga yang tidak tepat tentang siapakah diri kita.PG : Betul sekali.
PG : Saya kira hanya ada satu kalimat saja yaitu dengarkanlah nasihat orang tua, saya meminta untuk anak-anak remaja mendengarkan nasihat orang tua. Kehati-hatian orang tua bukanlah pertanda bawa mereka itu kuno, tidak terpelajar dan sebagainya, bukan seperti itu! Mereka lebih mengenal sifat manusia.
Itu sebabnya mereka ingin melindungi anak-anaknya dari bahaya yang mengancam, masalahnya adalah anak-anak remaja tidak menyadari hal ini dan seringkali karena menggebu-gebu dan cepat percaya kemudian mereka langsung menuduh bahwa orang tuanyalah yang bermasalah sehingga tidak percaya dan sebagainya. Tapi tidak ada salahnya berhati-hati, waktu misalkan kita akan bertemu dengan seseorang dan sebagainya kemudian orang tua berkata, "Saya ikut supaya saya bisa memastikan kalau ini benar," terimalah dan jangan melarang orang tua ikut dengan kita, sebab kita perlu perlindungan dan jangan sampai kita ini bodoh.PG : Sudah tentu orang tua harus berbicara dengan hati-hati dan lembut dan orang tua sebaiknya mengerti tentang teknologi informasi ini, jangan sampai orang tua itu ketakutan tanpa alasan juga.Namun setelah orang tua memelajari dan sebagainya kemudian mintalah anak juga terbuka tentang ajakan-ajakan yang dia terima dan sebagainya supaya nanti anak bisa memercayakan ini kepada orang tua dan orang tua bisa memberikan panduan atau nasihat kepada anaknya.
PG : Betul dan anak seringkali merasa tidak terima. Mungkin anak merasa kalau orang tua itu terlalu ingin ikut campur. Tapi bagi anak-anak tolonglah terbuka bahwa maksud orang tua adalah baik yitu mau menjaga kita kalau orang tua kurang mengerti, berilah mereka penjelasan baik-baik, apa yang dilakukan dan sebagainya tapi waktu orang tua memberikan nasihat untuk berhati-hati maka mohon untuk dicamkan juga.
PG : Amsal 16:25 berkata, "Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut." Saya kira ajakan menggiurkan lewat online tampak seperti jalan yang begitu lurus dan begitu mudah untuk mmeroleh apa yang kita inginkan, namun berhati-hatilah sebab bisa jadi itu adalah jalan menuju maut.
GS : Justru jalan yang lurus, kadang-kadang membuat kita tergelincir, tidak waspada dan kondisi kita tambah berbahaya. Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan kali ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pemangsa Lewat Online". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
55. Persahabatan Lewat Online |
|
Dewasa ini jalinan pertemanan lewat fasilitas online telah menjamur dan menjadi bagian hidup generasi muda. Pada kenyataannya sebagian besar teman yang mengelilingi kita adalah teman yang hadir secara online. Tidak jarang, karena keterbatasan waktu, ada orang yang memilih untuk memasuki proses perjodohan lewat online pula. Bagaimanakah kita harus menyikapinya? Di sini akan diulas dampak positif dan negatif persahabatan lewat online.
Dewasa ini jalinan pertemanan lewat fasilitas online telah menjamur dan menjadi bagian hidup generasi muda. Pada kenyataannya sebagian besar teman yang mengelilingi kita adalah teman yang hadir secara online. Tidak jarang, karena keterbatasan waktu, ada orang yang memilih untuk memasuki proses perjodohan lewat online pula. Bagaimanakah kita harus menyikapinya? Berikut akan diulas dampak positif dan negatif persahabatan lewat online.
"Persahabatan Lewat Online" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Persahabatan Lewat Online". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Sebelum kita memulai, saya hendak mengatakan hal ini yaitu bahwa pembicaraan kita ini bukan untuk menegatifkan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi. Tapi kita menyadari bahwa teknlogi informasi dan komunikasi telah memberi dampak yang positif yang sangat banyak kepada kita.
Jadi sudah tentu ini bukanlah masalahnya, dan masalahnya terpulang pada manusia yang menggunakan teknologi ini. Sebelum kita membahas hal-hal negatif tentang persahabatan lewat online, saya mau menunjukkan atau mengangkat terlebih dahulu salah satu dampak positif tentang penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam membangun persahabatan pada masa-masa remaja. Kita tidak bisa menyangkal bahwa penampilan itu penting karena dari penampilan akan membawa kepada kita apakah seseorang itu mau berteman dengan kita atau tidak, apalagi bagi wanita tidak bisa tidak cukup dipengaruhi oleh penampilan. Jadi kita tidak bisa menyangkal kenyataan di lapangan bahwa misalnya wanita yang cantik atau pria yang ganteng pada masa-masa remaja cenderung untuk digandrungi dan banyak temannya dan teman-temannya ingin berteman dengan dia, sebaliknya wanita atau pria yang tidak begitu menarik secara jasmaniah akhirnya juga kesulitan untuk memunyai sahabat-sahabat karena teman-teman itu sudah langsung memutuskan tidak mau dekat dengan mereka atas dasar penampilan jasmaniah belaka. Itu sebetulnya adalah sesuatu hal yang menyedihkan dan patut disayangkan sebab apa salahnya mengenal orang dengan lebih mendalam, tapi kenyataannya ada orang-orang yang tidak akan mau berkawan dengan kita karena melihat penampilan fisik kita. Dengan masuknya teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini, berarti orang berkesempatan mengenal kita tanpa harus melihat penampilan fisik kita kemudian mau menerima kita apa adanya kita, masukan kita, pendapat kita, buah pikiran kita, sifat-sifat kita yang kita munculkan lewat tulisan-tulisan kita itu. Dengan kata lain di sini salah satu fungsi positif dari teknologi komunikasi dan informasi yang kita kenal ini, bisa mengakrabkan orang tanpa harus dipisahkan oleh kesan pertama yang belum tentu benar tentang seseorang.PG : Kita akan melihat dampak-dampak negatif, namun terlebih dahulu saya akan jelaskan dampak positifnya dan yang pertama adalah tidak bisa disangkal fasilitas online telah membuka pintu perkenlan lebar-lebar.
Dewasa ini kita harus mengakui bahwa jarak tidak lagi menjadi rintangan untuk berkenalan dan berteman dengan seseorang. Dengan menyatunya bahasa komunikasi dunia yaitu penggunaan bahasa Inggris yang terus meluas maka semakin mudahlah kita berinteraksi dengan orang dari belahan dunia mana pun. Lewat sahabat baru ini kita pun dapat mengenal budaya dan kehidupan manusia di tempat asalnya dan sudah tentu semua ini akan menambah pengenalan kita akan dunia. Kalau dulu, untuk bisa mengenal seseorang maka kita harus pergi ke sana langsung, tapi sekarang kita bisa mendengar langsung dari dia yang tinggal di sana dan menceritakan dari dalam, di mana dia tinggal tentang budayanya dan kehidupan di sana. Dulu kita harus membaca buku dan buku adalah sebuah 'account', laporan yang tidak sepribadi kalau kita berbicara langsung dengan orang yang bersangkutan. Saya kira itulah yang dilakukan oleh fasilitas online, membuka pintu perkenalan lebar-lebar. Kendati fasilitas online membuka pintu perkenalan tapi dia tidak bisa membuka pintu persahabatan. Hal ini yang harus membuat kita jelas dan jangan menggantikan perkenalan yang luas dengan persahabatan yang dalam. Fasilitas online memang membuka kemungkinan untuk kita berkenalan dengan banyak orang tapi cara terbaik membangun persahabatan alias perkenalan yang mendalam tetap lewat perjumpaan tatap muka, dan tidak ada yang dapat menggantikan interaksi langsung untuk mengenal seseorang. Sebab komunikasi online tidak bisa mengungkap tabir tentang siapakah seseorang dibanding sejelas interaksi langsung. Maka silakan mulai berkenalan lewat online namun jangan mengambil keputusan penting menyangkut hidup misalnya seperti pernikahan lewat online. Ingatlah bahwa kita itu harus hidup bersamanya di dalam dunia nyata dan bukan di dalam dunia maya. Jadi pastikanlah kita mengenalnya secara langsung untuk suatu kurun yang panjang.PG : Memang kita bisa memberikan panduan kepada anak-anak kita, hal-hal apa yang harus dijadikan panduan. Apakah boleh melanjutkan hubungan pertemanan dengan orang tersebut. Misalnya yang pertaa adalah kalau belum apa-apa orang itu sudah mulai mengajak kita melakukan hal-hal yang terlarang.
Sudah jelas dan kita harus memberitahu kepada anak-anak kita kalau itu yang dimintanya maka katakan tidak dan hentikan dan jangan mau berhubungan dengan dia. Hal terlarang seperti apa? Mungkin ada yang mengajak untuk tidur bersama atau berhubungan seksual, ada yang mungkin mengajak untuk memakai obat bersama, atau ada juga yang mengajak melakukan tindak kejahatan bersama dan yang lain. Kalau diajak untuk melakukan hal-hal seperti itu maka kita katakan bahwa orang ini adalah orang yang tidak benar dan jangan melakukan. Ada juga misalnya meminta si anak untuk mengambil sesuatu milik orang tuanya untuk diberikan kepadanya atau dibagikan kepadanya. Kalau ada indikasi bahwa teman yang baru itu mengajaknya melakukan atau memintanya melakukan hal-hal yang salah atau terlarang dan berdosa, itu adalah pertanda kalau kita harus menghentikan hubungan dengan dia. Atau belum apa-apa orang ini menawarkan sebuah relasi tapi relasi itu terlalu mendalam misalnya lewat perkenalan tapi sudah mengatakan jatuh cinta dan terus mengajak misalnya untuk menikah. Jadi keputusan yang penting harus dibuat dengan segera. Itu juga adalah pertanda kalau orang ini adalah orang yang tidak benar dan jangan kita mengikuti hal-hal seperti ini, atau orang ini mengajak kita lari dan pergi ke tempat yang jauh dan berkata, "Jangan bilang kepada orang tua dan hanya kita berdua saja di sana". Hal seperti itu juga jangan kita ikuti. Mintalah atau berilah panduan kepada anak untuk berhati-hati terhadap ajakan-ajakan seperti ini.PG : Betul.
PG : Kita harus memberitahu anak kita, jangan mudah-mudah menceritakan hal-hal pribadi tentang dirinya kepada orang-orang ini lewat online, karena sungguh-sungguh kita tidak tahu, kecuali kalauorang ini adalah orang yang kita kenal dalam dunia yang nyata.
Tapi kalau tidak, maka lebih baik jangan sebab kadang-kadang kita mengenal dia lewat orang lain dan bisa jadi ini melewati dua orang dan bukan hanya satu orang. Jadi berhati-hatilah dan beritahu kepada anak-anak kita agar jangan terlalu cepat percaya kemudian menceritakan masalah-masalah pribadinya kepada orang ini, sebab kalau orang ini tahu siapakah anak kita dan apa yang menjadi pergumulan hidupnya maka dia akan melihat peluang untuk memangsa anak kita. Kalau misalkan dia melihat anak kita adalah anak yang kesepian dan perlu sekali perhatian karena misalkan kita repot dan sebagainya, maka dia akan memangsa anak kita karena dia tahu bahwa anak kita adalah anak yang kesepian dan dia akan berpose sebagai orang yang sangat peduli, memerhatikan anak kita, sangat mau menolong anak kita kemudian anak kita lama kelamaan percaya, begitu dia percaya malahan lebih mendengarkan dia dari pada orang tua sendiri, lebih mendengarkan dia dari pada teman-teman yang memang baik kepada anak kita. Jadi kita harus memberitahu kepada anak-anak kita bahwa dia harus berhati-hati dengan hal-hal seperti ini.PG : Bisa sekali. Dan hal ini sudah terbukti. Jadi bisa saja dia memakai foto orang misalnya di facebook dan sebagainya, dia bisa saja mengklaim bahwa dia itu bekerja sebagai apa, dia lulusan dri perguruan tinggi apa dan sebagainya, dan saya tahu ada orang yang memang seperti itu.
Kita tidak terpikir bahwa akan ada orang yang tega membohongi seperti itu dan dengan dia memasukkan data-data pribadi yang begitu mengesankan apalagi dia kalau menulis bahwa dia masih single dan sebagainya, maka ada saja nanti orang yang akan tergiur dan berkata, "Saya sedang mencari-cari pasangan hidup, menemukan orang seperti ini, lulusan dari universitas ini, bekerja di sini, gajinya besar" dan sebagainya padahal semua bohong. Jadi anak kita harus diberitahukan agar tidak cepat percaya karena kita tidak tahu dengan lebih jelas lagi siapakah orang-orang itu.PG : Justru kalau memang kita telah menjalin persahabatan dengan orang, silakan manfaatkan fasilitas online untuk memelihara jalinan persahabatan itu. Kita sering mengirim kabar, sering komuniksi, bisa dengan sahabat, bisa dengan sanak keluarga, dengan anak kita.
Dengan cara itu komunikasi masih terjalin dan kita pun dapat mengikuti perkembangan hidupnya dengan lebih cepat pula.PG : Memang fasilitas seperti facebook membuka pintu untuk berkenalan dengan begitu banyak orang, baik yang telah kita kenal maupun yang belum kita kenal. Jadi selalu gunakan prinsip kehati-hatan.
Misalkan masuk teman kita dan kita memang tahu bahwa dia adalah teman SD kita dan memang benar, tapi kita juga harus berhati-hati, sebab teman yang telah kita kenal semasa SD telah menjadi dewasa dan kita tidak mengikuti perkembangannya. Setelah dia lulus sekolah kita tidak tahu dia seperti apa, kita tidak tahu apakah dia menjadi orang yang baik atau menjadi orang yang jahat, jadi benar-benar kita tidak tahu. Jadi jangan berpandangan naif, oleh karena dia adalah teman semasa SD maka dia pastilah sebaik dulu, belum tentu karena manusia bisa berubah. Jadi ingat kita harus sadari bahwa cara terampuh untuk menipu adalah dengan cara memanfaatkan perkenalan. Jadi kalau orang ini adalah orang yang tidak benar, orang yang mau menjahati kita maka memang dia akan mencari mangsa dan mangsa adalah orang yang bisa dengan mudah percaya kepadanya. Bukankah ini cara yang mudah memperkenalkan diri, "Saya ini adalah teman SD-mu dan sebagainya," padahal berbelasan tahun atau bahkan berpuluhan tahun kita sudah tidak pernah lagi bertemu dengan orang itu jadi kita tidak tahu perkembangannya. Maka tetap kita harus berhati-hati dengan hal-hal yang seperti ini pula.PG : Biasanya kita harus bertanya kepada teman mengenai dia apakah seperti ini dan seperti itu, hal ini juga kami alami dalam 'mailing list' kami. Jadi akhirnya teman-teman mulai berbicara, "Siini seperti ini, mungkin kamu tidak tahu perkembangannya".
Biasanya di antara teman-teman itu ada yang tahu satu atau dua orang, jadi kita bisa mengecek terlebih dahulu, siapa orang ini sekarang. Kalau memang kita telah mengetahui bahwa orang ini telah berubah menjadi orang yang tidak baik, menjahati orang dan sebagainya maka kita harus tegas-tegas menutup pintu dan tidak mau lagi melanjutkan perkenalan dengan dia.PG : Yang harus kita lakukan adalah kita meminta teman yang kita tanya itu untuk tidak bicara dengan orang yang bersangkutan. Sudah tentu akan kita bicarakan secara tidak langsung kepada dia seingga dia tidak tahu.
PG : Betul.
PG : Ini memang sering terjadi, jadi mengembalikan pertemanan masa kecil sudah tentu menyenangkan dan dapat mengembalikan pula cinta monyet yang pernah dialami, mungkin kita pernah suka kepadaorang dan sebagainya.
Berhati-hatilah agar kita tidak bertindak ceroboh dan membuka pintu dosa, jangan bermimpi bahwa orang yang kita sukai dulu adalah pasangan yang cocok untuk kita sekarang, semua perkenalan perlu diuji lewat interaksi mendalam dan waktu yang panjang. Sudah tentu kita harus membatasi pertemanan apabila kita sudah menikah, jangan kita melewati batas dengan berbicara hal-hal yang pribadi dan mendekati hal-hal yang memang tidak boleh dibicarakan, memancing-mancing reaksi dia terhadap kita dan akhirnya benar-benar kita tersandung, membuat kencan, bertemu dia di sebuah tempat, berduaan dan akhirnya kita jatuh ke dalam dosa perzinahan. Maka jangan sampai kita melakukan dosa seperti itu.PG : Memang kita harus meminta dia untuk kembali menyeimbangkan waktu. Saya melihat hal ini sama dengan hobi-hobi yang lain, jadi kita tahu di masa lampau ada orang yang hobi memelihara burung,bisa memelihara ratusan burung dan bukan hanya belasan atau puluhan dan berjam-jam mengurusi burung peliharaannya.
Ada orang yang hobi memodifikasi mobil menghabiskan uang hampir berpuluhan juta untuk satu mobil, hobi-hobi seperti itu sudah tentu harus dibingkai atau ditaruh di dalam perspektif yang tepat, apakah hobi-hobi itu akan menguras keuangan kita, apakah hobi-hobi itu justru akan menyita waktu kita yang seharusnya kita berikan kepada keluarga kita. Jadi jangan kita mengambil waktu yang adalah milik pasangan kita dan anak-anak kita. Setelah kita menikah waktu bukanlah milik kita pribadi, tapi waktu adalah milik kita bersama. Jadi bukan hanya uang yang menjadi harta bersama, tapi waktu pun menjadi waktu bersama, jadi kita tidak boleh merampok waktu yang adalah kepunyaan anak-anak dan pasangan kita. Saya tahu ini sudah menjadi masalah besar. Sekarang memang sudah menjadi masalah besar, bahkan ketika tidur pun terbangun untuk membalas dan membalas, hal itu sangat salah. Justru teknologi informasi dan komunikasi adalah untuk melayani kita dan bukan kitanya yang melayani teknologi itu, setiap kali orang SMS kepada kita, kita tidak harus buru-buru membalasnya detik itu juga. Tapi balaslah di mana saat kita bisa membalasnya. Jadi kita menggunakan itu untuk menolong kita dan kita tidak diperbudak olehnya.PG : Sebab begitu kita membuka pintu dan meladeni semua ini berarti kita memang kehilangan keluarga kita, waktu bersama keluarga kita. Karena ini sama dengan kita berkomunikasi dengan sepuluh tman kita nonstop, jadi keluarga kita sekarang terdiri dari keluarga kita dan sepuluh teman kita itu.
Jadi kita harus meladeni sepuluh orang yang bertanya di dalam keluarga kita sendiri, apakah itu sehat? Misalkan si suami memunyai tambahan sepuluh dan si istri memiliki tambahan sepuluh orang, kemudian bagaimana dengan anak-anak bisa hidup dan mendapatkan perhatian. Kalau misalkan anak-anak berkata, "Papa dan Mama seperti itu maka kami juga akan seperti itu," berarti dia menambahkan sepuluh lagi temannya, berarti di dalam satu rumah selain dari tiga orang ini maka ada tiga puluh orang lain lagi. Jadi satu rumah ada tiga puluh tiga orang dan kita tahu itu bukanlah sebuah keluarga lagi. Berarti waktu kebersamaan atau interaksi langsung akan terpupus habis. Jadi kita merugikan keluarga kita dan menanamkan benih-benih yang nanti cenderung akan menimbulkan masalah di dalam keluarga kita.PG : Jadi kita memang harus berhati-hati. Kalau dia mencurahkan isi hatinya tentang masalah dia dan sebagainya apalagi kalau dia adalah lawan jenis, jangan beranggapan, "Tidak apa-apa hanya temn".
Sebab biasanya perselingkuhan muncul dari relasi seperti itu, kita tidak mau mengatakan segala bentuk persahabatan, apalagi yang dimulai sejak kecil kemudian kalau sekarang disambung kembali bisa menjadi wadah atau tempat perzinahan atau perselingkuhan dan sebagainya, itu belum tentu sebab semua bergantung pada kita masing-masing tapi memang kita harus bisa menjaga batas dan jangan berlomba-lomba memberikan waktu kita sepenuhnya ke sana, sebab itu sama dengan mengundang orang-orang itu masuk dan tinggal di rumah kita. Karena mereka memiliki akses langsung ke rumah kita, dia mau bicara apa dengan kita, dia bisa langsung. Itu tidak sehat, justru kalau kita membangun rumah pastilah kita membangun tembok supaya orang tidak bisa keluar masuk seenaknya. Tapi dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi seolah-olah tembok rumah kita itu kita hancurkan, robohkan, tidak perlu pintu lagi dan orang bisa seenaknya keluar masuk mengajak kita bicara dan membangunkan kita tidur semaunya, jadinya itu melewati batas.PG : Kita harus selalu ingat bahwa semua ini adalah sarana kita menjalin komunikasi, jadi ini adalah alat dan jangan kita menjadi budak teknologi komunikasi serta jangan merasa berkewajiban hars menjawab saat itu juga dan jangan mengorbankan waktu dengan orang terdekat terutama keluarga gara-gara terobsesi dengan komunikasi canggih ini.
Jadi kita harus menempatkan semua ini di dalam perspektif yang benar dan ini hanyalah sarana. Jadi gunakanlah sebagai sarana dan jangan melakukannya sebagai ilah kita.PG : Kalau sampai orang kecanduan, itu berarti dia sudah melewati batas dan dia harus menghentikannya dan segala jenis kecanduan kalau kita tahu bahwa kita memang kecanduan maka kita harus meleaskannya, berarti kalau bisa jangan memakainya lagi.
Jadi kita bisa mulai disiplinkan diri kita dari hal-hal kecil seperti ini. Misalkan kita memiliki HP dan sebagainya, maka jangan kita hidupkan suaranya sehingga ketika kita sedang berbicara dengan orang maka kita tidak harus mengambilnya dan menjawabnya sebab itu sama dengan kita berbicara dengan orang dan kemudian ada orang yang datang menyela pembicaraan dan berbicara dengan kita, akhirnya kita menjadi bengong. Akhirnya komunikasi menjadi begitu rancu karena sepuluh orang berbicara dalam waktu yang bersamaan. Jadi dari segi komunikasi ini sudah tidak lagi benar. Kalau kita berbicara dengan satu orang itu maka kita berikan waktu kepada satu orang, setelah kita selesai berbicara maka kita bisa menjawab dan menanyakan, "Tadi menelepon saya, ada apa? Tadi SMS saya, apa yang bisa saya bantu?" Ini bukan masalah hidup dan mati, kalau orang berada dalam kondisi hidup dan mati maka dia akan memanggil ambulance dan bukan kita, jadi tidak perlu harus kita. Benar-benar kita harus menempatkan hal ini dalam perspektif yang benar.PG : Justru ini harus kita ingatkan bahwa dia memang mendapatkan status tapi status itu adalah status kosong dan tidak perlu sama sekali sebab sekali lagi justru yang dia bisa berikan adalah diinya, waktu dia berbicara dengan orang dan sungguh-sungguh memerhatikan, dia sungguh-sungguh tulus dan dia tidak mau diganggu oleh orang lain dan setelah selesai barulah dia menjawab.
Bagi kita sewaktu kita melihat hal itu maka kita justru harus mengacungkan jempol, kita angkat topi dan katakan, "Engkau sungguh-sungguh menghormati saya, karena menghormati saya maka kamu tidak menjawab SMS atau telepon tadi". Dan kita akan menghargai orang yang seperti itu, dan justru jangan menghargai orang kalau kita sedang berbicara dengan dia kemudian teleponnya berbunyi dan dia sibuk untuk menjawab telepon dari orang berarti kita tidak sepenting itu dalam hidupnya.PG : Mazmur 90:12 berkata, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." Firman Tuhan mengingatkan di sini agar kita memakai waktu supaya kita bia memakainya dengan bijaksana, jangan sampai membuang waktu secara percuma.
Ingat bahwa orang yang nyata adalah orang di sekitar kita dan bukan orang yang ada di ponsel, di Blackberry atau di komputer kita.PG : Betul.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Persahabatan Lewat Online". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
56. Memilih Pasangan Hidup I |
|
Dalam memilih pasangan hidup, janganlah kita tergesa-gesa atau berpikir singkat tanpa ada pertimbangan-pertimbangan matang. Kita harus ingat bahwa pasangan yang akan kita pilih menjadi pendamping kita adalah orang yang akan menemani kita seumur hidup kita, untuk itu jangan sampai salah pilih pasangan. Kita harus memikirkan kriteria yang bagaimana yang disetujui Alkitab? Dan bagaimana cara-cara untuk bisa mendapatkan pasangan dengan tepat?
Ada peribahasa yang berbunyi, "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga." Kebanyakan kita berusaha untuk hidup sebaik mungkin supaya hidup tidak menyisakan penyesalan di hari tua. Namun pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang dapat melewati hidup tanpa penyesalan. Seperti tupai yang terjatuh, kita pun tersandung dalam satu dua hal sehingga mesti menanggung penyesalan di hari tua. Berikut akan dipaparkan pelbagai ruang dalam kehidupan yang kerap menyisakan penyesalan. Mudah-mudahan melalui refleksi ini kita dapat menghindar dari kesalahan serupa sehingga kita tidak harus menyisakan penyesalan dalam hidup.
Norman Wright, seorang terapis keluarga di Amerika, menyimpulkan bahwa kebanyakan orang di Amerika lebih banyak memberi waktu untuk memersiapkan diri menghadapi ujian mengambil surat izin mengemudi dibanding memersiapkan diri untuk pernikahan. Pengamatan yang baik! Dan salah satu penyebab mengapa kita keliru memilih pasangan hidup adalah karena kita TERLALU CEPAT MENGAMBIL KEPUTUSAN. Jarang ada orang yang keliru memilih pasangan hidup oleh karena terlalu lama mengambil keputusan.
Berikut akan dipaparkan beberapa penyebab mengapa kita terlalu cepat mengambil keputusan :Hidup Tanpa Penyesalan-"Memilih Pasangan Hidup" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan rangkaian atau suatu seri tentang Hidup Tanpa Penyesalan dan untuk bagian yang pertama ini kita akan membahas tentang"Memilih Pasangan Hidup" bagian yang pertama. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Betul sekali. Jadi seperti yang Pak Gunawan katakan, saya kira hampir semua kita di hari tua menengok ke belakang dan kita bisa berkata,"Kalau saja saya begitu dan berbuat seperti ini". Jai akan ada penyesalan yang kita bawa sampai di hari tua, ada peribahasa berkata sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga, sebaik-baiknya kita merancang hidup supaya tidak menyisakan penyesalan-penyesalan di hari tua akhirnya ada saja yang kita lakukan yang keliru sehingga di hari tua kita membawa penyesalan itu.
Jadi yang kita akan coba lakukan adalah mencoba memberikan masukan kepada para pendengar kita mengenai hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam hidup ini supaya kita tidak menyisakan penyesalan di hari tua.PG : Betul sekali. Jadi apa yang kita telah tabur akhirnya harus kita tuai maka mudah-mudahan lewat seri yang baru ini, kita bisa menabur benih-benih yang baik supaya pada akhirnya kita dapat mnuai buah-buah yang baik.
PG : Betul. Saya masih ingat kalau saya pernah mengikuti sebuah pelatihan yang diberikan oleh H.Norman Wright, dia seorang terapis keluarga di Amerika Serikat. Di dalam pembicaraan, dia berkatabahwa kebanyakan orang di Amerika Serikat ternyata lebih banyak memberikan waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian mengambil Surat Ijin Mengemudi (SIM) dibanding mempersiapkan diri untuk pernikahan.
Saya kira ini suatu pengamatan yang baik dan sudah tentu beliau berkata demikian berdasarkan pengalamannya menangani begitu banyak permasalahan dalam keluarga yang sebenarnya bersumber dari kita yang tidak hati-hati memilih pasangan sehingga akhirnya harus menuai konflik dalam keluarga kita. Pak Gunawan, salah satu penyebab kenapa kita keliru memilih pasangan hidup adalah karena kita terlalu cepat mengambil keputusan. Saya ingin kita menggaris bawahi kata terlalu cepat. Saya kira dalam pemilihan pasangan hidup, ini yang menjadi kesalahan yang paling umum diperbuat oleh kita, terlalu cepat mengambil keputusan. Maka kita mesti belajar jangan sampai terlalu cepat mengambil keputusan.PG : Jadi banyak orang yang harus kita akui waktu memilih pasangan hidup tidak melihat terlalu jauh dan itu masalahnya, terlalu memfokuskan pada apa yang dilihatnya sekarang dan sudah tentu yan sekarang itu yang menyenangkan hati dan mata, sehingga akhirnya mengambil keputusan menikah dengan dia dan pada akhirnya menuai badai konflik di dalam pernikahan.
PG : Ada beberapa dan misalnya yang pertama adalah ada orang yang terlalu bernafsu di dalam memilih pasangan hidup, mungkin saja kita memang bertemu dengan orang yang memenuhi profil pasangan yng kita dambakan misalnya kita mengharapkan orang ini berbadan atletik atau orang ini berwajah cantik atau orang ini memang memunyai kebisaan tertentu, jadi ada yang kita dambakan dan kemudian kita bertemu dengan dia.
Tanpa berpikir panjang akhirnya kita pun langsung memutuskan untuk menikah dengan dia, sebab bagi kita perjumpaan itu ibarat durian runtuh dan kita melupakan fakta bahwa pernikahan didirikan di atas pengenalan yang mendalam dan bukan perkiraan belaka bahwa orang ini kira-kira seperti ini, sudah kenal dan sebagainya. Bukan seperti itu, bukan perkiraan tapi pengenalan. Jadi akhirnya kita memutuskan menikah dengan dia dan ternyata setelah menikah perkiraan-perkiraan kita itu tidak lengkap dan mungkin saja ada benarnya, tapi tidak lengkap sebab di belakang perkiraan itu ada setumpuk perbedaan-perbedaan yang tidak pernah kita ketahui.PG : Betul sekali bahwa umumnya kita mendasarkan keputusan kita menikah secara tergesa-gesa atas ketertarikan jasmaniah karena dia begitu memikat, kita tidak lagi berpikir panjang dan ingin beramanya.
Misalkan kita mengingini pria yang mapan yang memunyai pekerjaan yang stabil misalnya punya rumah dan mobil, sempurna sesuai dengan profil yang kita inginkan. Atau, misalkan kita ingin wanita yang keibuan, dia bisa masak dan rasanya dia bisa mengurus anak, rasanya orangnya juga rajin, maka dia langsung dan tidak berpikir panjang lagi, akhirnya perkiraan-perkiraan itu yang menjebak. Sebab ternyata perkiraan itu meskipun bisa saja benar, tapi di belakang perkiraan itu ada setumpuk hal-hal lain yang memang kita harus kenali sebelum menikah agar kita tidak hanya mencoba untuk menyesuaikannya, tapi menjadi salah satu faktor pertimbangan kita, apakah kita mau atau bisa menikah dengan dia. Jadi misalkan tadi saya katakan, suaminya kedudukannya baik punya rumah, stabil dan sebagainya, tiba-tiba setelah kita menikah barulah kita menyadari kalau dia menghendaki istri tunduk 100%, tidak pernah protes, tidak boleh bicara apa-apa dan harus jaga rumah, harus bisa mengurus anak-anak dan tidak boleh menuntut apa-apa dan harus mengikuti kemauan suami 100%. Dia tidak mengetahui hal itu sebelum menikah. Atau ada suami yang memikirkan istri yang keibuan, bisa masak, mengurus rumah dan anak, kira-kira cocok menjadi istri saya dan setelah menikah akhirnya baru ketahuan misalnya dia tidak bisa terima kalau suaminya memunyai teman lain di luar, baik laki atau perempuan, inginnya suaminya pulang kerja langsung pulang ke rumah, pulang dari gereja langsung pulang ke rumah jadi tidak boleh bergaul dengan orang-orang lain, sehingga si suami mulai diputuskan hubungannya dari teman-temannya dan lingkungannya. Hal-hal ini yang perlu diketahui sebelum menikah sehingga kita bisa menjadikan hal ini sebagai bahan pertimbangan apakah setelah kita menikah, kita siap menjadi orang yang diinginkan oleh pasangan kita dan kita sanggup atau tidak menjadi seperti itu. Kalau kita terlalu bernafsu karena cocok dengan profil kita, kemudian kita langsung menikahinya, setelah menikah barulah kita menyadari kalau banyak hal yang membuat kita tidak nyaman.PG : Mungkin pada masa berpacaran dia berkata,"Calon istri saya ini adalah orang yang hemat jadi nanti dia bisa mengatur rumah tangga, keuangan bisa dia pegang dengan baik" setelah dia menikah arulah dia sadar bukan hanya mengatur rumah tangga, tapi juga mengatur dompet dia dan juga mengatur uang yang keluar dari dompet dia sepenuhnya, tidak memberikan kebebasan sama sekali.
Waktu suami ingin sedikit kreatif membelikan mainan untuk anak dan sebagainya, kemudian si istri marah,"Kenapa kamu harus keluarkan uang untuk mainan seperti ini? Anak-anak tidak perlu dibelikan seperti ini karena mereka mudah bosan". Kita mencoba menjelaskan,"Tapi anak-anak juga perlu mainan meskipun hanya bertahan setahun tapi tidak mengapa, tahun depan bisa membeli lagi". Istri menjawab,"Itu tidak perlu kalau tahun depan tidak bisa dipakai kenapa harus membeli sekarang?" Akhirnya terjadilah pertengkaran. Jadi sekali lagi jangan terlalu bernafsu, banyak orang hidup dalam penyesalan di masa tua karena terlalu bernafsu memilih pasangan hidup.PG : Memang ada orang yang berkata seperti itu tapi saya lebih melihat pernikahan itu merupakan sebuah perhitungan artinya kita itu menghitung-hitung melihat baik-baik, menilai dengan seksama aakah orang ini bisa hidup bersama kita dan apakah kita sanggup hidup bersamanya.
Jadi sebelum menikah kita harus membuka mata melihat hal ini.PG : Salah satu penyebab lain adalah dia terlalu rohani jadi dia merohanikan segalanya, seolah-olah seperti beriman tapi saya memanggil hal ini beriman yang semu dan tidak benar-benar sejati, yitu ada orang yang beranggapan secara rohani bahwa Tuhan pasti tidak akan membiarkan kita memilih pasangan yang salah.
Jadi siapa pun orang yang kita yakini sebagai orang yang disediakan Tuhan pastilah pasangan yang sesuai. Tapi masalahnya adalah bagaimana kita memastikan dia adalah orang yang Tuhan sediakan, karena kita terlalu merohanikan segala sesuatu,"pastilah ini kehendak Tuhan kalau tidak maka tidak mungkin ketemu dia, pasti ini kehendak Tuhan dan kalau kehendak Tuhan maka tidak perlu kenal lama-lama, satu atau dua kali saja sudah cukup yang penting kita seiman dan sebagainya". Kita tidak lagi berhati-hati dan tidak menjalani masa berkenalan yang panjang dan kemudian kita memutuskan menikah, akhirnya kita harus menuai masalah demi masalah.PG : Ini sama dengan orang yang misalnya berkata,"Sudah pasti kehendak Tuhan saya dirampok, kalau tidak maka saya tidak akan bertemu dengan perampok itu". Tidak seperti itu, perampok ini memangadalah orang jahat yang mau merampok kita.
Dalam pemeliharaan Tuhan yang sempurna, Dia memang membiarkan dunia ini tetap berada dalam keadaan tidak sempurna akibat dosa kita. Jadi kita memang harus menanggungnya dan karena dosa itu maka ada orang-orang berdosa yang ingin merampok orang lain. Dalam kehendak Tuhan dalam pengertian, Tuhan mengizinkan hal ini terjadi tapi bukannya Tuhan mengirim perampok untuk merampok kita, kita tidak berkata,"Tuhan mengirim perampok untuk merampok kita" tidak seperti itu. Jadi kalau kita tidak akan berkata,"Tuhan mengirim perampok untuk merampok kita" maka kita harus berhati-hati waktu berkata,"Pasti Tuhan yang mempertemukan kita dengan calon pasangan kita" sebab memang belum tentu, sebab pasangan itu harus diuji lewat perkenalan dan waktu. Tidak bisa kita berkata,"Pasti ini dari Tuhan". Memang benar Tuhan menuntun kita, Pak Gunawan, namun Dia pun menghendaki agar kita melakukan bagian kita yaitu memastikan bahwa kita memang sepadan dan kita tidak bisa menggantikan akal sehat dengan iman,"Kita tidak perlu pertimbangan-pertimbangan, yang penting beriman". Itu salah! Dalam pemilihan pasangan hidup, iman tidak menggantikan akal sehat dan Tuhan pun tidak mau kita menukarkan akal sehat dengan iman yang seperti itu. Makanya di Alkitab hanya ada contoh-contoh yang sangat langka, misalnya waktu Ishak menikah dengan Ribka, hamba Abraham itu berdoa meminta pertolongan Tuhan dan itulah pertemuan secara lebih ajaib, tapi di luar itu memang tidak, karena Tuhan memberikan kebebasan sekaligus tanggung jawab kepada manusia untuk memilih baik-baik pasangan hidupnya. Jadi kita harus menjalani masa perkenalan dan masa penyesuaian. Kita harus ingat keharmonisan dalam pernikahan bukanlah hasil dari doa semata, keharmonisan adalah buah dari kerja keras menyesuaikan diri satu dengan yang lain.PG : Dan kadang-kadang ada orang menggunakan contoh, lihat si A dan si B, mereka cocok meskipun tidak ada masa perkenalan, tapi mereka yakin kalau Tuhan yang mempertemukan, ada contoh seperti iu dan saya tidak sangkali, tapi kenapa kita mesti mengambil resiko setinggi itu, sedangkan Tuhan pun tidak menjanjikan Dia menuntun kita kepada pasangan hidup kita dengan cara seperti itu, tidak! Tuhan menggunakan cara yang alamiah sekali dengan cara pendekatan, mengenal, menyesuaikan diri.
PG : Yang berikut adalah kesalahan yang seringkali kita perbuat dalam pemilihan pasangan hidup yaitu kita terlalu menyederhanakan masalah. Mungkin kita sudah mulai merasakan bahwa ada perbedaanantara kita, tapi kita menolak untuk menghadapi atau menerima realitas dan kita beranggapan bahwa segala masalah pasti dapat diselesaikan asal kita saling mencintai, alasan itu yang biasa kita gunakan.
Kita pun juga beranggapan bahwa semua pernikahan mengandung masalah, jadi kita tidak perlu mengkhawatirkannya,"Bukankah semua orang yang menikah pasti memiliki masalah, jadi mengalir saja dan kita menikah saja sebab akhirnya walaupun orang yang sudah berpacaran 3-4 tahun pun harus menghadapi masalah dalam pernikahannya". Kita mungkin beranggapan bahwa yang penting kita jalani dan nanti ada waktu untuk kita menyelesaikan masalah dalam pernikahan. Atau mungkin masalah itu akan selesai dengan sendirinya. Kita lupa bahwa masalah tidak akan selesai dengan sendirinya, akhirnya kita harus berhadapan dengan masalah demi masalah. Jadi ternyata masalah yang sederhana di mata kita tidaklah sesederhana yang kita duga, pada akhirnya kita menemukan bahwa masalah demi masalah yang tak terselesaikan bertumpuk menjadi gunung masalah yang siap meletus.PG : Dulu sewaktu saya masih studi tahun 1970, ada hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa sebetulnya di Amerika serikat, penyebab pertama mengapa orang bercerai adalah karena faktor keuanga atau ekonomi dan bukan masalah perselingkuhan.
Jadi betul sekali kata Pak Gunawan bahwa kematangan, kesiapan secara ekonomi dalam pernikahan itu penting, kalau tidak akhirnya menjadi masalah dan banyak orang yang memang menyederhanakan masalah ini, yang penting saling cinta dan nanti masalah ekonomi bisa dibereskan dengan sendirinya, padahal setelah menikah tekanan ekonomi begitu besar dan akhirnya pasangan tidak sabar dan menuntut-nuntut kita,"Kamu harus kerja lebih keras", kita marah,"Saya sudah bekerja keras tapi mau apalagi." Istri berkata,"Kamu tidak bertanggung jawab dan tidak memikirkan bagaimana anak kamu". Akhirnya sering ribut, yang satu merasa kehilangan harga diri karena ditekan-tekan dan yang satu merasa,"Saya bernasib sangat susah menikah dengan orang ini karena harus hidup susah" akhirnya masalah menjadi terus bertambah.PG : Betul dan yang lain lagi adalah perbedaan. Jadi pada masa berpacaran kita cenderung menyederhanakan masalah sehingga perbedaan yang sudah kita lihat kita coba minimalkan,"Tidak apa-apa, bia selesai dan sebagainya" kemudian kalau tidak kita coba selesaikan dan sesuaikan nanti itu akan menjadi duri dalam relasi kita.
PG : Yang sering diabaikan adalah motivasi yang tidak murni dan kadang-kadang ini menjadi penyebab kenapa orang terlalu cepat menikah dan setelah menikah barulah dia tersandung. Apa yang saya mksud dengan motivasi yang tidak murni? Mungkin ada orang yang menginginkan status menikah, karena sudah terlalu lama hidup membujang sehingga waktu ada kesempatan menikah maka dia langsung menikah daripada tidak ada status menikah sama sekali.
Atau ada orang yang menginginkan harta dari pasangannya, sehingga waktu dapat orang yang diidamkan maka tergesa-gesa dia nikahi atau ada juga yang membutuhkan perlindungan, hidup dalam kesusahan ketakutan sehingga pernikahan seolah-olah menjadi benteng yang baru bagi dia. Apa pun motivasinya kalau tidak murni dan akhirnya kita cepat menikahinya akhirnya itu tidak menjadi fondasi yang kuat dalam pernikahan kita, sebab kita mulai masuk ke dalam pernikahan dengan ketidakjujuran. Dengan motivasi yang tidak lagi murni dan ketidakjujuran merusakkan fondasi pernikahan. Yang penting yaitu kepercayaan, sebab lama kelamaan pasangan bisa tahu,"Jadi kamu mau menikah dengan saya karena kamu ingin ini dari saya, sehingga kamu menyuruh saya cepat menikahimu". Begitu orang berkata seperti itu,"Kamu ini tidak murni menikah dengan saya", maka kepercayaannya rontok jadi kita tidak lagi percaya dengan ketulusan dan kejujuran pasangannya itu. Akhirnya apa yang terjadi? Mungkin orang ini merasa diperdaya, tidak bisa lagi menyerahkan hidup sepenuhnya dan takut, akhirnya belum lama menikah tapi sudah menghancurkan pernikahan itu sendiri.PG : Jadi adakalanya kita menjadi korban lingkungan atau kondisi dan saya mengerti tidak mudah untuk menyanggah desakan dari lingkungan itu, tapi kita harus memikirkan akibatnya daripada masuk ernikahan dengan motivasi yang tidak murni dan akhirnya menuai badai, orang tidak lagi bisa percaya pada kita, pasangan kita justru merasa tertipu oleh kita dan menyimpan kemarahan yang besar akhirnya pernikahan itu menjadi retak.
Misalnya yang lain, merasa terpedaya misalnya mau hamil, jadi pada masa berpacaran seolah-olah dia mau membuka diri supaya akhirnya terjadilah hubungan di luar nikah dan ketika terjadi akhirnya harus hamil, maka harus dinikahi. Akhirnya ada orang yang setelah menikah sadar,"Saya ini benar-benar dijebak, kamu memang sengaja membiarkan hamil supaya akhirnya saya nikahi", sudah tentu dia salah karena dia mau melakukannya, tapi karena dia tahu kalau ada unsur jebakan itu akhirnya dia menyimpan kemarahan dan pada akhirnya ini susah sekali dipadamkan.PG : Seringkali demikian. Kebanyakan orang mengalami goncangan dalam rumah tangga mengawali pernikahan dengan kehamilan, sebab sebetulnya mereka itu belum siap menikah saat itu tapi terpaksa meikah.
Jadi karena ketidaksiapan mereka saat itu untuk menikah, tapi terpaksa menikah maka dia sudah menggoncangkan sendi pernikahan sejak awalnya, belum lagi akan ada yang merasa terjebak baik pihak perempuan yang memang harus hamil atau pun pihak pria yang menghamili. Jadi adakalanya salah satu dari keduanya merasa terjebak,"Saya belum siap menikah dengan kamu, tapi kamu sengaja membuat saya menikah dengan kamu". Jadi akhirnya menimbulkan masalah.PG : Memang ada yang tidak punya maksud menjebak, tapi ada juga yang sengaja menjebak, sebab dia memang sengaja mau menikahi orang ini, terlalu bernafsu dan ingin cepat-cepat jadi digunakanlahcara seperti itu.
Jadi sekali lagi faktor kehamilan akhirnya membuat orang menikah, tapi membuat mereka menikah atau mengawali pernikahan di dalam ketidakstabilan atau ketidaksiapan yang akhirnya membuahkan masalah dalam pernikahan dan di hari tua membuahkan penyesalan,"Kenapa saya harus menikah dan hidup dengan dia". Jadi kita angkat topik ini dengan harapan kita berhati-hati dalam memilih pasangan hidup sehingga tidak harus hidup dengan penyesalan di hari tua kita.PG : Amsal 3:5-7 saya kira adalah ayat yang tepat untuk pembicaraan kita"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam seala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak". Jadi kita mesti menyadari bahwa pengertian kita terbatas dan jangan sampai kita dikuasai oleh pengertian atau nafsu kita dan dengan tergesa-gesa memilih seseorang untuk menjadi pasangan hidup kita dan akhirnya kita jatuh ke dalam masalah-masalah yang disebabkan karena kita terlalu cepat mengambil keputusan.GS : Tapi rupanya ada banyak faktor tentang penyesalan di hari tua khususnya dalam memilih pasangan hidup sehingga perbincangan ini harus kita hentikan dulu pada kesempatan ini, namun nanti kita akan lanjutkan untuk tetap membahas Hidup Tanpa Penyesalan mengenai"Memilih Pasangan Hidup" dan kita mengharapkan para pendengar setia kita ini, tetap dengan setia mengikuti program ini, terima kasih, Pak Paul. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja memulai suatu seri perbincangan tentang Hidup Tanpa Penyesalan dan perbincangan kami kali ini tentang"Memilih Pasangan Hidup" bagian yang pertama dan kami akan melanjutkannya pada perbincangan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
57. Memilih Pasangan Hidup II |
|
Dalam memilih pasangan hidup, janganlah kita tergesa-gesa atau berpikir singkat tanpa ada pertimbangan-pertimbangan matang. Kita harus ingat bahwa pasangan yang akan kita pilih menjadi pendamping kita adalah orang yang akan menemani kita seumur hidup kita, untuk itu jangan sampai salah pilih pasangan. Kita harus memikirkan kriteria yang bagaimana yang disetujui Alkitab? Dan bagaimana cara-cara untuk bisa mendapatkan pasangan dengan tepat?
Ada peribahasa yang berbunyi, "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga." Kebanyakan kita berusaha untuk hidup sebaik mungkin supaya hidup tidak menyisakan penyesalan di hari tua. Namun pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang dapat melewati hidup tanpa penyesalan. Seperti tupai yang terjatuh, kita pun tersandung dalam satu dua hal sehingga mesti menanggung penyesalan di hari tua. Berikut akan dipaparkan pelbagai ruang dalam kehidupan yang kerap menyisakan penyesalan. Mudah-mudahan melalui refleksi ini kita dapat menghindar dari kesalahan serupa sehingga kita tidak harus menyisakan penyesalan dalam hidup.
Norman Wright, seorang terapis keluarga di Amerika, menyimpulkan bahwa kebanyakan orang di Amerika lebih banyak memberi waktu untuk memersiapkan diri menghadapi ujian mengambil surat izin mengemudi dibanding memersiapkan diri untuk pernikahan. Pengamatan yang baik! Dan salah satu penyebab mengapa kita keliru memilih pasangan hidup adalah karena kita TERLALU CEPAT MENGAMBIL KEPUTUSAN. Jarang ada orang yang keliru memilih pasangan hidup oleh karena terlalu lama mengambil keputusan.
Berikut akan dipaparkan beberapa penyebab mengapa kita terlalu cepat mengambil keputusan :Hidup Tanpa Penyesalan -"Memilih Pasangan Hidup" (II)
oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami terdahulu, kami sedang membuat suatu perbincangan berseri tentang Hidup Tanpa Penyesalan dan pada kesempatan terdahulu kami membicarakan tentang"Memilih Pasangan Hidup" bagian yang pertama. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Kita mau belajar untuk hidup dengan bijaksana supaya tidak harus nanti di masa tua menuai penyesalan. Bagian pertama yang kita fokuskan adalah dalam hal memilih pasangan hidup. Yang saya tkankan adalah seringkali kita terlalu cepat memilih pasangan hidup, maka kita perlu berhati-hati jangan sampai bernafsu dan terlalu beriman atau merohanikan segalanya dan jangan sampai menyederhanakan masalah atau ada orang yang memang memasuki pernikahan dengan motivasi yang tidak murni untuk mendapatkan sesuatu atau ada juga yang karena tidak bisa menjaga diri dan akhirnya hamil di luar nikah sehingga harus menikah.
Kita belajar bahwa kita harus menjaga diri terhadap semua itu agar pada akhirnya bisa memilih pasangan dengan hati-hati.PG : Kita akan belajar yaitu beberapa nasehat bagaimana memilih pasangan hidup dan jangan sampai kita jatuh ke dalam kesalahan terlalu cepat, jadi kita akan bahas beberapa panduan untuk menolon kita memilih.
PG : Yang pertama yaitu yang paling penting adalah kita harus berdoa, Yakobus 1:5 berkata,"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah". Daam hal memilih pasangan hidup kita tidak boleh terlalu percaya diri.
Ini adalah nasehat yang penting dan kita tidak dapat bersandar pada penilaian sendiri sebab pada dasarnya kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah dia akan menjadi pasangan yang serasi dengan kita, itu sebabnya dalam hal memilih pasangan hidup kita harus bergantung kepada Tuhan untuk menuntun kita.PG : Maka waktu kita berdoa kita meminta kepada Tuhan agar kita diberikan hikmat, hikmat agar kita bisa melihat dengan jelas. Ada begitu banyak hal yang harus dilihat pada masa perkenalan, tanp pertolongan Tuhan maka kita tidak akan dapat melihat dengan mata yang jernih.
Jadi jangan sampai kita membalikkan proses ini, yaitu kita malas berdoa dan baru berdoa setelah bertemu dengan seseorang yang kita sukai, tapi kita harus mendoakan hal ini dan meminta hikmat Tuhan sebelum dan bukannya sesudah kita bertemu dengan orang yang kita sukai. Kalau kita baru berdoa setelah menjumpai seseorang yang kita sukai maka ada kemungkinan kita tidak lagi dapat secara objektif mendengar tuntunan Tuhan oleh karena perasaan kita sudah terlanjur menyukainya. Dan waktu kita berkata,"Tuhan tuntun saya, Tuhan biar kehendak-Mu yang jadi" maka kita tidak buru-buru menerkam orang dan memastikan dia pastilah istri atau suami kita, tidak! Sebab kita masih mencari kehendak Tuhan, mental masih mencari kehendak Tuhan membuat kita tidak melangkah tergesa-gesa dan mengatakan,"Ini pasti dari Tuhan" tidak seperti itu! Tapi kita terus meminta kepada Tuhan untuk memberi kita hikmat melihat lagi dan melihat lagi, membandingkan dan bertanya dan melihat lagi. Mintalah hikmat supaya mata kita jelas melihat apa yang kita sedang hadapi.PG : Saya setuju sekali. Jadi kita bisa mengundang atau meminta beberapa orang untuk mendoakan kita pula, sebab ini yang saya lihat di dalam pengalaman, ada orang-orang yang meminta baik saya aau orang lain mendoakannya dalam masa perkenalan ini.
Kemudian di tengah jalan ada saja yang terjadi sehingga akhirnya dia melihat dengan lebih jelas,"Ternyata ini bukan". Waktu mereka konsultasikan lagi memang sepertinya bukan karena orangnya seperti ini dan sifatnya begitu. Ada juga yang dalam perjalanan akhirnya putus karena di pihak sana tidak ada angin dan tidak ada hujan ingin putus. Jadi waktu kita berdoa meminta Tuhan menuntun kita maka Dia akan menuntun kita dan Dia akan memberikan kepada kita sinyal-sinyal kehendak-Nya sehingga dari jauh kita bisa melihat ini adalah sinyal-sinyal Tuhan. Kalau misalnya setelah kita berdoa kita semakin sering bertengkar dan ketika semakin kenal malah semakin sering bertengkar, maka bukalah mata mungkin Tuhan sedang menunjukkan kepada kita kalau dia bukanlah orangnya. Jadi kita harus meminta Tuhan untuk memberi kepada kita hikmat, agar kita bisa mengambil keputusan yang tepat. Kadang kita tahu apa yang baik dan buruk namun kita tidak memilih yang baik jadi kita harus berdoa meminta hikmat untuk memutuskan apa yang baik dan bukan apa yang menarik. Ingat kebaikan bertahan selamanya sedangkan daya tarik hanyalah bertahan untuk sesaat.PG : Memang akhirnya dia tidak mau memusingkan apa yang Tuhan kehendaki atau yang Tuhan lakukan dan dia langsung memutuskan sendiri dan sudah tentu itu yang keliru. Waktu kita berdoa berarti kia siap menantikan Tuhan.
Jadi kalau kita berdoa tapi terus saja kita melakukan yang kita mau lakukan, maka apa artinya berdoa. Artinya berdoa adalah menunggu dulu dan melihat dulu, apakah Tuhan membukakan jalan, Tuhan memberikan konfrontasi atau tidak. Mentalitas yang seperti itu yang diperlukan. Jadi bukannya basa-basi mengucapkan dosa, tapi benar-benar hati yang siap untuk menunggu dan melihat Tuhan menunjukkan kehendak-Nya dan barulah memastikan.PG : Hikmat bagi saya adalah yang pertama sebuah keyakinan bahwa ini adalah berkenan kepada Tuhan dan ini bukanlah sesuatu yang melawan atau tidak memuliakan Tuhan. Sebagai contoh misalnya kitasedang menimbang-nimbang apakah harus bersama orang ini atau tidak, tapi kita harus jelas kalau orang ini tidak bertanggung jawab, tidak memunyai keinginan untuk bekerja, hidupnya juga sering dihabiskan di club malam, sedangkan kita adalah seorang Kristen dan aktifis di gereja melayani Tuhan dan kemudian kita tanpa pikir panjang langsung menikah.
Orang itu tidak berhikmat, hikmat seharusnya berkata bahwa,"Ini tidak memuliakan Tuhan, jadi jangan! Yang tidak berkenan kepada Tuhan seharusnya jangan". Hikmat pertama harus membawa kita hidup berkenan kepada Tuhan, jadi kalau sudah tidak berkenan dan memuliakan Tuhan berarti jangan dilakukan. Juga hikmat untuk melihat apakah kita bisa serasi atau tidak, karena ini juga perlu hikmat dan biasanya Tuhan tunjukkan hal itu lewat perjalanan masa perkenalan kita. Kalau makin hari berkenalan dan sepertinya makin serasi, makin cocok dan kasih sayang makin bertumbuh maka saya percaya hikmat akan berkata,"Orang ini memang serasi dengan kita".PG : Kita harus memilih yang sesuai dengan kriteria Tuhan yaitu yang seiman. Firman Tuhan di 2 Korintus 6:14 menegaskan,"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orangyang tak percaya.
Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?". Tuhan tidak meminta banyak, tapi Tuhan meminta kita untuk menikah dengan yang seiman. Sewaktu kita menaati kehendak Tuhan itu berarti kita menghormati-Nya. Saya akui bahwa keharmonisan pernikahan tidak hanya ditentukan oleh kesamaan iman tapi tak dapat disangkal iman kepercayaan memainkan peranan penting dalam kehidupan pernikahan, itu sebabnya ketidaksamaan iman dapat menimbulkan masalah dalam pernikahan. Keputusan kita menikah dengan yang seiman merupakan wujud ketaatan kepada perintah Tuhan dan saya percaya Tuhan akan memberkati anak-anak-Nya yang mengutamakan-Nya.PG : Jadi benar-benar memang hidup di dalam Tuhan dan benar-benar memunyai kasih kepada Tuhan. Apa maksud memunyai kasih kepada Tuhan? Jadi benar-benar mencoba mengutamakan Tuhan di dalam hidunya, di dalam pengambilan keputusan maka dia akan berdoa dan dia akan menunggu Tuhan dan dia akan mengikuti jalan yang benar yang Tuhan tunjukkan.
Hidup di dalam Tuhan juga berarti dia memang tidak lagi mementingkan diri, jadi egonya mengecil tapi dia bersedia mau mendengarkan dan bersedia berubah. Jadi kalau ada orang yang berkata,"Saya hidup di dalam Tuhan" tapi egonya luar biasa besar, orang tidak bisa memberitahu dia berarti susah untuk Tuhan hidup di dalam dirinya, sebab egonya itu akan menguasai dirinya dan bukan Tuhan. Jadi saya kira dua kriteria itu yang saya gunakan untuk mengukur kerohanian seseorang.PG : Betul sekali sebab memang pada akhirnya yang menyatukan kita adalah kesamaan kedewasaan iman kita, kalau yang satu terlalu rendah derajat kedewasaan imannya sudah tentu dia lebih mirip denan orang dunia yang tidak mengenal Tuhan.
Sehingga akhirnya sedikit banyak akan mengganggu dan menghambat perjalanan hidup kita, belum lagi nanti menimbulkan konflik dalam hal-hal yang tertentu misalnya dalam hal memberikan persembahan, ada orang yang tidak rela untuk memberikan persembahan kepada Tuhan lewat gerejanya dan berkata,"Kenapa terus memberi, enak sekali orang-orang itu". Kita sudah menjelaskan kalau itu perintah Tuhan dan dia tidak lagi bisa menerimanya. Atau kita mau melayani Tuhan dan kita terlibat di dalam paduan suara dan sebagainya itu berarti di hari biasa kita akan pergi untuk berlatih dan kemudian dia marah,"Kenapa harus latihan paduan suara dan kenapa harus ikut-ikut yang seperti itu, kamu tidak perlu ikut-ikut seperti itu, kamu sudah cukup satu minggu sekali ikut ke gereja dan jangan tambah-tambah lagi". Sekali lagi kita melihat ketidaksamaan di dalam hal kedewasaan rohani nantinya berpotensi untuk menciptakan masalah.PG : Yang lain adalah kita harus siapkan diri dalam hidup ini, kita harus mulai mengajukan beberapa pertanyaan yang tepat. Saya akan bahas satu persatu, yang pertama adalah kita harus bertanya,Apakah kita mau menjadikan dia ayah atau ibu dari anak-anak kita?" Ini pertanyaan yang sederhana, tapi lewat pertanyaan ini sebetulnya kita ingin memastikan bahwa dia memang sudah siap menjadi orang tua, karena tidak selalu orang siap menjadi ayah dan ibu, ada orang yang lebih mementingkan dirinya, mau pergi-pergi, pelesir, studi, karier dan tidak mau memikirkan anak dan sebagainya.
Jadi kita bertanya"Apakah dia siap menjadi orang tua?". Kedua kita mau memastikan lewat pertanyaan ini,"Apakah dia seorang yang baik", apakah dia orang yang baik sehingga kita mau agar anak-anak kita memunyai ayah seperti dia, memunyai ibu seperti dia, sehingga anak-anak kita bisa meneladani orang tuanya dan"Apakah dia dapat menjadi suri tauladan bagi anak-anak kita memberikan teladan atau contoh kehidupan yang memang sehat". Kalau marah tidak membanting-banting barang, kalau ada masalah tidak menyalah-nyalahkan orang. Itu adalah kematangan kehidupan yang dapat menjadi suri tauladan bagi anak-anak kita, maka kita harus melihat anak-anak kita akan melihat apa pada dirinya. Dan yang terakhir berkaitan dengan apakah kita mau menjadikan dia ayah atau ibu dari anak-anak kita yaitu apakah dia bisa mengasuh anak. Artinya kalau dia tidak mau pusingkan anak dan tidak mau mengurus anak berarti dia tidak bisa mengasuh anak dan semua menyuruh orang untuk mengerjakan. Jadi ini salah satu karakter yang diperlukan untuk menjadi ayah dan ibu adalah siap mengalah dan siap mengesampingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan anak di atas kepentingan pribadi. Jadi jikalau pasangan kita adalah orang yang egois, maka dia tidak mungkin menjadi ayah atau ibu yang baik bagi anak-anak kita.PG : Saya ingin tahu kenapa? Sebab persoalannya yang penting bagi saya bukanlah mau punya anak atau tidak mau punya anak, tapi yang ingin saya tanyakan adalah alasannya. Kalau orang memunyai lasan tidak ingin punya anak karena tidak ingin direpotkan oleh anak, maka saya akan langsung berpikir apakah kemungkinan orang ini adalah orang yang memang egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
Atau orang ini berkata,"Jangan punya anak dulu karena kita ini belum sanggup secara ekonomi dan keuangan kita masih berantakan jadi janganlah memaksa-maksa punya anak sekarang ini". Jadi saya mau melihat alasannya kenapa orang ini belum siap untuk punya anak.PG : Betul. Jadi kalau memang sudah siap menikah tapi kalau secara ekonomi belum siap maka dia mau menunggu beberapa tahun lagi, saya setuju. Tapi jangan sampai kita keliru menilai orang bahwa lasannya sebetulnya tidak memikirkan orang lain dan dia hanya memikirkan diri sendiri dan dia adalah orang yang egois.
PG : Betul. Jadi kalau memang harus batasi misalnya hanya satu atau dua anak saja mengingat kondisi ekonominya terbatas, saya kira itu sebuah rancangan hidup yang bijaksana. Jadi sekali lagi watu saya bertanya,"Apakah dia akan dapat menjadi ayah atau ibu yang baik?" memang penekanannya adalah seperti apa orangnya, apakah kita dapat berkata,"Anak-anak kita akan melihat seorang suri taulan dari pasangan kita?" bahwa dia orang yang baik bahwa dia adalah orang yang memang mau mengasuh anak.
Jadi kita mau memastikan pasangan kita akan menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita.PG : Bisa. Jadi itu adalah salah satu indikatornya bahwa dia memang orang yang memunyai perhatian kepada anak-anak namun lebih dari itu meskipun itu tadi bisa digunakan sebagai indikator. Secar keseluruhan apakah dia memang orang yang tidak egois dan orang yang memikirkan orang lain.
Jadi itulah yang kita gunakan sebagai ukurannya.PG : Yang berikut adalah apakah dia dapat menjadi anak dari orang tua kita? Maksudnya adalah pertanyaan ini perlu diajukan sebab pernikahan bukan hanya menjadikan pasangan bagian dari hidup kia, tapi juga bagian dari keluarga besar kita.
Waktu kita menikah kita masuk ke dalam keluarga pasangan kita. Jadi kita harus tanya kira-kira pasangan kita bisa diterima oleh keluarga kita dan dapatkah dia menjadi anak dari orang tua kita, bisa masuk atau tidak? Karena seseorang yang terlalu berbeda sehingga sulit diterima oleh keluarga, seringkali akhirnya menjadi duri dalam relasi kita dengan keluarga kita sendiri. Jadi sedapatnya memang kita mesti mengajukan pertanyaan itu. Saya tidak berkata kalau pertanyaan ini adalah harga mati, sudah tentu tidak sebab orang tua kita bukanlah Tuhan dan kadang memunyai kelemahan atau kesalahan tertentu sehingga menuntut orang tertentu untuk boleh menjadi menantunya. Jadi kita harus melihat apakah orang tua kita memang berjalan di jalan yang benar juga. Namun secara umum saya harus akui bahwa kalau kita menikah dengan seseorang yang akhirnya sulit diterima oleh keluarga kita, menjadi duri dan ini sudah saya saksikan berkali-kali. Waktu menjadi duri dalam relasinya dalam keluarga sudah tentu dia sendiri tidak bahagia dan akhirnya hubungan dia sendiri dengan suami atau istrinya bermasalah juga, akhirnya sering timbul keributan sebab perasaan hatinya atau suasana hatinya tidak enak akhirnya ada lagi masalah dan orang tuanya berkata begini, suami atau istrinya berkata begitu tentang orang tuanya dan akhirnya tidak ada kedamaian di dalam rumah tangga.PG : Dan kalau misalnya kita berkata apalagi dapat informasi dari orang-orang lain yang dewasa di dalam Tuhan bahwa memang orang tua kita yang salah dalam penentuan menantunya. Tapi kita harus iap bayar harganya karena ini nanti akan menjadi duri di dalam relasi kita dengan orang tua kita atau dengan keluarga kita.
Dan satu lagi yang lain, kalau misalnya pasangan kita juga tidak bisa menerima orang tua kita atau keluarga kita apa pun alasannya, ini juga bisa menjadi duri dalam hubungan kita dengan dia, sebab kita produk orang tua kita. Jadi apapun yang dia tidak sukai pada orang tua kita, mungkin sebagian ada di dalam diri kita. Jadi kalau dia tidak bisa menerima orang tua atau keluarga kita maka ada hal-hal tentang diri kita yang dia tidak bisa terima karena mirip dengan apa yang dilihatnya pada orang tua kita.PG : Dan sudah tentu itu akan menjadi duri di dalam relasi nikah, karena secara teoritis kita bisa berkata ini urusan orang tua dan bukan kita, tapi kita adalah bagian dari orang tua kita. Dan aktu kita mendengar pihak yang sana mencela orang tua kita dan kita merasa celaan itu tidak benar maka kita marah, dan kita marah kepada siapa? pasti kita marah kepada pasangan kita dan tidak mungkin kita marah kepada mertua kita.
Pasangan kita tidak suka,"Kenapa kamu membela orang tuamu, kalau orang tua saya berbicara seperti ini pasti ada sebabnya dan sebabnya seperti ini" dan akhirnya kita ikut ribut. Meskipun ini bukan penentu kita menikah atau tidak menikah dengan dia tapi tetap ini hal yang patut dipertimbangkan dengan masak.PG : Sudah tentu dalam budaya yang lebih mandiri dan tidak memusingkan orang tua seperti budaya di Barat, sudah tentu budaya ini tidak terlalu relevan, tapi yang relevan adalah yang tadi saya sbut yaitu kalau pasangan kita tidak menerima pasangan atau keluarga kita mungkin dia harus lebih seksama melihat kita sebab siapa tahu ada hal-hal dari orang tua kita yang ada pada kita.
Jadi kalau dia tidak bisa menerima orang tua kita mungkin dia pun sulit menerima diri kita.PG : Yang terakhir adalah kita harus bertanya,"Apakah kita siap dan dapat menjadikan dia orang yang paling penting dalam hidup kita?". Ini pertanyaan yang memang penting,"Dapatkah atau siapkahkita menjadikan dia orang yang paling penting dalam hidup kita?" Pernikahan menuntut kita mengutamakan pasangan di atas orang lain.
Jadi jika kira kurang mengasihinya atau tidak dapat menerima dirinya apa adanya kita pun tidak akan siap menjadikan dia orang yang paling penting dalam hidup kita. Singkat kata pertanyaan ini menolong kita untuk melihat dengan jelas seberapa besar kasih kita kepadanya, kalau kita sungguh mengasihinya maka kita akan menempatkan dia sebagai orang yang paling penting dalam hidup kita. Pertanyaan ini juga memaksa kita melihat apakah kita sungguh menghormatinya atau tidak, sebab kalau kita kurang menghormatinya, mustahil kita sependapat dan rela menempatkannya sebagai orang yang paling penting dalam hidup kita.PG : Sudah tentu awalnya harus tumbuh dengan alamiah dan kita tidak bisa mengatur, kalau kita melihat hal-hal yang indah di dalam dirinya otomatis kita ingin menghormatinya. Kalau kita melihat al-hal yang baik dalam dirinya dan dia baik kepada kita tidak bisa tidak cinta pun akan tumbuh lebih kuat lagi.
Jadi intinya adalah waktu kita mengasihinya dan menghormatinya kita juga mau menempatkannya sebagai orang yang paling penting di dalam pernikahan. Pernikahan menuntut komitmen yang eksklusif bahwa pasangan kita diperlakukan berbeda dari orang lain. Kalau kita tidak punya cinta atau hormat yang cukup kepadanya, maka kita tidak akan mau melakukan hal itu. Sedangkan pernikahan menuntut adanya penyerahan hidup yang total, kita hanya mau menyerahkan hidup secara total kepada orang yang kita kasihi dan hormati sehingga kita bisa mengutamakannya.PG : Kadang-kadang itu terjadi dan kalau itu yang terjadi memang merupakan konsekuensi logis, hal ini akan berubah dan kita tidak bisa lagi menghormatinya dan mungkin kita juga akan sulit mengaihinya seperti dulu lagi, sebab kita manusia dan kita memerlukan timbal balik dan kita melihat orang itu hidup terhormat, baik kepada kita dan barulah kita bisa bertumbuh.
Jikalau orang itu hidup tidak seperti yang kita inginkan tapi justru merusakkan hidup kita maka sulit bagi kita untuk menghormati dan mengasihinya.PG : Meskipun kita adalah salah satu dari hal yang penting tapi mesti ada suatu komitmen bahwa ini akan menjadi relasi yang paling penting, sebab hanya satu relasi yang memang membuat kita menytu yaitu relasi suami dan istri, dan tidak ada relasi lain.
Jadi ini relasi yang paling intim, karena menyatukan dua manusia yang terpisah, maka seyogianyalah kita mengerti bahwa dia adalah orang yang paling penting makanya kita pun bersedia menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada dia.PG : Betul sekali, Pak Gunawan.
GS : Kita sudahi bagian yang pertama tentang memilih pasangan hidup dari suatu seri Hidup Tanpa Penyesalan. Namun kita melanjutkan dengan topik yang lain yang masih tetap bicara tentang Hidup Tanpa Penyesalan. Para pendengar sekalian kami mengucapkan terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang"Memilih Pasangan Hidup" bagian yang kedua dalam suatu rangkaian seri tentang Hidup Tanpa Penyesalan. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
58. Remaja Berbohong |
|
Berpacaran DAN berbohong begitu terkait. Pada umumnya remaja berbohong kepada orang tua karena ia tahu bahwa orang tua tidak akan menyetujui keinginannya untuk berpacaran. Mungkin orang tua melarang karena ia terlalu muda atau mungkin karena pilihannya berada di dalam "daftar cekal" orang tua. Masalahnya adalah, kerap kali anak tetap meneruskan relasinya dan memilih berbohong untuk menutupi perbuatannya. Nah, apakah yang harus kita perbuat jika hal ini terjadi pada keluarga kita?
Berpacaran DAN berbohong begitu terkait. Pada umumnya remaja berbohong kepada orang tua karena ia tahu bahwa orang tua tidak akan menyetujui keinginannya untuk berpacaran. Mungkin orang tua melarang karena ia terlalu muda atau mungkin karena pilihannya berada di dalam "daftar cekal" orang tua. Masalahnya adalah, kerap kali anak tetap meneruskan relasinya dan memilih berbohong untuk menutupi perbuatannya. Nah, apakah yang harus kita perbuat jika hal ini terjadi pada keluarga kita?
Firman Tuhan: "Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan Tuhan daripada korban." (Amsal 21:2)
"Remaja Berbohong" oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang"Remaja Berbohong". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
PG : Pada umumnya remaja akan melakukan hal-hal yang memang tidak diizinkan oleh orang tuanya. Oleh karena itu dia memilih untuk menyembunyikan perbuatannya. Gara-gara itulah kita seringkali beanggapan bahwa remaja itu sering berbohong dan memang ada benarnya karena cukup sering mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh orang tua misalnya merokok, bolos dari sekolah.
Jadi seringkali stigma berbohong lebih dikaitkan dengan remaja.PG : Kalau orang tua berbohong seringkali berkaitan dengan apa yang mereka telah misalnya lakukan kepada satu sama lain yang juga rasanya tidak enak diketahui orang, mungkin bukanlah hal yang dlarang atau hal yang berdosa tapi kadang-kadang kita tahu ini bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh orang.
Jadi dari pada orang tahu, tidak enak dan sungkan dengan orang. Akhirnya kita orang tua tidak mau terus terang dengan apa yang telah terjadi. Sebagai contoh misalnya ada sesuatu terjadi di dalam keluarga kita, kita ditanya"Bagaimana semuanya" kita menjawab,"Semua baik-baik saja" karena kita tahu tidak enak membicarakan hal-hal yang pribadi.PG : Norma-norma dan jaga penampilan atau reputasi dan jangan sampai menjadi pembicaraan orang. Dan itu yang biasanya membuat orang tua menutupi hal-hal yang memang terjadi di dalam hidupnya.
PG : Karena di dalam berpacaran merupakan kegiatan yang dilarang oleh orang tua. Maka remaja juga acapkali berbohong soal ini, misalnya dilarang karena usianya terlalu muda sehingga orang tua tdak akan memberi ijin dan dia tahu itu sehingga dia kemudian bersembunyi untuk menjalin hubungan dengan pacarnya.
Atau dia tahu bahwa orang ini atau temannya ini masuk dalam daftar cekal orang tuanya dan tidak mungkin orang tuanya akan mengizinkan dia untuk bersama dengan temannya itu, maka dia akan berbohong supaya bisa menjalin relasi dengan orang itu.PG : Atau mungkin mereka akan berkencan tapi bilangnya pergi ramai-ramai dengan teman-teman padahalnya pergi berduaan.
PG : Dan memang kalau kita tidak punya bukti maka kita tidak bisa menuduhnya. Tapi kalau kita punya bukti maka kita harus tanyakan langsung pada anak kita dan kita paparkan buktinya itu. Kalau isalnya akhirnya dia terpaksa mengakui bahwa dia telah menjalin relasi dengan pacarnya itu, saya kira ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.
Yang pertama adalah kita harus menghindari tuduhan tapi sebaliknya kita memfokuskan pada perasaan. Maksud saya kita kalau dibohongi pasti tidak enak dan kita rasanya sakit hati dan mungkin kita marah. Mungkin kita ini akan bertambah marah dan bertambah tidak suka dengan pacar anak kita karena menurut kita gara-gara dialah atau pacar itulah, anak kita sampai tega membohongi kita. Persoalannya adalah sesungguhnya keputusan untuk berbohong merupakan keputusan dia sendiri atau anak kita sendiri, memang dia telah tega untuk mengeraskan hati untuk membohongi kita namun kita harus mengerti sesungguhnya kebohongannya bukanlah sebuah serangan penghinaan atau tidak respek kepada kita, melainkan lebih merupakan perlindungan bagi dirinya sendiri. Jadi gara-gara dia tidak ingin diketahui dan takut nanti hubungan dengan pacarnya dilarang maka dia berbohong. Jadi bohongnya bukan sebagai pertanda secara langsung, dia tidak respek atau memandang rendah kita, bukan seperti itu. Tatkala mengkonfrontasi kebohongannya silakan kita utarakan dampak perbuatannya pada diri kita, misalnya kita berkata,"Saya sedih sekali, saya kecewa sekali karena kamu tega membohongi mama dan papa". Jadi utarakan bahwa perbuatannya itu telah memberikan sebuah dampak yang berat untuk kita tanggung.PG : Seringkali itu yang menjadi alasannya. Jadi karena dia tahu kalau kita akan melarang, maka akhirnya dia main belakang. Namun dalam kita mengkonfrontasinya dan mencoba untuk menolongnya mak kita harus mengenali pola dan alasan kenapa dia berpacaran.
Saya mengerti bahwa kebanyakan remaja berpacaran karena cinta, meski bisa jadi yang disebutnya cinta hanyalah ketertarikan belaka. Jadi dengan berpacaran mereka dapat memadu cinta yang telah bersemi dihati dan sudah tentu hal ini merupakan daya tarik yang kuat baginya untuk berpacaran, namun berpacaran seringkali memunyai keuntungan tersembunyi lainnya.PG : Misalnya ada anak remaja yang karena berpacaran dia mendapatkan status populer. Sudah tentu kebanyakan remaja senang dikenal populer sebab kepopuleran akan memberinya tiket masuk ke dalam elompok elite di dalam pertemanannya.
Misalnya ada lagi yang punya alasan atau motivasi, dengan dia berpacaran maka dia akan memeroleh status"Laku", terutama bagi remaja putri status laku merupakan status yang penting. Karena tanpa status ini remaja cenderung merasa minder. Jadi ini seringkali menjadi pergumulan, kadang saya menemukan kasus dimana orang tua berbicara kepada saya tentang anaknya atau putrinya yang sudah misalkan kuliah dan belum punya pacar, tapi teman-temannya sudah punya pacar. Jadi waktu kami berbicara, saya diingatkan bahwa bagi mereka tekanan itu sangatlah besar, bagi kita"Kenapa harus dipermasalahkan karena sebenarnya tidak apa-apa" tapi bagi mereka di usia itu atau di kalangan teman-teman belum punya pacar dan yang lain sudah punya pacar maka status laku menjadi sesuatu yang sangat penting. Adalagi yang lain keuntungan yang kadang-kadang menjadi alasan kenapa mereka akhirnya memulai pacaran adalah dengan dia berpacaran maka dia bisa mengisi kebutuhannya yang tidak terpenuhi, misalnya rasa dikasihi, rasa aman, merasa diri berharga. Jadi dengan terpenuhinya kebutuhan ini maka remaja merasa lebih stabil dan merasa lebih stabil terhadap diri dan hidupnya. Jadi bisa jadi semua itu terlibat di dalam keputusan remaja untuk berpacaran.PG : Betul sekali dengan kata lain kita menyadari bahwa dalam hidup akan ada hal-hal yang harus dilakukan terlebih dahulu dan kita tidak perlu melakukan semuanya sekaligus. Jadi kita yang lebihtua memang menyadari bahwa kita selesaikan satu kewajiban dan nanti kita memulai lagi dengan kewajiban yang kedua.
Kalau kita mencampur aduk semua pada masa bersamaan bukankah itu akan mengganggu pelajaran kita dan mungkin sosialisi kita dengan orang lain. Itu sebabnya kita sebagai orang tua meminta anak agar tidak terlalu cepat berpacaran.PG : Waktu kita tahu bahwa anak kita telah berbohong padahal dia sudah berpacaran, tadi kita sudah singgung bahwa kita harus kenali kenapa dia berpacaran. Sebab kita mau untuk membahas atau menoba menyelesaikan masalah itu.
Misalkan yang lain adalah kita harus memulihkan relasi kita dengannya, apabila kita mendeteksi bahwa dibalik cinta sebetulnya tersembunyi alasan lain mengapa dia berpacaran maka sebaiknya kita mengangkat hal itu. Seringkali hal lain itu berkaitan dengan relasinya dengan kita di rumah misalnya kebutuhan akan penghargaan diri, dikasihi, ditemani dan rasa aman. Itu semua acapkali berhubungan dengan relasi kita dengannya. Walaupun remaja tetaplah rentan untuk mengalami pergumulan dalam hal ini namun relasi yang kuat dan hangat dengan orang tua biasanya dapat mengurangi kebutuhan yang ada, juga relasi yang penuh penerimaan dengan orang tua umumnya membuatnya merasa nyaman untuk bercerita tentang kesepiannya atau tentang pergumulannya akibat tidak punya pacar. Jadi hal-hal ini penting sekali supaya anak-anak kita bisa terbuka dan membagikan juga pergumulannya atau misalnya kita menyadari bahwa kita telah berandil di dalam pergumulannya karena gara-gara relasi kita dengan pasangan yang kurang harmonis maka dia sekarang minder, kesepian, maka jangan ragu untuk mengakui kekurangan diri kita sebagai orang tua dan jangan takut untuk meminta maaf kepadanya. Saya percaya hanya dengan cara-cara inilah kita akan dapat memulihkan relasi kita dengannya dan dalam banyak kasus, inilah awal dari pemulihan dirinya pula sehingga nantinya dia bisa mendapatkan kekuatan, penghargaan dan tidak lagi kesepian dan sebagainya.PG : Saya kira demikian sebab pada umumnya remaja putri memang memunyai sisi emosi yang lebih aktif kuat, sehingga kebutuhan untuk dikasihi biasanya lebih dialami oleh remaja putri. Itu sebabny kalau di rumah dia kurang mendapatkannya maka dorongan untuk dia mencarinya di luar akan lebih besar.
Atau kalau ada teman yang menunjukkan minat atau kasih kepadanya, itu juga akhirnya menjadi undangan yang susah ditolak karena dia memiliki kebutuhan itu.PG : Betul maka kita harus mulai menjelaskan kepada anak-anak kita bahwa dia terlalu muda dan bahwa pada masa remaja yang terpenting baginya adalah menjalin relasi dengan banyak teman, sebab leat jalinan pertemanan inilah dirinya akan diperkaya.
Jadi kita memberitahu anak kita,"Jikalau kamu di usia 14 tahun sudah berpacaran seperti ini maka kamu justru akan membatasi atau mengurangi proses pengayaan diri kamu dan justru memiskinkan pengenalan dirinya akan manusia secara lebih luas dan mendalam". Jadi kita harus jelaskan kepada anak kita bahwa lebih dari 2/3 dari rentang hidup manusia dihabiskan dalam relasi yang intim atau eksklusif, misalnya kita menikah dalam umum 25 dan misalkan Tuhan ijinkan kita hidup sampai umur 75, berarti memang 2/3 hidup kita dihabiskan dalam relasi yang eksklusif. Jadi artinya hanya 1/3 yang dihabiskan dalam kesendirian (25 tahun pertama). Jadi sudah seyogianyalah kita tidak tergesa-gesa mengikatkan diri dalam relasi yang eksklusif. Inilah yang harus kita sampaikan kepada anak-anak kita. Jadi tujuannya adalah untuk kebaikannya supaya dia memiliki sebuah diri yang kaya yang diisi oleh masukan atau interaksi dengan teman-temannya.PG : Seringkali demikian. Jadi kebanyakan tekanan teman itulah yang mendorong orang untuk berpacaran, misalnya dia mulai melihat si A punya pacar, tapi mayoritas belum punya pacar dan dia masihmerasa OK, tapi tahu-tahu temannya si B jadian, dia sudah mulai terlihat gamang dan kemudian tidak lama lagi si C punya pacar.
Sedangkan dalam kelompoknya hanya ada 6 wanita. Tiba-tiba 50% dari kelompoknya sudah punya pacar dan hanya tinggal dia bertiga yang belum, kalau masih ada dua yang lain mungkin dia masih merasa mendingan tapi kalau akhirnya dalam kelompoknya semua sudah berpacaran dan hanya tinggal dia sendirian dalam kelompoknya yang tidak berpacaran, pasti dia akan kehilangan teman karena tadinya dia biasa pergi dengan teman-teman ini tapi sekarang teman-temannya langsung kencan dengan pacarnya dan hanya tinggal dia sendiri. Tiba-tiba perasaan,"Kenapa saya tidak sama, kenapa saya tidak laku dan kenapa saya tidak ada yang minati, kenapa saya tidak dikasihi orang" itu semua tiba-tiba menggelora karena hanya tinggal kita sendirian, sehingga saya mengerti tekanan itu sangat besar. Maka tadi sudah saya singgung, misalnya saja hubungannya dengan kita di rumah baik dan kita bisa mendengar dia berbagi dan terbuka menceritakan tekanan-tekanan itu dan kita bisa melimpahkan dorongan dan kasih sayang kepadanya.PG : Saya kira secara umum remaja itu akan mudah tergoda untuk merasa seperti itu,"Kenapa saya sendiri belum" jadi normal bagi remaja untuk merasa dirinya kurang aman, namun kadang-kadang ada lgi penyebab lain kenapa remaja itu tidak merasa aman dengan dirinya dan itu adalah dikarenakan kegagalannya menerima diri sepenuhnya.
Jadi misalnya dia tidak bisa terima dirinya karena terlalu kurus, terlalu kecil, kita harus memberinya nasehat bahwa"Adalah wajar bagi kita untuk tidak menerima semua bagian diri kita dengan penilaian yang sama", misalnya ada hal dalam diri kita yang kita terima dengan nilai A. Tapi ada juga bagian diri kita yang kita terima dengan nilai B atau C, misalnya kita menerima kecerdasan kita dengan nilai A, namun kita memberi nilai C untuk tinggi badan kita. Jadi dengan kata lain itu normal dan kita ajarkan kepada anak kita untuk memberi penilaian yang jujur terhadap bagian-bagian dalam dirinya. Acapkali remaja luput melihat bagian dirinya yang bernilai A atau B karena terlalu memfokuskan perhatiannya pada bagian hidupnya yang dinilai C atau D. Jadi bantulah dia untuk meluaskan wawasan dan melihat bagian dirinya yang mungkin selama ini luput dari perhatiannya. Setelah itu cobalah diskusikan kriteria penilaiannya, seringkali remaja menerapkan sistem penilaian yang kaku sehingga terjebak di dalam penilaian tertinggi atau terendah, A atau D. Dia sukar memberi penilaian B atau C karena pada masa remaja kecenderungannya adalah memberi penilaian yang ekstrem, maka kita perlu membimbingnya agar dia dapat memberi penilaian pada dirinya yang lebih objektif dan tepat.PG : Itu seringkali, Pak Gunawan. Jadi akhirnya si anak sejak kecil karena terlalu disoroti kekurangannya. Jadi matanya hanya melihat kekurangannya itu padahal kalau mau didaftarkan ternyata ad banyak bagian tentang dirinya yang bernilai bagus.
Jadi kita mulai mengajaknya mendaftarkan misalnya dari penampilan jamaniahnya, kita memintanya mendaftarkan satu per satu hal-hal yang dianggap menjadi kekurangan atau kelemahannya. Mungkin kita bisa menambahkan daftar itu karena mungkin ada yang luput dilihatnya dan dia tidak anggap itu penting. Misalnya tubuhnya tegap dan tinggi, tapi dia tidak perhatikan itu karena mungkin dia hanya memerhatikan warna kulitnya. Kita katakan,"Kenapa kamu tidak menulis tubuhmu yang tegap dan tinggi" itu bukankah sebuah nilai yang harus mendapatkan nilai pengakuan yang baik. Jadi kadang-kadang remaja tidak melihat karena terlalu menyoroti yang buruk dan bisa jadi awalnya kitalah yang terlalu menyoroti bagian yang kita tidak suka itu.PG : Ini pengamatan yang baik sebab banyak remaja yang akhirnya pada masa remaja akan berhadapan dengan teman-teman dan menerima masukan dari teman-teman tentang kriteria berpacaran, teman-temanya berkata,"yang seperti ini saja atau yang seperti itu saja" sehingga yang digunakannya adalah kriteria dari teman-temannya.
Itu sebabnya kita dari awal sudah harus memperkenalkan kriteria pasangan hidup yang baik dan kita misalnya dalam berbicara dengan dia maka kita harus menekankan terpenting bukan hanya mendapatkan cinta, tapi juga merayakan cinta bersama seorang yang berkenan kepada Tuhan dan memang cocok dengan kita. Jadi kita tekankan kepada dia tujuan berpacaran bukan hanya mendapatkan cinta, padahalnya tidak seperti itu tapi mengenai bisa atau tidak nantinya kita untuk waktu yang berkelanjutan merayakan cinta dengan orang yang kita cintai dan orang itu adalah orang yang berkenan kepada Tuhan. Mungkin kita diingatkan kembali akan kriteria pasangan yang dikehendaki Tuhan yaitu sesama orang percaya. Sudah tentu selain dari faktor iman, kita juga harus menekankan akan kecocokan di antara mereka. Dengan cara itulah kita mulai mengajarkan kepada anak kita pasangan seperti apakah yang memang tepat untuk dia.PG : Satu lagi, Pak Gunawan. Kalau kita akhirnya mengetahui anak kita berpacaran dan kita tahu anak kita juga berbohong maka kita tetap harus menetapkan batas, bila kita melihat relasi ini suda tidak sehat dan kita harus mengatakan kepadanya bahwa kita memahami pergumulannya namun kita tidak dapat memberinya izin untuk menjalin relasi dengan orang itu.
Sampaikan kepadanya bahwa kita akan meminta pertanggung jawabannya setiap hari, misalnya setiap hari kita akan tanya apakah dia hari ini bersama dengan pacarnya atau tidak. Kita juga harus mengatakan hal ini kepada anak kita, bahwa kita mengakui kita tidak mungkin mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi namun kita memilih untuk tetap memercayainya. Jadi apa yang dikatakannya kita percaya, misalnya dia berkata,"Tidak, saya tidak bertemu dengan pacar saya lagi" maka kita percaya kepadanya, dan keesokan harinya kita bertanya lagi. Kenapa? Sebab kalau kita terus bertanya maka dia akan tahu kalau dia dituntut pertanggungjawaban. Berarti kalaupun dia mau berbohong lagi, tapi dia akan berbohong dengan lebih susah karena dia tahu kalau dia sudah membohongi kita walaupun kita tidak tahu apa buktinya, tapi karena kita setiap hari tanyakan itu maka dia nantinya sedikit banyak akan diberikan cermin bahwa dia sedang berbohong, itulah tujuannya kita meminta pertanggung jawabannya setiap hari.PG : Persoalannya adalah kalau kita tidak tanyakan pun maka dia akan tetap melakukannya. Tapi dengan kita menanyakannya, setidak-tidaknya dia menyadari kalau dia berada di bawah pengawasan kitadan kita sungguh-sungguh tidak setuju.
Saya tadi sudah jelaskan mudah-mudahan kita bisa menyampaikan alasan yang memang baik,"Kenapa kita tidak setuju" sudah tentu alasan itu memang harus didasarkan dua kriteria yang tadi saya sebut yaitu orang itu adalah sesama orang seiman yang berkenan kepada Tuhan, dan yang kedua yang harus memunyai kecocokan dalam sifat dan karakternya.PG : Saya setuju, Pak Gunawan. Memang masa berpacaran ini seringkali menjadi masa yang cukup kritis dalam relasi orang tua dan anak, karena adakalanya anak akan tetap memilih jalannya sendiri yng dianggapnya benar dan tidak peduli apa yang dikatakan orang tuanya.
PG : Kita mau agar dia berdoa dan mencari kehendak Tuhan dalam hal berpacaran. Jadi kita ingatkan dia akan Amsal 21:2,3 yang berkata,"Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendir, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban". Artinya kita harus berserah minta kehendak Tuhan dan hiduplah berkenan kepada Tuhan dan tidak ada yang menggantikan hidup yang berkenan kepada Tuhan.GS : Terima kasih untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian terimakasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang"Remaja Berbohong". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
59. Proses Berpacaran I |
|
Berpacaran adalah bagian penting dalam persiapan pernikahan. Tanpa persiapan yang matang, pernikahan berisiko gagal. Itu sebabnya kita harus memahami lebih dalam lagi tentang berpacaran. Dalam hal ini diuraikan tentang anatomi berpacaran, apa saja yang harus diperhatikan dalam masa berpacaran, konfirmasi dari Tuhan dan dari keluarga serta teman dekat serta pertumbuhan relasi itu sendiri yang meliputi 3 hal yaitu percaya, respek dan cinta.
Firman Tuhan di Amsal 18:22 mengatakan,"Siapa mendapat istri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan."
Ada dua hal yang dapat kita simpulkan dari ayat ini:Berpacaran adalah bagian penting dalam persiapan pernikahan. Tanpa persiapan yang matang, pernikahan berisiko gagal. Itu sebabnya kita harus memahami lebih dalam lagi tentang berpacaran. Pertama kita ingin melihat anatomi atau proses terjadinya berpacaran.
ANATOMI BERPACARAN
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Proses Berpacaran". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, tentunya kita tidak hanya menunjukan perbincangan ini bagi yang sedang berpacaran atau akan berpacaran, tetapi kepada para pendengar kita semua baik orang tua atau pun para pemuda dan pemudi atau bahkan remaja untuk memersiapkan, karena bagaimana pun juga pernikahan itu sendiri merupakan proses dan berpacaran itu juga proses hanya kadang-kadang kita luput mengamatinya, langsung terlibat di dalam proses itu dan tiba-tiba saja menikah. Sebenarnya bagaimana proses berpacaran itu sendiri?
PG : Sebetulnya kita ini harus mengerti jalan-jalannya atau langkah-langkahnya alias prosesnya itu sendiri agar kita bisa pada akhirnya mencapai sasaran dalam berpacaran. Saya kira inilah yang kadang terhilang dalam kamus kita. Kita seringkali ketika melihat seseorang, naksir, cinta, istilah mudanya sekarang tembak dan sebagainya dalam menyatakan cinta. Jadi apa tujuannya adalah agar senang-senang ada pacar dan kemudian menikah, tapi benar-benar kita harus mengerti bahwa sebetulnya ada maksud yang kita harus capai dengan masa berpacaran ini. Karena benar-benar berpacaran adalah bagian yang penting dalam persiapan pernikahan. Kita tahu tanpa persiapan yang matang pernikahan beresiko gagal. Itu sebabnya kita benar-benar harus mengawali dengan benar dan baik. Mengawali dengan baik bukan hanya waktu menikah kita terus mencoba untuk memupuk relasi yang sehat, tapi kita justru harus memulainya di masa berpacaran itu sendiri.
GS : Karena ada banyak orang yang mengaitkan hal ini dengan usia, sudah mencapai usia tertentu maka dia merasa mau tidak mau saya harus memasuki proses berpacaran.
PG : Jadi akhirnya tidak lagi memunyai sebuah target yang spesifik. Itu sebabnya kita mau mengangkat topik ini agar para pendengar kita dapat mengerti sebetulnya apa yang harus dilakukan dalam masa berpacaran.
GS : Tapi tidak semua orang pasti akan menjalani proses ini, Pak Paul?
PG : Sudah tentu. Jadi memang tidak semua orang akan menikah sebab saya juga harus tekankan sebetulnya tidak ada ayat di Alkitab yang mengatakan, "Engkau harus menikah" tidak ada. Memang ada yang berkata, "Penuhilah bumi, berkembangbiaklah dan penuhilah bumi" itu sebetulnya adalah perintah umum kepada manusia bahwa Tuhan menciptakan bumi ini untuk kita huni dan kita kelola, jadi tolong penuhi dan jangan hanya mengumpul di satu tempat saja, tapi itu bukanlah perintah untuk menikah. Jadi kita juga harus mengerti bahwa ini bukanlah sebuah keharusan tapi memang berkat Tuhan tersedia bagi orang yang menikah. Saya ingat firman Tuhan di Amsal 18:22 berkata, "Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN". Jadi barangsiapa ingin menikah akan ada berkat yang tersedia juga untuk kita.
GS : Ayat yang sering dikutip adalah "tidak baik kalau manusia itu sendirian saja", ini dianggap sebagai perintah Tuhan untuk menikah, Pak Paul.
PG : Sebetulnya ayat itu ditujukan khusus kepada Adam, tapi itu juga ayat yang ditujukan secara umum bahwa Tuhan menciptakan pasangan bagi Adam supaya pada akhirnya Adam memiliki seorang pendamping. Dalam hidup sebagai manusia kita memang memerlukan teman, pendamping dan ini sudah tentu bukan hanya dalam konteks menikah sebab yang Tuhan ingin tekankan di situ bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai manusia yang bersifat atau berkodrat sosial, karena Dia berkodrat sosial maka Dia membutuhkan orang dan dia tidak bisa hidup sendirian, dia perlu orang lain. Jadi itu perkataan bukan sekali lagi ditujukan kepada orang supaya menikah.
GS : Kalau yang namanya proses pasti ada awal dari proses dan proses berpacaran ini dimulai dari mana, Pak Paul?
PG : Mulailah membangun lingkup pertemanan yang luas dan mendalam. Jadi dengan kata lain, carilah teman dulu baru teman hidup. Kadang-kadang kita keliru, mau langsung cari-cari teman hidup, tidak seperti itu tapi carilah teman dahulu. Firman Tuhan di Amsal 18:24 mengingatkan, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara". Jadi artinya penting kita hidup di dalam dunia ini memiliki sahabat, inilah yang akan kita bangun yaitu persahabatan dengan teman, pergaulan yang memang mendalam dengan banyak teman, nanti dari kolam ini barulah kita menjalin relasi dengan beberapa teman secara lebih akrab. Sudah tentu biasanya pengelompokan seperti ini terjadi secara alamiah berdasarkan kesamaan sifat dan minat, "Kalau kita berbicara dengan orang ini enak, nyambung, minatnya sama, kesamaannya banyak" akhirnya secara otomatis kita semakin dekat dengan beberapa teman ini. Jadi sekali lagi kita mulai dengan pertemanan. Lingkup pertemanan yang luas yang dinamis, dari sana kemudian kita fokuskan pada persahabatan dengan beberapa orang, inilah yang nantinya menjadi kelompok dimana kita akan benar-benar memberikan pengamatan yang lebih seksama kepada lawan jenis di dalam kelompok kita itu. Inilah kesempatannya kita benar-benar meneropong hal-hal atau sifat-sifat tentang teman-teman kita ini.
GS : Dengan kemajuan teknologi yang secepat sekarang ini, untuk membangun lingkup pertemanan bisa dengan mudah dilakukan, tapi masalahnya bagaimana kita justru memilih dari yang banyak itu untuk menjadi sahabat?
PG : Sudah tentu ada beberapa hal yang harus kita perhatikan yaitu bagaimanakah kita menentukan seseorang menjadi sahabat kita atau tidak, sudah tentu yang terpenting menurut saya adalah nilai-nilai hidup itu harus sama, kita tidak bisa bersahabat dengan orang yang nilai-nilai hidupnya itu bertentangan dengan kita, misalnya bagi dia berbohong tidak apa-apa, bagi dia mengambil yang bukan miliknya juga tidak apa-apa, yang penting tidak merugikan orang tidak apa-apa dan tidak ada lagi batas-batasnya. Sudah tentu kita mau bersahabat dengan orang yang memunyai nilai-nilai moral dan kehidupan yang sama dengan kita dan kita juga mau bersama dengan seorang sahabat yang sungguh-sungguh peduli dengan kita, bukan untuk mencari manfaat dari kita tapi benar-benar untuk menjalin sebuah persahabatan yang saling mengisi. Jadi dengan kata lain, persahabatan ini didasari atas kriteria bahwa dia orang yang baik dan juga dia orang yang memedulikan kita.
GS : Seringkali perjodohan atau berpacaran dilakukan oleh mereka yang seringkali bertemu. Jadi misalnya di tempat kerja yang sama atau di dalam persekutuan yang sama. Ini bagaimana, Pak Paul?
PG : Tidak bisa tidak memang kita akan memilih seseorang dari lingkup pertemanan kita itu, baik di sekolah atau pun di tempat pekerjaan atau pun mungkin di gereja. Sudah tentu biasanya kita akan bertemu dengan teman-teman ini sehingga dari kolam teman-teman inilah kita nanti akan mulai mengamati beberapa teman-teman lawan jenis, nantinya dari kelompok inilah kita mulai menyempitkan seleksi kita dan mulai menjalin hubungan yang lebih khusus dengan salah satu dari mereka.
GS : Tapi sebaliknya ada orang yang kesulitan untuk menemukan pacarnya di kelompoknya sendiri karena sudah seringkali bertemu dan sebagainya sehingga dia bisa melihat kekurangan dari orang-orang di sekelilingnya, kemudian dia bertemu dengan orang yang jarang bertemu dengan dia.
PG : Kalau pun dia bertemu dengan orang yang di luar kelompoknya maka yang dia selalu harus perhatikan adalah dia harus benar-benar mengenal orang itu. Jadi jangan sampai dia memotong jalan dengan berkata, "Tidak perlu dengan dia" padahalnya dengan teman-temannya yang lain, dia berteman bertahun-tahun dan sudah mengenal dengan baik. Justru sebetulnya itu adalah modal yang sangat-sangat berharga. Jangan sampai karena kita tidak mendapatkan yang kita inginkan kita langsung lompat keluar dan jika ada orang di sana kita langsung dekati dan langsung berpacaran, itu yang bahaya. Jadi tetap proses mengenal harus kita jalani dari awal.
GS : Memang dibutuhkan waktu untuk mengenal yang lebih lama, tapi akhirnya dia jadian betul dengan orang yang kita tidak sangka-sangka. "Dia jarang bertemu tapi bisa jadi" dan jawabannya adalah "Saya melihat sisi-sisi positif dari orang itu dibanding dengan orang-orang yang setiap hari ada di lingkungannya".
PG : Sudah tentu tidak apa-apa kalau itu yang terjadi, namun saya mau bagikan setidak-tidaknya ada tiga hal yang kita harus amati waktu kita mulai mau menyempitkan seleksi kita. Yaitu yang pertama adalah kerohanian yaitu apakah dia seiman, apakah dia mementingkan Kristus dalam hidupnya. Jadi saya juga mau mengingatkan bahwa hati-hati dengan penampilan rohani dengan orang yang nampaknya rohani padahalnya hidupnya tidak karuan, dia mungkin bisa mengutip-ngutip firman Tuhan tapi kehidupannya tidak konsisten dengan apa yang diyakininya. Jadi hati-hati dengan orang yang berpenampilan rohani. Kenapa saya bicara seperti ini karena saya sudah bertemu dengan orang yang akhirnya tertipu oleh orang lain yang menampilkan pengetahuan tentang firman Tuhan, tampilnya rohani, memimpin ini dan itu, kegiatan-kegiatan gereja juga dilakukannya padahal di belakang itu dia melakukan hal-hal yang sangat berdosa dan sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan. Jadi waktu kita melihat seseorang, "Baiklah dia seiman, dia percaya kepada Tuhan Yesus Kristus" tapi kita harus melihat bukti atau buah kehidupannya, apakah sama atau tidak dengan perkataannya.
GS : Ini mungkin bagian yang tersulit, Pak Paul, untuk mengamati kerohanian seseorang karena hal-hal yang tersembunyi seperti itu tidak mudah kita ketahui dalam waktu satu atau dua tahun.
PG : Jadi memang yang bisa kita lihat yang pertama adalah buah-buah kehidupannya. Jadi apakah dia benar-benar memunyai kehidupan yang sesuai dengan apa yang diyakininya. Yang kedua, kita juga mau melihat apakah dia memunyai minat terhadap hal-hal rohani, apakah dia memunyai minat untuk mengenal Tuhan dengan lebih mendalam, apakah dia juga memunyai ketaatan untuk melakukan apa yang Tuhan juga minta darinya. Sebetulnya itu adalah gambaran yang lebih memperjelas apakah seseorang itu sebetulnya rohani atau tidak.
GS : Padahal ini bagian yang sulit, pada masa-masa berpacaran pasti akan ditunjukkan atau ditampilkan kehidupan rohani yang bisa mengimbangi orang yang diharapkan jadi pacarnya, bahkan ada orang yang rela ganti agama demi dia bisa berpacaran dengan orang tersebut.
PG : Bisa sekali. Saya mau cerita istri saya waktu berpacaran dengan pacarnya yang pertama, pacarnya itu bukanlah seorang Kristen tapi gara-gara mengenal istri saya akhirnya ikut ke gereja dan sebagainya. Istri saya melihat dia sekarang sudah bersungguh-sungguh mau ke gereja, senang menyambut dia. Mereka berpacaran selama dua atau tiga tahun setelah itu pacarnya lulus kemudian memasuki bidang profesinya dan kemudian dia mulai jarang ke gereja dan istri saya sering bertanya, "Kenapa sekarang kamu jarang ke gereja hari ini?" Dia menjawab, "Saya repot, saya ada tugas ini dan sebagainya" karena pekerjaannya mulai menuntut dia untuk itu. Saya masih ingat sekali istri saya cerita apa yang membuat dia putus dengan pacarnya itu. Dia bertanya pada pacarnya, "Kalau nanti kita telah menikah dan punya anak, anak-anak kita itu misalnya tidak mau ke gereja apakah engkau akan meminta mereka ke gereja?" dan dia berkata dengan terus terang, "Tidak, kalau anak-anak saya tidak mau ke gereja maka saya tidak akan menyuruh anak-anak ke gereja". Istri saya cerita, itu adalah jawaban yang benar-benar membukakan mata dia bahwa sebetulnya dia itu sedang memasuki sebuah relasi yang sangat serius dengan seseorang yang tidak mementingkan Tuhan dalam hidupnya dan buat dia Tuhan boleh ada, boleh tidak ada, waktu ada ya mencari Tuhan dan ketika tidak ada ya tidak perlu mencari Tuhan. Jadi Tuhan benar-benar bukan yang terutama dalam hidupnya, waktu istri saya menyadari sebetulnya inilah pacarnya maka dia putuskan hubungan dengan pacarnya itu.
GS : Kalau kedua-duanya memunyai pandangan yang menggampangkan hal-hal rohani maka saya rasa mereka tetap bisa pacaran seterusnya.
PG : Pasti. Kalau mereka sama-sama sejenis tidak terlalu mementingkan Tuhan maka sudah tentu hal ini tidak akan menjadi hal yang mereka perhitungkan.
GS : Jadi bagaimana kita bisa menentukan kriteria bahwa seseorang itu memang pacar kita, Pak Paul?
PG : Jadi hal kedua setelah melihat kerohaniannya dalam kelompok kecil, kita amati dari beberapa teman kita, seperti apa kerohaniannya. Maka kita masuk kepada yang kedua, yaitu kita mau melihat karakternya apakah dia sungguh-sungguh berkarakter baik, artinya kita benar-benar harus mencari orang yang baik hati. Kalau ditanya baik hati apa? Saya mendefinisikan orang yang murah hati adalah orang yang baik hati, murah hati berarti orang yang bisa memberi, orang yang bisa mengampuni, orang yang bisa mengalah, orang yang bisa berbelas kasihan, orang yang bisa mengedepankan orang lain, inilah bagi saya orang yang murah hati dan kalau orang itu murah hati maka saya akan melabelkan dia adalah orang yang baik. Kita tahu bahwa salah satu atribut Tuhan yang sangat-sangat hakiki adalah kasih setia-Nya. Kata kasih setia itu adalah kata yang mengandung arti sangat baik dan sangat penuh kasih dan akan terus setia baik dan mengasihi kita, seperti itulah kira-kira definisi kasih setia Tuhan. Jadi kalau kita juga mau melihat karakter orang maka cobalah cari apakah orang ini memunyai kasih setia, "loving kindness". Saya mengukurnya dari sudut atau dimensi murah hati. Hati-hati dengan orang yang memang berkarakter kompleks dan kita harus waspadai, siapa yang berkarakter kompleks? Saya definisikan orang yang berkarakter kompleks adalah orang yang tidak bisa melihat realitas dengan tepat sehingga nantinya merespon realitas juga dengan keliru. Jadi kalau kita berbicara dengan orang yang berkepribadian kompleks maka kalau kita berkata apa maka nanti dijawabnya apa, kita nanti berbuat apa nanti ditaksirnya salah, atau hari ini dia berpikirnya A, besok dia berpikirnya B, hari ini yang kita lakukan dia terima dan besok yang kita lakukan dia tidak terima. Kenapa ada orang yang begitu kompleks sehingga susah sekali dimengerti dan susah sekali diprediksi tindakannya, umumnya orang-orang ini memang dibesarkan dalam keluarga yang bermasalah, karena permasalahannya di dalam kehidupan sehingga akhirnya cara dia melihat hidup sudah terdistorsi, penuh kecurigaan, tidak percaya pada niat baik orang, berpikir negatif terhadap orang sehingga seperti orang berkacamata dan kacamatanya dipenuhi oleh debu dan dia selalu bukan melihat realitas di depannya tapi melihat debu-debu yang ada di dalam dirinya sendiri, sehingga bergaul dengan dia sangat sulit. Maka saya mau berikan peringatan dalam masa-masa memilih teman dari kelompok kecil ini, perhatikanlah karakter yang kompleks dan sebaiknya jangan.
GS : Tapi untuk mengetahui karakter seseorang atau kita mengharapkan karakter yang baik dan sungguh baik terhadap seseorang, itu juga tergantung dengan kematangan dari orang itu, makin dewasa seseorang maka makin karakternya terbentuk. Padahal ketika masa pacaran ini sedang dalam masa pembentukan.
PG : Memang ada waktu-waktunya kita bertumbuh, kita juga sadar kalau kita itu tidak bertumbuh tuntas pada usia tertentu dan sampai sekarang kita masih bertumbuh, ada karakter kita yang masih dipoles oleh Tuhan namun setidak-tidaknya kita sudah harus bisa melihat bahwa orang ini memang baik, orang ini murah hati, siap menolong, tidak perhitungan, siap memberi, siap mengalah, siap mendahulukan yang lain. Jadi ini adalah ciri orang yang murah hati, perhatikanlah karakter ini di dalam kelompok kecil kita dan kalau kita temukan orang ini berkarakter seperti ini dan kerohaniannya juga sama dengan kita, artinya makin mendekatkan kita dengan pilihan kita terhadapnya.
GS : Selain kerohanian dan karakter yang perlu diamati apakah ada hal lain yang perlu diamati, Pak Paul?
PG : Yang ketiga adalah kariernya, artinya apakah dia memunyai tujuan hidup yang sesuai dengan tujuan hidup kita, karena ini akhirnya sangat-sangat berperan besar di dalam penentuan final apakah kita bisa bersamanya atau tidak. Tujuan hidup sudah tentu sangat-sangat berkaitan dengan nilai-nilai hidup itu sendiri. Sebagai contoh ada orang yang benar-benar tujuan hidupnya adalah mau menjadi kaya, saya sudah bertemu dengan beberapa orang pemuda yang mau memulai karier dan sebagainya dan dengan terbuka jelas-jelas berkata, "Yang penting saya ingin kaya" kalau di masa lampau mungkin orang masih malu-malu mengakui tapi di zaman sekarang rupanya orang lebih terbuka. Kalau orang sudah memunyai cita-cita menjadi kaya, berarti itulah yang nanti akan diprioritaskan dan segala hal yang lain dia akan taruh di bawah prioritas yang pertama ini. Apakah kita akan mau dan cocok dengan orang yang seperti ini sebab orang yang misalnya mau kaya mungkin dia akan mau bekerja 7 hari seminggu dan dia tidak apa-apa bekerja 7 hari seminggu. Ada orang yang saya tahu bekerja jauh lebih banyak di luar rumah dibandingkan di dalam rumah dan tidak apa-apa sebab itulah yang dikejarnya di dalam hidup yaitu kariernya atau prestasinya itu. Jadi kita harus benar-benar mencocokkan diri dan hal ini tidak hanya berkenaan dengan laki-laki, karena kita sering berpikir bahwa ini adalah laki-laki yang mau memikirkan kariernya yang setinggi itu, tidak, saya bertemu juga dengan perempuan yang memunyai ambisi yang sama tingginya yaitu dia mau menjadi orang yang seperti ini dan tidak peduli dengan jam kerja atau orang di rumah, ini yang harus dipelajari dalam masa-masa perkenalan itu dalam kelompok kecil. Jadi sebelum kita bersama-sama dengan satu orang, di dalam kelompok yang lebih kecil cobalah ketahui hal ketiga tentang karier atau tujuan hidupnya apakah sama atau tidak, jikalau kerohanian sudah sama, karakter sudah pas orangnya murah hati, baik hati, kemudian kariernya dan cita-cita sama berarti sudah dipenuhi ketiga-tiganya maka kita boleh menjalin relasi yang khusus dengan dia, kita dekati dia, kita jalin dengan keterbukaan relasi itu dan misalnya kita berkata, "Saya mau mengajak kamu mendoakan relasi kita ini dan kita tentukan satu waktu untuk berdoa, jikalau memang engkau siap dan aku siap maka kita meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu pacaran". Jadi waktu kita mengajaknya berdoa kita belum memasuki fase berpacaran tapi hanya mau mengajak dia mendoakan dulu apakah dia juga memunyai hati yang sama terhadap kita.
GS : Inisiatif itu harus diambil dari pihak pria atau pihak wanita atau siapa pun boleh?
PG : Memang secara tradisional adalah pria, tapi di zaman sekarang tidak mengapa kalau ada seorang wanita yang ingin memulai terlebih dahulu dan menanyakan "Benar saya memiliki perhatian terhadapmu apakah engkau juga bersedia mendoakan seminggu atau sebulan ini apakah kita bisa memulai relasi berpacaran". Kalau prianya berkata, "Boleh, saya akan doakan dan apakah memang Tuhan menumbuhkan rasa suka terhadap dirimu, kalau memang satu minggu atau satu bulan berdoa tentang hal ini dan memang Tuhan akan menumbuhkan, dia melihat perempuan itu dengan lebih jelas lagi maka barulah bisa dilanjutkan fase berikutnya yaitu fase berpacaran.
GS : Itu berarti kita harus terus terang mengatakan kalau kita berpacaran, begitu Pak Paul?
PG : Betul. Jadi setelah kita masuk ke fase itu sudah tentu relasi kita akan lebih eksklusif sebab kita akan mau menghabiskan waktu bersamanya, benar-benar lebih mengenal dirinya, lebih perdalam lagi hal-hal yang sudah disebut itu sekaligus mulai belajar mencocokkan dan mencocokkan diri karena sudah tentu nanti muncul tentang hal-hal diri kita yang tidak sama dengan pacar kita. Itulah PR yang harus kita mulai selesaikan.
GS : Di situ unsur perasaan damai, senang, besar pengaruhnya atau tidak, Pak Paul?
PG : Saya kira ya, sudah tentu kalau kita lagi bertengkar maka kita tidak akan sedamai itu atau sesenang itu tapi secara umum waktu kita bersama dengan orang yang tepat biasanya akan merasakan sukacita dan kita rasanya enak bersama dengan dia, menanti-nantikan untuk bersama dengan dia, bukannya yang saya maksud di sini adalah perasaan yang menderu-deru yang bersemarak yang gegap gempita, tidak. Mula-mulanya akan seperti itu tapi seharusnya setelah beberapa saat mulai mendatar stabil, tapi karena dia kita pilih dari kelompok teman baik kita, maka berarti kita tidak akan bosan bersama teman baik kita. Kita akan senang berbicara dengan teman baik kita maka sekali lagi saya tekankan bahwa pentingnya memilih pacar dari kelompok teman-teman atau sahabat-sahabat kita sendiri.
GS : Pak Paul, pada umumnya sejak proses awal sampai tahap ke seseorang menyatakan bahwa mereka mau berpacaran, kira-kira waktunya dibutuhkan berapa lama?
PG : Saya kira dari fase dia berteman dan sampai berpacaran bisa makan waktu paling kurang 1 tahun karena menjalin persahabatan dengan kelompok ramai-ramai keluar dan sebagainya memang perlu banyak waktu agar bisa sungguh-sungguh menilik kerohanian karakter dan karier tujuan hidup orang tersebut memang akan perlu waktu yang agak lama.
GS : Dan jarak itu juga menentukan, jadi kalau mereka agak berjauhan tempatnya apalagi yang satu di luar negeri maka akan mempersulit mereka saling mengenal, begitu Pak Paul?
PG : Setuju sekali. Jadi saya selalu anjurkan kalau orang harus berpisah dalam fase berpacaran sebelum menikah mereka harus tinggal di kota yang sama bukannya tinggal bersama, tapi di kota yang sama sekurang-kurangnya setahun agar bisa saling mengenal kembali karena kita tidak bisa memotong jalan dalam soal-soal relasi.
GS : Berarti juga dalam proses berpacaran ini tidak ada proses yang bisa dipercepat begitu, Pak Paul?
PG : Saya setuju, memang sekarang ini apalagi di Amerika ada yang namanya "dating service" lewat tes-tes psikologis menyatukan orang dan sebagainya. Tapi tetap kalau pun ditemukan kecocokan secara psikologis maka tetap mereka harus menjalankan fase berpacaran ini.
GS : Sebelum kita mengakhiri perbincangan ini karena perbincangan ini masih akan berlanjut pada kesempatan yang akan datang, namun sebelum kita mengakhirinya mungkin ada ayat yang ingin Pak Paul bacakan?
PG : Saya akan ulang lagi dari Amsal 18:22 yang berkata, "Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN". Jadi Tuhan itu memang ingin memberkati kita lewat pernikahan, ada berkat yang tersedia bagi kita dan kemudian di Amsal 18:24, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara". Jadi pilihlah pasangan hidup dari sahabat karib kita itu sebab dialah yang memang sangat dekat dan peduli dengan kita, pilihlah dari salah satu orang sahabat karib kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Proses Berpacaran" bagian yang pertama dan kami akan melanjutkan perbincangan ini pada kesempatan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
60. Proses Berpacaran II |
|
Berpacaran adalah bagian penting dalam persiapan pernikahan. Tanpa persiapan yang matang, pernikahan berisiko gagal. Itu sebabnya kita harus memahami lebih dalam lagi tentang berpacaran. Dalam hal ini diuraikan tentang anatomi berpacaran, apa saja yang harus diperhatikan dalam masa berpacaran, konfirmasi dari Tuhan dan dari keluarga serta teman dekat serta pertumbuhan relasi itu sendiri yang meliputi 3 hal yaitu percaya, respek dan cinta.
Firman Tuhan di Amsal 18:22 mengatakan,"Siapa mendapat istri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan."
Ada dua hal yang dapat kita simpulkan dari ayat ini:Berpacaran adalah bagian penting dalam persiapan pernikahan. Tanpa persiapan yang matang, pernikahan berisiko gagal. Itu sebabnya kita harus memahami lebih dalam lagi tentang berpacaran. Pertama kita ingin melihat anatomi atau proses terjadinya berpacaran.
ANATOMI BERPACARANSaudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu, kali ini tentang "Proses Berpacaran" bagian yang kedua. Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pada kesempatan yang lalu kita sudah mulai membicarakan tentang proses berpacaran dan kita akan melanjutkan perbincangan itu pada kesempatan kali ini, namun agar para pendengar kita memunyai gambaran yang lebih lengkap atau mengingat apa yang kita sudah perbincangkan mungkin Pak Paul secara ringkas bisa menyampaikan hal-hal apa yang sudah kita perbincangkan pada kesempatan yang lalu?
PG : Pada dasarnya kita membicarakan tentang pentingnya mengenal makna atau tujuan dari berpacaran karena berpacaran adalah bagian integral dalam persiapan pernikahan. Jadi kita harus menjalani prosesnya dengan benar, kemudian saya juga mengungkapkan bahwa sebaiknya kita ini memulai dengan lingkup pertemanan yang luas. Jadi kita harus mencari teman dahulu sebelum mencari teman hidup, jangan langsung fokus pada mencari teman hidup, dari teman-teman yang banyak itu kemudian kita akan memfokuskan bersahabat dengan sekelompok teman-teman. Sudah tentu kalau kita bersahabat dengan beberapa teman kita itu berarti kita memunyai kesamaan-kesamaan, misalnya kesamaan minat dan nanti dari situ kita mulai mengamati tiga hal yaitu kerohaniannya, apakah dia sesama orang beriman dalam Tuhan, apakah dia orang yang mencintai Yesus dalam hidupnya, apakah dia orang yang memang menunjukkan minat untuk mendalami dan mengenal Kristus dengan lebih pribadi. Kita mau benar-benar melihat orang yang bukan saja berbicara atau mengutip firman Tuhan, tapi orang yang sungguh-sungguh melakukan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Kemudian juga kita amati karakternya, apakah orang ini sungguh-sungguh baik, saya definisikan baik adalah orang yang murah hati, orang yang suka memberi, orang yang siap mengalah, orang yang siap mengedepankan orang lain, orang yang siap menolong, orang yang siap untuk mengampuni. Itulah yang saya kategorikan dengan baik atau murah hati. Yang ketiga adalah kita mau melihat karier atau tujuan hidupnya, apakah sama dengan tujuan hidup kita. Misalkan dia orang yang mementingkan karier, uang, orang yang ingin berhasil maka dia akan mengorbankan segalanya guna mencapai tujuannya itu apakah sama dengan tujuan hidup kita, itu yang perlu nanti kita cocokkan. Kalau kita melihat ketiganya maka kita bisa berkata, "Inilah yang saya inginkan dan sama dengan kita" maka kita dekati orang itu dan kita langsung katakan, "Kita punya minat terhadapnya dan kita mau mengajaknya berdoa" mendoakan akan kesiapan menjalani masa berpacaran dengan kita. Setelah dia berdoa misalkan selama 2 minggu atau sebulan, kita kembali lagi dan kita bertanya, "Apakah dia juga mendapatkan konfirmasi yang sama dan memunyai keinginan juga untuk memunyai relasi berpacaran" kalau dia berkata "Ya" maka kita mulai masa berpacaran itu.
GS : Sekarang kalau kita sudah memasuki proses yang namanya berpacaran, artinya sudah disampaikan dan sudah diterima, maka apa yang mesti diperhatikan pada masa-masa berpacaran ini, Pak Paul?
PG : Ada cukup banyak yang bisa kita angkat, yang pertama adalah kita harus menjaga batas fisik. Kenapa? Bukan saja kalau kita tidak menjaga batas fisik kita bisa berdosa dalam pengertian kita bisa berzinah, namun yang lainnya juga adalah keintiman fisik seringkali merusak proses pengintiman emosional yang seyogianya berkembang secara alamiah. Karena kita akhirnya terlalu dekat dalam hubungan secara fisik, memuaskan nafsu dan sebagainya, akhirnya hal yang penting yang harus dibahas atau diperhatikan dalam proses berpacaran kita abaikan, sebab kepuasan nafsu saja yang ada sehingga masalah-masalah yang timbul tidak kita selesaikan dan kita diamkan, itu yang bahaya. Kalau masa berpacaran itu ditandai dengan hubungan seksual atau tidak ada lagi batas fisiknya maka setelah menikah karena sudah bisa mendapatkan semuanya tiba-tiba kehilangan cinta, kehilangan segalanya yang tadinya ada, sebab sebetulnya tidak ada, karena yang mendominasi adalah daya tarik fisik saja. Jadi penting sekali dalam masa berpacaran kita menjaga batas fisik.
GS : Memang di sini ada banyak pendapat, sampai sejauh mana kita boleh melakukan sentuhan atau kontak fisik dengan pacar kita itu. Apa pendapat Pak Paul tentang hal ini?
PG : Sedapat-dapatnya jangan sampai mencium karena begitu kita mulai mencium-cium, pada akhirnya susah sekali untuk mengerem kelanjutannya setelah itu. Kalau kita mau mengecup dahi atau pipinya itu lain perkara, tapi kalau kita mulai mencium bibir maka pada akhirnya akan sangat sulit untuk menjaga batas. Jadi biasanya untuk lebih aman saya anjurkan jangan sampai berciuman di bibir.
GS : Selain menjaga batas fisik, apalagi Pak Paul?
PG : Jaga batas waktu, dalam masa berpacaran kita harus menyeimbangkan waktu bersamanya dengan waktu bersama keluarga, teman-teman lain dan tugas-tugas lainnya. Jadi jangan sampai kita ini terlalu eksklusif sampai-sampai tidak ada waktu lagi untuk orang lain, ini tidak sehat. Sebab kita mau masa berpacaran kita menjadi masa dimana kita juga bisa berbagi hidup dengan orang-orang lain, sehingga kita ini berdua tetap menjadi bagian dari kelompok kita, diterima, dijadikan bagian dari mereka, bergaul dengan teman-teman yang lain karena nanti setelah menikah pun, kita mau memertahankan jaringan pertemanan ini. Kita tidak akan mengurung diri di rumah berduaan saja, kita nanti akan tetap bersahabat dengan teman-teman kita, keluarga kita dan sebagainya. Jadi dari awal masa berpacaran kita harus memberi waktu untuk pacar kita tapi juga jangan sampai eksklusif.
GS : Di dalam memberi waktu dengan pacar kita, kita mau tidak mau suatu saat pasti berhadapan dengan orang tuanya atau keluarganya. Ini bagaimana, Pak Paul?
PG : Itu adalah kesempatan yang baik dimana kita bisa berkenalan dengan keluarga pasangan kita dan mereka pun bisa mengenal kita, akhirnya bisa terjalin sebuah relasi dengan mereka pula, sehingga kita tidak hanya mengenal anaknya tapi juga mengenal orang tuanya, kakaknya, adiknya dan mungkin juga sanak-saudaranya yang lain. Karena pada akhirnya kita akan menjadi bagian dari hidup mereka. Ini juga berguna bagi kita lebih mengenal pasangan kita, karena semakin kita mengenal keluarganya dan keluarga besarnya, maka kita juga akan lebih mengenal pasangan kita pula.
GS : Hal-hal apa yang bisa kita kenali lewat hubungannya dengan keluarganya?
PG : Misalnya kita mau melihat apakah ada kepedulian, apakah ada masalah di dalam relasi dengan orang tua, apakah ada pemberontakan? Ini hal-hal yang penting yang kita mau lihat, sebab jiwa pemberontak biasanya akan menyulitkan seseorang untuk tunduk kepada sesama dan kalau misalkan dia memunyai banyak kemarahan kepada keluarganya maka itu akan dia bawa ke dalam pernikahannya nanti. Kalau dia tidak ingin memunyai hubungan dengan orang tuanya maka kita juga mau tahu kenapa bisa sampai tidak ada hubungan dengan orang tuanya. Jadi ini semua mau kita perhatikan, sebab sekali lagi semua ini akan masuk ke dalam pernikahan kita, kita suka atau tidak suka ini akan menjadi bagian hidup kita. Maka sudah tentu kita harus mengenalnya dan harus siap menghadapinya dan kalau di saat ini kita merasa tidak sanggup, terlalu banyak masalah yang dia akan bawa ke dalam pernikahan dan saya bukan orang yang bisa menghadapi. Berarti kita harus katakan apa adanya dan tidak meneruskannya daripada kita membutakan mata "pasti bisa dan pasti bisa", tapi ternyata setelah menikah tidak bisa karena tidak bisa menghadapi apa yang dibawanya ke dalam pernikahan.
GS : Berarti kita juga harus memberi kesempatan kepada pacar kita itu untuk datang ke keluarga kita, begitu Pak Paul?
PG : Setuju sekali. Itu adalah salah satu hal yang penting, kita membawanya ke keluarga kita dan kita juga membawanya kepada orang-orang lain yang kita kenal sehingga dia makin hari makin mengenal siapakah kita lewat orang-orang yang kita kenal juga.
GS : Yang lain yang perlu diperhatikan apa, Pak Paul?
PG : Dalam masa berpacaran kita harus terbuka dan jangan ragu mengungkapkan pemikiran pribadi. Kenapa? Makin terbuka maka makin terlihat perbedaan dan makin tersedia kesempatan untuk menyelaraskannya. Kadang ada orang yang takut memunculkan pemikirannya sendiri karena takut nanti tidak cocok, nanti ditinggalkan pacarnya, ini keliru. Justru dengan dia membuka diri, memang muncul perbedaan itu, tapi bukankah ini menjadi kesempatan untuk dapat menyelaraskannya. Jadi dengan kata lain, tabunglah masa-masa berpacaran ini sehingga masalah-masalah bisa mulai diselesaikan sejak dari masa berpacaran, perbedaan bisa mulai diselaraskan sejak mulai berpacaran. Barangsiapa terlalu takut terbuka karena takut kehilangan pasangan, saya bisa katakan itu pertanda dia memang orang yang kurang dewasa sehingga sangat ketakutan kehilangan pasangannya.
GS : Rasanya bukan hanya kita harus berani mengungkapkan pola pikir atau cara berpikir kita, tetapi bagaimana kita mengungkapkan emosi kita atau dia mengungkapkan emosi dia terhadap kita.
PG : Tepat sekali. Terutama emosi marah. Jadi perhatikanlah reaksinya tatkala dia marah atau berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Saya mau memberi peringatan jangan remehkan ledakan emosi, apalagi yang melibatkan kekerasan fisik. Berkali-kali saya bertemu dengan pasangan yang terlibat dalam kekerasan fisik. Waktu saya tanya, biasanya kepada si istri, "Sejak kapan suamimu memukulimu?" hampir semua berkata, "Sejak masih berpacaran", rupanya sudah mulai, tapi memang tidak seburuk sesudah menikah. Tapi ledakan-ledakan emosi itu sudah ada dan sudah pernah terjadi, calon pasangan atau suami sebelum menikah sudah pernah memukul si istri atau pernah menamparnya atau mendorongnya. Jangan remehkan, sebab orang yang pada masa berpacaran memunyai ledakan emosi yang begitu keras, berarti dia punya masalah tersembunyi yang belum selesai dan dia akan membawanya ke dalam pernikahan dan tinggal tunggu waktu, bom itu akan meledak, siapa yang nanti akan terkena serpihan bomnya? Tentu saja kita yang menikah dengan dia.
GS : Seringkali orang berharap bahwa nanti kalau sudah menikah sifatnya itu akan berubah dan nyatanya tidak.
PG : Ini yang seringkali dikatakan oleh para korban, saya berpikir tidak apa-apa nanti dia juga akan berubah, siapa yang tidak punya masalah? Pasti semua punya masalah dan akhirnya menoleransi padahalnya setelah menikah marahnya itu semakin menjadi-jadi.
GS : Apakah hanya reaksi marah yang perlu kita perhatikan dari emosi ini?
PG : Yang lain adalah kecewa. Jadi kita harus perhatikan reaksi pasangan kita tatkala kecewa, apakah dia dapat menghadapi realitas apa adanya ataukah dia menyalahkan orang lain tatkala kecewa dan berapa cepatnya dia sembuh dari kekecewaan. Jadi dari sini kita mau melihat apakah dia seorang yang bisa bertanggung jawab atas hidupnya. Kalau orang yang kecewa menyalahkan kanan dan kiri, berarti dia tidak bertanggungjawab atas hidupnya dan itu berarti dia akan menuntut kita nantinya setelah menikah untuk bertanggungjawab atas hidupnya. Sehingga kalau ada apa-apa yang tidak cocok, yang tidak sesuai selera atau yang dianggapnya keliru atau salah, kita yang kena batunya sebab dia mengharapkan kita yang selalu harus mengetahui dan tidak boleh sedikitpun membuat dia kecewa. Kita mau bertanya seberapa cepatnya dia sembuh dari kekecewaan. Ada orang yang kalau kecewa bisa berhari-hari dan berminggu-minggu tidak bisa lepas dari kekecewaan sebab dia tidak bisa menghadapinya keluar dari kekecewaan dan melihat sesuatu yang positif yang bisa dilakukannya. Jadi dalam masa berpacaran kita juga mau memerhatikan aspek perasaan kecewa ini.
GS : Jadi ini sangat erat kaitannya dengan kita memerhatikan bagaimana caranya dia menyelesaikan suatu masalah yang dia hadapi.
PG : Tepat sekali. Semakin dia tidak bisa membereskan masalah, biasanya orang ini akan terus berlarut-larut dalam kekecewaannya.
GS : Dan sebagai pacar mestinya kita membiarkan dia untuk memecahkan masalahnya sendiri terlebih dahulu.
PG : Kalau pun kita mau membantu ya silakan, namun jangan sampai mengambil alih yaitu selalu membereskan masalahnya untuk dia, akhirnya dia tidak akan pernah bisa untuk membereskannya sendiri.
GS : Dan warna aslinya juga tidak kelihatan, Pak Paul?
PG : Betul sekali. Kalau kita selalu membereskan, maka warna aslinya tidak akan pernah terlihat.
GS : Mungkin ada hal lain yang perlu kita perhatikan, Pak Paul, pada masa berpacaran ini?
PG : Berikut adalah perhatikan bagaimana dia memerlakukan sesama yang tidak penting atau yang lebih rendah darinya, kenapa? Sebab sikap tidak menghargai sesama yang tidak setara atau berguna baginya menandakan nilai hidup yang berorientasi pada fungsi, berarti bila kita tidak memberinya manfaat maka dia pun tidak akan menghargai kita. Jadi dari sini kita memang bisa melihat nilai-nilai hidupnya. Ada orang yang seperti itu, dengan orang yang berada di atas dia manis luar biasa, menurut apapun dikerjakannya sebelum disuruh dia sudah kerjakan dulu dengan yang di atasnya, dengan yang sesamanya dia pilih-pilih, "Kalau yang berguna bagi dia maka dia akan dekat-dekat, kalau yang tidak berguna bagi dia maka dia akan tinggalkan", tapi dengan orang yang lebih rendah dia tidak akan pandang mata dan sebagainya. Kalau dia seperti itu maka kita jelas bahwa memang nilai hidupnya berdasarkan pada fungsi "gunanya apa?" kalau tidak ada gunanya maka lebih baik tidak. Kalau ini yang terjadi maka akan sangat repot kalau kita menikah dengan dia, kita harus terus menerus berfungsi seperti yang diinginkannya, kalau kita tidak lagi menelurkan "telur emas" maka kepala kita dipotong. Jadi harus benar-benar berhati-hati dengan orang yang seperti ini.
GS : Ini hanya lewat pertanyaan-pertanyaan atau lewat kenyataan hidup kita bisa melihatnya?
PG : Kita bisa melihat dari interaksinya, misalnya dari hal-hal kecil. Bagaimanakah dia memerlakukan pelayan, misalkan dia sedang makan dan ada pelayan yang menyuguhkan makanan bagaimana dia memperlakukan pelayan. Bagaimana dia memerlakukan pembantu rumah tangganya, apakah dia memanggilnya dengan kata-kata yang sopan atau dia memerintah seenaknya, atau apakah dia akan berterima kasih kepada orang yang di bawahnya, ataukah dia beranggapan bahwa sudah seharusnya kamu berbuat ini dan saya tidak harus berterima kasih. Dan kita mau membandingkan dengan sikapnya kepada orang yang di atasnya, kalau terlalu manis terlalu menjilat berarti memang betul dugaan kita bahwa dia berorientasi pada fungsi atau kegunaan, kalau tidak ada gunanya maka dia tidak akan memandang lagi, berarti nanti kita akan bernasib sama kalau kita tidak berguna lagi.
GS : Hal lain yang perlu diperhatikan lagi apa, Pak Paul?
PG : Perhatikanlah bagaimana dia memandang dan memerlakukan keluarga kita. Jadi maksudnya kita adalah bagian keluarga asal kita, jadi bila pasangan kita tidak dapat menerima keluarga kita, maka ini akan menjadi duri dalam pernikahan. Jadi bila dia tidak bisa menerima keluarga asal kita, itu pun berarti belum sepenuhnya menerima diri kita. Memang mungkin keluarga kita ada masalah dan sebagainya, orang tua kita begini dan begitu, kurang sopan kalau berbicara suaranya terlalu keras, egois dan sebagainya, tapi mereka juga adalah keluarga kita. Berarti kalau tidak bisa menghormati nanti akan menjadi duri dan kita tidak bisa menyangkal juga mungkin ada beberapa sifat dari orang tua kita yang ada pada diri kita pula. Jadi dia juga harus belajar menerima keluarga kita apa adanya.
GS : Tapi hal itu sulit untuk dipaksakan, kalau memang keluarga kita banyak kekurangannya maka itu harus kita akui juga.
PG : Tepat sekali. Jadi kita akui apa adanya dan kalau memang kita melihat ini banyak sekali masalahnya dengan keluarga kita dan kita mau menjaga jarak, silakan. Saya tidak selalu meminta agar kita selalu dekat dan bersedia diperlakukan seperti apapun oleh keluarga kita, kadang-kadang itu justru tidak bijaksana. Jadi kita juga harus terbuka apa adanya seperti apa keluarga kita dan kalau memang perlu jaga jarak maka kita jaga jarak, tapi jangan sampai kurang ajar dan jangan sampai menghina-hina keluarga kita.
GS : Bagaimana dengan teman-teman kita yang selama ini begitu akrab dengan kita, Pak Paul?
PG : Jadi sama. Kita mau mengajak dia bergaul dengan teman-teman kita, sebab pilihan kita akan teman sedikit banyak mencerminkan siapa kita. Jadi kalau kita tidak bisa menerima jenis teman yang kita miliki, maka besar kemungkinan dia pun sukar menerima diri kita. Jadi dia tidak bisa berkata, "Saya mau kamu tapi saya tidak mau teman-teman kamu bergaul dengan kamu lagi" tidak bisa! Jadi dari dua belah pihak harus ada saling menerima teman-teman, kecuali memang kita akui teman kita yang satu ini tidak benar atau jahat, tapi kalau tidak maka jangan sampai sepertinya mau memotong hubungan kita dengan teman-teman, itu tidak baik.
GS : Berarti harus berani memberikan kebebasan atau ruang bagi kita untuk kita tetap bersahabat dengan teman-teman kita yang lama.
PG : Betul. Jadi tidak bisa langsung pacar kita memotong relasi kita dengan teman-teman begitu saja.
GS : Apakah penting memerhatikan penampilan fisik dari pacar itu?
PG : Penting. Meskipun ini bukan yang terpenting, tapi ini penting. Jadi kita mau bertanya apakah kita tertarik kepadanya secara fisik pula dan apakah kita bangga terhadapnya. Jadi intinya adalah kita harus menanyakan pada diri kita, "Bersedia atau tidak kita mengajaknya di setiap lingkup lapisan pergaulan kita". Ada orang yang tidak bisa mengajak pasangannya ke tempat yang lebih tinggi atau lebih elite dan sebagainya, karena dia takut pacarnya nanti tidak nyaman dan dia juga tidak nyaman. Berarti ada sesuatu. Jadi kalau kita mau memilih pasangan, pilihlah yang kita merasa nyaman membawa dia ke segenap lapisan dan lingkup kehidupan sosial kita dan kita berani serta bangga menghadirkan dia. Kalau kita sudah mulai mengkotak-kotakkan di sini boleh, di sini jangan berarti memang kita tidak begitu bersedia menerima sepenuhnya secara fisik.
GS : Mungkin di sini faktor kesepadanan itu penting, baik di dalam pendidikan lalu latar belakang sosial dan sebagainya.
PG : Betul. Jadi jangan sampai kita bersama dengan orang yang kita akui sebetulnya saya malu berjalan dengan dia, lebih baik jangan meneruskan kalau kita merasa seperti itu.
GS : Ternyata cukup banyak hal yang perlu kita perhatikan pada masa berpacaran. Hal-hal yang lain yang perlu dipikirkan lagi apa, Pak Paul?
PG : Setelah kita menjalani masa berpacaran, kita harus mencari konfirmasi dalam masa berpacaran ini. Sedikit-dikitnya ada tiga, kita harus terus berdoa dan berdoa bersama minta konfirmasi dari Tuhan dan salah satu konfirmasi dari Tuhan adalah keberhasilan kita menyelaraskan perbedaan. Saya mau tekankan ini yaitu modal keselarasan, kita punya kesamaan dalam memulai relasi itu tidak sama dengan keberhasilan menyelaraskan diri. Yang terpenting bukan berapa banyak kesamaan waktu kita memulai relasi, tapi berapa banyak perbedaan yang berhasil diselaraskan. Karena kalau kita punya modal banyak kesamaan, tapi kita tidak bisa belajar menyelaraskan perbedaan maka akan sia-sia karena pasti setelah menikah kita akan menemukan perbedaan dan kalau kita tidak pernah belajar bagaimana menyelaraskannya, maka akan susah. Jadi yang pertama konfirmasinya adalah itu, kalau ini adalah relasi yang Tuhan inginkan dan Tuhan berkati, maka kita harus melihat apakah kita berhasil menyelaraskan perbedaan. Yang kedua adalah penilaian positif terhadap relasi kita, baik dari keluarga maupun teman dekat, mereka mengenal diri kita dan dapat melihat kita berdua dari sudut yang berbeda. Jadi dengarkan tanggapan mereka dan jangan tutup telinga dan berkata, "Semua orang salah, saya benar tidak ada yang mengerti saya hanya saya dan pacar saya yang mengerti satu sama lain". Jangan seperti itu tapi terbuka dan dengarkanlah masukan dari keluarga dan teman dekat. Dan yang terakhir adalah pertumbuhan relasi itu sendiri, ini konfirmasi yang penting. Pernikahan itu didirikan di atas tiga dasar; percaya, respek dan cinta. Ketiganya harus mengalami pertumbuhan dalam masa berpacaran dan bukan kemerosotan. Bukan makin lama berpacaran makin tidak percaya, tidak respek, semakin tidak cinta berarti kalau itu yang terjadi maka ini bukan pasangan untuk kita.
GS : Pak Paul, tadi katakan bahwa pernikahan itu didirikan atas tiga dasar yaitu percaya, respek dan cinta. Bagaimana pernikahan itu dibangun?
PG : Pernikahan ini dibangun di atas tiga pasangan tiang, yang pertama adalah doa dan firman Tuhan. Jadi kita mau benar-benar membangun relasi di dalam doa dan firman Tuhan, baca firman, berdoalah terus. Dan kedua, ibadah dan persekutuan, jadi beribadahlah bersama, bersekutulah bersama. Ini yang menjadi tiang dalam keluarga kita dan yang terakhir tiang pelayanan dan persembahan apakah kita mau terlibat di dalam pelayanan, apakah bersama-sama kita juga mau memberikan persembahan kepada Tuhan, ini adalah tiang-tiang yang membangun keluarga. Jadi kalau dalam keluarga kita ada doa dan firman Tuhan, ada ibadah dan persekutuan, ada pelayanan dan persembahan maka saya yakin keluarga kita itu akan bertumbuh dengan sehat.
GS : Jadi dengan kata lain, kalau kita memang dari awalnya sudah tidak seiman maka akan sulit membangun proses berpacaran, apalagi pernikahan?
PG : Tepat sekali. Jadi kalau kita mau menuruti jalan Tuhan maka kita harus menaati kehendak-Nya, yaitu menikah dengan yang seiman dengan kita.
GS : Di dalam hal berpacaran selanjutnya kalau memang sudah sepakat dan kita sudah melakukan konfirmasi maka tahap yang selanjutnya adalah tahap menuju pernikahan karena semuanya sudah terkonfirmasi dengan baik. Bagaimana kita bisa memutuskan inilah saatnya untuk kita secara serius berkata, "Kita akan menikah"?
PG : Saya kira kalau kita bisa ingat yang terakhir adalah kalau memang ini dari Tuhan dan Tuhan sudah konfirmasikan, dan percaya kita bertumbuh, respek kita bertumbuh, cinta kita bertumbuh sudah tentu dengan catatan dia adalah seorang yang sama-sama beriman dalam Tuhan dan dia memunyai karakter yang baik dan dia juga memunyai tujuan hidup yang sama dengan kita. Kalau pada ujungnya kita melihat respek bertumbuh, percaya bertumbuh, cinta bertumbuh, maka yakinlah bahwa Tuhan memberkati relasi kita ini dan silakan melangkah maju.
GS : Ada orang yang selalu ragu-ragu untuk memutuskan menikah sehingga pasangannya merasa tidak ada kepastian dari orang ini karena dia tidak berani mengambil keputusan untuk menikah, jadi selalu berkata, "Nanti dulu, ini belum jelas" tapi orang tidak bisa dibegitukan terus, baik dia maupun keluarganya.
PG : Betul. Jadi kalau orang itu terus berkata seperti itu berarti dia memang belum siap untuk hidup dalam pernikahan. Dia mungkin memang mencintai kita, tapi dia mungkin belum siap hidup dalam pernikahan dengan kita. Jadi itu menjadi sesuatu yang dia harus gumulkan dan kalau dia belum siap, maka kita harus berpisah dengan dia.
GS : Pak Paul, sebelum kita mengakhiri perbincangan ini, mungkin ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul sampaikan?
PG : Amsal 12:11 berkata, "Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi". Jadi kita dalam masa berpacaran harus menunaikan tugas kita, kita harus mengerjakan PR kita, PR yang telah kita singgung tadi. Saya percaya kalau kita sudah melakukan tugas berpacaran kita dengan sebaik-baiknya maka ini akan menjadi investasi yang sangat penting dalam hidup pernikahan kita.
GS : Terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini tentu akan menjadi manfaat bagi para pendengar kita. Dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Proses Berpacaran" bagian yang kedua dan terakhir. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@indo.net.id kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
61. Remaja dan Iman |
|
Salah satu misteri dalam hidup adalah bagaimanakah seseorang dapat sampai pada iman kepercayaannya. Tiga hal yang bisa kita petik di sini mengenai iman kepercayaan kita
Salah satu misteri dalam hidup adalah bagaimanakah seseorang dapat sampai pada iman kepercayaannya. Sebagai pengikut Tuhan kita Yesus Kristus, kita berusaha menaati perintah yang telah Tuhan titipkan di Kitab Ulangan 6:6, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu...." Namun pada kenyataannya kita hanya dapat mengusahakannya. Apakah dan bagaimanakah anak memeluk iman kepercayaan kita tidaklah sepenuhnya berada dalam kendali kita !
Marilah kita melihat dengan lebih saksama anatomi sampainya kita pada iman.
•
HAL
PERTAMA YANG MESTI DISADARI ADALAH PADA KENYATAANNYA KITA TIDAK MEWARISKAN
IMAN. KITA HANYA DAPAT MENGAJARKAN TENTANG IMAN.
Itu sebabnya Firman Tuhan
tidak berkata, "mewariskan" melainkan "mengajarkan." Kita tidak dapat
mewariskan iman sebab iman keluar dari dalam diri bukan datang atau disuntikkan
dari luar. Iman adalah respons terhadap apa yang dialami oleh seseorang—dalam
hal ini, pengalaman yang berhubungan dengan Tuhan.
Jadi, anak tidak dapat mewarisi iman orang tuanya. Ia sendiri yang dapat dan harus memberi respons terhadap penyataan dan perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Tugas kita adalah mengajarkan tentang Tuhan lewat Firman-Nya dan pengalaman hidup agar anak mengenal Tuhan. Dengan kata lain, tugas kita adalah membawanya kepada Tuhan tetapi apakah pada akhirnya ia akan memberi respons iman kepada Tuhan, itu adalah keputusan pribadinya sendiri.
•
KEDUA,
IMAN MENGANDUNG DUA UNSUR: PERCAYA (PADA APA YANG DIAJARKAN) DAN BERSERAH
(KEPADA PEMELIHARAAN DAN KEHENDAK TUHAN).
Anak tidak mungkin percaya bila
tidak tahu siapakah Tuhan. Itu sebabnya kita mesti mengajarkan kepadanya
tentang Tuhan dan keselamatan-Nya dalam Yesus Kristus. Namun, apakah ia
memercayai apa yang diajarkan itu di luar jangkauan kita. Setelah memercayai,
anak juga harus naik ke tahapan berikut yaitu berserah. Anak mesti secara
pribadi menyerahkan hidup dan kehendaknya kepada Tuhan. Dengan kata lain, satu
hal kita memercayai apa yang diajarkan tentang Tuhan, hal yang lain kita
mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Dia. Pada umumnya, untuk sampai
pada penyerahan diperlukan proses yang kadang panjang. Adakalanya kita sedikit
kurang sabar sebab buat kita anak telah cukup tahu tentang Tuhan, tetapi
kenapakah ia tidak kunjung menyerahkan segenap hidupnya kepada Tuhan. Namun,
kita harus bersabar sebab ternyata, penyerahan membutuhkan waktu dan situasi
tertentu. Dengan kata lain, pengalaman pribadi memainkan peran besar dalam
kesiapan dan keputusan kita menyerahkan hidup pada pemeliharaan dan kehendak
Tuhan.
•
KETIGA,
ANAK BUKANLAH TABUNG KOSONG YANG PASIF DAN MENUNGGU UNTUK DIISI; ANAK MEMUNYAI
KEHENDAK DAN PILIHAN.
Adakalanya ia memilih untuk merumuskan dan akhirnya
memilih iman kepercayaan yang berbeda. Bahkan adakalanya anak memilih untuk
tidak memercayai apa pun. Semua ini memerlihatkan dan mengingatkan kita bahwa
anak adalah pribadi yang terpisah dari kita. Keselamatan melalui Tuhan kita
Yesus Kristus tidak diberikan per kelompok tetapi pribadi lepas pribadi. Pada
akhirnya anak sebagai pribadi yang utuh dan terpisah harus mengambil
keputusannya sendiri—menerima atau menolak. Kita tidak bisa membuat anak percaya
kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Kita hanya dapat membawanya kepada Tuhan kita
Yesus Kristus.
Kesimpulan
Tugas kita adalah mengajarkan anak tentang Tuhan lewat Firman-Nya. Apa yang diajarkan kepada anak dapat diibaratkan seperti batu fondasi. Memang pada akhirnya anak dapat mengembangkan iman kepercayaan yang berbeda namun jika kita telah meletakkan batu fondasi dengan benar, besar kemungkinan anak akan membangun rumah iman di atas batu fondasi tersebut.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Remaja dan Iman". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
DL : Pak Paul, saya ingin bertanya bagaimanakah seorang remaja dapat sampai pada iman kepercayaan yang diajarkan orang tuanya kepada mereka?
PG : Bu Dientje, memang salah satu misteri dalam hidup adalah bagaimanakah seseorang itu bisa sampai kepada iman kepercayaannya sebagai pengikut Tuhan kita Yesus Kristus, kita berusaha menaati perintah Tuhan yang dititipkan di Kitab Ulangan 6:6 yang berkata, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu". Nah, inilah yang Tuhan telah titipkan kepada kita dan kita mencoba untuk menaatinya namun pada kenyataannya kita hanya dapat mengusahakannya. Apakah dan bagaimanakah anak akhirnya memeluk iman kepercayaan kita tidaklah sepenuhnya berada dalam kendali kita. Marilah kita melihat hal ini dengan lebih seksama supaya kita bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi sampai seseorang terutama anak remaja kita itu bisa sampai kepada iman kepercayaannya.
GS : Masalahnya kadang-kadang pada masa anak-anak mereka mengikut saja, Pak Paul, dengan orang tuanya diberitahu, diajarkan dan sebagainya tetapi baru kelihatan setelah anak itu remaja. Apakah memang hal ini sering terjadi seperti itu dan umum?
PG : Sangat umum, jadi kebanyakan memang anak-anak itu mulai mempertanyakan iman kepercayaannya di usia remaja. Kalau misalkan si anak mendapatkan kejelasan dalam perjalanan imannya, dia akan terus mengikuti tapi misalkan dalam masa itu dia mengalami goncangan-goncangan tertentu atau juga mendapatkan pengaruh-pengaruh lain bisa saja pada saat remaja lah si anak mulai berontak dan akhirnya menolak iman kepercayaan orang tuanya.
GS : Tetapi memang perintah Tuhan yang ada di Ulangan 6:6 harus dilakukan ketika anak itu masih kecil, sedini mungkin maksudnya, Pak Paul.
PG : Betul sekali jadi bukanlah dalam pengertian secara formal kita mengajak anak-anak tentang Tuhan tetapi dalam konteks hidup yang lebih apa adanya. Jadikanlah firman Tuhan itu bagian hidup kita dan secara terencana bagikanlah kepada anak-anak. Biarlah anak-anak mengerti dan mendengar tentang siapakah Tuhan yang kita percayai itu.
GS : Bahkan ada orang tua yang mengajak bayi yang dikandungnya berdoa, Pak Paul, apakah hal itu perlu dilakukan seperti itu?
PG : Mendoakan bayi sudah tentu baik dan perlu jadi kita meminta agar Tuhan menyertai anak kita, memberikan kepadanya kesehatan dan tuntunan dalam hidupnya. Sudah tentu itu baik sekali.
GS : Tetapi masalahnya yang tadi Pak Paul katakan, itu tidak semua dalam kendali kita. Ada hal-hal lain yang memengaruhi, apa saja, Pak Paul?
PG : Jadi ada beberapa hal yang kita mesti sadari sehingga dalam kita mencoba untuk mengenalkan anak kita kepada Tuhan kita Yesus Kristus, kita bisa juga mengerti prosesnya. Sebab kadang kala karena kita kurang memahami prosesnya akhirnya terjadilah salah langkah, bukannya hasil yang kita harapkan yang kita dapatkan justru kebalikannya. Yang pertama yang kita mesti sadari adalah pada kenyataannya kita tidak mewariskan iman. Kita hanya dapat mengajarkan tentang iman, memang dalam pembicaraan atau mungkin sering juga dalam khotbah kita mendengar istilah kita wariskan iman kita kepada anak-anak, biarlah anak-anak kita mewarisi iman kepercayaan kita tetapi sebetulnya tidak bisa kita mewariskan iman. Itu sebabnya firman Tuhan yang baru saja kita baca di Kitab Ulangan 6:6, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu". Tuhan tidak berkata mewariskan melainkan mengajarkan. Mengapa tidak bisa mewariskan iman? Sebab iman itu keluar dari dalam diri bukan datang atau disuntikkan dari luar, iman adalah respons terhadap apa yang dialami oleh seseorang dalam hal ini pengalaman yang berhubungan dengan Tuhan. Jadi anak tidak dapat mewarisi iman orang tuanya, ini bukan masalah seperti mewarisi harta, mewarisi buku dari orang tua kita yang memang kita bisa terima, tapi iman tidak bisa. Iman bukan kita import dari luar dan dimasukkan ke dalam diri kita. Pengetahuan dapat kita terima tetapi iman tidak bisa, anak sendirilah yang harus memberikan respons terhadap penyataan dan perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Tugas kita sebagai orang tua hanyalah mengajarkan tentang Tuhan kita Yesus Kristus lewat firman-Nya dan pengalaman hidup agar anak mengenal Tuhan. Sekali lagi tugas kita adalah membawanya kepada Tuhan, tetapi apakah pada akhirnya dia akan memberi respons iman kepada Tuhan, itu adalah keputusan pribadinya sendiri.
GS : Dengan mengajarkan berulang-ulang sebenarnya orang tua sedang mentransfer apa yang dia miliki, memang tidak bisa diwariskan seperti sebuah benda yang diserahkan kepada anak itu, tetapi pengertian tentang iman bisa ditransfer, Pak Paul?
PG : Sebenarnya yang ditransfer pengetahuannya tetapi apakah anak itu nantinya akan memiliki iman, itu soal kedua dan sebelumnya kita juga akan memiliki iman, apakah anak itu akan memercayai yang kita katakan dan menyetujuinya, itu juga sebetulnya sudah di luar kendali kita.
DL : Jadi kita harus mendoakan agar apa yang kita ajarkan betul-betul bisa diterimanya.
PG : Betul, jadi memang kita menyadari bahwa kita sangat terbatas. Kita tidak bisa mentransfer iman, menumbuhkan atau menciptakan iman pada diri anak-anak kita meskipun itulah kerinduan hati kita tetapi memang tidak bisa.
GS : Di sana yang dikatakan Kitab Suci bahwa iman itu adalah suatu anugerah dari Tuhan, pemberian dari Tuhan jadi kalau benih itu sudah diberikan oleh Tuhan maka tanggungjawab kita sebagai orang tua untuk menyirami dan memupuk supaya iman itu terus bertumbuh, Pak Paul.
PG : Tetapi bagaimanakah bertumbuhnya, prosesnya pertemuan itu mengapa dia bertumbuh, itu di luar jangkauan kita.
GS : Itu yang Rasul Paulus katakan, Tuhan yang menumbuhkan, kita hanya bisa menyiram, kita bisa menanam tetapi Allah yang menumbuhkan. Termasuk iman di dalam diri anak-anak ini, Pak Paul. Tetapi kita sebagai orang tua tidak bisa membiarkan anak itu memilih imannya sendiri karena ada kecenderungan yang lain, orang tua tidak mau mengajarkan berulang-ulang seperti ini dengan alasan nanti kalau besar biarkan memilih sendiri. Tanggapan yang seperti itu menurut Pak Paul bagaimana?
PG : Kita bertanggungjawab menaati perintah Tuhan dan dengan jelas firman Tuhan memang memberikan perintah itu kepada kita agar kita mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita. Apa yang harus kita ajarkan yaitu apa yang Tuhan telah perintahkan lewat firman-Nya, tentang siapakah Tuhan, tentang apakah kehendak Tuhan, semua itu yang kita harus ajarkan kepada anak-anak kita. Jadi kalau kita berkata, "Biar anak kita pilih sendiri" saya kira kita nomor satu sudah bersalah karena kita tidak menaati perintah Tuhan yang meminta kita untuk mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita.
GS : Atau menyerahkan pengajaran itu kepada pihak lain misalnya guru Sekolah Minggu atau guru di sekolahnya tetapi orang tua sendiri sebagai yang bertanggungjawab, lepas tangan, Pak Paul.
PG : Ini disayangkan karena guru pertama yang anak kenal adalah orang tua, maka Tuhan memberikan tugas pertama-tama kepada orang tua, karena orang tua menempati posisi paling strategis dalam kehidupan anak. Belum ada yang menyentuh hidup anak sedekat itu dan terlibat dalam kehidupan anak seaktif itu, selain orang tua. Benar-benar yang memang berkesempatan untuk bisa membagikan pengetahuan tentang Tuhan itu adalah orang tua.
GS : Mungkin ada hal lain, Pak Paul, yang memengaruhi mengapa kita tidak bisa mewariskan iman kita?
PG : Yang kedua, iman itu mengandung 2 unsur; pertama, unsur percaya kepada apa yang diajarkan misalkan orang tua berkata kepada anak, "Tuhan itu Maha Pengasih". Anak mendengar perkataan tersebut, yang pertama yang harus dilakukan adalah menimbang apakah ia akan memercayai perkataan tersebut. Jadi iman berawal dari percaya atau tidak kepada apa yang telah diajarkan. Yang kedua adalah unsur berserah kepada pemeliharaan dan kehendak Tuhan. Satu hal kita berkata, "Oke, saya percaya Tuhan itu Maha Pengasih" tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak memercayai dalam pengertian kita tidak menyerahkan hidup kita pada tangan pemeliharaan Tuhan yang kita yakini penuh kasih, sebab kita memunyai anggapan, "Oh, Tuhan itu sebetulnya bisa meninggalkan kita, membiarkan kita hidup sembarangan akhirnya kita rusak hidupnya atau melarat hidupnya". Apakah kita sungguh-sungguh akan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan, itu soal kedua. Iman memunyai 2 dimensi itu. Anak sudah tentu tidak mungkin percaya bila tidak mengetahui siapakah Tuhan. Itu sebabnya tugas kitalah mengajarkannya kepadanya tentang Tuhan dan keselamatannya dalam Yesus Kristus. Namun apakah dia memercayai apa yang diajarkan, itu di luar jangkauan kita. Setelah anak memercayai, anak juga harus naik ke tahapan berikut yaitu berserah. Anak mesti secara pribadi menyerahkan hidup dan kehendaknya kepada Tuhan. Dengan perkataan lain, satu hal kita memercayai tentang Tuhan, hal lain kita memercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Dia. Masalahnya adalah untuk sampai pada tahap penyerahan diperlukan proses yang kadang panjang, adakalanya kita sebagai orang tua tidak sabar, anak sudah cukup mengetahui tentang Tuhan tetapi tidak kunjung menyerahkan segenap hidupnya kepada Tuhan sebab ternyata penyerahan membutuhkan waktu dan situasi tertentu. Dengan perkataan lain, pengalaman pribadi si anak itu sendiri memainkan peran besar dalam keputusannya menyerahkan hidup pada pemeliharaan dan kehendak Tuhan.
DL : Pak Paul, kalau anak itu hanya memiliki pengalaman pribadi dengan Tuhan waktu masih kecil, pada waktu dia sakit didoakan kemudian sembuh. Tapi setelah remaja dia kurang mengalami pengalaman pribadi dengan Tuhan dan imannya labil, kapan dia bisa mengalami pengalaman iman?
PG : Memang kita tidak bisa menciptakan pengalaman itu, jadi dalam hal ini kita hanya bisa terus mendoakan agar dia akhirnya harus berjumpa dengan Tuhan lewat pengalaman pribadinya. Saya melihat ada orang yang ikut saja tetapi tidak pernah memunyai sungguh-sungguh pengalaman pribadi, benar-benar berjumpa dengan Tuhan, benar-benar menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Meskipun dari luar tampaknya Oke-Oke saja, tetapi sesungguhnya fondasinya agak kurang kuat, Bu Dientje. Justru yang kuat adalah anak-anak yang mungkin saja di awalnya mempertanyakan, tidak sepenuhnya bisa percaya tapi kemudian pada suatu ketika mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan lewat kehidupannya, itu benar-benar mengubah hidupnya dan bahkan meletakkan dasar yang kuat dalam dirinya untuk terus ikut Tuhan.
GS : Memang langkah pertama yang bisa kita pantau dalam diri anak itu adalah percaya itu tadi, Pak Paul, karena ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara percaya dan berserah. Orang tidak mungkin berserah kalau ia tidak percaya dan orang yang percaya sudah pasti berserah, begitu Pak Paul.
PG : Percaya pada apa yang diajarkan itu tahap pertama dan mungkin meskipun bisa panjang namun itu lebih bisa dikendalikan, lebih bisa diusahakan. Misalkan kita menjelaskan kepada anak bahwa "kalau kamu mengalami kesulitan jangan sampai ragu, datang kepada Tuhan, Dia pasti mendengar doamu dan menolongmu". Mungkin saja anak mendengar hal itu, dia percaya, "OK, Tuhan itu seperti yang digambarkan oleh orang tuanya akan siap menolong dia", namun pada saat dia benar-benar berhadapan dengan situasi di mana dia harus memilih antara mengusahakan dengan kepandaian, kecakapannya sendiri atau mempercayakannya kepada pemeliharaan Tuhan, di situlah baru ia harus mengalami ujian. Apakah dia benar-benar menyerahkan hidupnya kepada Tuhan? Anak-anak yang tidak melewati hal-hal ini atau melewati lalu memilih tidak memercayai Tuhan, pada akhirnya kepercayaannya kepada Tuhan mulai luntur, itu kadang-kadang kita saksikan. Anak-anak waktu masih kecil ikut saja, percaya saja, makin hari makin tidak sebab besar kemungkinan waktu dia berhadapan dengan situasi di mana dia semestinya berserah, dia memilih tidak. Semakin banyak dia memilih tidak berserah, makin banyak ia menguras kepercayaan yang tadinya sudah ada dalam hatinya.
GS : Memang di situ peran orang tua besar sekali, ketika kita melihat bahwa anak kita hidup dalam pergumulan yang berat dan dia harus memilih seperti itu sebenarnya peran orang tua adalah mengarahkan anak ini untuk hidup berserah kepada Tuhan. Kalau tidak maka besar kemungkinan anak itu memilih jalannya sendiri, mengatasi dengan caranya sendiri dan berhasil, sehingga dia merasa bahwa dengan caranya sendiri dia berhasil. Dengan demikian dia mulai mengabaikan Tuhan.
PG : Memang sekali lagi perlu kedekatan antara orang tua dan anak sehingga orang tua bisa mengikuti perkembangan atau pergumulan iman anaknya. Saya mengenal seseorang yang anaknya begitu ambisius padahal anak ini dibesarkan dalam keluarga Kristen, diajarkan tentang Tuhan Yesus dan dibawa ke Sekolah Minggu dan sebagainya, tetapi begitu sudah menginjak dewasa benar-benar fokus hidupnya hanya pada satu yaitu uang dan saya kira, inilah saatnya si anak mengambil keputusan tetapi dalam kondisi itu dia selalu mengambil keputusan pokoknya kejar uang, kejar uang! Kalau orang tua tidak terlibat dekat dan terus mendorong anak untuk "jangan ya kamu terlalu mengejar, kamu harus mengerem, kamu harus berserah bahwa Tuhan pasti akan mencukupi", kalau orang tua tidak memberikan tanggapan-tanggapan itu memang betul tadi Pak Gunawan berbicara, anak ini lama-lama makin hanyut.
GS : Apakah ada faktor lain, Pak Paul, yang membuat seorang anak atau remaja itu sulit beriman?
PG : Yang ketiga adalah ini, Pak Gunawan, kita harus menyadari bahwa anak itu bukan tabung kosong yang pasif dan hanya menunggu untuk diisi, tidak demikian. Anak itu memunyai kehendak dan pilihan, adakalanya ia memilih untuk merumuskan dan akhirnya memilih iman kepercayaannya yang berbeda bahkan adakalanya anak memilih untuk tidak memercayai apa pun. Semua ini memperlihatkan dan mengingatkan kita bahwa anak adalah pribadi yang terpisah dari kita. Keselamatan melalui Tuhan kita Yesus Kristus tidak diberikan per kelompok tetapi pribadi lepas pribadi. Pada akhirnya anak sebagai pribadi yang utuh dan terpisah harus mengambil keputusannya sendiri, dia menerima atau menolak. Intinya sekali lagi saya ingin garisbawahi bahwa kita tidak bisa membuat anak percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus, kita hanya dapat membawanya kepada Tuhan kita Yesus Kristus.
DL : Bagaimana kalau anak itu memilih, tidak percaya apa pun, tidak percaya siapa pun bahkan tidak ke gereja, apakah orang tua hanya mendoakan dia karena diajak ke gereja tidak mau, lalu apa yang harus diperbuat orang tua selain berdoa?
PG : Sudah tentu anak yang memang sudah mengeraskan hati tidak akan suka kalau orang tua terus memberitahukan dia "Kamu jangan begini, kamu harus percaya", anak tidak akan suka, si anak malah akan memberontak. Jadi dalam kondisi seperti itu yang terbaik kita memang harus berdoa untuk si anak, kita mesti yakin Tuhan mendengarkan doa kita dan akan bekerja dalam hidup si anak. Kedua, kita sendiri harus menjadi wakil Kristus yang tepat dalam hidupnya. Jangan sampai anak itu melihat, mama atau papa hanya bisa suruh saya ke gereja, tetapi lihat kehidupan papa mama sendiri memunyai kehidupan seperti itu. Kita mesti menjadi saksi Tuhan yang mewakili Tuhan secara utuh dan tepat, supaya anak-anak bisa berkata, "Orang tua saya hidup seperti ini, begitu baik begitu rukun, penuh cinta kasih" sehingga dia tetap mengingat bahwa ini adalah hasil dari iman orang tua saya kepada Tuhan, sehingga akhirnya hidupnya baik dan lurus. Itu yang kedua. Yang ketiga adalah kalau ada kesempatan kita masih bisa berkata sesuatu, katakanlah tetapi sesingkat mungkin misalnya dia sedang mengalami suatu persoalan, "Nak aku akan doakan kamu ya supaya Tuhan menolong", kemudian setop di situ. Kita tidak berkata kepadanya, "Kamu harus berdoa, jangan kamu lalai berdoa". Atau "Kamu mengalami masalah karena kamu jauh dari Tuhan karena itu sekarang Tuhan menghukum kamu", jangan, kata-kata seperti itu akan makin membuat anak tawar tidak mau mendengarkan kita. Katakan dengan singkat, "Nak, saya akan doakan kamu".
GS : Pak Paul, ada kejadian di mana anak di keluarga yang non-Kristen tapi anak ini menjadi percaya kepada Tuhan Yesus entah karena di sekolah atau di mana, tetapi anak ini percaya kepada Tuhan Yesus, bahkan mengajak orang tuanya untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Jadi terbalik yang terjadi.
PG : Benar-benar dalam hal-hal ini kita menyadari bahwa anak memang pribadi yang terpisah, apa pun yang kita lakukan kalau memang pada akhirnya dia memilih untuk menolak, kita juga susah untuk bisa terus merangkul dia. Tapi kalau misalkan kehidupan kita yang bermasalah sehingga anak itu menolak, sudah tentu itu yang kita coba untuk bereskan. Seperti tadi kata Pak Gunawan, adakalanya justru ada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengenal Tuhan kita Yesus Kristus tapi akhirnya dalam perkembangannya dia bisa mengenal Tuhan dan bisa juga mengenalkan Tuhan Yesus kepada keluarganya pula.
GS : Berarti itu ada faktor dari luar rumah itu sendiri, Pak Paul? Bukan diajarkan oleh orang tuanya tetapi ada orang lain yang dipakai Tuhan untuk membuat anak ini percaya kepada Tuhan Yesus.
PG : Sudah tentu sama seperti yang telah kita bicarakan, orang di luar atau temannya hanya bisa membawanya kepada Tuhan, mengenalkannya tentang siapakah Tuhan, tetapi apakah dia percaya atau tidak, mau ikut atau tidak sekali lagi itu terserah dia juga.
DL : Pak Paul, kalau firman Tuhan mengatakan, "Percayalah akan Tuhan Yesus maka seisi rumahmu akan selamat", itu kita percaya memang iman itu anugerah, bisa satu keluarga bisa selamat, Pak Paul? Maksud saya walaupun anak ini keras tetapi pada saatnya dia akan dimenangkan, bisa begitu, Pak Paul?
PG : Saya terus terang tidak berani mengatakan seperti itu sebab tentang firman Tuhan yang tadi Ibu Dientje kutip, yang dikatakan oleh Paulus kepada kepala penjara memang itu bukanlah janji yang berlaku untuk semuanya sebab hanya ada itu kali saja diucapkan oleh Paulus, bukanlah sesuatu yang diajarkan terus-menerus oleh Alkitab bahwa kalau satu orang percaya pasti semua akan percaya, tidak demikian. Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata, "Aku datang untuk memisahkan ayah dari anaknya, ibu dari anaknya" artinya akan ada orang yang menerima-Nya dalam satu keluarga itu, ada juga yang akan menolaknya sehingga keluarga itu tidak lagi bisa sama-sama, karena yang satu akan memilih Tuhan kita Yesus Kristus, yang satu lagi menolak. Itulah konsekwensi dari kedatangan Tuhan Yesus, Dia tidak menjanjikan pastilah semuanya satu keluarga akan mengenal dan menerima Dia. Dia berkata dengan jelas, "Dia datang membawa pedang yang memisahkan anggota-anggota keluarga, karena pilihan untuk mengikut Yesus seringkali menjadi pilihan yang memisahkan seseorang dari orang-orang lain. Jadi yang Paulus katakan di situ, saya lebih percaya bahwa itu yang terjadi pada keluarga kepala penjara itu, bukan berarti berlaku untuk semua orang. Memang kalau itu harus terjadi pada keluarga kita sudah tentu akan menghancurkan hati kita, tapi kita tidak akan berhenti berdoa, berharap sampai titik terakhir.
GS : Pak Paul, memang kita berharap anak-anak kita beroleh anugerah keselamatan melalui Tuhan Yesus, tetapi ini sesuatu hal di luar kendali kita artinya kita tidak bisa mengendalikan sepenuhnya. Namun kesimpulan apa yang ingin Pak Paul sampaikan kepada kita semua yang bisa menguatkan kita untuk tetap mematuhi firman Tuhan dalam Ulangan 6:6 itu?
PG : Tugas kita adalah mengajarkan anak tentang Tuhan lewat firman-Nya, apa yang diajarkan kepada anak dapat diibaratkan seperti batu fondasi, memang pada akhirnya anak dapat mengembangkan iman kepercayaan yang berbeda namun jika kita telah meletakkan batu fondasi dengan benar, besar kemungkinan anak akan membangun rumah imannya di atas batu fondasi tersebut. Itulah yang mesti kita lakukan, meletakkan batu fondasi yang tepat sehingga anak nanti lebih besar kemungkinannya akan membangun rumah iman di atas batu fondasi tersebut.
GS : Dan itu dengan suatu cara mengajarkan berulang-ulang di dalam setiap kesempatan. Kitab Ulangan mengatakan, dimana pun kita berada dan dengan cara apa pun. Artinya harus ada usaha yang keras, Pak Paul?
PG : Betul sekali.
GS : Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Remaja dan Iman". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
62. Pergumulan Iman Remaja | |
Sebagaimana orang dewasa kita mesti berhadapan dengan banyak hal yang dapat mengguncang iman kepercayaan kita. Demikian pula anak—terutama anak remaja. Di sini akan dipaparkan hal-hal apa saja yang kerap menjadi pergumulan bagi remaja untuk memeluk iman kepercayaan kita dan bagaimanakah seharusnya kita menyiasatinya.
Sebagaimana orang dewasa kita mesti berhadapan dengan banyak hal yang dapat mengguncang iman kepercayaan kita. Demikian pula anak—terutama anak remaja. Berikut akan dipaparkan hal-hal apa saja yang kerap menjadi pergumulan bagi remaja untuk memeluk iman kepercayaan kita dan bagaimanakah seharusnya kita menyiasatinya.
1. KETIDAKKONSISTENAN
ANTARA PERBUATAN DAN PENGAKUAN IMAN KITA, SEBAGAI ORANG TUA.
Di antara semua faktor
yang menjadi penyebab timbulnya pergumulan iman anak, mungkin inilah yang
paling berat. Sewaktu anak melihat bahwa apa yang diajarkan tidak sama dengan
apa yang dihidupi hari lepas hari, keinginan anak untuk memeluk iman
kepercayaan kita pupus. Akhirnya anak melihat kita sebagai orang yang munafik
dan sebagai reaksi terhadap kemunafikan kita, bukan saja ia menolak kita, ia
pun menolak iman kepercayaan, yang telah dijadikan dasar atau panduan hidup
kita. Besar kemungkinan anak akan berkesimpulan, kalau itulah hasil dari iman
kristiani, saya tidak ingin menjadi orang Kristen.
Itu sebabnya penting bagi kita untuk hidup sesuai dengan pengakuan iman kita. Anak tidak mengharapkan kesempurnaan; anak hanya mengharapkan kejujuran atau keotentikan. Ingat, kehidupan yang benar dan kudus adalah kehidupan yang memiliki daya tarik tersendiri.
2. KETIDAKKONSISTENAN
ANTARA KEHIDUPAN DAN PENGAKUAN IMAN ORANG KRISTEN.
Mungkin ini adalah penyebab
terbesar kedua mengapa anak remaja tidak mau memeluk iman kristiani kita.
Terlalu sering kita mendengar berita buruk tentang orang-orang yang terlibat
dalam pelayanan. Sebagai orang dewasa mungkin kita lebih dapat memahami
mengapa semua ini terjadi dan memisahkan semua ini dari Tuhan kita Yesus
Kristus. Namun tidak demikian dengan remaja. Ia cenderung berontak dan tawar
hati melihat ketidakkonsistenan hidup orang Kristen. Bila inilah yang terjadi,
sebaiknya kita tidak menanggapi anak dengan cara "membela" ketidakkonsistenan
hidup itu. Jangan mengatakan bahwa semua tidak sempurna dan semua orang
berdosa dan seharusnyalah kita menerima fakta itu. Sebaliknya, justru katakan
kepadanya bahwa ya, inilah kenyataannya—bahwa di dunia ada banyak orang yang hidup
tidak sesuai dengan iman kepercayaannya. Katakan kepadanya bahwa kita pun
kadang dibuat kecewa melihat perilaku orang Kristen yang tidak mencerminkan
Tuhan kita Yesus Kristus. Dan ingatkan bahwa di tengah kerumunan orang yang
hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, masih ada yang berusaha hidup benar.
Masih ada orang yang tulus dan masih ada orang yang sungguh mencintai Tuhan
kita Yesus Kristus.
3. KETIDAKKONSISTENAN
ANTARA AJARAN ALKITAB DAN FAKTA KEHIDUPAN.
Remaja berada di tahap di mana ia
dapat melihat dan mengevaluasi dengan kritis ajaran Firman Tuhan. Sebagaimana
lazimnya kita, remaja pun menggunakan fakta kehidupan sebagai lensa atau alat
ukur untuk membuktikan kebenaran Firman Tuhan. Salah satu hal yang umum
diangkat remaja adalah Tuhan tidak menjawab doa sebagaimana yang diharapkan.
Bila ini terjadi pada anak remaja kita, langkah terbaik adalah mengakui bahwa
kita pun tidak mengetahui jawaban terhadap pertanyaannya. Setelah itu
tunjukkan bahwa bukan saja dia, tokoh-tokoh di Alkitab pun bergumul dengan hal
yang sama. Sebagai contoh, Abraham akhirnya setuju menikah dengan Hagar oleh
karena untuk waktu yang lama ia tidak melihat pemenuhan janji Tuhan—bahwa ia
akan dikaruniakan keturunan.
4. KETIDAKKONSISTENAN
ANTARA AJARAN ALKITAB DAN TEMUAN ILMIAH.
Kendati tidak seberat faktor lainnya,
ini tetap menjadi salah satu hal yang kadang menghalangi remaja untuk percaya
bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Namun masalah sesungguhnya bukanlah pada
Alkitab atau sains itu sendiri. Acapkali sumber masalah sebenarnya terletak
pada penafsiran yang keliru pada Alkitab atau kesalahpahaman kita terhadap
sains. Sebagai contoh, kadang timbul perdebatan tentang usia alam semesta dan
bagaimanakah terjadinya alam semesta beserta semua isinya. Berdasarkan Kejadian
1, kita berkesimpulan bahwa semua diciptakan Tuhan dalam waktu enam hari dan
berdasarkan penghitungan harfiah, usia alam semesta berada di bawah 10 ribu
tahun. Temuan sains memerlihatkan bahwa alam semesta jauh lebih tua, bukan
ribuan tahun, melainkan bermilyaran tahun dan bahwa semua terjadi secara
perlahan melewati proses. Bila anak remaja kita mengalami pergumulan ini, kita
bisa mencoba menjelaskannya sendiri atau kita dapat merujuknya pada sejumlah
buku yang ditulis oleh para ilmuwan Kristen tentang penciptaan, misalkan buku
yang ditulis oleh Dr. Francis Collins atau Dr. Hugh Ross. Janganlah kita
menjawabnya dengan tanggapan yang mematikan rasa ingin tahunya.
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen dan kali ini saya bersama Ibu Dientje Laluyan, kami akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Pergumulan Iman Remaja". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS : Pak Paul, pada kesempatan yang lalu kita bicarakan bahwa iman tidak bisa diwariskan oleh orang tua tetapi itu adalah anugerah Tuhan kepada anak-anak kita. Tatkala anak-anak ini beriman itu pun banyak gejolak terjadi di dalam dirinya sehingga kita sebagai orang tua mendapat pertanyaan-pertanyaan yang bagi kita aneh-aneh, sehingga kita juga merasa kesulitan untuk menjawabnya. Kalau pun tidak dijawab maka anak akan merasa kecewa sehingga di sana terlihat ada suatu pergumulan, bagaimana kita menyikapi hal ini, Pak Paul?
PG : Kita mendasari pembahasan kita yang lampau atas firman Tuhan di Ulangan 6:6 yang meminta kita untuk memerhatikan apa yang Tuhan telah ajarkan kepada kita dan kita diminta Tuhan untuk mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anak kita. Dari situ kita belajar bahwa tugas kita adalah mengajarkan tetapi kita tidak bisa memastikan atau mewariskannya sehingga anak itu akan menerimanya dengan begitu saja. Dalam prosesnya memang kadang-kadang usaha ini terhambat, kenapa terhambat sebab ada kendala-kendala terjadi yang membuat anak akhirnya berubah pikiran atau tawar hati sebab sekali lagi seorang guru waktu mengajarkan sesuatu dia bukan saja harus mengajarkan sesuatu yang benar dan baik sehingga mudah dan dapat diterima oleh muridnya tetapi dia juga harus menjadi seorang guru yang baik, contoh yang baik, memunyai kehidupan yang baik juga sehingga apa yang diajarkannya barulah nanti lebih gampang diterima oleh murid-muridnya. Demikian pula dalam keluarga kalau anak hanya mendengarkan orang tua mengajarkannya tetapi nanti anak tidak melihat dukungan-dukungan langsung dalam kehidupan orang tua akhirnya anak mengalami kesulitan untuk menerima. Jadi inilah kendala pertama yang seringkali harus diperhatikan oleh orang tua, jangan sampai kehidupan orang tua tidak konsisten dengan pengakuan imannya sebab kalau anak melihat yang dihidupi tidak sama dengan yang diajarkan akhirnya anak melihat kita munafik, hanya bisanya bicara dan mengajarkan tetapi sendiri tidak bisa menghidupinya.
GS : Contohnya seperti apa, Pak Paul?
PG : Misalnya Pak Gunawan, kita terus berkata bahwa kita ini orang Kristen haruslah pengampun, tidak boleh menyimpan dendam tetapi terus kita cerita tentang perbuatan seseorang kepada kita dan kita berkata kita tidak akan mengampuni orang itu, kita akan tetap mengingat kesalahannya. Anak mengingat mama atau papa mengapa mengajarkan kami bahwa Tuhan itu pengampun tetapi papa mama sendiri tidak bisa mengampuni orang. Atau misalnya kehidupan kita kurang berintegritas, misalnya kita berhutang ke sana ke sini akhirnya dikejar dari mana-mana tetapi kita pun melayani Tuhan, hari Minggu tampil begitu bersih dan kudus, tetapi hari-hari lain kita tidak bertanggungjawab dalam keuangan sehingga membuat anak-anak hidupnya malu dan tertekan. Anak-anak akan berkata mengapa kehidupan papa mama seperti ini, tidak sesuai antara apa yang dilakukan dengan apa yang dikatakan.
GS : Apalagi kalau itu mengenai anak itu sendiri, misalnya tadi yang Pak Paul katakan mengenai mengampuni tetapi orang tua ini tidak bisa mengampuni kesalahan anak-anaknya selalu mengulang-ulang, mengungkit-ungkit kesalahan itu akan lebih berbekas dalam diri anak.
PG : Misalnya orang tua mengajarkan tentang Tuhan, tetapi jika sedang marah benar-benar melumat si anak, menyakiti hati anak begitu dalam sehingga anak akan berkata, "Buat apa berbicara tentang Tuhan kalau mulut papa atau mama begitu jahat" akhirnya anak makin mau menjauh.
GS : Mungkin itu yang menjadi alasan mengapa orang tua justru menghindar untuk mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anaknya, kuatir dituntut untuk memberi contoh ini, Pak Paul.
PG : Itu salah satu penyebab kenapa kita enggan karena kita takut kita tidak bisa hidup sesuai dengan apa yang kita ajarkan, tetapi ini yang penting Pak Gunawan, anak itu sebetulnya tidak mengharapkan kesempurnaan. Anak hanya mengharapkan kejujuran atau keotentikan. Ketika kita bersikap seolah-olah kita sempurna sewaktu mengajarkan tentang Tuhan tetapi dalam hidup kita tidak seperti itu, anak menjadi tawar hati. Sebagai orang tua kita mesti berhati-hati, jangan menempatkan diri sebagai orang yang supersuci sebaliknya bagikanlah pergumulan pribadi menjalankan perintah Tuhan bahwa kita tidak selalu berhasil, kita kadang juga tersandung jadi anak waktu melihat mengatakan, "Ya papa mama otentik, memang mengajarkan tentang Tuhan dan bagaimana hidup sesuai dengan kehendak Tuhan tetapi juga mengakui kegagalannya, dan juga menunjukkan usaha untuk bangkit kembali. Nah itulah pengajaran riil yang dibutuhkan oleh anak.
DL : Tapi ada orang tua yang mengatakan kalau kita mengaku di hadapan anak makin tidak ada harganya kita, berarti kita harus terbuka.
PG : Kita mesti bijaksana dalam pengertian seberapa mendetail kita harus cerita atau apakah kita akan menceritakan kegagalan kita yang nantinya mungkin membuat anak berkata, "Kalau papa mama seperti itu saya juga boleh begitu", jadi harus hati-hati sebagai contoh, misalkan ada orang tua yang menikah karena kehamilan, si wanita sudah terlanjur hamil akibat pergaulan mereka dan dinikahkan. Mungkin orang tua ini setelah memunyai anak yang mulai besar, merasa hal ini menjadi noda hitam dalam hidup saya. Perlu atau tidak cerita kepada anak tentang hal ini, nah saya sarankan tidak harus langsung menceritakannya kalau memang tidak perlu, tetapi misalkan anak melihat tanggal pernikahan orang tuanya dan tanggal kelahirannya serta melihat antara tanggal pernikahan dan tanggal kelahirannya hanya ada jarak 5 bulan, apakah saya dikandung hanya dalam waktu 5 bulan, tidak mungkin! Waktu anak melihat hal itu dan bertanya, penting orang tua jujur dan berkata apa adanya, "Kami jatuh dalam dosa, kami gagal menjaga kekudusan dan kami selalu mengingat itu dengan penyesalan dan kami berharap kalian tidak mengulang kesalahan papa mama dulu", jadi silakan mengakui jangan kita menutupinya. Atau misalnya kita melihat anak kita mulai bergaul dengan bebas dan kita mulai khawatir, ada baiknya dalam kondisi seperti itu kita juga berkata apa adanya kepada anak kita. "Nak, jangan ya. Kenapa jangan? Karena kami ini contoh, kami pernah jatuh dan kami sangat menyesalinya kalau kami bisa menghapusnya dari kehidupan kami, kami mau tetapi tidak pernah ada penghapus yang bisa menghapuskan noda itu dalam hidup kami, jadi jangan melakukan itu". Pada waktu anak mendengar kata-kata seperti ini, itu pesannya jauh lebih bisa diterima. Kekudusan adalah hal yang penting, tetapi papa mama juga bukan orang yang sempurna dan tidak menempatkan diri seperti orang munafik. Kesemuanya itu menjadi pas sehingga anak bisa menerima dengan baik.
GS : Faktor lain yang membuat remaja hidup dalam pergumulan imannya apa, Pak Paul?
PG : Yang berikut adalah kalau remaja melihat ketidakkonsistenan antara kehidupan dan pengakuan iman orang Kristen pada umumnya, jadi bukan lagi orang tua. Mungkin saya kira ini penyebab kedua terbesar kenapa anak remaja kita ada yang menolak iman kristiani. Kita sendiri terlalu sering mendengar berita buruk tentang orang yang terlibat dalam pelayanan, harus kita akui itu. Mungkin sebagai orang dewasa kita masih bisa mengerti, manusia tidak sempurna bisa jatuh dalam dosa dan sebagainya. Tetapi anak-anak pada usia remaja tidak bisa menerima hal itu, ia akan memberontak dan menjadi tawar hati, mungkin akhirnya ia berkata, "Ya saya tidak mau menjadi orang Kristen, tidak mau menjadi orang yang hidupnya penuh dengan kemunafikan". Mungkin ia berkata, "Hidup saya lebih baik daripada hidup orang-orang ini", kalau ini terjadi respons kita memang harus tepat, kita jangan membela ketidakkonsistenan hidup. Kadang-kadang itu yang kita lakukan, kita berkata, "Sudahlah kamu harus terima, manusia semuanya berdosa tidak ada yang sempurna dan sebagainya". Kalau kita berkata begitu, anak mungkin berkata dalam hatinya, "Ia benar semua berdosa, kenapa saya harus hidup kudus, semua berdosa kalau begitu sekalian saja". Jangan sampai kita membela, justru kita harus berkata kepada anak kita, "Ya betul ini kenyataannya bahwa di dunia ada banyak orang yang hidup tidak sesuai dengan iman kepercayaannya". Katakan kepadanya bahwa kita pun kadang dibuat kecewa melihat perilaku orang Kristen yang tidak mencerminkan kehidupan Tuhan kita Yesus Kristus namun kita ingatkan kepada anak bahwa di tengah-tengah banyaknya orang yang hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, masih ada yang hidup benar, masih ada orang yang tulus, masih ada orang yang sungguh mencintai Tuhan kita Yesus Kristus.
GS : Mungkin menceritakan kisah-kisah nyata dari tokoh-tokoh atau orang-orang tertentu yang hidupnya benar dan dipakai oleh Tuhan, itu penting sekali bagi remaja, Pak Paul, karena remaja sering mengidolakan seseorang, ada teladan walaupun bukan orang tuanya sendiri, tetapi orang lain.
PG : Betul, bisa itu tokoh yang terkenal dari buku tapi bisa juga orang yang kita kenal dan kita gunakan sebagai contoh yang mungkin pernah saya juga utarakan dalam acara ini bahwa seorang teman saya pernah berkata, "Di dunia yang paling jujur adalah papa saya" sebab dia bercerita papanya sebagai 'salesman' disuruh menjual produk tetapi harus berbohong tentang produk itu, papanya menolak dan karena menolak diberhentikan dari pekerjaannya. Hal itu meninggalkan kesan yang sangat kuat pada si anak.
GS : Pak Paul, dalam hal ketidakkonsistenan antara hidup dan pengakuan, ini bisa terjadi pada semua orang termasuk dalam diri anak remaja itu sendiri, bagaimana hal ini bisa kita jelaskan kepada mereka, kalau pun itu terjadi mereka tidak perlu mundur dari imannya, bisa mengakui di hadapan Tuhan dan Tuhan akan mengampuni.
PG : Jadi kita bisa mengajarkan kepada anak-anak bahwa Tuhan memang mengijinkan kita untuk berhadapan dengan ujian, karena ujian itu mendorong kita untuk lebih kuat, tetapi dalam prosesnya adakalanya kita tersandung. Tidak selalu kita berhasil melewati ujian itu, misalnya kita beri contoh kepada anak kita, "Kamu sudah mengetahui bahwa jangan sampai kamu membalas kalau orang itu berbuat hal yang tidak baik kepadamu". Kalau misalnya benar-benar terjadi di sekolah ada orang yang berbuat tidak baik kepada anak kita dan karena emosi dia marah dan langsung memukul anak itu. Inilah kesempatan kita berkata kepada anak kita, "Ya, kamu gagal saat itu karena kamu emosional. Ini artinya apa, artinya Tuhan akan mengajar kamu lain kali untuk bisa mengalahkan, untuk bisa memenangkan pergumulan ini". Kegagalan sebetulnya adalah sebuah peringatan bahwa Tuhan akan menghadirkan situasi yang serupa lain kali dan Tuhan akan mengharapkan lain kali itu kita menang, meskipun sekarang kita kalah.
GS : Faktor yang lain apa, Pak Paul, yang membuat remaja bergumul didalam imannya?
PG : Yang lain adalah ketidakkonsistenan antara ajaran Alkitab dan fakta kehidupan. Remaja berada di tahap dimana dia bisa mengevaluasi dengan kritis ajaran firman Tuhan. Sebagaimana lazimnya kita pun, remaja akan menggunakan fakta kehidupan sebagai lensa atau alat ukur untuk membuktikan kebenaran firman Tuhan. Salah satu hal yang sering diangkat oleh remaja tentang "Mengapa Tuhan tidak menjawab doa seperti yang diharapkan?" Hal ini bisa terkait dengan banyak hal misalnya musibah yang menimpa orang percaya, bencana alam di dunia atau kemiskinan. Semua ini memunyai kesamaan yaitu "Mengapa Tuhan tidak menjawab doa yang dipanjatkan?" Pastilah orang-orang yang terkena musibah itu berdoa meminta Tuhan melindunginya dari marabahaya ini tetapi tetap tertimpa oleh semua ini, jadi kita harus mengakui bahwa Tuhan tidak selalu meluluskan permohonan doa kita. Ini yang sulit diterima oleh remaja, mungkin ia bisa mengerti mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan seorang penjahat yang mau merampok rumah orang, dia bisa mengerti hal itu tetapi dia tidak akan bisa mengerti mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan orang untuk sembuh dari sakit penyakit, salahnya apa dengan permintaan doa seperti itu? Dia tidak akan terima mungkin juga tidak bisa terima mengapa Tuhan tidak meluluskan permohonan seorang janda dengan tiga anak kecil supaya Tuhan tidak membiarkan suaminya meninggal dunia. Anak remaja akan berkata, "Apa salahnya dengan doa seperti itu dan mengapa tidak diluluskan. Bukankah Tuhan mengetahui mama akan kesulitan mengurus ketiga anaknya yang masih kecil". Akhirnya anak remaja meragukan kebenaran firman Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan itu penuh kasih dan rahmat, mungkin dia juga akan meragukan apakah Tuhan sungguh-sungguh mendengarkan doa. Dan akhirnya ada yang meragukan bahwa apakah Tuhan itu ada?
DL : Karena mereka membandingkan dengan orang-orang yang hidup di luar Tuhan mengapa hidupnya kelimpahan lalu mereka melihat orang yang dekat Tuhan sakit-sakitan, mengalami masalah silih berganti jadi mereka merasa ragu lalu pikirannya negatif terus, "Ah, Tuhan tidak akan mendengar doa, oh tidak mungkin".
PG : Jadi akhirnya mereka melihat tidak konsisten, Alkitab mengajarkan Tuhan itu Pengasih Penyayang, Tuhan nanti akan membantu kita, menolong kita tetapi orang-orang ini meminta Tuhan menolong, tapi tidak ada pertolongan. Meminta Tuhan mencukupi tapi hidup mereka penuh dengan kekurangan, waktu anak-anak remaja melihat hal-hal seperti ini, besar kemungkinan akan mengalami goncangan iman.
DL : Saya pernah mengatakan kepada mereka, "Oh ini saatnya kalian merasa masih ada di bawah, hidup ini seperti bola berputar jadi pada satu saat kalian mengalami di bawah ada banyak kotoran, tapi pada suatu saat kalian merasa udara yang segar di atas, jadi nikmati saja. Pernah saya menasihati begitu kepada para remaja, tapi kadang-kadang ada yang sulit, mereka tetap dengan "negative thinking"nya.
PG : Jadi Ibu mencoba untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa inilah hidup. Hidup itu tidak sempurna dan hidup tidak berarti kita selalu berada di atas, kadang-kadang kita juga berada di bawah. Jadi kalau sampai terjadi pada anak remaja kita langkah terbaik adalah kita harus berkata jujur, kita pun tidak tahu jawabannya. Mengapa musibah ini menimpa si ini, si itu, tetapi setelah kita akui hal itu kita tunjukkan bahwa bukan hanya dia yang bertanya-tanya, sebab tokoh-tokoh di Alkitab pun bergumul dengan hal yang sama. Tidak semua hidupnya mulus, mereka kadang-kadang meragukan Tuhan, sebagai contoh misalnya di Alkitab tercatat bahwa Abraham akhirnya setuju menikah dengan Hagar karena untuk waktu yang lama dia tidak melihat pemenuhan janji Tuhan, tidak ada keturunan yang Tuhan berikan kepadanya lewat istrinya Sarah. Dalam Mazmur 44 dicatat juga pergumulan pemazmur yang tidak melihat pertolongan Tuhan, dia membandingkan kondisinya sekarang dengan apa yang diketahuinya tentang Tuhan di masa lampau. Kemudian dia menemukan ketidakcocokan, di masa lampau Tuhan menolong umat-Nya tapi sekarang kami susah. Di Yeremia 15 kita juga bisa membaca pergumulan nabi Yeremia yang berharap-harap dia tidak pernah dilahirkan sama sekali, mengapa? Dia kesal hidupnya penuh dengan derita karena melihat Tuhan lambat bertindak dan membiarkannya menderita, jadi inilah contoh-contoh yang bisa kita sajikan kepada anak-anak kita bahwa di Alkitab pun tercatat anak-anak Tuhan bergumul karena tidak selalu melihat kekonsistenan antara apa yang mereka pegang sebagai janji Tuhan dan kehidupan itu sendiri.
GS : Sebagai orang tua yang mengetahui lebih dahulu bahwa itulah pergumulan hidup orang beriman, bahwa ada ketidakcocokan dengan kehendak hati kita dan sebagainya. Bukankah lebih baik berbicara kepada anak-anak itu tatkala mereka masih belum masuk dalam pergumulan itu, jadi "kamu akan menghadapi seperti ini, seperti ini dan Tuhan itu tetap setia".
PG : Itu gagasan yang baik sekali, Pak Gunawan. Jadi jauh-jauh hari sebelum dia mengalami hal seperti itu kita sudah mengatakan, "Inilah kenyataannya" tapi justru lewat semua ini, waktu kita bergumul, janji Tuhan dan kenyataan hidup tidak sama. Dari pergumulan inilah akan muncul iman pada kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan, sebab lewat semuanya ini pada akhirnya kita tetap akan melihat kasih setia Tuhan. Ini sudah pasti, mungkin kita tidak melihat apa yang kita inginkan terjadi, tapi kita akan melihat kasih setia Tuhan.
GS : Apakah masih ada faktor yang lain, Pak Paul?
PG : Yang terakhir adalah remaja itu kadang-kadang bisa bingung dan bisa bergumul dengan imannya waktu dia melihat ketidakkonsistenan antara ajaran Alkitab dengan temuan ilmiah. Meskipun tidak seberat faktor lainnya, ini tetap menjadi salah satu hal yang kadang menghalangi remaja percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan. Sebetulnya masalahnya seringkali bukan pada Alkitab atau sains, acapkali masalahnya terletak pada penafsiran yang kurang tepat terhadap Alkitab atau kesalahpahaman kita sendiri terhadap sains. Coba saya berikan contoh, kadang kita mendebatkan usia alam semesta dan bagaimanakah terjadinya alam semesta beserta semua isinya. Berdasarkan Kejadian pasal 1 kita berkesimpulan bahwa semua diciptakan Tuhan dalam waktu 6 hari dan berdasarkan perhitungan harfiah, usia alam semesta kalau kita memang runut dari Kejadian pasal 1 berada di bawah kisaran 10.000 tahun tapi temuan sains memperlihatkan bahwa alam semesta jauh lebih tua bahkan bukan hanya ribuan tahun melainkan bermilyar tahun dan semua terjadi secara perlahan melewati proses. Sebetulnya bagaimana kita mendamaikan dua hal ini? Anak remaja mulai bertanya-tanya, mengapa bisa berbeda? Katanya enam hari tapi temuan sains memperlihatkan semua itu terjadi lewat proses yang sangat panjang sekali, tidak begitu cepat. Kita bisa berkata pada anak kita bahwa sebetulnya Alkitab hanya menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta beserta semua isinya. Itulah memang yang ingin dikatakan oleh firman Tuhan, Dia Pencipta. Tentang bagaimanakah secara konkretnya terjadi semua itu memang Alkitab tidak mencatatnya karena Alkitab bukanlah sebuah buku sains. Kendati ada penyebutan hari pertama, hari kedua dan seterusnya di Kitab Kejadian dan kendati istilah hari yang digunakan dalam Kejadian pasal 1 adalah istilah hari dalam hitungan waktu 24 jam, namun sesungguhnya istilah hari dapat pula dipakai secara simbolis untuk menunjuk pada kurun atau masa, bahwa hari pertama Tuhan menciptakan terang. Itu tidak berarti satu hari yang kita mengerti 24 jam, tapi bisa jadi suatu masa yang sangat panjang. Waktu kita menjelaskan kepada anak-anak remaja seperti ini, anak remaja akan lebih bisa menerimanya atau kalau memang mereka masih ingin mengetahuinya lagi kita bisa merujuk pada buku-buku yang ditulis oleh para ilmuwan Kristen seperti oleh Dr. Francis Collins yang sekarang menjadi Kepala Department of Health Services di Amerika Serikat atau Dr. Hugh Ross, seorang astronomer, seorang astrophysicist yang dulu berkiprah di Caltex di Pasadena, California. Orang-orang yang sangat cerdas dan seorang ilmuwan tapi mereka tetap bisa memeluk iman kepercayaan kristianinya.
GS : Memang seringkali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para remaja disamping keingintahuannya yang besar, juga didorong oleh ingin mencoba, ingin tahu jawaban orang tuanya. Di sini orang tua harus betul-betul bijak, berhikmat dalam menjawab. Karena kalau jawaban kita atau kita tidak mau menjawab sama sekali, itu akan mengecewakan dia dan menganggap bahwa Alkitab ini hanya dongeng saja, Pak Paul.
PG : Kalau kita terlalu merohanikan dalam pengertian kita berkata, "Ya ini semuanya sudah tertulis seperti ini, kalau kamu tidak percaya berarti kamu tidak menghormati Tuhan, kamu melawan Tuhan dan sebagainya", anak remaja menjadi susah berdialog dengan kita sebab sesungguhnya dia sedang menanyakan sesuatu yang penting untuk dia, dia tidak mengerti. Jadi kita berhutang penjelasan kepada anak-anak remaja juga.
GS : Kita harus berani jujur mengatakan kalau memang tidak tahu ya tidak tahu, tapi yang menjadi kesulitan kadang-kadang ketika anak remaja berada di sekolah atau di gereja lain mengikuti temannya, yang didengarnya justru yang keliru penafsirannya, Pak Paul, sehingga orang tua di rumah merasa kewalahan karena anak lebih percaya kepada guru daripada kepada orang tua atau percaya kepada pendeta. "Itu pendeta, papa 'kan bukan pendeta". Bisa begitu, Pak Paul.
PG : Kalau kita memang tidak begitu yakin, kita sendiri bisa membaca lebih banyak lagi mencari tahu sehingga kita lebih mengerti, tapi misalnya kita tidak bisa menjawab juga coba kita carikan kesempatan agar dia bisa berbicara dengan seseorang yang mungkin lebih bisa menjawabnya atau rujukkan dia kepada buku-buku yang bisa dibacanya juga.
DL : Supaya dia tidak merasa kecewa.
PG : Betul, dan dia tidak merasa kita begitu sempit cara berpikirnya sehingga akhirnya dia mengaitkan "Aduh, orang Kristen berpikiran sangat sempit sekali" akhirnya mereka berkata, "Saya tidak mau menjadi orang Kristen karena seperti itu" padahal yang keliru bukan firman Tuhan tetapi cara kita mengertinya.
DL : Jadi orang tua harus sangat bijaksana terhadap anak-anak remaja masa kini.
PG : Betul karena memang beda dulu dengan sekarang pendidikan dan sebagainya sudah sangat berbeda, sudah sangat maju. Temuan-temuan sains sekarang benar-benar dapat diakses oleh anak dalam waktu 1 detik, mereka tinggal masuk ke internet, bisa mencari semua data itu. Berbeda dengan kita dulu, kita menerima apa yang diajarkan tapi mereka sekarang bisa mengecek ulang. Inilah waktunya kita berdialog dengan anak-anak.
GS : Tugas orang tua adalah bagaimana menjaga anak ini supaya seimbang antara akalnya dengan imannya, begitu Pak Paul.
PG : Betul sekali.
GS : Sehubungan dengan hal ini apakah ada ayat firman Tuhan yang ingin Pak Paul bacakan?
PG : Saya akan bacakan dari Kitab Ibrani 12:2, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju pada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah". Jadi indah sekali firman Tuhan yang berkata, "Marilah kita lakukan dengan mata yang tertuju kepada Yesus yang memimpin kita dalam iman". Jadi Yesuslah yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan. Jadi siapa yang membawa? Yesus juga, jadi kita selalu berdoa agar Tuhan Yesus membawa iman anak-anak kita kepada kesempurnaan sehingga menjadi iman yang matang.
GS : Terima kasih Pak Paul, untuk perbincangan ini dan para pendengar sekalian kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Pergumulan Iman Remaja". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga@telaga.org kami juga mengundang Anda mengunjungi situs kami di www.telaga.org. Saran-saran, pertanyaan serta tanggapan Anda sangat kami nantikan, akhirnya dari studio kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada acara TELAGA yang akan datang.
63. Kesalahan dalam Memilih Pasangan I | |
Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Pasangan seperti apakah yang Tuhan kehendaki dalam kita memilih pasangan yang sesuai kehendak-Nya, di sini dijelaskan 3 aspek yang memengaruhi dalam pemilihan pasangan hidup.
Salah satu kesalahan yang kerap terjadi adalah kegagalan pernikahan atau perceraian. Sudah tentu ada banyak penyebab mengapa pernikahan berakhir gagal dan tidak selalu kitalah penyebab perceraian itu. Malah adakalanya kita justru menjadi korban sebab kita mesti menanggung tindakan pasangan yang salah. Singkat kata kita tidak bisa menyamaratakan semua kasus perceraian dan menyalahkan orang yang bercerai secara membabi buta.
Sekarang kita akan memelajari mengenai kesalahan dalam memilih pasangan dan kita akan belajar dari seorang tokoh di Alkitab. Mungkin di antara semua hakim yang pernah memerintah Israel, Simson adalah figur yang paling perkasa dan khusus. Kekhususannya berawal bahkan sebelum ia dilahirkan. Setidaknya ada empat kekhususannya.
1. Secara khusus Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan ihwal kelahiran Simson kepada orangtuanya, bukan sekali melainkan dua kali.
2. Secara khusus Tuhan pun melarang ibunya untuk makan sesuatu yang haram dan meminum anggur pada masa kehamilannya.
3. Secara khusus Tuhan mengharuskan Simson untuk memelihara rambutnya sebagai pertanda bahwa ia adalah nazir Allah.
4. Dan, secara khusus Tuhan mengaruniakan Simson dengan kekuatan fisik yang luar biasa besar.
Sayangnya semua kekhususan dan keperkasaannya yang luar biasa lumat bukan di bawah pedang melainkan di bawah tangan perempuan. Sejak awal Simson tidak memperhatikan kehendak Tuhan dalam hal pemilihan pasangan hidup. Berulang kali ia hidup bersama perempuan Filistin dan akhirnya perempuan Filistin yang bernama Delila yang berhasil menyerahkannya ke tangan musuhnya. Hidupnya berakhir tragis—Simson mati di dalam tahanan musuhnya, orang Filistin. Ironinya, dari antara semua hakim yang memerintah Israel, hanya dialah—hakim yang paling khusus dan perkasa—yang ditangkap dan mati dalam tahanan musuhnya.
Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Berikut adalah tiga panduan yang termaktub di dalam Firman Tuhan.
A.Kecocokan Latar Belakang dan ImanKisah Simson mengingatkan kita bahwa penyebab kegagalan pernikahan Simson adalah ketidakcocokan iman dan latar belakang kehidupan. Di dalam Hakim-Hakim 14 dicatat kisah pertemuan dan perkawinan Simson dengan seorang gadis Filistin. Pada pesta pernikahannya, Simson membagikan sebuah teka-teki kepada para tamunya, orang-orang Filistin. Sewaktu mereka gagal menemukan makna teka-teki itu, mereka pun mengancam untuk "membakar" istri Simson dan seisi rumahnya.
Dari sini kita dapat memetik sebuah pelajaran penting. Ternyata orang Filistin adalah orang yang tidak dapat menerima kekalahan dengan dada yang lapang. Daripada mengakui bahwa mereka tidak dapat menemukan makna teka-teka itu dan membayar harga pertaruhan, mereka memilih mengancam istri Simson. Dan, dalam ketakutannya, istri Simson bukannya menceritakan perbuatan mereka ini kepada suaminya, ia malah memanipulasi Simson untuk menyingkapkan makna teka-teka itu. Setelah Simson marah dan membalas perbuatan orang Filistin, ia pun pulang ke rumah orangtuanya. Tatkala ia kembali menemui istrinya, ternyata istrinya sudah diberikan kepada orang lain, tanpa sepengetahuan Simson. Dengan begitu mudahnya ayah perempuan itu memberikan putrinya kepada laki-laki lain padahal saat itu ia masih terikat dalam pernikahan dengan Simson.
Dari sini kita dapat melihat perbedaan latar belakang Simson dan orang Filistin, yang akhirnya bukan saja menimbulkan kesalahpahaman tetapi juga perceraian. Memang kita tidak akan dapat menikah dengan orang yang berlatar belakang persis sama dengan kita. Sudah tentu akan ada perbedaan di antara kita. Sungguhpun demikian kita harus sedapatnya berusaha mencari pasangan yang berlatar belakang paling serupa dengan kita. Alasannya sederhana: Latar belakang membentuk cara pikir dan cara hidup seseorang.
Pernikahan mesti didasarkan atas kecocokan iman dan latar belakang sebab semua tindakan dan keputusan yang kita buat, dipengaruhi oleh iman dan latar belakang. Di dalam kesesuaian iman, bukan saja kita akan dapat menyeleraskan perbedaan, kita pun akan dapat berpadu melakukan kehendak Tuhan dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Tidak heran Tuhan menitipkan pesan ini kepada kita semua (1 Korintus 7:39), "ia bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya asalkan orang itu adalah seorang yang percaya."
Alasan Tuhan sangat jelas kenapa Ia menghendaki kita untuk menikah dengan sesama orang percaya dalam Kristus, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab, persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14)
B.Karakter yang BaikSedapatnya carilah orang dengan karakter yang baik. Carilah orang yang memang sudah dikenal sebagai orang berkarakter baik. Hal ini penting sekali sebab karakter yang terbentuk tidak mudah berubah. Jangan sampai kita berpandangan naif dan berkata bahwa semua orang dapat berubah. Betul, semua orang dapat berubah namun perjalanan menuju perubahan sangatlah panjang. Dan, makin banyak karakter yang mesti berubah, makin lama dan sulit proses perubahan itu, dan makin besar kerusakan yang mesti ditanggung.
Setelah Ishak dewasa, Abraham berinisiatif untuk mencarikan pasangan baginya. Ia pun mengutus hambanya yang paling tua untuk pergi ke kampung halamannya di Aram-Mesopotamia. Di dalam kebingungan gadis mana yang mesti dipilihnya, hamba Abraham berdoa kepada Tuhan untuk memberinya tanda. Ia meminta agar Tuhan menyediakan seorang gadis yang bukan saja menawarkan jasanya mengambilkan air minum baginya, tetapi juga akan menawarkan air minum bagi semua onta bawaannya. Sebagaimana kita ketahui, semua berjalan sesuai dengan doanya. Ribka pun bersedia dipinang dan akhirnya menjadi istri Ishak. Doa yang dipanjatkan hamba Abraham menunjukkan kematangannya. Ia tidak meminta yang cantik dan menarik; ia meminta seorang istri yang berkarakter baik buat putra majikannya. Seorang gadis yang bersedia bukan saja memberinya minum tetapi juga bolak-bolik ke sumur menimba air buat onta-ontanya, adalah seorang gadis yang berkarakter baik. Ribka bukan saja seorang yang lembut dan berbelas kasihan, ia pun seorang gadis yang murah hati dan rajin bekerja, serta siap menolong orang.
Pada akhirnya faktor utama yang menopang pernikahan bukanlah kecantikan atau kekayaan tetapi karakter yang mulia. Orang bercerai bukan karena pasangannya kurang cantik tetapi lebih sering karena pasangannya kurang baik.
C.BerhikmatDi dalam Kitab I Samuel 25 dicatat sebuah kisah yang menarik. Pada waktu itu Daud belum menjadi raja; sebaliknya, ia malah menjadi buronan Raja Saul yang berniat membunuhnya karena tahu bahwa Tuhan telah mengurapi Daud untuk menjadi raja menggantikannya. Nah, pada masa itu Daud harus berpindah-pindah tempat menyembunyikan diri dari kejaran Saul. Dan, kebetulan Daud berkemah di Maon di dekat rumah seorang bernama Nabal dan istrinya Abigail.
Nabal bukanlah seorang yang baik. Alkitab menyebut bahwa ia seorang yang "kasar dan jahat kelakuannya" sedang istrinya Abigail adalah seorang yang "bijak dan cantik." Nah, selama berkemah di Maon Daud telah berbuat baik kepada Nabal—Daud menjaga kawanan ternak Nabal dari serangan para perampok. Di dalam kondisi kekurangan, Daud pun memohon belas kasihan Nabal untuk memberinya bantuan. Bukan bantuan yang diberikan Nabal, tetapi penghinaan. Daud marah dan berniat menyerang Nabal. Nah, dalam momen yang kritis itu, datanglah Abigail membujuk Daud untuk mengurungkan niatnya. Daud mendengarkan nasihat Abigail dan tidak jadi menyerang Nabal.
Hikmat Abigail ditunjukkan dalam pelbagai tindakannya. Coba kita lihat dan pelajari sikap wanita yang bijak ini sebagaimana dicatat dalam 1 Samuel 25:23-31,
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini tentang "Kesalahan Dalam Memilih Pasangan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS | : | Pak Paul, ada orang yang mengatakan kalau kita salah di dalam memilih pasangan hidup, itu bisa menjadi neraka pada sisa umur kehidupan kita. Tapi dengan banyaknya pilihan makin sulit sekarang ini orang menentukan pilihan lalu ada yang bersikap pasif dan berkata, "Jodoh di tangan Tuhan, bagaimana pun nanti Tuhan akan memberikan kalau Tuhan menghendaki saya menikah". Sikap seperti ini menurut Pak Paul bagaimana? |
PG | : | Memang kadang ada orang yang berpikiran pendek, "Ya sudah serahkan kepada Tuhan" tanpa merasa bertanggungjawab untuk melakukan bagiannya. Tuhan tidak mau kita menjadi orang yang sembarangan dalam memilih pasangan, sebab Tuhan juga tidak mau kita sembarangan dalam hidup, bukan hanya dalam memilih pasangan. Itu sebabnya Tuhan mau kita terlibat secara aktif didalam pengambilan keputusan akan hal pemilihan pasangan hidup ini. Kita harus berhati-hati sebab yang terjadi adalah sekarang ini begitu banyak pernikahan yang berakhir dengan kegagalan atau perceraian. Kita tahu Tuhan itu pemurah, Tuhan pasti mengampuni kesalahan kita dan Tuhan akan memberikan kepada kita kesempatan untuk kembali membangun hidup kita. Tapi kita juga tidak boleh menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan. Kita tidak boleh beranggapan, "Pastilah Tuhan akan mengampuni saya, pastilah Tuhan akan memberikan kesempatan, pasti Tuhan akan memberkati saya" kemudian hidup sembarangan lagi, memilih pasangan juga seenaknya. Jangan sampai kita begitu, jadi kita harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. |
GS | : | Karena pada pikiran mereka ada lahir, menikah, cerai dan sebagainya, itu memang ditakdirkan oleh Tuhan. Jadi mereka berkata, "Saya sulit menentukan pilihan ini". |
PG | : | Memang kita perlu berserah kepada Tuhan, tapi Tuhan juga menyerahkan tanggungjawab kepada kita untuk menjalani hidup ini dengan bijaksana. Maka saya kira kita harus mengangkat topik ini yaitu melihat kesalahan yang dilakukan orang pada umumnya dalam memilih pasangan hidup. Mudah-mudahan lewat pembahasan ini kita belajar jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. |
GS | : | Tadi dikatakan mengulang kesalahan yang sama. Apakah kalau kita salah di dalam memilih pasangan hidup, lalu apakah kita bisa mendapat kesempatan lain untuk memilih lagi, Pak Paul? |
PG | : | Menurut saya kalau kita berbuat kesalahan dan kita sadari pernikahan kita keliru, maka yang pertama yang harus kita lakukan adalah berusaha membereskannya, kita tidak boleh berkata dengan gampangnya, "Keliru, maka saya ceraikan dan saya mulai lagi dengan yang baru" tidak bisa begitu! Kita selalu harus bertanggung jawab menanggung akibat perbuatan kita. Dalam segala hal Tuhan menginginkan kita menjadi orang yang dewasa. Sudah tentu dalam hal pernikahan juga sama, Tuhan tidak mau kita mudah angkat tangan dan berkata, "Sudah tinggalkan yang lama dan mulai yang baru" tidak seperti itu! Makanya firman Tuhan juga dengan jelas berkata di kitab Maleakhi bahwa Tuhan membenci perceraian. Jadi janganlah kita melakukan sesuatu yang dibenci oleh Tuhan. Namun saya juga menyadari bahwa adakalanya kita menjadi korban, kita tidak ingin bercerai, tapi misalkan kita diceraikan atau kita ini mencoba hidup benar di hadapan Tuhan dan pasangan kita hidup semaunya, sehingga akhirnya menyia-nyiakan diri kita dan akhirnya melalaikan tanggung jawabnya kepada keluarga dan hidup kita dibuat sengsara dan terkatung-katung serta akhirnya kita kehilangan hidup kita ini. Kalau sampai terjadi seperti itu dan pasangan kita juga tidak pernah mau untuk berubah dan tidak pernah mau mencari pertolongan dan sebagainya sudah tentu kita akan berusaha menunggu, berdoa baginya dan kalau akhirnya pernikahan ini tidak bisa diselamatkan dan memang kita harus memulai sesuatu yang baru dalam hal seperti itu barulah saya secara pribadi berkata, "Baiklah, kau sudah melakukan tanggungjawabmu, kau telah berusaha tapi pasanganmu tidak mau dan terus berbuat seperti itu, pilihanmu sekarang memang terbatas". Jadi sekali lagi saya tidak mau orang dengan mudahnya berkata, "Angkat tangan, berpisah dan cari yang baru". Tidak, bukan cara Tuhan menyelesaikan masalah sebab cara Tuhan adalah cara kita bertahan dan cara kita berusaha dan cara kita terus berharap kepada Dia. |
GS | : | Di dalam Alkitab apa ada contoh nyata bahwa seseorang yang salah memilih pasangan hidupnya menderita, Pak Paul? |
PG | : | Sebetulnya ada dan ini yang akan kita jadikan sebagai topik bahasan kita yaitu Simson. Mungkin di antara semua hakim yang pernah memerintah Israel, Simson adalah figur yang paling perkasa dan paling khusus. Kekhususannya itu berawal sebelum dia dilahirkan. Saya sebutkan setidaknya ada 4 kekhususan Simson. Yang pertama adalah secara khusus Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan ihwal kelahiran Simson pada orang tuanya, bukan sekali melainkan dua kali. Ini sangat khusus karena hakim-hakim yang lain tidak mengalami hal seperti itu. Kedua, secara khusus Tuhan melarang ibunya untuk makan sesuatu yang haram dan meminum anggur pada masa kehamilannya, ini khusus karena ibu dari hakim-hakim yang lain tidak menerima perintah ini. Ketiga, secara khusus Tuhan mengharuskan Simson untuk memelihara rambutnya sebagai pertanda bahwa ia adalah nazir Allah, orang yang telah Tuhan pisahkan untuk melakukan kehendak Allah. Hakim-hakim Israel yang lain tidak mendapatkan berita ini. Yang keempat, secara khusus Tuhan mengaruniakan Simson dengan kekuatan fisik yang luar biasa besar dan hakim-hakim yang lain tidak ada yang mendapatkan karunia keperkasaan seperti Simson. Jadi kita bisa melihat bahwa Simson adalah seorang hakim yang perkasa dan khusus sekali. Tapi nanti kita akan lihat bahwa akhirnya semuanya ini seolah-olah tidak ada artinya akhirnya hilang lenyap karena kelemahannya Simson dalam memilih pasangan hidup. |
GS | : | Apakah bukan karena Simson menyadari bahwa dia dipilih khusus dan diberikan karunia khusus oleh Tuhan lalu dia menjadi sombong atau menjadi takabur, Pak Paul? |
PG | : | Itu unsur yang saya kira unsur yang sangat kuat di dalam diri Simson, dia menganggap dirinya tak terkalahkan sebab dia bisa mengatasi semuanya. Dia bisa membunuh, melawan musuhnya bahkan hanya dengan rahang keledai pun dia bisa mengalahkan musuhnya. Jadi dia akhirnya takabur dan bergantung pada diri sendiri dan menganggap bahwa dia boleh melakukan apa saja termasuk dalam hal ini adalah memilih pasangan hidup yang memang tidak sepadan dengan dia. |
GS | : | Sebenarnya Simson hadir di tengah-tengah suatu lingkungan di mana banyak orang tidak mengenal Tuhan, bukan orang penyembah Yehova seperti bangsa Israel. Memang kemungkinan besar Simson ini tertarik pada orang-orang yang bukan seiman. |
PG | : | Sebetulnya yang terjadi adalah saat itu wilayah di mana Simson berada di wilayah kekuasaan Filistin, namun sebetulnya wilayah Filistin adalah sebagian dari wilayah yang Tuhan janjikan yaitu tanah Kanaan yang ditempati oleh suku-suku Israel. Jadi sebetulnya saat itu yang mayoritas adalah tetap orang Israel yang minoritas adalah orang Filistin, tapi saat itu Filistin berhasil menguasai Israel. Jadi kalau dari segi jumlah sebetulnya tetap lebih banyak orang Israel. Jadi sama seperti kita tahu belakangan di abad pertama dan seterusnya Israel berada di bawah kekuasaan Romawi, sudah tentu jumlah yang ada lebih banyak orang Israel dari pada orang Roma, namun tetap di bawah kekuasaan Romawi. Saat itu Simson adalah warga jajahan, memang secara pribadi memunyai dendam kesumat terhadap penjajahnya yaitu orang Filistin, tapi akhirnya dia tertarik dengan perempuan Filistin dan ini yang menjadi sesuatu yang dapat disesalkan yaitu semua kekhususan dan keperkasaan yang luar biasa lumat bukan di bawah pedang, tapi di bawah tangan perempuan. Sejak awal Simson tidak memerhatikan kehendak Tuhan dalam hal pemilihan pasangan hidup, berulang kali dia hidup dengan perempuan Filistin dan akhirnya perempuan Filistin yang bernama Delila yang berhasil menyerahkannya kepada musuhnya. Kita tahu hidup Simson berakhir tragis, dia mati dalam tahanan musuhnya orang Filistin. Ironinya dari antara semua hakim yang memerintah Israel yakni ada 13 termasuk Simson, hanya dialah hakim yang paling khusus dan perkasa ini yang ditangkap dan mati dalam tahanan musuhnya. Itu yang terjadi pada diri Simson. |
GS | : | Kalau kita melihat kehidupan Salomo sebenarnya juga seorang yang awalnya sangat mengasihi Tuhan namun pada akhirnya juga menyembah dewa-dewa yang lain yang Tuhan tidak kehendaki dan dikatakan istrinyalah yang membuat Salomo itu bersikap seperti itu. |
PG | : | Betul. Jadi Salomo adalah contoh yang lain di mana seseorang yang sejak muda menyembah dan melayani Tuhan Allah yang hidup pada akhirnya menyembah dewa-dewa yang disembah oleh para istrinya yang memang berasal dari bangsa-bangsa yang menyembah dewa-dewa. Jadi kesalahan dalam memilih pasangan hidup kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Jadi kita harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup dan kita tidak boleh menggampangkan tugas yang maha penting ini dan jangan terlalu percaya diri. Simson itu takabur terlalu percaya diri tidak mendengarkan nasihat orang. Kita harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan kita memerlukan pedoman dari Tuhan sendiri. |
GS | : | Kalau begitu hal-hal apa yang harus kita perhatikan dari firman Tuhan sebagai suatu pedoman atau panutan di dalam seseorang itu memilih pasangan hidupnya, Pak Paul? |
PG | : | Yang pertama adalah harus ada kecocokan latar belakang dan iman. Kisah Simson ini mengingatkan kita bahwa penyebab kegagalan pernikahan Simson adalah ketidakcocokan iman dan latar belakang kehidupan. Di dalam kitab Hakim-Hakim pasal 14 dicatat kisah pertemuan dan perkawinan Simson dengan seorang gadis Filistin, pada saat pesta pernikahannya dia membagikan sebuah teka-teki kepada para tamunya orang-orang Filistin, sewaktu mereka gagal menemukan makna teka-teki itu maka mereka mengancam untuk membakar istri Simson dan seisi rumahnya. Dari sini kita bisa memetik sebuah pelajaran penting, ternyata orang Filistin adalah orang yang tidak dapat menerima kekalahan dengan dada lapang, daripada mengakui bahwa mereka tidak dapat menemukan makna teka-teki itu dan membayar harga pertaruhan, mereka malah memilih mengancam istri Simson dan dalam ketakutannya istri Simson bukannya menceritakan perbuatan mereka kepada suaminya, tapi ia malah memanipulasi Simson untuk mengungkapkan makna teka-teki itu. Kita tahu Simson marah dan akhirnya membalas perbuatan orang-orang Filistin dan kemudian dia pulang ke rumah orang tuanya dan kembali menemui istrinya, ternyata orang tua istrinya berkata bahwa istrinya telah diberikan kepada orang lain tanpa sepengetahuan Simson. Jadi kita bisa melihat di sini bahwa ayah si perempuan dengan mudahnya memberikan putrinya kepada laki-laki lain padahal saat itu ia masih terikat pernikahan dengan Simson. Dari sini kita melihat perbedaan latar belakang antara Simson dan orang Filistin yang akhirnya bukan saja menimbulkan kesalahpahaman tapi juga perceraian. Memang kita tidak bisa menikah dengan orang yang berlatar belakang persis sama dengan kita, sudah tentu ada perbedaan di antara kita, sungguh pun demikian kita sedapatnya berusaha mencari pasangan yang berlatar belakang paling serupa dengan kita. Alasannya sangat sederhana, latar belakang membentuk cara pikir dan cara hidup seseorang. |
GS | : | Kalau kita melihat Simson, sebenarnya sejak awal Tuhan sudah mengingatkan Simson melalui peristiwa itu bahwa ini bukan pasangan yang cocok bagi Simson, tapi terus berlarut-larut dan dia membenamkan diri dalam persoalan ini dan itu yang menjadi masalah utama, menurut pendapat saya. |
PG | : | Simson sebetulnya sudah diberikan wejangan oleh orang tuanya, orang tuanya melarang dan berkata, "Kenapa tidak menikah dengan gadis yang ada di sini, orang-orang sesama Israel?" Tapi dia tidak mendengarkan dan semaunya sendiri, jadi inilah kelemahan Simson. Jadi pada akhirnya kekuatannya yang begitu luar biasa, kekhususannya yang sangat luar biasa, akhirnya disia-siakan oleh dia. |
GS | : | Bagaimana caranya kita mencari pasangan yang berlatar belakang banyak miripnya dengan kita, Pak Paul? |
PG | : | Sudah tentu kita harus menyadari siapakah yang akan kita pilih dan kita tidak boleh dengan mudahnya kalau sudah suka dan yang lain kita abaikan. Itu yang terjadi pada Simson, kalau dia sudah suka dia tidak memerhatikan perbedaannya. Dalam kisah kehidupan Simson bisa kita simpulkan bahwa orang Filistin adalah orang yang menekankan nilai praktis dan mengabaikan nilai luhur seperti mengakui kekalahan, memenuhi janji, membayar harga. Itu adalah nilai luhur yang seharusnya kita junjung tinggi. Rupanya itu tidak dianut oleh mereka, daripada harus bayar harga kalah bertaruh dan tidak bisa memberikan makna teka-teki yang Simson ajukan, maka mereka memaksa istri Simson dan mengancam istri Simson yang sesama orang Filistin, "Kalau kau tidak beritahukan maka engkau kami bunuh dan keluargamu akan kami bunuh dan bakar hidup-hidup semuanya". Jadi itu adalah latar belakang yang tidak cocok karena tidak memunyai nilai keluhuran seperti itu. Dan juga tentang pernikahan, bagi mereka tampaknya pernikahan bukanlah sebuah ikatan yang sakral yang harus diperlakukan dengan hormat. Itu sebabnya Simson pergi dan orang tuanya berkata, "Kamu ditinggalkan oleh suamimu, maka sekarang kamu menikah lagi dengan orang lain". Padahalnya Simson tidak bilang apa-apa karena dia ditipu dan dia pulang sementara dan dia akan kembali lagi dan dia memang mencintai gadis itu, tapi orang tua si gadis dengan mudahnya memberikan anak gadis itu kepada orang lain. Bisa kita simpulkan nilai komitmen dalam pernikahan sangatlah kurang, ini yang seharusnya diperhatikan oleh Simson sebelum dia bertindak menikah dengan orang itu. |
GS | : | Tapi awalnya Simson itu tidak berniat menikah, hanya mau main-main saja dengan Delila. |
PG | : | Dengan yang kedua yaitu dengan Delila memang ceritanya lain lagi, memang itu tidak dalam bentuk pernikahan tapi rupanya Delila telah menjadi kekasihnya, Simson bermalam di rumahnya bersama-sama dengan dia. Jadi rupanya Simson kalau kita gunakan istilah sekarang tinggal bersama dengan Delila. |
GS | : | Tapi Delila juga bukan orang Israel. |
PG | : | Iya dia orang Filistin, jadi Simson tidak belajar dari pengalaman. |
GS | : | Jadi mungkin seleranya bukan orang yang sama suku. |
PG | : | Mungkin sekali faktor selera tapi ada faktor juga faktor dia berbeda, dia tidak sama dengan orang lain dan merasa superior, meskipun berbeda latar belakang dan sebagainya yang penting saya bisa hadapi semua. Jangan sampai kita seperti itu dalam hal memilih pasangan hidup, mata harus terbuka dan harus melihat latar belakang seseorang, dan mengakui apakah kita bisa menghadapinya. Jangan akhirnya kita gelap mata, takabur merasa bisa menghadapi akhirnya berantakan seperti yang dialami oleh Simson. |
GS | : | Jadi masalahnya bukan sebangsa atau sesuku tapi pandangan atau nilai-nilai yang dianut ini yang berbeda. |
PG | : | Tepat sekali. Jadi ada hal yang mendasari semua ini yaitu nilai-nilai keyakinan dan semua ini sudah tentu berkaitan dengan iman yang dianut. Orang Israel memiliki hukum Allah yang dengan jelas menjabarkan kehendak Allah, Allah telah mengirimkan para nabi-Nya kepada orang Israel sebagai panduan supaya mereka tahu apa yang menjadi kehendak Allah, kehidupan mereka diatur oleh perintah Allah dan mereka pun berusaha menempatkan perintah Tuhan di atas kehendak pribadi. Sebaliknya orang Filistin menyembah dewa-dewa yang adalah buatan manusia. Alhasil mereka sendiri yang menetapkan apa yang dianggap baik dan apa yang harus dilakukan. Jadi dengan kata lain, mereka berada di atas peraturan yang dibuat. Itu sebabnya mereka sanggup melakukan hal-hal yang menguntungkan diri sendiri, tanpa ragu merugikan orang lain sebab mereka sendiri tidak mendapatkan perintah Allah dan mereka membuat dan menciptakan patung dan menyembahnya, jadi mereka menciptakan sendiri aturan-aturannya. Ini yang terjadi, tapi sekali lagi Simson tidak melihat hal itu dan dia tidak memusingkan orang percaya pada dewa-dewa dan sebagainya, tidak menyembah Allah yang hidup juga tidak peduli, jadi yang dia mau yang ingin dia dapatkan. Akhirnya dia terjeblos dan hidupnya berakhir dengan tragis. |
GS | : | Jadi sebenarnya unsur kesamaan iman di dalam pernikahan itu sangat penting, begitu Pak Paul? |
PG | : | Betul sekali. Jadi pernikahan harus didasarkan atas kecocokan iman dan latar belakang, sebab semua tindakan dan keputusan yang kita buat dipengaruhi oleh iman dan latar belakang. Didalam kesesuaian iman bukan saja kita dapat menyelaraskan perbedaan, tapi kita pun akan dapat berpadu melakukan kehendak Tuhan dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Tidak heran di 1 Korintus 7:39 firman Tuhan berkata, "bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya asalkan orang itu adalah seorang yang percaya". Saya berterima kasih sekali Tuhan memberikan kepada saya seorang istri yang sepadan dengan saya. Misalkan saya satu tahun pulang ke Indonesia 2 kali dan selama 6 minggu berada di Indonesia, tapi istri saya mendukung saya meskipun harus kehilangan saya untuk waktu yang agak lama tapi dia mendukung dan mendoakan serta mendorong saya. Kenapa? Karena kami berdua sehati, seiman, sevisi, sepandangan, kami bisa melihat bahwa ada hal yang harus dikerjakan buat pekerjaan Tuhan. Jadi tidak apa-apa kita berkorban. Ini sekali lagi hanya dimungkinkan jikalau ada kesehatian dan keseimanan. |
GS | : | Apakah orang yang sudah seiman yang memunyai kesamaan iman, latar belakangnya juga pasti akan sama? |
PG | : | Ini pertanyaan yang bagus, dan jawabannya sudah tentu adalah tidak. Ternyata latar belakang kehidupan akan membedakan cara berpikir kita dan gaya hidup kita, kebiasaan-kebiasaan hidup kita. Jadi meskipun kita memunyai kecocokan iman, kita tetap harus melihat perbedaan gaya hidup dan cara pikir kita, kita harus melihat apakah bisa disatukan atau tidak. Kalau misalkan gaya hidupnya terlalu berbeda akhirnya juga susah, misalnya ada orang yang terbiasa irit, ia tidak akan sembarangan mengeluarkan uang, semua dipikirkan baik-baik jangan sampai akhirnya nanti kedodoran. Tapi ada orang yang berkata, "Tidak saya terbiasa hidup seperti ini, saya terbiasa beli baju dan sepatu bermerk dan bisa mengeluarkan uang yang sangat besar untuk hal-hal seperti itu" mungkin saja dua-duanya memiliki iman yang sama, tapi ternyata latar belakang yang berbeda menciptakan juga nilai-nilai yang tidak sama dan gaya hidup yang juga berlainan sehingga akhirnya nanti mereka sering konflik urusan ini. Yang satu berkata, "Kamu boros sekali, ini tidak perlu, beli ini saja cukup" yang satu berkata, "Kamu ini terlalu hemat, kamu tidak bisa menikmati hidup" akhirnya tidak pernah rukun. Jadi betul harus juga mencocokkan latar belakang. |
GS | : | Tapi kalau dalam hal iman sudah berbeda, apakah pasti latar belakangnya juga berbeda, Pak Paul? |
PG | : | Tidak sepenuhnya juga sebab kalau misalkan kita berasal dari lingkup yang sama, gaya hidup kita mirip-mirip sudah tentu latar belakang kita juga akan lebih mirip. Hal-hal yang kita anggap penting, dengan yang dianggapnya penting bisa jadi memang lebih sama. Jadi tidak menjamin kalau kesamaan iman, pasti latar belakang sama atau sebaliknya kalau latar belakang sama pasti kesamaan iman, jadi dua-dua harus diperhatikan dengan baik. |
GS | : | Jadi apa alasan Tuhan memerintahkan kita atau menghendaki kita menikah dengan orang yang seiman, Pak Paul? |
PG | : | Di II Korintus 6:14 Tuhan berkata dengan sangat jelas, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" Jadi memang Tuhan menghendaki kita menikah dengan sesama orang percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus adalah karena kita adalah orang-orang yang telah Dia tebus, kita adalah orang-orang yang telah memiliki terang dalam hidup kita, maka Ia juga mau kita bersama dengan orang yang juga memiliki terang itu pula. |
GS | : | Tapi sebenarnya orang yang punya kepercayaan lain juga menghendaki kalau umatnya menikah dengan orang seiman dengan mereka. |
PG | : | Saya yakin dengan alasan yang sama, sebab yang lain pun akan berkata bukankah kesamaan iman itu juga dapat menolong memadukan dua pribadi. Dua pribadi sudah tentu sarat dengan perbedaan jadi kalau bisa jangan ditambah dengan perbedaan yang lebih bersifat hakiki. Jadi memang pada umumnya kita menghendaki yang sama agar bisa lebih mudah memadukan diri kita dan terutama menurut iman kita supaya pernikahan kita menjadi pernikahan yang diberkati Tuhan dan nanti dipakai Tuhan menjadi berkat bagi sesama kita. |
GS | : | Perbincangan ini memang masih belum selesai dan nanti kita akan lanjutkan pada perbincangan yang akan datang, faktor-faktor yang bisa membuat kita salah di dalam memilih pasangan. Untuk kali ini banyak terima kasih Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja berbincang-bincang tentang "Kesalahan Dalam Memilih Pasangan" dan ini merupakan perbincangan bagian yang pertama dan kami akan melanjutkan pada kesempatan yang akan datang. Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga![]() |
64. Kesalahan dalam Memilih Pasangan II | |
Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Pasangan seperti apakah yang Tuhan kehendaki dalam kita memilih pasangan yang sesuai kehendak-Nya, di sini dijelaskan 3 aspek yang memengaruhi dalam pemilihan pasangan hidup.
Salah satu kesalahan yang kerap terjadi adalah kegagalan pernikahan atau perceraian. Sudah tentu ada banyak penyebab mengapa pernikahan berakhir gagal dan tidak selalu kitalah penyebab perceraian itu. Malah adakalanya kita justru menjadi korban sebab kita mesti menanggung tindakan pasangan yang salah. Singkat kata kita tidak bisa menyamaratakan semua kasus perceraian dan menyalahkan orang yang bercerai secara membabi buta.
Sekarang kita akan memelajari mengenai kesalahan dalam memilih pasangan dan kita akan belajar dari seorang tokoh di Alkitab. Mungkin di antara semua hakim yang pernah memerintah Israel, Simson adalah figur yang paling perkasa dan khusus. Kekhususannya berawal bahkan sebelum ia dilahirkan. Setidaknya ada empat kekhususannya.
1. Secara khusus Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan ihwal kelahiran Simson kepada orangtuanya, bukan sekali melainkan dua kali.
2. Secara khusus Tuhan pun melarang ibunya untuk makan sesuatu yang haram dan meminum anggur pada masa kehamilannya.
3. Secara khusus Tuhan mengharuskan Simson untuk memelihara rambutnya sebagai pertanda bahwa ia adalah nazir Allah.
4. Dan, secara khusus Tuhan mengaruniakan Simson dengan kekuatan fisik yang luar biasa besar.
Sayangnya semua kekhususan dan keperkasaannya yang luar biasa lumat bukan di bawah pedang melainkan di bawah tangan perempuan. Sejak awal Simson tidak memperhatikan kehendak Tuhan dalam hal pemilihan pasangan hidup. Berulang kali ia hidup bersama perempuan Filistin dan akhirnya perempuan Filistin yang bernama Delila yang berhasil menyerahkannya ke tangan musuhnya. Hidupnya berakhir tragis—Simson mati di dalam tahanan musuhnya, orang Filistin. Ironinya, dari antara semua hakim yang memerintah Israel, hanya dialah—hakim yang paling khusus dan perkasa—yang ditangkap dan mati dalam tahanan musuhnya.
Kesalahan dalam memilih pasangan hidup memang kerap menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Itu sebabnya kita mesti berhati-hati dalam memilih pasangan. Jangan menggampangkan tugas yang maha penting ini dan janganlah terlalu percaya diri. Kita selalu harus menyadari bahwa pengetahuan kita terbatas dan bahwa kita membutuhkan pedoman dari Tuhan sendiri. Berikut adalah tiga panduan yang termaktub di dalam Firman Tuhan.
A.Kecocokan Latar Belakang dan ImanKisah Simson mengingatkan kita bahwa penyebab kegagalan pernikahan Simson adalah ketidakcocokan iman dan latar belakang kehidupan. Di dalam Hakim-Hakim 14 dicatat kisah pertemuan dan perkawinan Simson dengan seorang gadis Filistin. Pada pesta pernikahannya, Simson membagikan sebuah teka-teki kepada para tamunya, orang-orang Filistin. Sewaktu mereka gagal menemukan makna teka-teki itu, mereka pun mengancam untuk "membakar" istri Simson dan seisi rumahnya.
Dari sini kita dapat memetik sebuah pelajaran penting. Ternyata orang Filistin adalah orang yang tidak dapat menerima kekalahan dengan dada yang lapang. Daripada mengakui bahwa mereka tidak dapat menemukan makna teka-teka itu dan membayar harga pertaruhan, mereka memilih mengancam istri Simson. Dan, dalam ketakutannya, istri Simson bukannya menceritakan perbuatan mereka ini kepada suaminya, ia malah memanipulasi Simson untuk menyingkapkan makna teka-teka itu. Setelah Simson marah dan membalas perbuatan orang Filistin, ia pun pulang ke rumah orangtuanya. Tatkala ia kembali menemui istrinya, ternyata istrinya sudah diberikan kepada orang lain, tanpa sepengetahuan Simson. Dengan begitu mudahnya ayah perempuan itu memberikan putrinya kepada laki-laki lain padahal saat itu ia masih terikat dalam pernikahan dengan Simson.
Dari sini kita dapat melihat perbedaan latar belakang Simson dan orang Filistin, yang akhirnya bukan saja menimbulkan kesalahpahaman tetapi juga perceraian. Memang kita tidak akan dapat menikah dengan orang yang berlatar belakang persis sama dengan kita. Sudah tentu akan ada perbedaan di antara kita. Sungguhpun demikian kita harus sedapatnya berusaha mencari pasangan yang berlatar belakang paling serupa dengan kita. Alasannya sederhana: Latar belakang membentuk cara pikir dan cara hidup seseorang.
Pernikahan mesti didasarkan atas kecocokan iman dan latar belakang sebab semua tindakan dan keputusan yang kita buat, dipengaruhi oleh iman dan latar belakang. Di dalam kesesuaian iman, bukan saja kita akan dapat menyeleraskan perbedaan, kita pun akan dapat berpadu melakukan kehendak Tuhan dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Tidak heran Tuhan menitipkan pesan ini kepada kita semua (1 Korintus 7:39), "ia bebas menikah dengan siapa saja yang dikehendakinya asalkan orang itu adalah seorang yang percaya."
Alasan Tuhan sangat jelas kenapa Ia menghendaki kita untuk menikah dengan sesama orang percaya dalam Kristus, "Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab, persamaan apakah yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (2 Korintus 6:14)
B.Karakter yang BaikSedapatnya carilah orang dengan karakter yang baik. Carilah orang yang memang sudah dikenal sebagai orang berkarakter baik. Hal ini penting sekali sebab karakter yang terbentuk tidak mudah berubah. Jangan sampai kita berpandangan naif dan berkata bahwa semua orang dapat berubah. Betul, semua orang dapat berubah namun perjalanan menuju perubahan sangatlah panjang. Dan, makin banyak karakter yang mesti berubah, makin lama dan sulit proses perubahan itu, dan makin besar kerusakan yang mesti ditanggung.
Setelah Ishak dewasa, Abraham berinisiatif untuk mencarikan pasangan baginya. Ia pun mengutus hambanya yang paling tua untuk pergi ke kampung halamannya di Aram-Mesopotamia. Di dalam kebingungan gadis mana yang mesti dipilihnya, hamba Abraham berdoa kepada Tuhan untuk memberinya tanda. Ia meminta agar Tuhan menyediakan seorang gadis yang bukan saja menawarkan jasanya mengambilkan air minum baginya, tetapi juga akan menawarkan air minum bagi semua onta bawaannya. Sebagaimana kita ketahui, semua berjalan sesuai dengan doanya. Ribka pun bersedia dipinang dan akhirnya menjadi istri Ishak. Doa yang dipanjatkan hamba Abraham menunjukkan kematangannya. Ia tidak meminta yang cantik dan menarik; ia meminta seorang istri yang berkarakter baik buat putra majikannya. Seorang gadis yang bersedia bukan saja memberinya minum tetapi juga bolak-bolik ke sumur menimba air buat onta-ontanya, adalah seorang gadis yang berkarakter baik. Ribka bukan saja seorang yang lembut dan berbelas kasihan, ia pun seorang gadis yang murah hati dan rajin bekerja, serta siap menolong orang.
Pada akhirnya faktor utama yang menopang pernikahan bukanlah kecantikan atau kekayaan tetapi karakter yang mulia. Orang bercerai bukan karena pasangannya kurang cantik tetapi lebih sering karena pasangannya kurang baik.
C.BerhikmatDi dalam Kitab I Samuel 25 dicatat sebuah kisah yang menarik. Pada waktu itu Daud belum menjadi raja; sebaliknya, ia malah menjadi buronan Raja Saul yang berniat membunuhnya karena tahu bahwa Tuhan telah mengurapi Daud untuk menjadi raja menggantikannya. Nah, pada masa itu Daud harus berpindah-pindah tempat menyembunyikan diri dari kejaran Saul. Dan, kebetulan Daud berkemah di Maon di dekat rumah seorang bernama Nabal dan istrinya Abigail.
Nabal bukanlah seorang yang baik. Alkitab menyebut bahwa ia seorang yang "kasar dan jahat kelakuannya" sedang istrinya Abigail adalah seorang yang "bijak dan cantik." Nah, selama berkemah di Maon Daud telah berbuat baik kepada Nabal—Daud menjaga kawanan ternak Nabal dari serangan para perampok. Di dalam kondisi kekurangan, Daud pun memohon belas kasihan Nabal untuk memberinya bantuan. Bukan bantuan yang diberikan Nabal, tetapi penghinaan. Daud marah dan berniat menyerang Nabal. Nah, dalam momen yang kritis itu, datanglah Abigail membujuk Daud untuk mengurungkan niatnya. Daud mendengarkan nasihat Abigail dan tidak jadi menyerang Nabal.
Hikmat Abigail ditunjukkan dalam pelbagai tindakannya. Coba kita lihat dan pelajari sikap wanita yang bijak ini sebagaimana dicatat dalam 1 Samuel 25:23-31,
Saudara-Saudara pendengar yang kami kasihi, di mana pun anda berada. Anda kembali bersama kami dalam acara TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Saya Gunawan Santoso dari Lembaga Bina Keluarga Kristen akan berbincang-bincang dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi. Beliau adalah seorang pakar dalam bidang konseling serta dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. Perbincangan kami kali ini merupakan kelanjutan dari perbincangan kami yang terdahulu yaitu tentang "Kesalahan dalam Memilih Pasangan". Kami percaya acara ini pasti bermanfaat bagi kita sekalian dan dari studio kami mengucapkan selamat mengikuti.
GS | : | Pak Paul, kita akan melanjutkan perbincangan tentang faktor-faktor yang bisa menimbulkan kesalahan dalam kita memilih pasangan dan salah dalam memilih pasangan hidup, akibatnya jauh lebih fatal dibandingkan kita salah dalam memilih pekerjaan atau memilih baju atau makanan dan sebagainya. Supaya para pendengar kita bisa mengikuti perbincangan kita selanjutnya dengan lebih utuh mungkin Pak Paul bisa menjelaskan secara singkat mengenai apa yang telah kita perbincangkan pada kesempatan yang lalu? |
PG | : | Kita mengangkat kisah Simson dan melihat betapa orang ini adalah orang yang sangat luar biasa, sebagai salah seorang hakim yang Tuhan tunjuk untuk memerintah Israel, dia diberikan keperkasaan dan dia mendapatkan begitu banyak kekhususan. Tapi akhirnya hidupnya tidaklah seperti yang kita harapkan dan tidak terlalu efektif dalam tugasnya karena dia bersama dengan perempuan dan menikahi orang yang tidak sama dalam hal latar belakang dan imannya, sehingga akhirnya itu menjadi duri yang mengganggu hidupnya dan pelayanannya. Jadi kita belajar bahwa dalam memilih pasangan, kita harus memerhatikan latar belakang seseorang dan harus memilih yang seiman. Kita harus memunyai kesamaan nilai hidup. Kita harus memiliki kesamaan tujuan hidup dan kita tahu tujuan hidup kita sebagai orang Kristen adalah untuk memuliakan Tuhan dan tidak hidup untuk diri kita. Hal-hal seperti itu yang nanti akan kita perhatikan sebelum memilih pasangan hidup. |
GS | : | Selain kita perlu memerhatikan latar belakang dan iman seseorang yang akan kita pilih sebagai pasangan hidup kita, hal lain lagi yang sangat penting apa Pak Paul? |
PG | : | Hal penting kedua adalah karakter. Kita mesti mencari orang dengan karakter yang baik, memang tidak ada karakter yang sempurna, setiap orang sudah tentu memunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Namun faktanya ada orang yang memiliki banyak kekuatan tapi ada juga orang yang memunyai banyak kelemahan. Dengan kata lain, ada yang memunyai banyak karakter yang indah tapi ada pula orang yang memunyai banyak karakter yang buruk, ini kenyataan hidup. Jadi sedapatnya jangan kita memilih orang dengan karakter yang buruk, carilah justru dengan karakter yang baik. Dan bagaimana caranya untuk bisa memastikan hal itu? Carilah orang yang memang sudah dikenal sebagai orang yang berkarakter baik, jangan sampai orang berkata, "Orang tidak mengenalnya, hanya saya yang kenal" tapi masalahnya adalah semua orang di lingkungannya berkata, "Dia ini karakternya buruk" kenapa kalau semua orang berkata karakternya buruk, tapi kenapa kita sendiri yang berkata karakternya baik? Itu juga mustahil. Jadi carilah orang yang memang dikenal sebagai orang yang berkarakter baik, karena ini nanti akan sangat berperan di dalam membangun rumah tangga. |
GS | : | Jadi iman yang sudah dimiliki oleh seseorang itu tidak secara otomatis menunjukkan kalau dia pasti berkarakter baik, Pak Paul? |
PG | : | Sama sekali tidak, sebab kenapa? Sebab seringkali kita harus menjalani sebuah proses pembentukan yang memang tidak mudah. Kenapa tidak mudah? Sebab karakter yang sudah terbentuk tidak mudah berubah, jangan sampai kita berpandangan naif dan kemudian menyimpulkan bahwa semua orang dapat berubah, sudah tentu betul semua orang dapat berubah namun perjalanan menuju perubahan itu sangatlah panjang dan makin banyak karakter yang harus berubah makin lama dan makin sulit proses perubahan itu. Yang harus kita terima adalah makin besar kerusakan yang harus ditanggung karena karakter yang buruk itu akan menghancurkan bukan saja pernikahan tapi seringkali menghancurkan jiwa orang yang ada di dekatnya. Misalkan karena kita berkarakter buruk, kalau kita marah maka kita melumat-lumat orang, kita memaki-makinya dan sebagainya. Ini berdampak buruk bukan saja pada pasangan kita, tapi juga pada anak-anak kita, bisa jadi nanti mereka bertumbuh besar dengan kemarahan, kebencian, bukan saja terhadap orang tua yang melumat-lumatnya dengan perkataan yang pedas dan kasar, tapi bisa jadi dia menjadi orang yang penuh dengan kebencian kepada semua orang di dunia kepada figur-figur otoritas, jadi dia maunya melawan memberontak. Sekali lagi kita bisa melihat bahwa mengubah karakter memang tidak mudah dan prosesnya panjang dan dalam perjalanannya akan ada kerusakan yang timbul akibat ulah orang tersebut. |
GS | : | Susahnya juga kadang kita tidak bisa melihat secara jelas karakter asli dari orang yang kita mau pilih menjadi pasangan hidup kita, Pak Paul. |
PG | : | Betul, kita tidak selalu bisa, itu sebabnya diperlukan waktu untuk bisa mengenal seseorang dan terbukalah terhadap pandangan orang lain atau terhadap pasangan kita ini. Jadi tadi saya tekankan carilah orang yang memang bereputasi baik, dikenal baik oleh semua orang yang dekat dengan dia. Itu jauh lebih aman daripada kita memilih orang yang sering dibicarakan orang sebagai orang bermasalah tapi tiba-tiba kita merasa seperti penyelamat yang bisa menyelamatkan dia dan berkata, "Sebetulnya di dalamnya terdapat diri yang baik" memang ada yang seperti itu, tapi kita harus ingat harga yang harus dibayar kalau kita bersama dengan dia, kita nantinya harus menanggung banyak sekali derita. Jadi orang yang begitu seyogianya mendapatkan pertolongan terlebih dahulu, sehingga dia mengalami perubahan barulah setelah itu dia menikah dengan orang. |
GS | : | Memang referensi orang lain ini penting sekali di dalam kita menentukan pasangan hidup kita. Apakah ada contoh di dalam Alkitab untuk hal ini, Pak Paul? |
PG | : | Saya mengingat Ishak anak Abraham. Setelah Ishak dewasa Abraham berinisiatif untuk mencarikan pasangan baginya. Ia pun mengutus hambanya yang paling tua untuk pergi ke kampung halamannya di Aram Mesopotamia. Dalam kebingungan gadis mana yang harus dipilihnya, hamba Abraham berdoa kepada Tuhan untuk memberinya tanda, ia meminta agar Tuhan menyediakan seorang gadis yang bukan saja menawarkan jasanya untuk menawarkan air minum baginya, tapi juga akan menawarkan air minum bagi semua unta bawaannya. Sebagaimana kita ketahui semua berjalan sesuai doanya. Ribka gadis itu bersedia dipinang dan akhirnya menjadi istri Ishak. Coba kita perhatikan doa yang dipanjatkan oleh hamba Abraham ini, dia tidak meminta yang cantik dan menarik, ia meminta seorang istri yang berkarakter baik buat putra majikannya, seorang gadis yang bersedia bukan saja memberinya minum tapi juga bolak-balik ke sumur menimba air buat unta-untanya adalah seorang gadis yang berkarakter baik. Bukan saja Ribka seorang yang lembut dan berbelas kasihan, tapi dia pun seorang gadis yang murah hati dan rajin bekerja serta siap menolong orang. Jadi kita bisa simpulkan bahwa Ribka memang berkarakter baik dan doa hamba Abraham bukanlah doa supaya Tuhan mengaruniakan istri buat majikannya, yang tenar, yang cantik, yang populer. Tapi yang berkarakter baik dan ini yang Tuhan jawab. |
GS | : | Hal seperti ini mungkin semakin langka kita jumpai pada zaman sekarang ini dimana kita orang tua menyuruh orang lain untuk mencarikan jodoh untuk anak kita. Anak-anak sudah berinisiatif mencari pasangannya, kalau pun dicarikan oleh orang tuanya maka belum tentu cocok. Maka bagaimana pengaplikasiannya pada zaman sekarang ini? |
PG | : | Memang kita tidak meminta 'mak comblang' untuk mencarikan jodoh bagi kita tapi kita harus mencarinya, maka bukalah mata lebar-lebar, tanyalah orang-orang tentang diri pribadi yang kita akan dekati, amatilah, bertemanlah dan lihatlah benar-benar apakah dia memang berkarakter baik dan apakah dia memang seseorang yang rela menolong orang lain serta memberikan bantuan kepada yang lain, murah hati, lembut, tidak kasar, menghormati satu sama lain. Lihatlah apakah orang itu berkarakter seperti itu. Pilihlah yang memang berkarakter seperti itu, karakter yang bersinar. Belum lama ini saya berbicara dengan seorang pemuda, menanyakan "Kenapa kamu tertarik dengan istrimu?" Dia berkata, "Istriku itu orang yang sangat baik, selalu siap menolong orang bahkan kepada orang yang tak dikenalnya pun dia bisa duduk ngobrol dan membantu", itu yang buat dia sangat terkesan dengan istrinya. Jadi sekali lagi inilah orang yang kita harus cari. |
GS | : | Selain latar belakang, iman dan juga karakter yang kita bicarakan, apakah ada faktor lain yang harus kita perhatikan, Pak Paul? |
PG | : | Faktor yang ketiga, dan untuk pembahasan ini kita batasi pada tiga saja yaitu berhikmat. Di dalam kitab 1 Samuel pasal 25 dicatat sebuah kisah yang menarik, pada waktu itu Daud belum menjadi raja sebaliknya dia menjadi buronan raja Saul yang berniat membunuhnya, karena Saul tahu kalau Tuhan telah mengurapi Daud untuk menjadi raja menggantikannya. Pada masa itu Daud harus berpindah-pindah tempat menyembunyikan diri dari kejaran Saul dan kebetulan Daud berkemah di Maon di dekat rumah seorang yang bernama Nabal dan istrinya Abigail. Nabal bukanlah seorang yang baik, Alkitab menyebut bahwa dia adalah seorang yang kasar dan jahat kelakuannya, sedang istrinya Abigail adalah seorang yang bijak dan cantik. Selama berkemah di Maon, Daud telah berbuat banyak kebaikan untuk Nabal. Misalnya Daud menjaga kawanan ternak Nabal dari serangan para perampok, bahkan para gembala ternaknya Nabal berkata bahwa Daud dengan pengikutnya seperti dinding yang mengelilingi mereka, jadi mereka merasa aman ditolong oleh Daud. Dalam kondisi kekurangan karena Daud harus lari berpindah dari satu tempat ke tempat lain, Daud memohon belas kasihan Nabal dan dia meminta dengan sangat halus, dia menyuruh bawahannya menggunakan kata memohon belas kasihan untuk memberinya bantuan, namun bukan bantuan yang diberikan Nabal tapi malah penghinaan. Daud marah dan berniat menyerang Nabal, dalam saat yang kritis itu datanglah Abigail membujuk Daud untuk mengurungkan niatnya dan akhirnya Daud mendengarkan nasihat Abigail dan tidak jadi menyerang Nabal. Jadi kita bisa melihat Abigail adalah seorang wanita yang berhikmat. |
GS | : | Tapi kalau kita melihat cara Abigail menyalahkan suaminya dan menjunjung tinggi Daud, apakah itu sikap yang bisa dipertanggungjawabkan dari seorang istri kepada suaminya, Pak Paul? |
PG | : | Dalam hal ini kita akan mengupas satu persatu apa yang dilakukan oleh Abigail dan kita akan melihat bahwa orang ini adalah orang yang bijaksana. Memang kalau kita hanya lihat satu sisi, istri ini mengakui atau membicarakan kejelekan suaminya dan malah memuji-muji Daud. Jadi Abigail sepertinya tidak benar, tapi justru kita lihat dia bijaksana, sebab kenapa? Kalau Abigail tidak berbuat hal-hal itu, tidak dengan bijaksana berbicara dengan Daud maka satu keluarga besar Nabal sudah mati semua. Jadi dengan kata lain, Abigail berhasil menyelamatkan Nabal. Jadi satu sisi kita lihat dia menjelek-jelekkan suami, tapi di sisi lain dia berjasa besar Nabal dari kematian. Jadi benar-benar kita melihat dia seorang yang bijaksana. |
GS | : | Sikap apa yang menonjol dari diri Abigail itu, Pak Paul? |
PG | : | Kita bisa membacanya sendiri di 1 Samuel 25:23-31 namun kita akan coba petik beberapa dan kita akan soroti hikmat Abigail. Yang pertama adalah dia merendahkan diri. Abigail memerlihatkan hikmat yang luar biasa, dia tahu bahwa Daud tengah marah, itu sebabnya begitu melihat Daud maka Abigail turun dari keledainya lalu sujud menyembah Daud. Orang yang berhikmat tahu bagaimana menghadapi orang yang marah dan dia tahu ia tidak mungkin datang dengan sikap yang ingin berdebat atau sikap menggurui Daud, dia langsung merendah dan begitu dia merendah maka redalah kemarahan Daud. Orang yang tidak berhikmat justru akan berbuat sebaliknya, bukan merendah ia malah menantang orang yang marah. Sudah tentu sikap seperti itu makin mengobarkan api kemarahan. Jadi kita bisa belajar hal yang penting, orang yang berhikmat pasti tahu diri untuk bisa merendahkan dirinya di hadapan orang lain. Kalau kita berkata kita berhikmat tapi terus menyombongkan diri dan tidak bersedia merendahkan diri maka tidak bisa hikmat itu dibuktikan. Maka pertama yang bisa kita lihat dari Abigail adalah karena dia berhikmat maka dia bisa merendahkan diri. |
GS | : | Jadi kalau kita mau mencari pasangan hidup kita dan mau memerhatikan dia berhikmat atau tidak, tentunya ketika masalah datang, bagaimana caranya dia menyelesaikan masalah itu, begitu Pak Paul? |
PG | : | Tepat sekali. Jadi kalau pasangan kita bukannya mendengarkan baik-baik mencoba membahas tapi malahan marah-marah, menuntut kita, menggurui kita, memarahi kita maka bagi saya itu adalah tanda awas bahwa pasangan kita bukanlah orang yang bijaksana. Kalau dengan kita dia begini, maka besar kemungkinan dia dengan orang lain berbuat sama. Jadi tidak bisa merendahkan dirinya, kalau ada masalah dia mesti menang, dia mesti sejajar tidak boleh di bawah orang lain, maka tidak bisa. Sebab kita tahu yang sudah menikah menyadari bahwa pernikahan itu tidak bebas dari konflik, mesti ada saja yang terjadi, kita berpikir kita sudah bertumbuh dan lebih baik tidak mungkin terkena konflik tapi ada lagi konflik yang baru. Syarat pertama adalah kesediaan merendahkan diri. Kalau kita menganggap kamu ini siapa dan tidak mungkin saya merendahkan diri, maka tidak akan ada penyelesaian sama sekali. |
GS | : | Jadi kita sulit menilai apakah ini sifat dari Abigail atau hanya siasat dari Abigail supaya seluruh keluarganya terselamatkan, Pak Paul? |
PG | : | Rupanya karena memang dia dikenal sebagai orang yang berbudi, berhikmat jadi ini merupakan bagian dari kepribadiannya juga sebab Alkitab memuji dia sebagai orang yang bijaksana dan cantik. Itu berarti dia dikenal bereputasi begitu baik, memang tidak diketahui latar belakangnya Abigail tapi kalau melihat kondisi biasanya dia kemungkinan besar berasal dari keluarga yang kurang, akhirnya harus dinikahkan dengan orang yang begitu kaya dan akhirnya harus hidup dengan orang yang tidak bijaksana dan bahkan berkelakuan jahat. |
GS | : | Selain dia adalah seorang yang bisa merendahkan diri, hal lain yang bisa kita lihat dari kehidupan Abigail ini apa, Pak Paul? |
PG | : | Orang yang bisa mengakui duduk masalah. Abigail di sini mengatakan sesuatu yang mengejutkan yang tadi Pak Gunawan sudah katakan, ia mengiyakan permasalahan yang sesungguhnya yaitu bahwa suaminya bukanlah suami yang baik dan bijak sebaliknya dia mengakui bahwa suaminya adalah seorang yang bebal, Abigail tidak membela diri dan dia tidak membelokkan persoalan, dia mengakui bahwa permasalahan memang berada di pihaknya. Orang yang bijak berarti bukan saja melihat permasalahan dengan tepat ia pun cepat mengakui duduk masalah kendati duduk masalah berada pada pihaknya. Dengan segera ia pun meminta ampun kepada Daud. Orang yang tidak berhikmat bukan saja lambat mengakui permasalahan, ia pun sukar meminta ampun. Orang yang tidak berhikmat justru berupaya untuk memindahkan masalah ke pihak orang yang benar. Akhirnya persoalan tidak selesai dan malah menyebar dan membengkak. Jadi orang yang bijak bisa melihat duduk masalah dan dia tidak peduli melihat duduk masalah ada pada diri saya atau pada pasangan saya, kalau pada diri saya berarti saya yang salah dan berarti saya harus minta maaf. Ada orang yang tidak bisa terima dan selalu menempatkan masalah harus apa pada pasangan atau orang lain. Jadi dia tidak bisa menanggung kesalahan, itu susah karena orang hanya ada dua pilihan yaitu mendiamkan dia atau mengakui kesalahan terus-menerus supaya dia menang dan akhirnya keributan bisa lebih dikurangi. |
GS | : | Biasanya pada masa pacaran justru orang-orang yang seperti ini kelihatannya mengalah sekali. |
PG | : | Bisa saja, jadi memang tidak kelihatan sebab pada masa berpacaran biasanya cepat mengalah, mungkin saja begitu. Jadi sekali lagi penting kita mengenal seseorang bukan saja dari kacamata kita, tapi dari kacamata orang-orang yang mengenalnya. |
GS | : | Atau sebaliknya kita sendiri yang mengalami hal ini, baiklah kita mengalah terus karena masih pacaran kalau ada kesalahan minta maaf, jadi kelihatan seolah-olah kita rendah hati dan juga bisa mengerti pasangan kita. |
PG | : | Ada yang begitu. Jadi kadang-kadang saya juga mendengar keluhan orang yang berkata, "Sebelum menikah atau awal-awalnya dia minder sekali, tapi sekarang bukan saja tidak minder tapi bisa menginjak-injak", akhirnya orang mengalami perubahan menuju kepada yang negatif bukan pada yang positif. |
GS | : | Sifat lain yang harus kita pelajari dari kehidupan Abigail apa, Pak Paul? |
PG | : | Dia memahami perasaan orang. Setelah memahami, mengakui masalah ada pada pihaknya Abigail pun mengakui bahwa sudah selayaknya Daud marah. Dia tidak langsung mengatakan Daud tidak boleh marah, tidak seperti itu tapi dia mengakui dan dia berdoa buat Daud supaya Tuhan menghukum orang yang berbuat jahat pada Daud, jadi dia bisa mengerti Daud marah karena suaminya begitu kasar menghina Daud. Dengan kata lain, Abigail menempatkan diri pada posisi Daud yang dirugikan dan memohonkan pertolongan Tuhan untuk Daud. Tidak bisa tidak, Daud akhirnya reda karena orang ini bisa mengerti dirinya dan tidak menyalahkan dia, bahwa dia marah bukan tanpa alasan. Jadi sekali lagi kita melihat hikmat di sini. Misalnya waktu pasangan marah, maka jangan melihat kenapa kamu marah kepada saya tapi lihatlah kenapa dia sampai marah, itu penting sekali sehingga kita bisa mengakui kenapa dia marah. Akui dan katakan, "Aku mengerti kenapa kamu marah, karena begini..." betapa mudahnya kita berkata, "Kamu begitu saja marah....." akhirnya tambah marah. |
GS | : | Seringkali sebagai istri, di sini kita melihat bahwa Abigail justru seolah-olah ingin menjatuhkan suaminya bahkan mendoakan supaya Tuhan menghukum suaminya itu. Apakah ini pantas, Pak Paul? |
PG | : | Sekali lagi ini adalah hikmat Abigail, karena dengan ini dia menyelamatkan keluarganya. Kalau Abigail berbuat salah dan tidak berhasil membujuk Daud maka suaminya akan dibunuh oleh Daud. Jadi sekali lagi kita melihat apa yang diperbuatnya berhasil meredakan kemarahan Daud. Abigail itu memang mengatakan hal-hal yang sebenar-benarnya dan tidak berbohong dan menunjukkan apa yang benar dan menegur yang salah. Abigail akhirnya mengingatkan Daud untuk tidak menumpahkan darah tanpa alasan dan untuk tidak bertindak sendiri dalam mencari keadilan, jadi dia akui suaminya bermasalah dan berkarakter buruk tapi pada akhirnya dia juga mengingatkan Daud, "Kamu sekarang mau mencari keadilan, tapi menggunakan kemauanmu sendiri", jadi dia mengingatkan Daud untuk tidak bertindak gegabah sehingga tidak harus pada akhirnya menyesali perbuatannya. Dengan kata lain, Abigail menasihati Daud untuk berpikir panjang jauh ke muka jangan melakukan sesuatu yang nanti akan disesali. Jadi dia bijaksana sekali, dia mengakui masalah suaminya tapi dia akhirnya menegur Daud bahwa, "Kamu ini gegabah dan kamu akan mencabut nyawa orang tanpa dasar". |
GS | : | Dalam hal ini rupanya cara Abigail ini bisa diterima oleh Daud. |
PG | : | Betul sekali sebab awalnya Abigail dengan terbuka mengakui duduk masalah ada pada pihaknya setelah itu barulah dia membahas tentang Daud itu sendiri. Biasanya kita terbalik, menyadari kesalahan kita paling akhir dan menunjukkan kesalahan orang nomor satu. |
GS | : | Pak Paul, apakah masih ada sifat lain dalam diri Abigail yang baik? |
PG | : | Yang terakhir adalah Abigail mengingatkan Daud akan Tuhan bahwa Tuhan tahu kemurnian hati Daud dan bahwa Tuhan akan melindungi dan memberkati Daud dan bahwa Tuhan akan membalaskan kejahatan orang kepada Daud. Dengan kata lain, Abigail mengarahkan mata Daud kepada Tuhan agar Daud terlebih dahulu melihat pada Tuhan bukan musuhnya. Jadi lihat hidup dari teropong Tuhan, semua ini adalah karakteristik hikmat yang diperlihatkan oleh Abigail, kita pun perlu menerapkannya dalam mencari pasangan. Cari orang yang bersedia merendahkan diri, cari orang yang bersedia mencari duduk masalah dan meminta maaf, cari orang yang bisa memahami perasaan sesama, cari orang yang dapat menunjukkan apa yang benar dan menegur apa yang salah dan cari orang yang melihat hidup dan mengatur perbuatannya dari kacamata Tuhan. |
GS | : | Jadi masa pacaran sebenarnya masa di mana masing-masing kita harus membuka mata lebar-lebar terhadap calon pasangan hidup kita? |
PG | : | Tepat sekali. |
GS | : | Dan kita membutuhkan hikmat dari Tuhan. Apakah ada ayat firman Tuhan yang bisa memberikan dukungan kepada kita, Pak Paul? |
PG | : | Di surat Yakobus 1:5 firman Tuhan berkata, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah,- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit maka hal itu akan diberikan kepadanya." Mintalah hikmat dalam pemilihan pasangan hidup, berdoalah "Tuhan beri saya hikmat untuk memilih dengan tepat dan jangan sampai kita gegabah". |
GS | : | Terima kasih, Pak Paul untuk perbincangan ini. Para pendengar sekalian, kami mengucapkan banyak terima kasih Anda telah mengikuti perbincangan kami dengan Bp. Pdt. Dr. Paul Gunadi, dalam acara Telaga (Tegur Sapa Gembala Keluarga). Kami baru saja menyelesaikan perbincangan tentang "Kesalahan dalam Memilih Pasangan". Bagi Anda yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai acara ini silakan Anda menghubungi kami lewat surat. Alamatkan surat Anda ke Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Jl. Cimanuk 56 Malang. Anda juga dapat menggunakan e-mail dengan alamat telaga![]() |
END_OF_FILE | <<Prev Next>> Kembali ke atas |